PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya Jo
memberikan gulungan uang pada Dong Baek karena
bisa beli rumah dengan itu. Dong Baek hanya bergumam kalau tak tersentuh
tapi Ini tiba-tiba mengembalikannya pada kenyataan. Nyonya Joo kembali
memberikan uang yang lainya.
“Bu, Apa
hanya ini yang kau punya untuk putrimu di usiamu?” keluh Dong Baek.
“Ini
tertinggal... Atau kau bisa membeli mobil.” Kata Nyonya Jo memberian uang
gulungan yang lain.
“Bu,Apa
kau tahu? Aku tak akan berakhir sepertimu.” Tegas Dong Baek melihat keadaan
ibunya dimasa tua.
Nyonya
Park berbicara pada Nyonya Kwak agar memastikanmengawasi Yong-sik karena
Yong-sik mungkin berakhir merawat ibu mertuanya saat ini. Nyonya Jung mengeluh
kalau Hidup Dongbaek penuh kemalangan.
“Dia besar
sebagai yatim piatu, punya anak tanpa ayah, dan kini dia harus merawat ibunya
yang demensia.” Ucap Nyonya Jung
“Tak
peduli cobaan hidupnya, itu tak bisa menang melawannya. Dia gadis pekerja
keras. Sekalipun kau menguncinya di ruangan tanpa celah, dia akan mencari cara
menemukan cahaya.” Kata Nyonya Kwak yakin.
Didepan
bar
Hyang Mi
kaget melihat Nyonya Jo yang dibawa oleh Dong Baek membuka bar. Dong Baek
menegaskan Nyonya Joo tak dibayar lebih walaupun keluarga dan hanya akan dapat
8.500 won per jam juga seperti Hyang Mi.
Yong Sik
sibuk membaca buku “PSIKOPAT DALAM KESEHARIAN” dan menuliskan dibuku catatan “TIGA
KARAKTER PALING UMUM PSIKOPAT” Tuan Byun mendekatinya bertanya apakah menonton
pemrofil di TV. Yong Sik tak mengubrinya terus sibuk mencatat.
“Astaga...
Mereka orang-orang bergelar doktor. Sekalipun pelajari buku-buku itu dengan
stabilo merah muda, kau tak bisa seperti mereka.” Ucap Tuan Byun mengejek.
“Tak
masalah jika mereka bergelar doktor. Aku lebih ingin tangkap Pengusil. Dimana
Ada kemauan, ada jalan. Kemauanku cukup untuk dapat gelar doktor.”kata Yong Sik
yakin
“Alasan
absurd macam apa itu? Kau bisa Kunjungi Camellia, mereka Sudah buka.” Kata Tuan
Byun. Yong Sik kaget mendengarnya.
Hyang Mi
membantu Dong Baek lalu menatap Nyonya Joo lalu berkomenta Hidup bosanya sangat
keras. Dong Baek menceritakan Hidupnya seperti permen kapas, tak seperti
dahulu. Namun, saat ibunya muncul, maka ia kembali ke kenyataan.
“Seperti
inilah hidupku sesungguhnya. Aku akan berusaha menjual babi tumis.” Ucap Dong
Baek
“Yong-sik
menggerakkan hatimu sedikit, kan?” goda Hyang Mi
“Jika
pria menyukaiku seperti itu dan aku tak tergerak, aku pasti psikopat.” Akui
Dong Baek.
“Aku tak
percaya kau mengakuinya.” Kata Hyang Mi. Dong Baek pikir Semua sudah berakhir karena tak akan bergaul
dengannya.
“Kenapa
kau tiba-tiba bertekad?” tanya Hyang Mi heran. Dong Baek mengaku tak ingin Yong-sik menjadi bagian hidupnya
yang mengerikan.
“Aku
Yatim piatu, ibu tunggal, dan kini ada ibu penderita demensia. Bagaimana aku
tega? Aku akan melepaskannya. Dia terlalu menggemaskan untuk terlibat dengan
semua ini... Benar, 'kan?” ucap Dong Baek
Tiba-tiba
Yong Sik datang dengan wajah kesal merengek seperti anak kecil yang merasa
kesal pada Dong Baek kareana tak dibelikan permen. Dong Baek melonggo begitu
juga Hyang Mi. Yong Sik masih terus saja merengek kesal pada Dong Baek dengan
banyak barang ditanganya.
“Kukira
aku akan mati karena sangat merindukanmu! Aku sangat merindukanmu! Dongbaek!”teriak
Yong Sik kesal
“Ayo kita
merokok di luar.” Ucap Hyang Mi. Nyonya Jo ikut keluar. Dong Baek bingung
ibunya malah mengikuti Hyang Mi.
Yong Sik
membawa POPOK DEWASA dan juga kebutuhan untuk orang yang demensia untuk
jaga-jaga. Dong Baek mengaku tak percaya Yong Sik sudah tahu bahkan tahu soal
ayah anaknya dan sekarang ibunya yang
demensia lalu mengeluh karena selalu ketahuan
“Aku tak
peduli soal itu semua.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pikir kalau Yong Sik pasti
peduli.
“Kau
mungkin berpikir, "Astaga, nyaris saja!" Kau mungkin berpikir,
"Aku lega tak terjebak di ladang ranjau ini." Kata Dong Baek yang
merasa rendah diri.
“Jika kau
bicara omong kosong, kupas bawang putih saja.” Teriak Yong Sik kesal
“Lagi
pula, aku terganggu denganmu.” Ucap Dong Baek, Yong Sik heran padahal tak bertingkah
jadi Kenapa terganggu
“Karena
ini memalukan. Apa Menurutmu nyaman mengetahui seseorang tahu tentang bagian
terburukku? Aku juga punya harga diri.” Ucap Dong Baek
“Aku
sedang memeriksa catatan sipil dan medis wanita seusianya.” Kata Yong Sik tak memperdulikan
ucapan Dong Baek.
“Yong-sik,
kau pikir aku bercanda? Aku bilang aku membencimu.” Tegas Dong Bae
“Walau
begitu, ini tak bisa kutahan. Jika kau duduk di ladang ranjau, itu satu alasan
lagi untuk tak meninggalkanmu.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pun hanya bisa diam
saja.
Yong Sik
akhirnya keluar dari bar. Dong Baek
pikir Jika pacaran lagi, maka
hanya ingin awal baru. Ia hanya ingin bersama seseorang yang tak tahu apa pun
soal masa lalunya dan ingin pura-pura
menerima banyak cinta serta tak mengalami kesulitan.
“Aku
ingin bersikap lugu dan naif dalam hubungan. Jadi, aku tak bisa bersamamu. Kau
orang terakhir yang akan kupacari.” Ucap Dong Baek
“Orang
terakhir... Apa Kau sungguh harus berkata seperti itu?” keluh Yong Sik terlihat
kecewa.
“Aku
selalu menjadi wanita malang di matamu. Hatimu akan hancur sekalipun aku
menghela napas sedikit. Aku akan merasa tak nyaman setiap kita melihat Kang
Jong-ryeol di TV, 'kan? Itu berarti aku tak bisa lupakan semuanya begitu saja
dan berbahagia denganmu.” Ucap Dong Baek
“Astaga,
tampaknya kau sudah persiapkan hari ini. Kalau begitu, aku akan pergi saja hari
ini.” Ucap Yong Sik seperti tak mengubrisnya lagi.
“Jadi,
jangan kembali lagi.” Kata Dongbaek dingin. Yong Sik menegaskan kalau ia juga
pria pemalu.
“Kau
tahu, hatiku tak terbuat dari batu. Jadi, kau bisa berhenti menolakku hari ini.
Selamat tinggal.” Ucap Yong Sik lalu berjalan pergi
“Kutukan
tanggal 29 juga menjauhkan Yong-sik.”gumam Dong Baek menatap Yong Sik.
Yong Sik
makan dan ibunya sedang mencuci pirng, Ia lalu memberitahu Ibunya kalau besok
tanggal 29 dan Itu ulang tahunnya, lalu bertanya apakah ibunya tak mau buatkan
sup rumput laut. Nyonya Jo hanya bisa terdiam saja.
“Ulang
tahunku di musim dingin, 'kan? Namun Tiba-tiba jadi musim panas. Kau meninggalkanku
di panti asuhan, itu menjadi hari ulang tahunku. Bukankah itu mengerikan?” kata
Dong Baek menyindir. Nyonya Jo hanya bisa diam saja seperti merasa bersalah.
Flash back
Dong Baek
duduk sendirian dengan barang-barang disiapkan ibunya dengan tas besar. Dua
orang penjaga panti menceritakan Dong Baek tak mau memberi tahu nama ibunya atau
tempat tinggalnya. Pemilik pun bertanya-tanya Apa namanya sungguh Dongbaek
“Entahlah...
Dia hanya berkata dia Dongbaek tanpa memberi tahu nama keluarganya.” Ucap
Pegawai
“Kita tak
tahu ulang tahunnya. Bagaimana mendaftarkannya?” ucap Pemilik bingung
“Namun,
katanya usianya tujuh tahun, 'kan? Kita bisa anggap hari datangnya sebagai
ulang tahun.” Saran pegawai. Si pemilik panti pun setuju. Dong Baek hanya bisa
tertunduk diam.
“Semua
orang menyukai ulang tahunnya, tapi itu menjadi hari terburukku. Jadi, Bu, kapan
pun kau waras, terus pikirkan soal perbuatanmu padaku. Aku sangat marah
memikirkan kau mungkin melupakan itu dan merasa damai.” Ucap Dong Baek dengan
nada penuh amarah.
“Sayangku...
Aku akan pastikan melakukan satu hal, setidaknya satu hal sebelum pergi.” kata
Nyonya Jo menahan rasa sedihnya. Dong Baek pun setuju tapi seolah tak peduli
dengan ibunya.
“Lakukan
sebisamu untukku. Aku butuh sesuatu darimu.” Kata Dong Baek.
Hyang Mi
sibuk memilih kacamata yang modis, lalu menyuruh Tuan No agar memikirkan karena
menurutnya Ini jalan keluar lebih murah.
Ia pikir Jika istrinya lihat foto-foto itu dan meminta cerai, maka Tuan No harus
membayar lebih dari 100 juta won.
“Dia
pengacara perceraian, 'kan? Aku ikuti permainan ini setelah melihat yang
dipertaruhkan. Aku juga tak serakah. Aku ingin menjualnya dan melupakannya. Harusnya kau berterima kasih.” Kata Hyang Mi
terus sibuk mencari kacamata.
“Aku
bersama yang terburuk.” Gumam Tuan No merasa masuk ke dalam ranjau.
“Tidak...
Kau tak bersama yang terburuk. Ini terjadi akibat ulahmu sendiri. Gadis sepertiku
seperti baju baru kaisar. Pria baik tak bisa melihatku. Jadi, kenapa kau
teralihkan? Kenapa kau tinggalkan sutra di rumah dan memungut kain kumal? “ucap
Hyang Mi
“Apa itu
aku katakan keras-keras?” kata Tuan No bingung Hyang Mi bisa mendengarkan kata
hatinya. Hyang Mi bertanya apa yang dikatakan. Tuan No mengaku Tak penting.
Tuan No
akhirnya pergi PSIKIATER YUN HONG-GEUN wajahnya sangat lesu, terlihat sangat
tertekan lalu mengaku hanya tidur dua jam. Dokter Yoon akan memberiresep untuk
tiga hari.
“Namun,
obat penenang bisa membuatmu lebih kasar dan terkadang impulsif, walau itu
sangat jarang terjadi.” Ucap Dokter Yoon
“Haruskah
kusingkirkan saja alasannya?” gumam Tuan No. Dokter Yoon memberitahu Jika Tuan No merasa agak aneh, maa harus
berhenti meminumnya.
“Kau tak
boleh minum alkohol selagi minum obat ini.” Jelas Dokter Yoon memperingati.
“Jika kau
tak suka suara jangkrik, maka aku harus mencabut pohonnya saja, 'kan?” ucap
Tuan No
“Apa
jangkrik membuatmu tak bisa tidur?” tanya Dokter. Tuan No pikir harus bereskan
saja akar masalahnya.
Hyang Mi
mengantar Nyonya Jo memberi rumput laut,
Yong Sik langsung menyapa Nyonya Jo layaknya seperti ibu mertua. Hyang
Mi memberitahu Yong Sik kalau Ini ulang tahun Dongbaek. Yong Sik kaget kalau
Hari ini ulang tahun Dongbaek.
“Ini
ulang tahun palsunya, Ulang tahunnya di musim dingin.” Ucap Nyonya Jo seperti
sedang sehat. Yong Sik menganguk mengerti.
“Kau
harus mengajaknya pulang.” Ucap Yong Sik. Ibu Dong Baek memberitahu Hari ini
hanya ulang tahunnya di atas kertas.
“Nyonya,
kau merasa lebih baik hari ini?” tanya Yong Sik. Hyang Mi mengeluh kalau Nyonya Jo terus
bolak-balik.
“Hari ini,
dia ditinggalkan jadi ulang tahunnya. Direktur panti asuhan seperti wanita
baik. Namun, dia menyebalkan.” Ucap Nyonya Jo.
Tuan No
datang ke tempat Dong Baek dengan bangga menceritakan saat menjadi gubernur maka jalan ini menjadi tempat wisata, Ia pikir akan
lebih baik jika seluruh jalan dipenuhi restoran kepiting rendam. Dong Baek
hanya bisa diam saja.
“Aku juga
merasa tak enak harus menutup tempat ini.” Ucap Tuan No. Dong Baek mengatakan
kalau Istri Tuan No sudah
memberitahunya. Tuan No kaget
mendengarnya.
“Dia
memintaku pindah sebelum sewa berakhir” kata Dong Baek Tuan No makin kaget
kalau Dong Baek bertemu istrinya.
“Namun,
aku berharap kau punya pendapat berbeda.” Akui Dong Baek. Tuan No tak percaya
kalau Dong Baek mengharapkan sesuatu darinya.
“Kau
langganan di sini, jadi, kukira mungkin ada harapan.” Ucap Dong Baek. Tuan No
mengeluh Seharusnya Dong Baek merasa begitu lebih awal. Dong Baek kali ini
yang bingung.
“Jika kau
lebih ramah padaku, maka semua ini tak akan terjadi.” Kata Tuan No yakin
“Kau dan
istriku selalu memandangku rendah.” Kata Dong Baek. Tuan No pikir Itu membuang
energinya untuk hal konyol dengan wajah kesal akhirnya memilih minum soju.
Dong Baek
bingung apakah Tuan No akan minum sendirian. Tuan No langsung meneguk dari
botol menegaskan tak akan minta kacang bahkan tak ingin lagi.
Dong Baek
akhirnya memberikan cemilan pada Tuan No yang sudah mabuk. Tuan No mengeluh
merkea kejam padanya dan Seakan merkea selalu membuatnya kesal. Dong Baek
hanya diam menatapnya. Tuan No mengeluh kalau Istrinya bertingkah seakan dia
Yang Mulia Sejong.
“Kau tak
pernah membiarkanku makan kacang. Kini, bahkan seseorang meminta 100 juta won
dariku. Hanya itu yang dikatakannya kepadaku. Jadi, tak mengejutkan aku harus
minum obat penenang.” Ungkap Tuan No
“Tuan No,
kau tampaknya sangat mabuk. Kau harus berhenti minum.” Kata Dong Baek
“Hei, Apa
kau mendengarkanku?” kata Tuan No. Dong Baek pikir Tuan No harus pergi
sekarang.
“Hei,
maukah kau mendengarkanku? Kenapa kalian tak pernah mendengarkanku?” ucap Tuan
No menarik tangan Dong Baek.
“Tolong
lepaskan tanganku.” Pinta Don Baek tapi Tuan No masih terus memegang tanganya.
“Apa Kau
mengerti maksudku? Aku tanya kenapa kau membuat keadaan menjadi sejauh ini. Aku
tak akan seperti ini jika kau memberiku kacang! Lalu kau tak perlu pindah. Apa Kau
pikir aku senang mengusirmu?” ucap Tuan No.
“Dengar...
Aku sakit melihatmu begini. Aku menganggapmu teman lama. Jadi, kau pikir seberapa
sedih aku melihatmu melalui semua ini?” ungkap Tuan No yang mabuk.
“Tuan No,
jika kau terus menggenggam tanganku seperti ini, maka aku terpaksa memasang
tanda di depan bar. Yaitu "Zona Bebas Gyu-tae." Ini akan menjadi
"Zona Bebas Gyu-tae." Kata Dong Baek
“Apa Itu
berarti kau hanya menerimaku?” kata Tuan No, Dong Baek menegeskan bukan seperti
itu sambil menarik tanganya.
“Apa Kau
tahu "Zona Bebas Anak?" Semacam itulah. Seperti "Bebas Anak,
Bebas Rokok," maka aku pasang "Bebas Gyu-tae."” Kata Dong Baek.
Di dapur
bunyi panci yang baru saja masak, sementara di pintu belakang seperti ada orang
yang ingn masuk tapi pintu terkunci. Dong Baek membahas tentang presiden Amerika
yang dikucilkan karena merayu sekretarisnya dan Mimpi Tuan No adalah menjadi gubernur.
Tuan No
seperti lupa dengan pesan dokter “Namun, obat penenang bisa membuatmu lebih
kasar dan terkadang impulsif.” Ia pun marah pada Dong Baek yang dianggap
mengancamnya sekarang. Dong Baek mengaku
terluka melihatTuan No begini karena juga menganggapnya teman.
“Hei, Kau
pikir siapa kau mengasihaniku seperti itu?” kata Tuan No. Dong Baek pikir Teman tak saling menggenggam tangan.
Tuan No
lupa pesan dokter “Kau tak boleh minum-minum selagi minum obat ini” Dan trus
bicara mengacau kalau Dong Baek pasti tampak elegan jika bertingkah seperti
ini. Dong Baek teringat dengan pesan Yong Sik “Jangan bersikap lemah.”
“Namun,
kau tahu seperti apa dirimu setiap kali bersikap seperti ini? Kau hanya anak
manja menyebalkan. Anak manja menyebalkan.” Ucap Tuan No
“Jika aku
anak manja menyebalkan, maka kau... Kau...” teriak Dong Baek menahan emosinya.
“Apa? Apa
aku ini?” tanya Tuan No. Dong Baek tak ingin melanjutkan menyuruh pulang saja
karena sedang mabuk.
“Kenapa
tak selesaikan kalimatmu? Apa aku ini? Apa yang coba kau katakan?” kata Tuan No
memegang tangan Dong Baek lagi. Dong Baek meminta agar Tuan No melepaskan
tangannya.
Yong Sik tiba-tiba
datang berteriak melihat tangan Dong Baek langsung mengumpat marah. Dong Bae
heran melihat Yong Sik datang ke bar.
Yong Sik langsung menendengar Tuan No sambil berteriak marah. Keduan pun
berkelahi.
Tuan No
meminta berhenti, tapi Yong Sik sangat marah. Dong Baek hanya bisa terdiam
melihatnya. Tuan No marah bertanya Berapa usinya. Yong Sik menegaskan tak akan melepaskan Tuan
No dan tak akan memaafkanya. karena ini.
“Dasar
kau... Kubilang jangan pegang tangannya! Bukankah sudah jelas? Jika aku tahu
kau melakukannya lagi, kupatahkan penggelangan tanganmu!” teriak Yong Sik. Dong
Baek hanya bisa tertunduk diam seperti memikirkan sesuatu.
“Hei..
Implanku lepas. Apa Polisi baru saja membuat implan calon gubernur lepas? Aku
tak akan maafkan kau untuk ini.” Ucap Tuan No memperlihatkan giginya yang
copot.
“Lalu
aku? Apa Kau pikir aku akan memaafkanmu?
Aku... Aku akan... Aku akan...” ucap Yong Sik terbata-bata. Tuan No bertanya
apa yang akan dilakukan.
“Aku... Aku
tak akan memilihmu!” teriak Yong Sik marah. Dong Baek saat itu seperti sudah
membuat keputusan.
Akhirnya
Tuan Byun datang dengan mobil polisi membawa Yong Sik, Yong Sik sempat menatap
Dong Baek seperti tak percaya kalau melaporkanya. Dong Baek hanya diam saja. Tuan
No mengeluh karena Tuan Byun tak memborgolnya dan ingin memastikan kalau
menahannya.
“Kau
harus memborgolnya. Bagaimana jika dia kabur?” ucap Tuan No. Tuan Byun mengatakan Akan mengandeng lengan Yong Sik.
“Lepaskan
aku.” Kata Yong Sik kesal akan masuk dan duduk dibangku depan. Tuan Byun
mendorongnya agar duduk di kursi belakang.
“Biar
kuluruskan... Apa Pria lajang dan menikah berkelahi karena Dongbaek?” bisik
Bibi Park melihat Yong Sik dibawa ke kantor polisi.
“Sepertinya
dia merusak Ongsan dengan kecantikannya.” Balas Bibi Jung.
Nyonya Jo
dan Hyang Mi baru datang bingung melihat
ada mobil polisi. Dong Baek sibuk membersihkan bar yang berantakan. Hyang
Mi bertanya apakah Dong Baek tak akan pergi karean Gyu-tae tampaknya
sangat ingin Yong-sik dipecat.
“Apa yang
akan kukatakan? Haruskah kukatakan kepada mereka Tuan No menggenggam tanganku dan
mereka berkelahi karena Yong-sik membelaku?” kata Dong Baek
“Istri
Tuan No pengacara. Jadi Yong-sik butuh dibela.” Kata Hyang Mi memperingati.
“Aku tak
mau pergi, Aku lelah menghadapi rumor.” Ucap Dong Baek ta ingin ikut campur.
Di kantor
polisi
Tuan No
mengeluh kalau Seorang polisi menyiksa calon gubernur Ongsan dan Itu yang
terjadi. Nyonya Hong pun sudah datang, Tuan No berterikak marah kalau itu semua
Karena Yong Sik itu gila. Tuan Byun duduk disamping Yong Sik.
“Bisakah
kau katakan sesuatu? Kau harus katakan sesuatu agar bisa berdamai atau katakan
itu aksi membela diri. Apa yang terjadi? Apa Tuan No mengganggu Dongbaek? Apa
dia melecehkannya?” ucap Tuan Byun menunggu jawaban Yong Sik.
Yong Sik
terdiam mengingat yang dikatakan Dong Baek “Apa kau pernah menjadi ibu tunggal pengelola restoran dan
penjual alkohol? Jika pernah, kau pasti tahu betapa buruk rasanya saat semua
orang membicarakanmu.”
“Tidak,
tak seperti itu... Jangan libatkan Dongbaek.” Tegas Yong Sik
“Kau akan
berakhir di penjara saat berusaha melindungi Dongbaek. Apa Kau paham?” kata
Tuan Byun. Tuan No terus meracau kalau tak ingin memegannya.
“Dia
sepertinya mengonsumsi obat.” Komentar Tuan Byun melihat tingkah Tuan No
“Apa Kau
tahu siapa aku? Hei, jangan sentuh aku! Beraninya kau? Apa Kalian di tim yang
sama? Aku sediakan makanan gratis dengan gubernur Ongsan, bahkan makan salmon
masu dengannya!” teriak Tuan No. Nyonya Hong hanya bisa diam saja melihat
tingkah suaminya.
Tuan Byun
menganguk mengerti lalu menyuruh Tuan No agar duduk. Nyonya Kwak datang, Tuan
Byun pun menyapa lebih dulu. Yong Sik panik melihat ibunya yang datang.
Hyang Mi
membantu Dong Baek memotong bahan makanan sambil memberitahu kalau Anak baru di
kantor polisi mengabari bahwa Yong-sik menolak memberi keterangan jadi Pembela
keadilan itu mungkin berakhir dituntut atas penyerangan.
“Dia
tetap polisi. Aku yakin dia tak akan dipenjara.
Kepala akan menjaganya.” Ucap Dong Baek seolah tak peduli.
“Bukankah
hukuman polisi lebih berat jika mereka melakukan penyerangan? Dia dalam masalah
besar.” Kata Hyang Mi.
Tuan No
terus mengaku kalau Yong Sik tiba-tiba memukuliya saat tak melakukan apa pun
bahkan sungguh tak berdaya dan implannya lepas karena Yong Sik. Nyonya Hon menyuruh Diam saja. Tuan
No marah tak terima harus diam karena sang istri menyuruhnya.
“Apa kau
mengonsumsi obat?” tanya Nyonya Hong, Nyonya Kwak pikir anaknya tidak gila.
“Kenapa
dia memukulmu jika kau tak berbuat apa pun? Hei, kenapa kau tak katakan apa
pun? Bisakah kau tolong bicara?” ucap Nyonya Kwak . Tuan No tetap mengaku sungguh
tak berbuat apa pun.
“Kau
bukan tipe orang yang memukuli orang tak bersalah. Aku yakin kau berkelahi karena
dia berbuat salah. Apa yang dilakukannya di Camellia?” tanya Nyonya Kwak
“Aku
memukulinya karena ingin.” Kata Yong Sik. Tuan No pikir mereka sudah
mendengarnya.
“Dia
benar-benar psikopat.” Teriak Tuan No, Nyonya Kwok pun menarik anaknya agar
dikurung saja. Yong Sik pun panik.
Hyang Mi
dan Nyonya Joo sedang makan mandu bersama. Dong Baek dengan santai mengatakan
mereka akan membuka bar. Hyang Mi pikir Yong
Sik tak akan bisa bekerja jika masuk ke sana. Dong Baek yakin kalau Yong
Sik polisi, jadi tak akan dipenjara dan jelas
akan maklum.
Tiba-tiba
Dong Baek melihat ada kertas penunjuk ke arah pintu belakang lalu tertulis
[JALAN DONGBAEK] sambil bertanya-tanya apa itu. Ia melihat ada tulisan [IKUTI
PANAHNYA] dan terus berjalan di tanga pun terlihat [BERJALAN SEDIKIT LAGI]
Dong Baek
pun terus berjalan menaiki tangga dan melonggo tak percaya meliha sudah banyak
bunga yang bertaburan diatap dengan lilin, terlihat sangat romantis.
[Ini jalan
untukmu... Jalan Dongbaek... Terus ikuti panahnya, Dongbaek. Mendekat selangkah
lagi.] Dong Baek tak percaya melihat banyak botol soju dengan bunga diatasnya,
lalu menemukan kue ulang tahun dan juga
foto Yong Sik, Dong Baek pun membaca kartu disamping foto Yong Sik.
“Jika kau tak tahu ultahmu, maka
kau bisa ultah tiap hari. Aku akan buat setiap hari pantas dirayakan. Kau sudah
cukup hebat selama 34 tahun hidupmu.”
“Kenapa
dia melakukan ini kepadaku? Kenapa dia melakukan ini kepada orang sepertiku?”
keluh Dong Baek sambil menangis
“Ada
kamelia di mana-mana pada hari Dongbaek lahir.” Kata Ibu Dong Baek terlihat
bahagia melihat banyak bunga.
“Semua
ini karenamu, Ibu... Kenapa kau menelantarkanku? Kau membuatku merasa tak
berharga sejak aku tujuh tahun. Karena itu, aku lemah pada hal ini. Aku selalu
berjalan menunduk. Namun, dia terus membuat kepalaku terangkat.” Ungkap Dong
Baek sambil terus menangis.
“Bunga-bunganya
akan segera mekar.” Komentar ibu Dong Baek seperti tak mengubris ucapan
anaknya.
“Dia
membuatku merasa bernilai. Dia selalu memberitahuku aku penting dan berharga.
Dia membuatku merasa itu benar. Itu membuatku marah! Aku ingin berhenti menahan
marah!” ungkap Dong Baek.
Dong Baek
pergi ke meja kasir dan langsung membawa
BUKU BESAR. Hyang Mi bertanya apakah Dong baek mau pergi. Dong Baek
dengan sangat yakin menyuruh Hyang Mi Tutup bar hari ini lalu keluar bar dengan
wajah serius.
“Jangan
khawatir... Dia terlahir menjadi kuda nil.” Ucap Hyang Mi tersenyum bahagia
melihat Dong Baek
“Saat kuda nil marah, dia akan
menguasai Ongsan Orang-orang bodoh karena memandang rendah kuda nil. Kuda nil
bahkan tak mengaum. Mereka tak menggigit. Mereka hanya perlu menghantam musuh.”
Yong Sik
kaget melihat Dongbaek. Tuan No mengaku senang karena Dong Baek datang karena melihat
semua kejadiannya... Dong Baek mengaku tidak karena datang bukan sebagai saksi.
Tuan Byun kaget, Yong Sik pun bingung. Dong Baek mengaku datang untuk menuntut.
“Apa?
Menuntut siapa?” tanya Tuan Byun makin bingung. Dong Baek membuka buku besar
yang dibawanya.
“Tanggal
13 Desember 2016. Tuan No datang memeriksa kebocoran atap. Alih-alih
memperbaiki, dia pergi setelah menepuk belakang pundak kiriku dua kali.” Kata Dong
Baek. Tuan No terlihat panik
“24
Februari 2017... Tuan No datang menagih biaya perawatan. Namun, dia hanya
pura-pura melakukannya dan menyentuh punggung tanganku dua kali. Itu bahkan tak
diperlukan.” Kata Dong Baek. Yong Sik mengumpat marah.
“15 Mei
2018. Selagi Tuan No makan tahu dengan kimchi tumis, dia berkata tahunya
seputih kulitku dua setengah kali. Dia mabuk dan muntah saat akan mengatakannya
ketiga kali. Ini bisa dianggap kekerasan verbal, 'kan?” kata Dong Baek. Tuan
Byun menganguk.
“Lalu
terakhir, dia pergi tanpa membayar 8.000 won.” Kata Dong Baek. Tuan No membela
diri kalau punya alasan.
“ Apa itu
catatan semua hal memalukan yang dilakukan orang daerah sini di Camellia? Ini
akan menjadi pertumpahan darah.” Kata Tuan Byun. Dong Baek terus menatap sinis
pada Tuan No.
“Pelecehan
seksual, kekerasan verbal, dan menolak membayar makanannya. Aku ingin menuntut
Tuan No untuk semua itu.” Kata Dong Baek
“Apa yang
baru saja kau katakan? Apa kau serius? Kau lakukan ini karena aku minta.. kau
pindah?.” ucap Tuan No membela diri.
“Aku langsung
tahu. Dia tak pernah selingkuh dengan suamiku.” Gumam Nyonya No tersenyum
“Jangan
tahan Yong-sik, Harusnya Tuan No yang ditahan.” Kata Dong Baek. Nyonya Kwak
yang melihatnya hanya bisa bergumam “Mereka akan saling menyukai”
“Dongbaek,
biar kulihat setiap nama yang tertulis di buku itu.” Ucap Yong Sik mendekati
Dong Baek.
“Kenapa
kau diam saja di pojok? Kau tak berbuat salah!” kata Dong Baek marah
“Dongbaek..
Apa Kau baru saja melindungiku?” kata Yong Sik tak percaya. Dong Baek mengeluh
dengan Yong Sik sangat peduli padanya.
Yong Sik
tak bisa menahan rasa haru lagi dan akhirnya menangis. Dong Baek heran melihat
Yong Sik menangis. Keduanya pun menangis di kantor polisi.
Epilog
Tuan No
melihat pesan dari pelaku [SUDAH KUBILANG LIMA TAHUN LALU AGAR JANGAN USIL...]
Yong Sik dudu dengan wajah sedih dan frustasi. Polisi memberitahu kalau sudah
menemukan identitasnya. Tuan Byun melihat isi dompetnya.
“Ini Sesuai
dugaanku, 'kan?” kata si polisi. Yong Sik terlihat sangat frustasi merasa tak
percaya dan yakin kalau itu tak terjadi dan bukan seperti itu dugaanya.
Bersambung
ke episode 13
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar