PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yool Moo
berdiri didepan kamar melihat dua pasang sepatu wanita, tapi wajahnya terlihat
sangat marah. Di dalam kamar, Nok Du mencoba mencium Dong Joo kembali tapi
pintu kamar terbuka. Yool Moo menatap dingin, keduanya melonggo kaget.
“Tuan,
ini kesalahpahaman.” Ucap Dong Joo, Nok Du mencoba menutupi tubuhnya.
“Keluarlah...
Keluar dari ruangan ini sekarang juga!” kata Yool Moo marah.
Saat itu
terdengar suara tiga serangkai datang, mereka membahas kalau mencuci rambut itu
menyenangkan. Dong Joo dan Nok Du langsung menarik Yool Moo ke dalam kamar.
Nok Du
bersiap-siap dengan bajunya, Tiga serangkai memanggil Nyonya Kim. Dong Joo
mencoba menutup mulut Yool Moo agar tak bersuara. Nok Du mengaku hanya bersiap tidur. Soon Nyeo
meminta Nok Du agar keluar sebentar. Yool Moo mencoba melepaskan tangan Dong
Joo.
“Kami
ingin memberimu sesuatu” ucap Mal Nyeo. Soon Nyeo pikir merkea tinggal serumah
jadi tidak perlu meminta keluar jadi berpikir
masuk saja.
“Nyonya
Kim, kami masuk” ucap Soon Nyeo, Nok Du menolaknya karena akan keluar sekarang.
Sebelum
pintu terbuka, Nok Du sudah keluar sambil menguncir rambutnya. Bok Nyeo
bertanya Apa Dong Joo ada di rumah. Nok Du membenarkan kalau Dong Joo sudah keluar seharian tapi sudah kembali dan sedang
tidur.
“Kami meninggalkan
bunga iris untukmu. Kalian berdua harus berbaikan besok sambil saling membantu
mencuci rambut.” Ucap Bok Nyeo. Nok Du menganguk mengerti.
“Pria
tidak berarti apa-apa. Semua itu tidak berguna, Nyonya Kim.” kata Soon Nyeo.
“Astaga, maafkan aku... Kalian pasti lelah.
Sebaiknya kalian tidur.” Ucap Nok Duk
“Tidak.
Kami baik-baik saja.” Ucap Soon Nyeo, Nok Du mendorong mereka agar cepat pergi
dan tidur saja, karena Dong Joo sedang tidur.
Akhirnya
Yool Moo merapihkan topi dan menatap sinis pada Nok Du, lalu menegaskan kalau
Dong Joo membantunya merahasiakan bahwa dia pria. Dong Joo membenarkan
karena Nok Du akan segera pergi, jangan
beri tahu siapa pun soal ini
“Kalau
begitu, bagaimana dengan Yang baru saja kulihat... “ kata Yool Moo sinis.
“Itu
kecelakaan... Dia tergelincir.” Kata Dong Joo, Yool Moo mengeluh kalau Dong
Joo berharap mempercayai itu.
“Aku
memercayaimu, tapi bedebah itu...” kata Yool Moo marah. Nok Du akhirnya mengaku
kalau tadi bukan kecelakaan.
“Hei...
Diamlah... Aku bisa mengerti kamu mungkin berpikir dia ceroboh, bodoh, dan
tidak tahu malu.”ucap Dong Joo. Nok Du marah mendengarnya.
“Namun, dia
tidak jahat, jadi, tolong jangan khawatir.” Kata Dong Joo. Yool Mo marah karena
Dong Joo seperti membela Nok Du.
“Jika
orang tahu dia pria, maka aku juga akan dihukum karena membantunya. Aku menjaga
diriku sendiri. Jadi, tolong berpura-puralah tidak melihat apa pun dan pergi.
Akan berbahaya jika kau di sini lebih lama.” Kata Dong Joo.
“Aku
membencimu. Kau tahu aku tidak pernah bisa menentang keinginanmu. Jadi Ikut
aku.” Ucap Yool Moo mengancam Nok Du dengan pedangnya
“Apa yang
kau lakukan?” keluh Nok Du. Yool Mo mengeluh kalau Nok Du akan bermalam bersama Dong Joo lagi
“Kami
akan menyelesaikannya sendiri. Tolong hentikan. Aku akan tidur di kamar di
rumah gisaeng... Kumohon.” Ucap Dong Joo lalu memberikan kain pada Yool Moo
agar menutup kepalanya.
Yool Moo menatap sinis, tapi akhirnya keluar
dengan Dong Joo mengunakan kain. Nok Du hanya bisa duduk lemas didalam
kamarnya.
Dong Joo
berbaring dikamar, berbica sendiri kalau mengetahui Nok Du tidak ada wanita
yang disukai dan mengingat saat menciumnya. Ia mengeluh sendiri mencoba untuk
tak peduli tapi tak bisa tidur. Hwa Soo yang tidur disampingnya meminta
mematikan lilin karena ingin tidur.
Akhirnya
Dong Joo yang tak bisa tidur berjalan mondar mandir dengan lampu ditanganya.
Tiba-tiba Nok Du melonggo dari depan dinding, Nok Du kaget tapi bisa sedikit
lega karena Nok Du yang datang. Keduanya pun duduk di tempat lain.
Keduanya
terlihat gugup, Nok Du ingin bicara, tapi Dong Joo lebih dulu mengancam
Jika menyebutkan ciuman itu, maka akan
membunuhnya. Nok Du ingin menanyakan sesuatu, Dong Joo meminta Berhentilah bertanya siapa di antara mereka
yang sukai.
“Batuk...”
kata Nok Du yang kembali disela. Dong Joo agar Berhenti membicarakan batuk.
“Kau
terus mengucapkan omong kosong yang tidak kupahami.” Keluh Dong Joo. Nok Du
meminta agar mendengarkan dahulu.
“Hei,
kenapa kau tidak menanyaiku? Aku tidak punya kekasih. Aku berbohong. Wanita
yang kutemui di Hanyang...” ucap Nok Du yang langsung disela oleh Dong Joo
“Lupakan
saja... Aku tidak ingin tahu.” Ucap Dong Joo, Nok Du heran Dong Joo yang tidak
ingin tahu
“Tidak
seperti asumsimu, aku tidak tertarik padamu.” Tegas Dong Joo mencoba menyangkal.
“Jangan...
Jangan berbohong.” Ejek Nok Du, Dong Joo menegaskan tidak berbohong.
“Apa kau
marah karena aku menciummu tanpa meminta izinmu?” tanya Nok Du kesal
“
Tidak... Itu bukan masalah besar. Satu ciuman tidak akan merusak bibirku.”
Balas Dong Joo.
“Kenapa
kau bilang begitu? Aku jelas merasakannya... Kau merasakan hal yang sama...”
ucap Nok Du
“Kau
tidak pernah mengencani wanita,kan? Tidak sekali pun dalam hidupmu.” Komentar
Dong Joo.
Nok Du
terlihat bingung lalu mengelak kalau Itu
tidak benar. Ia menegaskan Bukan hanya beberapa wanita yang jatuh cinta padanya
di kampungnya dan Dong Joo bukan siapa-siapa. Dong Joo yakin bukan hanya beberapa wanita.
“Mungkin
malah tidak ada. Itu sebabnya kamu salah paham dan mengejar orang yang salah.
Apa Aku salah? ” Kata Dong Joo.
“Apa Aku
mengejar orang yang salah?” tanya Nok Du. Dong Joo membenarkan.
“Jangan
menempel lagi jika kau mengerti perasaanku. Aku datang untuk mengatakan ini.”
Tegas Dong Joo
“Kau
bilang "Menempel"?” ucap Nok Du tak percaya dan membiarkn Dong Joo pergi. Dong Joo berjalan
melihat dari belakang Nok Du seperti menangis.
Pangeran
digendong paksa oleh pengawal sambil menjerit memohon agar bisa bertemu ibunya. Si pengawal tak peduli terus
mengendong pangeran, pengern terus menjerit kalau harus menemuinya. Dua mentri
melihat Pangeran, Heo Yoon pun menatap sinis.
“Jika aku
keluar dari pintu itu, aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi. Tolong
biarkan aku melihatnya... Ibu!” teriak pangeran. Dayang yang melihat Pangeran menangis
melihatnya.
Raja di
kamar bertanya pada Apa pangeran terus menangis, seperti tak peduli. Ia pikir
pangeran berani setelah meninggalkan gerbang, menurutnya Ratapan untuk adiknya
yang malang sangat keras sampai nyaris mendengarnya melewati dinding istana.
“Entah
apakah mereka bersikap seperti itu saat aku dipermalukan di masa lalu.” Kata
Raja
“Aku
seperti itu, Yang Mulia.” Ucap Heo Yoon. Raja pikir Heo Yoon satu-satunya.
“Bahkan
ayahku menolak mengakuiku. Karena itulah dia meninggalkan harapan terakhir yang
begitu kejam. Jika kau tidak segera menyingkirkannya, maka mungkin aku tidak
akan menjadi Raja. Karena itulah aku percaya padamu. Aku hanya memercayaimu.
Kau tahu itu, Yoon?” ucap Raja
“Aku sangat
berterima kasih, Yang Mulia.” Ucap Heo Yoon membungkuk
Heo Yoon
membuka sebuah kotak dan terliha ada guluran kertas didalamnya.
Flash Back
6 Tahun
yang lalu, Heon Yoon bertemu dengan seroang pria bertanya Apa ini harapan
rahasia mendiang raja dan baru tahu Rumor itu benar. Ia bertanya Kenapa pria itu
tidak bertindak lebih cepat. Si pria
memberitahu Yang Mulia tiba-tiba menjadi
Raja, dan Pangeran Yeongchang masih muda.
“Aku
mencari waktu yang tepat. Namun, kau lebih cepat.” Ucap si pria. Heo Yoon
menegaskan pria itu akan dihukum atas konspirasi ini.
“Aku
berjanji suatu hari nanti, kau akan menyesal mengambil perintah kerajaan
dariku.” Kat si pria.
Tapi saat
itu Heo Yoon sudah membunuh pria dan juga anaknya, lalu akan membakar suratnya.
Tuan Jung datang menepuk pundaknya. Heo Yoon kaget melihat temanya. Keduanya
pun duduk di ruangan, Tuan Jung
memberitahu kalau Anak itu adalah putra Yang Mulia.
“Dia
tumbuh sebagai pria yang cerdas dan pintar. Karena Yang Mulia telah menjadi
Raja, dia harus kembali, kan?” kata Tuan Jung.
“Aku
tidak bisa melakukan itu.” Kata Heo Yoon. Tuan Jung bingung kenapa tak bisa.
“Karena dia
berada di posisi tertinggi, tidak ada yang perlu dia takuti.” Ucap Tuan Jung
Saat itu
Heo Yoon memperlihatakan surat yang disimpanya.Tuan Jung kaget melihat
"Gulingkan Putra Mahkota, Dan biarkan Pangeran Yeongchang meneruskan
takhta setelah aku" lalu bertanya apa itu maksudnya.
“Aku baru
saja kembali dari membunuh pria yang menyembunyikan itu. Bagaimana menurutmu?
Apa Kau sungguh berpikir tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi?” kata Heo
Yoon.
“Bagaimana
ini bisa terjadi?” kata Tuan Jung bingung. Heo Yoon pikir mereka tidak tahu
kenapa mendiang raja membuat keputusan ini.
“Bagaimana
jika ini tidak berakhir dengan keberhasilannya naik takhta? Aku, kamu, dan anak
itu bisa mati. Jadi, lupakan impian semumu dan pulanglah. Jika kamu muncul di
hadapanku lagi, maka aku tidak akan bisa menunjukkan belas kasihan.” Ucap Heo
Yoon memperingati.
Heo Yoon
melihat gulungan yang masih disimpanya lalu anak buahnya datang.
Heo Yoon
masuk dengan anak buahnya dan kaget karena Jung Yoon Jeo menghilang. Anak
buahnay memberitahu Para wanita Pasukan Muweol yang mengawasinya telah mati.
Heo Yoon memberitahu anak buahnya kalau harus menemukannya apa pun yang
terjadi.
“Apa Kau
membawa jasad para wanita Pasukan Muweol?” tanya Heo Yoon. Anak buahnya mengaku
tidak.
“Jasad di
ruangan ditemukan di desa para janda.” Ucap anak buahnya lalu Keduanya masuk
ruangan dan melihat jasad Deul Re yang suda meninggal
Anak buah
Heo Yoon memberitahu kalau Deul Re disiksa
dan yakin pria yang menyelinap ke desa untuk para janda membunuhnya dan
melarikan diri ke Hanyang. Ia pun berpikir kalau pria itu membocorkan
sesuatu... Heo Yoon langsung menyuruh anak buahnya agar Cari dan temukan anak
itu
“Lalu kau
siapkan Pasukan Muweol,Kurasa kita harus menyingkirkan pejabat setempat dan
membawa Pangeran Yeongchang. .” Perintah Heo Yoon. Anak buahnya menganguk mengerti pergi dengan
kuda.
Tuan
Hwang bertanya apakah menemukan bosnya. Nok Du mengaku sudah hampir berhasil.
Tuan Hwang pikir Itu tidak penting jadi lebih baik Bunuh saja bosnya. Nok Du
pikir ini lebih rumit dari kelihatannya karean membicarakan pulau itu, jadi,
pasti dia pelakunya.
“Tapi aku
yakin ada orang lain yang terlibat.” Ucap Nok Du. Tuan Hwang ingin tahu siapa.
“Bunuh
orang itu juga.” Kata Tuan Hwang. Nok Du menjawab sang Raja. Tuan Hwang kaget mengetahui Sang Raja
“Apa Maksudmu
Yang Mulia?” tanya Tuan Hwang. Nok Du membenarkan lalu mengeluh kesal
“Aku
mengerti betapa sulitnya berpakaian seperti itu di sini. Tapi mengatakan itu
melukaiku.” Ucap Tuan Hwang
“Aku tahu
itu tidak masuk akal. Tapi jika ayahku sungguh mengenal sang Raja... Jika dia
seorang bangsawan... Jika dia bersembunyi di pulau karena kejahatan yang dia
lakukan, mungkin sebaiknya aku tidak menyelidikinya.” Jelas Nok Du
“Kejahatan?
Konspirasi?” ucap Tuan Hwang bingung. Nok Du berpikir Konspirasi Ayahnya. Tuan
Hwang pikir tidak mungkin benar.
“Ibuku
jelas mengatakan bahwa itu karena aku.” Kata Nok Du. Tuan Hwang sedikit panik
mendengarnya.
“Tidak.
Itu pasti kesalahpahaman... Ayahmu bukan orang seperti itu. Dia pria yang
sangat adil. Tidak mungkin.” Kata Tuan Hwang
“Intinya,
aku tidak boleh gegabah. Aku harus menyelidikinya lebih lanjut.” Kata Nok Du
“Benar.
Kau harus yakin... Omong-omong, matamu bengkak. Seperti habis menangis setelah
ditolak wanita.” Komentar Tuan Hwang. Nok Du mengelak menutup matanya.
Tuan
Hwang ingin melihatnya lebih dekat, Nok Du mengalihkan dengan bertanya
keberaadan Aeng Du karena tidak melihatnya sejak kemarin. Tuan Hwang
menceritakan Aeng Du terus menangis dan mengatakan hal-hal yang tidak
dipahaminya.
Aeng Du
duduk di pinggir kolam sambil menangis, mengulang kalimat kalau Nok Du itu
adalah kakak perempuan bukan laki-laki. Ia seperti merasa menyesal kemarin salah
bicara. Saat itu Yoon Moo datang, Aeng Dung ingn membahas yang Kemarin, tapi
Yool Moo seperti tak peduli.
“Apa
mereka menggulungnya? Benarkah? Apakah dia sudah mati?” tanya Aeng Du panik.
Yool Moo hanya diam saja.
“Kau Gulung
aku juga! Gulung aku!” kata Aeng Du mendorong kepalanya ke tubuh Yool Moo
“Baiklah,
kalau begitu. Ayo pergi.” kata Yool Moo langsung mengedong seperti beras. Aeng
Du pun menjerit memanggil ayahnya kalau sedang diujung tanduk.
Sementara
Nok Du mencari Aeng Du bingung karena tidak melihatnya di mana pun. Saat itu
Dong Joo baru saja keluar dari rumah, Dong Joo mencoba untuk tak peduli tapi
Nok Du menghadangnya bertanya mau ke mana. Dong Joo menjawab akan berkerja.
“Apa Kau
akan mencuci pakaian?” tanya Nok Du. Dong Joo pikir tidak
“Aku akan
ke Rumah gisaeng. Aku akan bekerja di dapur mereka mulai hari ini.” Ucap Dong
Joo, Nok Du hanya diam saja.
Aeng Du
terus memanggil ayahnya, tapi Yool Moo
ternyata membawanya ke dapur lalu bertanya apakah tidak menggulungku di tikar
jerami. Yool Moo pikir Jika Aeng Du mati, siapa yang akan makan makanannya.
Aeng Du bingung lalu ingin tahu
keberadaan Nok Du sekarang.
“Karena
ada dua wanita yang ingin melindunginya, sementara ini, aku ampuni nyawanya.
Tapi sebagai balasannya, maukah kau membantuku?” ucap Yool Mo.
“Pertama,
kita kenyangkan perut kita. Setelah itu, kita akan bicara.” Kata Yool Moo. Aeng
Du hanya bisa melonggo melihat daging dengan tumpukan yang banyak lalu melihat
pancaran sinar diwajah Yool Moo.
Nok Du
mengejar Dong Joo meminta agar Jangan pergi. dan ingin tahu Apa yang bisa
dilakukan di dapur. Ia pikir kalau Dong
Joo tidak tahu kenapa mereka menyuruhnya ke dapur dan mengeluh kalau Dong Joo
sangat naif Dong Joo pikirkarena sudah jelas ingin memisahkan mereka berdua.
“Kamu
tahu, Itu sebabnya kamu tidak boleh pergi ke sana.” Ucap Nok Du
“Aku harus
membayar utangku kepadamu.” Kata Dong Joo. Nok Du berjanji akan memberikanya diskon,
jadi, jangan pergi.
“Astaga,
sudah kubilang jangan terlalu menempel!” tegas Dong Joo. Nok Du menolak tetap akan
terus menempel.
“Kau
bilang kau tidak menyukaiku... Baik, aku mengerti... Tapi, aku akan membuatmu
menyukaiku. Jadi, jangan datangi dia.” Tegas Nok Du
“Bagaimana
caramu melakukan itu?” tanya Dong Joo. Nok Du mengikuti Dong Joo dan langsung
mengendongnya.
Dong Joo
berteriak panik, tapi setelah itu malah Nok Du keluar dengan luka diwajahnya.
Dong Joo mengeluh meminta agar Nok Du berhenti mengikutinya karena membuatnya
merasa sangat tidak nyaman jadi menyuruh pergi saja. Nok Du pun menurut.
Dong Joo
pergi ke dapur membantu Yool Moo. Yool Moo menegaskan akan menuruti permintaan dan
berpura-pura tidak tahu apa pun demi kebaikannya jadi Anggap saja melupakan kejadian kemarin.
Ia menegaskan kalau Dong Joo tidak boleh tidur sekamar...
“Kau
pikir aku orang macam apa? Kami juga tinggal dengan gadis kecil itu, jadi,
jangan khawatir. Tidak akan terjadi apa-apa.” Tegas Dong Joo. Yool Moo
mengerti.
“Tapi aku
punya pertanyaan... Kau bilang kau menyukai seseorang. Aku dengan jelas
mendengarmu mengatakan itu. Katakan padaku. Apa dia orang yang kau pikirkan
saat mengatakan itu?” kata Yool Moo
“Tentu
saja tidak. Aku juga punya standar.” Tegas Dong Joo. Yool Moo mengangguk
mengerti.
“Tidak
mungkin kau menyukai pria sepertinya. Kalau begitu, apa kau membicarakanku?”
kata Yool Moo. Dong Joo mengaku Bukan.
“Aku
mabuk dan mengatakan hal yang tidak kumaksudkan.” Tegas Dong Joo. Yool Moo
pikir tidak perlu menyangkalinya seperti itu.
Saat itu
diluar, Nok Du meihat Yool Moo dengan Dong Joo lalu mengumpat kesal dan
berpikir Mungkin sebaiknya... Aeng Du tiba-tiba datang bertanya apa yang
dilakukanya. Nok Du kaget melihat Aeng Du. Aeng Du bertanya apakah menjelek-jelekkan
Yool Mu-ku tersayang.
“Apa? Kau
bilang "Yool Mu-ku tersayang"?” kata Nok Du panik. Aeng Du mengaku itu
terjadi begitu saja.
“Aku
tidak bisa menahannya.” Ucap Aeng Du terkesima dengan Yool Moo. Nok Du bingung
apa maksud ucapanya.
“Aku
sudah memikirkannya, dan saat menikah, orang itu harus bersama seumur hidup.
Dan aku menyimpulkan bahwa dia jauh lebih baik darimu. Maafkan aku.” Ucap Aeng
Du terpesona. Nok Du tak percaya mendengarnya.
“Dia
kekar dan berhati hangat. Dia selalu tersenyum kepadaku. Dong Joo bilang padaku
bahwa aku harus mencari pria hebat, dan kurasa dia orangnya. Tidak diragukan
lagi, dia orangnya.” Kata Aeng Du seperti sedang jatuh cinta. Nok Du hanya bisa
mengeleng-gelengkan kepala.
Saat itu
Tuan Hwang sedang minum dengan Tuan Yeon. Tuan Yeon bahkan menuangkan minuman,
Tuan Hwang bahagia seperti merasa minumanya sangat pahit. Tuan Yeon membahas
kalau Tuan Hwang sudah seperti ayah dari Nyonya Kim.
“Ya,
tentu saja... Aku membesarkan anak itu.” Kata Tuan Hwang bangga. Tuan Yeon
langsung memanggil ayah mertuanya.
“Maukah
kau membantuku? Aku bersedia melakukan apa pun untuk memikat hatinya.” Kata
Tuan Yeon. Tuan Hwang meminta agar melepaskan
tanganya dahulu.
“Aku ini
profesional dalam memikat hati wanita. Tapi tentu saja, pengetahuanku hanya
berlaku pada wanita. Omong-omong, akan kuberi tahu yang diperlukan untuk memikat
hati wanita.” Ucap Tuan Hwang.
Tuan Yeon
penasaran apa itu, saat itu Nok Du pun
datang ingin tahu apa itu. Tuan Yeon kaget lalu panik karena sangat memalukan.
Nok Du
melihat dari kejauhan Dong Joo membawa piring kotor seperti sangat keberatan
dan teringat yang dikatakan Tuan Hwang.
“Kau harus bersikap tidak acuh
sekaligus baik. Ini rahasianya. Biar kuberi tahu apa artinya. Sebelum
membantunya, katakan "Apa ini usaha terbaikmu? Sebaiknya kamu bunuh diri
karena tidak bisa melakukan ini!" Lalu, bantu dia seolah-olah kau
melakukannya karena tidak punya pilihan.”
Nok Du
mendekati Dong Joo akhirnya mengambil berkas mangkuk. Dong Joo kaget melihat
Nok Du tiba-tiba mengambil barang dari tanganya. Nok Du langsung berkata dengan
sinis Bunuh diri saja. Kau sangat buruk
melakukan ini.” Dong Joo melonggo bingung.
“Astaga,
apa yang kau lakukan? Berikan padaku.” Ucap Dong Joo melihat Nok Du yang
mencuci piringnya.
“Aku
membantumu karena harus..” Kata Nok Du mendorong Dong Joo agar menjauh. Dong
Joo terlihat kaget dan akhirnya memukul kepala Nok Du. Nok Du menjerit
kesakitan.
“Siapa
yang mengajarimu ini?” tanya Dong Joo. Nok Du mengeluh dan dong Joo akan ingat
ini sebelum tidur.
“Aku
bersikap tidak acuh, tapi baik... Ini sangat adiktif.” Kata Nok Du lalu kembali
mencuci. Dong Joo hanya bisa menatapnya.
“Kenapa
kau menatapku seperti itu jika tidak menyukaiku?” goda Nok Du bisa merasakan
tatapan Dong Joo.
“Apa
maksudmu? Bagaimana aku melihatmu?” tanya Dong Joo mengelak. Nok Du langsung
memegang wajah Dong Joo memberitahu kalau
Seperti itu cara melihatnya.
Dong Joo
gugup memilih pergi, Nok Du ingin tahu kemana akan pergi. Dong Joo menjawab
Bukan urusannya. Nok Du memperingatkan Dong Joo agar Jangan terlambat dan makan malamlah di rumah.
Nok Du hanya berjalan pergi. Nok Du mengeluh
Dong Joo tidak pernah mendengarkan ibunya.
Mentri
pertama membahas Raja yang ingin
menggunakan asisten kapten Pulau Ganghwa dan ingin tahu apakah akan baik-baik
saja. Raja tahu kalu Ada banyak orang
yang peduli pada Pangeran Yeongchang.
“Kami
akan melakukan yang terbaik untuk tidak memberi mereka alasan. Jadi, jangan
khawatir, Yang Mulia. Selain itu, akan lebih
baik jika mereka bersedia membuat keributan sendiri. ” Ucap mentri
“Ini akan
menjadi kesempatan bagiku untuk mencari tahu yang akhirnya bisa
mengkhianatiku.” Kata raja.
Dong Joo
menatap sebuah kotak didepanya, seperti tak bisa membukanya dan hanya
menatapnya lalu membawanya pergi. Sementara pasukan wanita sedang rapat didalam
ruangan. Jung Sook memberitahu Lee In
Woo, pejabat setempat yaitu yang merencanakan pengasingan.
“Ayahnya
akan merayakan ulang tahunnya yang ke-60 besok. Kudengar mereka hanya
mengundang anggota keluarga mereka.” Kata Kim Sook
“Kurasa
dia khawatir pembunuh bayaran akan membunuhnya jika dia mengundang banyak
orang.”komentar Yeon Bon.
“Dia
tidak akan pernah tahu bahwa wanita yang bekerja di sana akan menjadi
pembunuhnya” kata Jung Soook
“Kita
bertujuh akan pergi ke Hanyang, termasuk aku dan Jung Sook. Setelah kita
mengurus ini, aku akan memeriksa apa ada yang mendengar kabar soal Deul Le.” Kata
Kim Sook
“Baik,
aku akan pergi ke Pulau Ganghwa dengan yang lain.” Ucap Yeon Beon
“Sampaikan
ini pada semua yang akan berangkat dengan kita.” Perintah Kim Sook. Keduanya menganguk
mengerti.
“Astaga,
semua orang di Pasukan Muweol akan pergi.” kata Yeon Beon melemaskan badanya.
Nok Du
berjalan masuk desa janda sambil memikirkan kalau Aeng Du berpikir Yool Moo
lebih baik darinya lalu mengumpat kesal.
Ia pun tidak percaya Aeng Du memilihnya karena
makanannya. Saat itu tiga wanat keluar dari rumah.
“Sepertinya
kalian akan bepergian jauh.” Ucap Nok Du. Jung Sook memberitahu mereka akan
pergi ke Hanyang.
“Ada pesta
ulang tahun ke-60 yang meriah.” Kata Yeon Boon. Jun Sook mengaku mereka berencana membuat keributan di sana. Yeon Boon
langsung memukul wajahnya.
“Aku bisa
pergi dan membantu.” Kata Nok Du, Kim Sook menolaknya karena Ini penting dan
berbahaya.
“Hanyang
agak kacau sekarang. Kau tahu apa yang dilakukan Yang Mulia? Di Pulau
Ganghwa...” ucap Jung Sook yang langsung dipukul Yeon Boon.
“Hentikan.
Kau berbagi terlalu banyak.” Keluh Jung Sook. Nok Du penasaran Apa yang
dilakukan Yang Mulia
“Itu
bukan urusanmu. Jangan menimbulkan masalah.”kata Kim Sook lalu pamit pergi. Nok
Du makin penasarn dengan Pulau Ganghwa dan Yang Mulia.
Tuan Heo
masuk ruangan, anak buahnya mengaku diberi
tahu bahwa Pasukan Muweol telah berangkat. Tuan Heo bertanya apakah yakin
semuanya sudah siap. Anak buahnya membenarkan.
“Rumah
pejabat setempat akan ramai untuk pesta, jadi, mereka tidak akan kesulitan
berbaur.” Jelas Anak buahnya. Tuan Heo menganguk mengerti dan akhirnya keluar
dari ruangan
Tuan Heo
sendiri dan di ruangan tiba-tiba seseorang datang menodongkan pedang ke
lehernya. Ia bingung siapa yang berani mengancamnya, Tuan Hwang yakin
Sepertinya Tuan Heo merencanakan sesuatu lagi.
“Lama
tidak berjumpa.” Sapa Tuan Jung, Tuan Heo kaget melihat Tuan Jung yang datang.
Bersambung
"Episode 12"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar