PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 02 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 4

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Dong Joo duduk diam saat Nok Du membantu membalut lukanya. Nok Du merasa makin memikirkannya, ini makin tidak masuk akal dan hanya membantunya karena dia khawatir. Dong Joo mengaku bertanya-tanya apakah itu sungguh membantu.
“Dia bilang tidak suka karena dia mirip gisaeng itu. Jadi, kubilang dia tidak mirip gisaeng itu. Aku berkata jujur.” Ucap Nok Du
“Bu, Kau tidak punya teman, kan? Aku yakin kamu hanya punya asisten karena kau berasal dari keluarga bangsawan. Haruskah kuberi tahu apa yang harus kau lakukan dalam situasi seperti itu?” ucap Dong Jo. Nok Du mengangu mengerti
“Tanpa balasan apa pun?” tanya Dong Joo yang memegang perutnya yang lapar. Nok Du terlihat bingung. 


Akhirnya Dong Joo yang tak bisa makan meminta agar menyuapinya. Nok Du pun menurutinya. Dong Joo meminta agar Nok Du mendengarkan sambl berkata "Astaga, benarkah? Tidak mungkin." Nok Du tak mengerti maksudnya.
“Jangan logis soal itu... "Astaga. Sungguh? Kau mirip dengannya. Astaga." Kau hanya perlu mengatakan kalimat ini pada saat yang tepat.” Ucap Dong Joo. Nok Du mengaku sama sekali tidak mengerti.
“ Kau tahu, memalukan jika membahas beberapa hal sendiri dan kau ingin orang lain menyinggungnya untukmu. Apa Kau tahu maksudku? Kau hanya perlu berpura-pura. Kau juga wanita. Bagaimana mungkin kau tidak mengerti?” ejek Dong Joo.
“Astaga. Sulit dipercaya.” Keluh Nok Du kesal mengambil meja makan akan dibawa keluar.
“Apa? Aku belum selesai... Tunggu. Sebelum pergi, bisa bantu aku dengan ini?” ucap Dong Joo akan membuka bajunya.
“Astaga. Ada beberapa tempat kau tidak boleh melepas pakaianmu.” Ucap Nok Du bingung
“Ada apa dengan tempat ini?” kata Dong Joo bingung. Nok Du menegaskan kalau Dong Joo harus ganti pakaian sendiri setelah melepas perbannya.
“Aku tidak bisa membantumu dengan itu.” Ucap Nok Du lalu mendorong Dong Joo sampai terjatuh untuk tidur.
“Bu... Aku tidak bisa tidur tanpa bantal.” Kata Dong Joo, Nok Du langsung melemparka bantal
“Bukankah kau bersikap terlalu kejam? Aku butuh bantuanmu.” Ucap Dong Joo
“Kau jelas membutuhkan banyak bantuan dariku. Aku benci hal semacam ini. Kau harus menjaga dirimu.” Kata Nok Du kesal. Dong Joo mengerti.
“Ini saja. Aku tidak akan meminta bantuanmu lagi.” Tegas Dong Joo kesal melihat Nok Du pergi. 




“Apa yang kulakukan? Lupakan soal berteman dengannya. Aku akan menjadi musuhnya.” Ucap Nok Du kesal setelah mencuci piring lalu mengulang kata-kata Dong Joo "Astaga, benarkah? Tidak mungkin."
Saat masuk kamar, Nok Du kaget melihat Dong Joo yang mengosok-gosokan punggung dinding, lalu bertanya apa yang dilakukanya.  Dong Ju mengaku Gatal karena aku tidak bisa mengganti pakaiannya. Nok Du pun akhirnya membantunya.
“Bukan di sana... Ke samping...” ucap Dong Joo, Nok Du meminta Dong Joo bicaralah lebih keras.
“Astaga. Geser ke kanan lagi... Kau Garuk lebih keras... Ya, itu dia... Itu tempatnya.” Ucap Dong Joo senang karena Nok Du bisa mengaruk ditempat yang tepat.
“Ke kanan sedikit lagi. Sedikit lagi.... Ayo Turun sedikit. Sedikit saja... Ya, tepat sasaran.” Kata Dong Joo tersenyum bahagia dan meminta Nok Du lebih kebawah lagi
“Rasanya enak. Astaga, enak sekali... Turun sedikit lagi.” Ucap Dong Joo, tapi Nok Du seperti gugup langsung berdiri.
“Kenapa dia berhenti di tengah-tengah?” keluh Dong Joo melihat Nok Du langsung berbaring. Nok Du hanya bisa memegang dadanya seperti sangat gugup dan berdebar kencang. 



Dong Joo tertidur tapi terbangun karena tanganya yang terkena kayu lalu melihat baju Nok Du dan tahu kalau terbakar juga karena pasti sakit. Ia mencoba membangunkan tapi berpikir kalau Nok Du  pasti juga lelah. Akhirnya Dong Joo membantu untuk memberikan obat.
“Astaga! Ini tindakan yang tidak bisa dimaafkan! Beraninya kau melakukan sesuatu yang hanya dilakukan penjahat? Apa Kau tidak takut menghadapi dewa?”teriak Nok Du terbangun saat Dong Joo akan membuka celananya.
“Aku hanya berusaha... Kau juga terbakar. Jadi, ingin kuoleskan herbal. Kupikir bokongmu juga pasti sakit.” Kata Dong Joo.
“Bokongku? Herbal? Bagaimana bisa seorang wanita  melakukan itu kepada wanita lain?” kata Nok Du marah. Dong Joo binggung dengan sikap Nok Du seperti berlebihan. 

Raja bermain baduk dengan Heo Yoon, Heo Yoon merasa  tidak percaya karena menurutnya tidak adil. Raja ingin tahu alasan Heo Yoon yang merasa ini tidak adil. Heo Yoon berkata  "Jenderal datang." Dan seharusnya Raja mengatakan itu sebelum memindahkan pionnya dengan tawa bercanda.
“Benar. Aku sudah lupa... Baik. Ronde ini juga tidak masuk hitungan. Mari kita bermain lagi.” Ucap Raja
“Sudah larut malam... Apa Kau tidak akan kembali ke istana sekarang?” kata Heo Yoon.
“Malam masih panjang.”kata Raja. Heo Yoon bertanya apakah Raja  masih punya masalah tidur.
Raja membenarkan Jadi minta setidaknya Heo Yoon tidak mengusirnya. Heo Yoon pikir kalau itu tak mungkin dan meminta Raja agar jangan katakan itu. Raja mengatakan Dalam hal janggi, Yun Jeo sangat mahir memainkannya. Heo Yoon terdiam.
“Aku memohon agar dia memberiku kesempatan mengganti langkahku, tapi dia bahkan tidak peduli. Dia memang gigih.” Kata Raja. Heo Yoon membenarkan.
 “Hari ketika Yun Jeo meninggal... Kau bilang Yun Jeo meninggal setelah mengubur bayi itu, bukan?” kata Raja. Heo Yoon membenarkan dan Sudah pasti
“Dan kau membunuh Yun Jeo, kan?” ucap Raja. Heo Yoon membenarkan. Raja merasa sudah mendengar ini dari Heo Yoon.
“Aku mengajukan pertanyaan tidak berguna. Aku yakin perkataanmu benar dan kau tidak akan pernah menipuku. Mari kita lanjutkan setelah jeda sejenak. Aku lelah.” Ucap Raja.
Akhirnya Heo Yoon membiarkan Raja tidur di ruanganya, lalu menatapnya. Beberapa orang pejaga sedang berjalan mondar mandir. Heo Yoon seperti tak bisa menahan diri akan mencekik Raja, tapi akhirnya mengurungkan niatnya lalu pergi. Raja membuka mata dan tahu kalau Heo Yoon akan mencekiknya.
“Sekeras apa pun aku memikirkannya, kurasa pejabat setempat mengatakan yang sebenarnya. Selidiki keberadaan Jung Yun Jeo sedikit lagi.” Ucap Raja pada anak buahnya setelah keluar dari rumah Heo Yoon. Anak buahnya menganguk mengerti. 



Di depan pintu, Nok Du berusaha  berlatih mengatakan "Astaga! Kamu serius? Aku tidak percaya itu! Astaga, benarkah? Tidak mungkin..." sama seperti yang diajarkan oleh Dong Joo. Saat itu si wanita pembunuh melihat Nok Du.
Nok Du panik memilih untuk kabur, Si wanitaan melihat gambar seperti mirip Nok Du langsung mengejarnya. Nok Du  masuk ke rumah gisaeng, saat itu Wakil kurator memanggilnya karena tahu terkena luka bakar. Nok Du melirik dan bisa tahu si wanita terus mengikutinya.
“Kau Ambil ini... Ini untuk mengobati luka itu. Aku jatuh di gunung beberapa hari lalu. Aku mengunjungi seorang tabib dan diberi resep ini. Ini salep.” Ucap wakil kurator.
“Ohh.. Begitu rupanya... Terima kasih...” Ucap Nok Du langsung memegang tangan si Wakil Kurator.  Wakil kurator pun bahagia karena tanganya disentuh. Si wanita akhirnya pergi seperti tak curiga.
“Kenapa kau harus menyukaiku?” keluh Nok Du langsung melepaskan tanganya.
“Di mana luka bakarmu? Biar kuoleskan salep itu untukmu.” Ucap wakil. Nok Du memberitahu kalau itu ada dibokongnya.
“Tidak, jangan di sana!” jerit Wakil Kurator dan langsung mimisan. Nok Du mengeluh pria itu memang Pikirannya sangat kotor.
“Tidak, Nyonya. Aku tidak berpikiran kotor.” Ucap Wakil mengelak. Nok Du bergegas pergi mengambil obat. Wakil mengaku  kalau Luka belum sembuh lalu memegang tanganya yang disentuh Nok Du . 



Nok Du melewati rumah dan berpikir Lebih baik menjauh dari hadapan wanita itu agar tak curiga. Ia lalu melihat Dong Joo berjalan dengan ember besar. Dong Joo pergi ke sungai sudah siap mencuci pakaian sambil membuka perban dilenganya. Nok Du datang langsung mendorongnya.
“Apa yang kau lakukan? Bagaimana kau akan mencuci pakaianmu dengan tangan itu?” keluh Nok Du
“Ayolah, tanganku hampir sembuh.” Kata Dong Joo, Nok Du tetap ingin membantu dengan memukul pakaian.
“Jika tidak berhati-hati, kau hanya akan memperburuk lukanya!” ucap Nok Du. Dong Joo ingin memberikan bantalan karena Nok Du harus berjongkok.
“Sudah kubilang, menjauhlah dari bokongku! Dan Sudah kubilang aku baik-baik saja!” teriak Nok Du marah
“Astaga, duduklah di sini... Jika tidak berhati-hati, kau hanya akan memperburuk lukanya.” Keluh Dong Joo memberikan bantalan agar Nok Du bisa duduk dengan nyaman.
“Kau pandai mencuci pakaian untuk seseorang dari keluarga bangsawan.” Komentar Dong Joo
“Ini kali pertama dan terakhir aku akan membantumu.” Ucap Nok Du ketus. Dong Joo sudah tahu kalau Nok Du hanya mengatakan itu.
“Aku yakin kau juga akan membantuku lain kali.” Ejek Dong Joo, Nok Du mengeluh agar Dong Joo jangan konyol.
“Jika luka bakarmu memburuk, itu hanya akan membuatku pusing. Ini kulakukan dengan enggan.” Ucap Nok Du sinis. Dong Joo hanya bisa menatap dengan senyuman. 



Nok Du akhirnya mengolesi obat ke tangan Dong Joo walaupun sambil menghela nafas. Dong Joo bertanya  Kapan kau mengunjungi seorang tabib karena melihat obat yang dibaw. Nok Du mengeluh tabib apa maksudnya tapi hanya menemukannya.
“Tidak terlalu buruk.” Ucap Dong Joo, Nok Du tak mengerti apa maksud ucapanya.
“Memiliki seseorang yang memedulikanmu. Itu membuatku bernostalgia tentang masa lalu.” Kata Dong Joo
“Kau tidak akan pernah bisa menemukan seseorang yang mengurusmu sebaik ini. Aku hampir seperti ibumu.” Komentar Nok Du. Dong Joo pikir benar juga.
“Tampaknya ibumu orang yang sangat baik.” Kata Nok Du. Dong Joo membenarkan kalau ibunya Sangat baik.
“Aku iri sekali... Kau pasti punya banyak kenangan indah dengannya.” Kaa Nok Du
“Tapi itu menyakitkan bagiku karena memilikinya. Kenangan seperti itu terus muncul. Bagaimana dengan ibumu?” tanya Dong Joo. Nok Du mengingat tentang Ibunya. 


Flash Back
Nok Du melihat ibunya seperti sudah kesusahan bicara memberitahu Ayah akan segera datang membawa obat. Jadi meminta agar bertahanlah. Ibunya meminta maaf pada Nok Du karena harus hidup seperti ini padahal ia adalah putra yang sangat berharga
“Tapi ibu membuatmu seperti ini... Ibu benar-benar minta maaf.” Ucap Ibu Nok Du. Nok Du bingung dengan ucapan ibunya.
“Dengarkan ibu baik-baik... Namamu bukan.. Hwang Tae... Kamu adalah Jung Yi...”ucap Ibu Nok Du terbata-bata. Nok Du panik berteriak memanggil Hwang Tae!
“Semua ini salahmu... Jika bukan karenamu, putraku akan... Keluargaku akan...” ucap Ibu Nok Du dan Nok Du berteriak sambil menangis melihat ibunya menghebuskan nafas terakhir. 

“Dia ibu yang baik... Dia menyedihkan, dan aku kasihan kepadanya.” Ucap Nok Du mengenang kisah sedih tentang ibunya.
“Apa Kau baik-baik saja? Apa kau Mau kuoleskan ini di bokongmu?” tanya Dong Joo. Nok Du langsung berteriak kesal
Dong Joo tiba-tiba menahan tangan Nok Du sebelum pergi. Nok Du bertanya Ada apa. Dong Joo dengan tatapan mata tulus bertanya apakah  boleh memperlakukannya seperti seorang kakak. Hati Nok Du seperti berdegup kencang dan hanya bisa saling menatap.
“Tentu jika kau tidak keberatan.” Ucap Dong Joo melihat Nok Du hanya diam saja.
“Ada apa? Apa Kamu tidak mau?” kata Dong Joo, Nok Du menjawab tidak. Dong Joo kaget mendengarnya.
“Karena aku tidak lebih tua darimu. Begini... Aku lahir di Tahun Kambing.” Kata Nok Du
“Apa kau lebih muda dariku?” tanya Dong Joo. Nok Du mengingat kalau Dong Joo yang menghafal teks Konfusianisme di Tahun Ular...
Ia mengingat saat Dong Joo mengatakan “Tahun Ular, bukan? Pada tahun itu, aku menguasai "Thousand-Character Classic" dan menghafal teks Konfusianisme.”
Dong Joo menarik kata-katanya, kalau tidak merasa wajib memperlakukannya seperti seorang kakak. Nok Du pun bergegas pamit pergi karena agak sibuk. Dong Joo mengeluh melihat Nok Du itu  wanita yang lucu karena dirinya juga sibuk.


Nok Du berjalan sambil mengoceh mengomel dirinya sendiri yang sudah gila, dan tak tahu apakah Dong Joo bisa melihat dirinya itu tadi sangat tersipu malu. Ia akhirnya merasa tak perlu khawatir juga kalau Dong Joo melihat wajahnya yang memerah.
“Tapi Kenapa dia ingin memperlakukanku seperti seorang kakak? Dasar Sial.” Keluh Nok Du
Tiba-tiba terdengar suara lonceng dan beberpa wanita langsung bergegas masuk. Nok Du bingung dan melihat wanita tambun seperti bersembunyi dan langsung menghampirinya ingin tahu apa yang terjadi. Mulut Nok Du langsung di tutup sampai seorang wanita berjalan didepanya melewati persembunyian mereka
“Cenayang di sana berdoa kepada langit untuk menghibur semua janda yang harus menghadapi kematian yang tidak adil. Hal buruk bisa terjadi jika kau berkeliaran seperti ini.” Jelas si wanita. Nok Du bertanya  Hal buru  Seperti apa.
“Jiwa yang memikul kebencian mendalam berkeliaran di seluruh desa. Jadi, kita harus menutup pintu kita dan mematikan semua lampu. Kamu harus mengikutiku ke rumahku. Beberapa janda yang mengabaikan peringatan akhirnya menghilang. Jadi, kau tidak bisa...” ucap si wanita tanpa sadar Nok Du sudah menghilang. 
Nok Du mengambil selembar kain yang sedang dijemur lalu diam-diam pergi ke tempat si cenayang, seperti diatas bukit. Ia lalu melihat ada beberapa orang yang berjalan dengan jubah dan yakin kalau itu adalah Seorang pria.
Kaki Nok Du terpeleset  dan terdengar oleh penjaga, semua langsung bersiaga mengeluarkan pedang. Salah satu wanita memberikan komando dan panah pun langsung terlepas. Nok Du panik langsung menundukan kepala lalu melihat seekor babi mati terkena panah.
Beberapa penjaga mencoba mencek dibawah, Nok Du panik akhirnya melepar batu ke sisi yang berlawanan lal berlari kabur. Salah satu penjaga melihat sosok orang yang kabur dengan jubah panjang. 


Semantara Dong Joo sedang mengepel lantai melihat Hwa Su masuk dengan pakaian yang kotor dan bertanya Apa yang terjadi. Hwa Sung menceritakan Seorang pemabuk melakukan ini kepadanya. Dong Joo mengeluh kalau Hwa Su bau menyengat.
“Aku akan mengambilkan pakaian baru. Dan Kau harus mandi.” Ucap Dong Joo
“Kau yang terbaik.” Puji Hwa Su memeluk Dong Joo, Dong Joo pun mengeluh dengan Hwa Sa karena bisa juga mengotori pakaiannya.
“Aku ingin memakai pakaian favoritku. Jaket hijau giok.” Kata Hwa Su. Dong Joo meminta agar  Pakai saja apa pun yang diberikan kepadanya. 

Nok Du masuk masuk ke rumah gisaeng langsung menyembunyikan kain dikolon rumah. Ia pun bergegas mencari tempat persembunyian dengan mengintip dari dari lubang pintu yang dibuatnya. Dong Joo sedang mengambil baju melihat seseorang yang akan mengintip.
Beberapa orang keluar dari kamar, Nok Du panik langsung masuk ruangan pakaian yang terlihat kosong. Dong Joo akan menyerangnya tapi mereka malah jatuh dengan saling bertumpuk. Dong Joo tak percaya melihat Nok Du ternyata yang mengintip. Nok Du panik langsung berdiri.

“Nyonya Kim... Astaga, kau mengejutkanku. Kukira bedebah cabul itu mengintip lewat lubang.” Ucap Dong Joo
“Apa?.. Aku bukan bedebah cabul.” Keluh Nok Du. Dong Joo bertanya alasan Nok Du datang kemari karena mengira kalau sedang sibuk. 



Saat itu terdengar suara Nyonya Chun berbicara pada ketua pasukan wanita agar tetap tenang karena tidak mau mengganggu tamu. Si ketua menganguk mengerti. Nok Du pun terlihat panik mendengrnya.
“Hei, aku bertanya kenapa kau di sini.” Tanya Dong Joo, Nok Du bingung lalu mengaku sedang mencari gunting.
“Ada yang bilang aku bisa menemukannya di ruang ganti.” Kata Nok Du. Dong Joo ingin tahu Kenapa butuh gunting
“Seharusnya kamu masuk saja. Kenapa kau membuat lubang...” ucap Dong Joo. Nok Duk makin kebingungan menjelaskanya.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Dong Joo, Nok Du mengaku  ingin memotong rambutnya.
“Kenapa kamu ingin memotong rambutku?” ucap Dong Joo memegang rambutnya.
“Aku melihatmu tampak sangat lusuh dan membuatku merasa sangat sedih. Jadi Tutup matamu.” Kata Nok Du
“Kenapa kau ingin aku menutup mataku?” tanya Dong Joo heran. Nok Du beralasan kalau Rambutnya bisa masuk.
Dong Joo tak mau menutup matanya, Nok Du akhirnay menusuk dengan jarinya. Dong Joo mengeluh Nok Du yang menusuk matanya dan meras sakit.  Nok Du akhirnya mulai motong rambut Dong Joo. 
Diatas atap sudah banyak pasukan siap dengan panah layaknya ninja, Heo  Yoon masuk rumah gisaeng. Nyonya Chun menghampirinya mengaku merasa dia bersembunyi di sini.
Nok Du masih terus mengunting dan merasa bersalah, Dong Joo menyuruh Nok Du agar membuat saja terlihat sam dan tidak perlu terlalu memikirkannya. Nok Du mengaku memotong rambut wanita yang berharga jadi harus sangat berhati-hati.
“Jika menurutmu aku sangat berharga, kenapa kau cemberut saat aku bertanya apa kita bisa menjadi saudari?” sindir Dong Joo. Nok Du hanya bisa diam saja.
“Ada sesuatu di dagumu.” Kata Dong Joo akan memegangnya. Nok Du panik berpikir Dong Joo melihat jakunya.
Dong Joo mengeluh kesakitan karena gunting yang mengenai telinganya, lalu mencari cermin. Nok Du langsung merampasnya, karena menurutnya Dong Joo tidak perlu melihat ke cermin.
“Tingkahmu aneh... Tolong serahkan kepadaku.” ucap Dong Joo. Nok Du menolak.  
“Apa? Ini aneh... Berikan kepadaku... Aku harus melihatnya.” Kata Dong Joo tapi Nok Du terus menolaknya.
Dong Joo akhirnya sekuat tenaga mendorong Nok Du sampai jatuh terbaring. Nok Du panik takut Dong Joo marah karena rambutnya sangat pendek. Dong Joo akan berdiri tapi gaunya malah terinjak dan membuatnya terjatuh.
Nok Du panik karena akan mengenai selangkangnya, Dong Joo pun terjatuh mengenainya. Nok Du langsung menjerit kesakitan tanpa sadar suara prianya keluar. Di luar terlihat si ketua mendengar dan sedikit curiga ada suara pria.
“Dong Joo menatap tanganya seperti merasakan sesuatu yang aneh. Nok Du tak bisa menahan rasa sakitnya, langsung menekukan badanya sambil menjerit kesakitan.
Dong Joo pun merasakan ada yang aneh langsung mengambil gunting sebagai senjata, Nok Du langsung berpura-pura lagi dengan suara wanita yang terkejut. 
Bersambung ke episode 5

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar