PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Heo
Yoon berjalan masuk dengan jubah seperti menyamar sebagai wanita dan prajurit
wanita pun mengikuti dari belakang. Di dalam sebuah ruangan sudah banyak pria
lain dengan jubah putih berkumpul, Tuan Heo pun akan mulai. Tiba-tiba terjadi
kegaduan diluar.
“Aku akan
keluar mengeceknya.” Kata Anggota lain. Tuan Heo melarangnya karena ia sendiri
yang akan melihatnya.
Akhirnya
Tuan Heo pergi ke rumah gisaeng, Ketua Wanita akan membuka pintu tiba-tiba
mendengar suara pria menjerit dari ruangan lain. Dong Ju merasakan Nok Du itu
pria langsung mengambil gunting untuk mengancamnya.
“Jadi... Jadi...”
ucap Dong Ju tak percaya, Nok Du mengumpat dan langsung mendorongnya ke tempat
tersembunyi. Dong Ju mencoba melepaskan, Nok Du meminta Dong Ju agar diam dulu.
Saat itu
juga, pintu terbuka Nyonya Chun pun melihat Dong Joo lalu bertanya Sedang apa di
sini. Dong Joo ternyata sedang duduk dengan Nok Du yang memperlihatkan
punggungnya saja. Dong Joo dengan gugup mengaku hanya...sedang merapikan rambutnya.
“Benar. Aku
sedang memangkasnya.” Akui Nok Du memperlihatkan wajahnya yang berantakan.
“Kau
tidak memotongnya. Kau merusaknya.” Keluh Dong Joo kesal. Nyonya Chun kaget
melihat wajah Nok DU yang berantakan.
“Dia
berniat meriasku.” Kata Nok Du. Si wanita membahas kalau mendengar suara pria
dari ruangan ini dan bertanya Apakah itu...
“Aku
membuat kesalahan saat menggunakan gunting ini.” Ucap Dong Joo langsung
mengeluarkan suara jeritan seperti lelaki
“Apa Kau
yang membuat suara itu?” tanya Nyonya Chun kaget. Dong Joo mengaku sangat
kesakitan.
“Aku
sungguh minta maaf. Kita harus kembali ke kamar kita untuk mengoleskan salep.”
Kata Dong Joo bergegas mengajak Nok Du pergi. Nok Du menganguk setuju.
Mereka
pun bergegas pergi dari ruangan pakaian, Ketua wanita dan Tuan Heo menatap
curiga pada keduanya seperti ada yang aneh.
Dong Joo
langsung menarik Nok Du saat sudah jauh dari kamar gisaeng, lalu mengingat saat
di dalam ruangan pakaian.
Flash Back
Nok Du
yang menutup mulut Dong Joo bertanya apakah tak mengingatnya, kalau ia adalah
pria yang menyelamatkannya di Hanyang
dan Dong Joo juga juga berpura-pura menjadi pria jadi haruskan ia memberitahu
Nyonya Chun juga.
“Apa ini?
Apa Kau membuntutiku dari Hanyang?” ucap Dong Joo menuduh.
“Tidak,
rute kita tumpang tindih. Bayangkan betapa terkejutnya aku menemukan gaun dan
ikat kepala pria di kamar gisaeng. Dan aku mengenali mereka.” Jelas Nok Du
“Kau
bilang tidak memeriksa tasku!” kata Dong Joo marah. Nok Du mengaku memang tidak
memeriksanya.
“Tapi Aku
hanya kebetulan melihatnya.” Jelas Dong Joo, Nok Du marah mendengarnya.
Tiba-tiba
beberapa gisaeng keluar dari ruangan, Dong Joo langsung memeluk Nok Du
seolah-olah hanya sedang mengobrol.
Raja
berbicara dengan Panglima apakah sudah memeriksa semua pulau terdekat. Panglima
mengaku sudah tapi tetap tidak bisa menemukannya. Raja bertanya apakah Panglima
belum menemukan petunjuk. Panglima mengaku menemukan tempat yang aneh.
“Semua
penghuni di pulau itu adalah wanita.” Kata Panglima. Raja seperti baru tahu
kalau Mereka semua wanita
Raja
tiba-tiba melihat ibu suri yang berjalan diluar dengan seorang anak. Ibu suri
panik langsung menutup anaknya, Si Raja berkomentar kalau Di luar dingin dan
bertanya Apa Ibu keluar untuk berjalan-jalan. Ibu suri mengaku Cuacanya belum
terlalu dingin.
“Tapi
mungkin dingin untuk Pangeran Yeongchang muda kita.” Kata Raja
“Apa Kau
tidak kedinginan?” tanya Raja. Pangeran dengan gugup mengaku tidak kedinginan
sambil mengendong anjingnya.
“Kau
harus selalu berhati-hati. Akan buruk jika kamu terserang flu. Dalam hal
kemalangan, semua itu datang tiba-tiba tanpa peringatan.” Ucap Raja. Ibu suri
langsung mengajak pergi pangeran.
Tuan Heo
bertanya apakah Kim Sook yakin melihat seorang pria. Kim Sook yakin kalau pria
memakai kain hitam sehingga tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tuan Heo pikir
Jika pria itu menyaksikan sesuatu, maka akan
menyulitkan.
“Aku ragu
dia melihat apa pun karena mustahil untuk memasuki kuil.” Ucap Kim Sook
“Dia
mungkin akan kembali, jadi, perketat pengamananmu.” Perintah Tuan Heo. Nyonya
Chun menganguk mengerti.
Tuan Heo
masuk lagi ke ruang rapat, Para pria pun bertanya Apa yang terjadi. Tuan Heo mengaku Bukan
apa-apa dan mengajak mereka mulai rapat saja, lalu membahas Yang Mulia menjadi
makin gelisah karena Pangeran Yeongchang.
“Benar...
Sejak Putra Mahkota tiada, posisinya menjadi kosong. Tentu saja, dia gelisah.
Dia menyingkirkan semua orang di sekitar Pangeran Yeongchang karena
merencanakan pengkhianatan.” Kata pria bertubu tambun.
“Salah
satu dari kita bisa menjadi korban berikutnya. Sebelum penobatan...” kata si
pria.
“Aku
hendak menunggu sampai Pangeran Yeongchang tumbuh dewasa. Tapi kurasa kita
tidak punya waktu.” Kata Tuan Heo.
“Lalu apa
rencanamu?” tanya pria lain. Tuan Heo pikir mereka harus memulai pemberontakan
lebih cepat.
Nok Du
duduk berlutut dengan Dong Joo yang mengancamnya dengan pisau. Dong Joo
bertanya apakah Nok DU berencana menemui wanita yang dicintai di sini. Nok Du
membenarkan. Dong Joo seperti bisa
mempercayainya.
“Tapi Apa
dalam kondisi ini? Apa harus seperti ini?” tanya Dong Joo seperti ragu.
“Setelah
kekasihku menjadi janda, keluarganya ingin dia bunuh diri. Karena itulah kami
melarikan diri bersama. Saat melarikan diri, kami terpisah. Karena aku masih
dikejar, maka aku tidak punya pilihan selain melakukan ini.” Jelas Nok Du
berbohong.
“Kapan
dia akan datang?” tanya Dong Joo. Nok Du mengaku tidak lama lagi dan wanita itu
akan datang dalam beberapa hari.
“Dia
pasti akan datang. Begitu dia datang, aku akan pergi dengannya. Aku akan pergi.”
ucap Nok Du menyakinkan.
“Dasar
Bajingan menjijikkan... Sulit kupercaya aku ingin memperlakukanmu seperti
kakak.” Kata Dong Joo kesal melepaskan guntingnya
“Itu
sebabnya aku bilang aku tidak bisa menjadi kakakmu. Omong-omong, aku merasa tersinggung
disebut seperti itu. Aku menjagamu dengan baik.” Ucap Nok Du.
Dong Joo
teringat sesuatu saat meminta Nok Du mengaruk pungungnya lalu berteriak marah
dan langsung memukulnya. Nok Du berteriak kesakitan dan mengeluh kalau Dong Joo
yang memintanya. Dong Joo menyalahkan
Nok Du yang seharusnya menolak.
“Kau juga
menyentuhku.” Ucap Nok Du. Dong Joo bertanya
Di mana lalu terdiam dan menyembunyikan tangan karena sebelumnya
menyetuh bagian sensitif pria.
“Coba
Lihat.. Makin kita membicarakan ini, makin tidak nyaman. Jadi, jangan bertanya
dan beri aku beberapa hari. Aku akan menghilang seperti asap. Aku berjanji.”
Kata Nok Du menyakinkan. Dong Joo tak bisa berkata-kata.
“Maafkan
aku soal banyak hal. Karena aku menyesalinya, aku akan tidur di luar malam
ini.” Kata Nok Du akan keluar kamar.
“Berhenti.
Kau tidak boleh ke mana-mana... Tetaplah di sisiku.” Ucap Dong Joo kembali
mengancam dengan guntingnya.
“Hei.
Aku... Aku jatuh cinta dengan kekasihku.” Kata Nok Du. Dong Joo pikir Nok Du
sudah gila.
“Mereka
pikir kau wanita, jadi, jangan melakukan apa pun.” Kata Dong Joo, Nok Du tak
mengerti maksud ucapan Dong Joo.
“Berhenti
memperlakukanku seperti orang mesum. Selama kau tinggal di sini, jangan pernah
bermimpi untuk menghilang dari pandanganku, paham?” kata Dong Joo
“Lalu
apa? Apa Kau mau kita tidur sekamar?” tanya Nok Du.
Nok Du
akhirnya berbaring didalam kamar sementara Dong Joo tidur diluar. Nok Du
mendengar suara dengkuran, lalu akan keluar kamar. Tiba-tiba kakinya dipegang
oleh Dong Joo gunting. Nok Du kaget ternyata Dong Joo masih bangun.
“Kau
bilang kau berbeda, tapi tindakanmu memberitahuku bahwa kau bedebah, bukankah
begitu?” kata Dong Joo menyindir.
“Tidak,
aku... Aku ingin kamar mandi.” Kata Nok Du, Dong Joo tak percaya begitu saja.
“Baiklah,
aku akan masuk. Aku akan kembali ke dalam.” Ucap Nok Du mengalah.
Akhirnya
Nok Du duduk dikamar sambil mengeluh kalau harus keluar lagi lalu mencoba
mengecek dengan membolongi jendela. Dong
Joo langsng menusuknya dan Nok Du menjerit kesakitan bertanya apakah Dong Joo
tidak tidur.
“Tidak,
aku tidak tidur... Aku akan mengawasimu semalaman.” Tegas Dong Joo dengan mata
terbuka lebar.
Tapi
akhirnya Dong Joo tertidur pulas, dan terbangun melihat Nok Du sudah tak ada
dikamarnya.
Nok Du
sudah berjalan ke arah kuil yang semalam banyak orang yang datang, teringat
kalau Sekelompok pria berkumpul di tempat
yang hanya dihuni wanita dan Mereka adalah pemimpin. Ia pun yakin Salah satu dari mereka pasti memberi
perintah.
Ia masuk
ke dalam ruangan banyak lilin, seperti tempat pertemuan. Ia pun bertanya-tanya Apa
mereka merencanakan sesuatu?, Tapi Ia penasaran kenapa mereka mencoba melukai
keluarganya. Ia mengingat saat semua wanita berkumpul dengan seragam berwarna
merah.
“Benar.
Tidak biasanya kita melakukan hal seperti itu. Siapa yang memerintahkan itu?”
tanya Prajurit wanita.
“Itu sesuatu
yang hanya diketahui bos.” Kata Kim Sook.
“Mereka
mendapat perintah dari bos mereka dan tidak mengetahui detailnya. Sistematis
yang tidak perlu.” Ucap Nok Du mengingat saat keluarga diserang bahkan menyakin
kakaknya.
Nok Du
berjalan sambil bergumam “Untuk mengetahui siapa bosnya dan siapa para pria
itu, aku harus mendekati para wanita itu.” Sementara dirumah Gisaeng, semua
berkumpul mendengar cerita Wa Soo.
“Si
berengsek itu takut ketahuan para janda, jadi, akhirnya dia datang ke rumah
gisaeng kita.” Cerita Wa Soo. Semua panik mengetahu pria datang kemari
“Apa Menurut
kalian dia melakukan hal buruk?” tanya Nok Du akhirnya ikut mengobrol
“Memang
benar. Dia masuk ke desa untuk janda beberapa hari lalu. Lalu dia diusir setelah
dipukuli. Tapi dia gagal mendapat pelajaran dan kembali ke sana lagi.” Ucap Wa
Soo. Nok Du mengumpat dasar berandal memalukan.
“Jadi,
Nyonya Chun dan Wakil Kurator akan membagikan sketsa pria itu. Jadi, tidak
perlu takut... Kita bisa menangkapnya jika kita semua bekerja sama.”kata Wa
Soo.
Nok Du
panik langsung menutup wajahnya, lalu
mengaku senang mendengarnya. Tiba-tiba Dong Joo datang bertanya apa yang
dilakukan Nok Du berkumpul dengan para wanita. Wa Soo ingin memberitahu yang
terjadi semalam.
“Nanti
saja.” Kata Dong Joo lalu mengajak Nok Du pergi. Nok Du lalu beralasan
kalau Dong Joo khawatir karena belum sarapan.
“Dia
sangat peduli kepadaku.” kata Nok Du berusaha agar mereka tak curiga.
Dong Joo
mendorong Nok Du ke dalam kamar sambil memarahi padahal sudah bilang jangan ke
mana-mana. Nok Du tak percaya melihat makana diatas meja ternyata Dong Joo,
padahal hanya bercanda, tapi Dong joo sungguh membuatkan sarapan.
“Jangan
salah paham... Aku tidak membuatkanmu sarapan.” Tegas Dong Joo
“Tapi sup
rumput laut apa ini? Kau tidak tahu hari ini ulang tahunku.” Ucap Nok Du
terlihat bahagia
“Apa Hari
ini ulang tahunmu?” tanya Dong Joo tak percaya, Dong Joo membenarkan.
“Satu-satunya
hal yang dikatakan ayahku adalah hari kelahiranku. Apa Kau tidak mau makan
supnya?” tanya Nok Du melihat Dong Joo menyingkirkanya.
“Aku
tidak suka sup rumput laut.” Kata Dong Joo, Nok Du sudah siap untuk
mengambilnya tapi Dong Joo langsung memakan supnya.
“Aku
tidak cukup membencinya untuk memberikannya kepadamu.”ejek Dong Joo
“Orang
bilang utang budi kita bisa lunas dengan bersikap baik. Tapi sepertinya kau
yang berutang kepada orang-orang.” Keluh Nok Du
“Aku tidak
berutang kepada siapa pun. Itu tidak akan pernah terjadi.” Tegas Dong Jo
“Kau
tidak pernah tahu. Coba Lihatlah aku.” Kata Nok Du yang ingin mamerkan bajunya.
Dong Joo langsung memukul kepala Nok Du dengan sendok.
“Tepat
sekali... Kau pria yang berpakaian sebagai wanita, dan kau bahkan merayu para
gisaeng.” Kata Dong Joo
“Aku
tidak menggoda mereka.” Tegas Nok Du. Dong Joo menyuruh Nok Du agar jangan
menyangkalnya.
“Lalu
kenapa kau berbicara dengan mereka begitu kau bangun? Entah apa kekasihmu tahu
betapa mesumnya dirimu.” Kata Nok Du.
Dong Joo
tak percaya dianggap "Mesum" lalu menjelaskan kalau hanya bicara
dengan mereka jadi Apa ia tidak boleh bicara. Nok Du pun mengerti dan
mempersilahkan agar mengatakan kepada kekasihnya. Nok Du mengaku Kekasihnya
tidak segila diri Dong Joo
Saat itu
terdengar suara seseorang memanggil Dong Joo, Mereka langsung pura-pura saling
menyuapi. Seorang anak kecil memanggil Dong Joo kalau Latihan menari akan segera dimulai dan Nyonya
Chun memintanya datang. Dong Joo menganguk mengerti.
Dong Joo
akhirnya merapihkan rambut yang dipotong sembarangan. Nok Du bertanya apakah
mau dbantu dan sangat pandai memotong rambut. Dong Joo menjawab dengan tatapan
sinis dan juga gunting ditanganya. Nok Du pun tak bisa berkata-kata.
Mereka
akhirnya berjalan bersama, Nok Du mengeluh kalau Dong Joo bisa pergi sendiri saja karena harus
melakukan sesuatu. Nok Du menyuruh agar Dong Joo menghentikan omong kosong itu
dan memperingatkan jangan lakukan apa pun...
“Dan kau
melarangku pergi ke mana pun.. Aku tahu kau sangat ingin aku tetap di sisimu.”
Goda Nok Du layaknya seorang pria.
“Jangan
bicara seperti itu.” Tegas Dong Joo mengancam dengan guntingnya.
“Bisakah
kau memercayaiku sekali ini saja?” ucap Nok Du, Dong Joo menjawab dengan
guntingnya. Akhirnya Nok Du mengatakan akan pergi ikut dengan Dong Joo.
Dong Joo
berlatih tari dengan kipas tapi tanganya dan kakinya tak bisa menari dibanding
anak lainya. Nyonya Chun terus memperhatikanya, Nok Du yang melihatnya hanya
bisa tertawa karena Dong Joo tak bisa menarik. Dong Joo langsung menatap sinis
lalu berlatih tari yang lainya.
“Berhenti...
Dong Joo... Coba lagi... Rentangkan tanganmu seperti ini.” Ucap Nyonya Chun.
Nok Du melihat ada kesempatan dan akhirnya bergegas kabur dari pengelihatan
Dong Joo.
Nok Du
akan keluar lalu mendengar seorang pria yang mendengar si bedebah memalukan yang
terus memasuki desa untuk janda dan rumah gisaeng. Wa Soo membenarkan, dan
melihat gambar sketsa lalu berpikir
wajahnya tidak asing.
“Entahlah.
Mungkin dia datang ke sini sebagai tamu.” Ucap Wa Soo, Nok Du panik karena
mungkin akan ketahuan penyamaranya.
Beberapa
orang akhirnya berpenca mencari di bukit. Tiba-tiba beberapa orang ibu-ibu
berlari karena mendengar ada yang menangkap bedebah memalukan itu dan seorang
janda bertemu dengannya. Mereka pun bergegas ingn melihat wajah pria itu.
Nok Du
terlihat duduk dengan tangan terluka, bajunya pun terkena darah. Beberapa
wanita langsung mengerubunginya. Soon Nyeo ingin tahu Di mana bertemu dengannya
dan apakah bertengkar dengannya, lalu bagimana bisa terluka.
“Beri
tahu kami apa yang terjadi secara detail.” Ucap semua wanita penasaran. Nok Du
mengaku Ini terlalu memalukan. Semua langsung meminta agar Nok Du bercerita.
“Tenang,
Semuanya... Apa dia mencoba menyakitimu?” tanya Kim Sook ikut penasaran dengan
anak buahnya.
“Kejadiannya
beberapa saat lalu. Aku pergi ke bukit untuk berjalan-jalan. Dan pria itu
tiba-tiba mendekatiku, jadi, akhirnya...” cerita Nok Du
“Apa Kau
melakukan lemparan bahu pada seorang pria?” tanya Bok Nyeo penasaran.
“Saat
itulah dia tiba-tiba mengeluarkan pisaunya.” Cerita Nok Du, semua wanita
menjerit ketakutan, tapi tiga wanita langsung mengumpat.
“Ini
sangat memalukan, tapi kupikir aku harus memberi tahu kalian agar kalian bisa
menangkapnya.” Ucap Nok Du
“Lalu Dia
kabur ke mana?” tanya Kim Sook, Nok Du mengaku
pergi Ke desa tetangga.
Kim Sook
memperlihatkan sketsa wajah dan bertanya apakah pria itu. Nok Du terlihat gugup lalu membenarkan kalau
pria itu memakai jubah biru tua dan
topi... Soon Nyeo langsung mengumpat dan yakin kalau pasti memang pria itu
orangnya.
“Kau
bilang "Bedebah"? Tapi dia terlihat jauh lebih tampan daripada sketsa
ini Atau mungkin tidak.” Komentar Nok Du
“Omong-omong,
apa kamu punya kuas dan batang tinta?” tanya Nok Du.
Dong Joo
baru selesai menari mengumpat kesal pada Nok Du yang kabur dan Seharusnya tadi menghabisinya.
Ia pikir hanya kali ini bisa pergi ke
gunung. Wan Soo datang menemui Dong Joo lalu memberikan sesuatu kalau iatu yang
diminta tempo hari.
“Kau
jarang memakai riasan. Kenapa kau mengumpulkan sisir langka dan kosmetik? Kau
bahkan tidak punya uang untuk itu.”tanya Wan Soo
“Urus
urusanmu sendiri. Tapi Apa Kau yakin ini langka?” tanya Dong Joo memastikan.
“Tentu
saja. Aku yakin dayang istana pun tidak akan memiliki itu. Jadi Ada apa? Untuk
apa itu?” tanya Wan Soo penasaran.
“Kau
tidak perlu tahu.” Ucap Dong Joo, Wan Soo mengejar Dong Joo agar mengatakan
saja.
Nok Du
sedang mengambar wajah dengan mata yang lebih hitam dengan wajah yang diberi
tanda bekas luka. Bok Nyeo mengartikan Karena wajahnya terluka, jadi cowo itu pasti
akan terlihat seperti ini. Nok Du membenarkan.
“Ya, luka
di wajahnya terlihat sangat unik. Aku yakin kalian bisa menemukannya dengan
mudah di mana pun dia berada.” Ucap Nok Du.
“Terima kasih.
Ini akan sangat membantu... Kami akan
mengunjungi desa tetangga.” Kata Soo Nyeon. Dua wanita lain juga ingin ikut
“Tidak
perlu.. Ini berbahaya. Tetaplah di sini.”
Kata Bok Nyeo. Soo Nyeo pun meminta agar mempercayainya pada mereka.
“Aku benar
tentang dirimu. Begitu aku kembali, mari kita bahas masa depanmu di sini.” Kata
Soon Nyeo memegang pundak Nok Du
“Masa
depanku? Kenapa?” tanya Nok Du bingung. Soon Nyeo meminta Nok Du Bergabunglah dengan Pasukan Wanita Berbudi dan
melindungi desa bersama mereka.
“Tidak.
Tidak perlu.” Ucap Nok Du pan. Soon Nyeo tak peduli memeluk Nok Du. Deul Ree
menatap Nok Du terlihat curiga.
“Astaga.
Kalian yang terbaik... Kami percaya pada kalian Tolong tangkap dia!” teriak
para wanita. Nok Du mengaku suka
keadaannya sekarang jadi tidak perlu melakukan itu.
Nok Du
akhirnya berkumpul dengan wanita berseragam merah. Yeon Boon pikir ada yang
memang aneh, Bagaimana bisa Nok Du melawan pria padahal hanya seorang wanita.
Nok Du mengaku Ada banyak jenderal dalam keluarga ibunya.
“Jadi dahulu
aku bermain dengan pedang kayu, bersama saudaraku dan orang tuaku biasa
memarahiku. Aku tidak bisa menjahit, tapi aku suka menggunakan kekuatanku. Omong-omong,
apa kalian hendak pergi?” tanya Nok Du
“Kami
ingin menangkap bedebah itu.” Ucap Yeon Boon. Kim Sook langsung menyangkal
mereka dalam perjalanan untuk mengumpulkan kayu bakar.
“Kau
harus menemui tabib dahulu.” Kata Kim Soo. Nok Du pikir bisa menjilat luka ini, dan ini akan sembuh.
“Omong-omong,
aku cukup pandai memakai kapak.. Aku bisa membantumu. Di sana, kan?” kata Nok
Du langsung mengajak si wanita lain untuk pergi.
“Apa ini?
Benarkah kita akan mengumpulkan kayu bakar? Sungguh?”kata Yeon Boon heran.
“Kita
tidak bisa pergi ke desa tetangga berkelompok seperti ini. Dan kita butuh kayu
bakar.” Kata Kim Sook
“Aku akan
pergi menangkapnya.” Ucap Deul Ree. Kim Sook menganguk setuju.
“Ini
siang bolong. Banyak orang akan melihat....Kau Hati-hati.” Kata Kim Sook. Deul
Ree menganguk mengerti.
“Boleh
aku melewatkannya hari ini? Tugasku banyak. Aku sangat lelah sekarang.” Keluh
Yeon Boon, tapi Kim Sook langsung menarik temanya untuk pergi.
Dong Joo
pergi ke hutan memasukan sisir ke kotak penyimpanannya, lalu berlatih memanah
dengan batang kayu yang dibuatnya. Ia bisa memanah didengan jerami pada pohon,
sasaranya selalu tepat.
“Aku
tidak akan pernah punya kesempatan seperti itu lagi. Apa ada hal lain selain
ini?” keluh Dong Joo.
Di hutan
Nok Du
dengan sangat tangkas memakai kapak dan menjatuhkan pohon, semua wanita
memberikan tepuk tangan. Kim Sook pikir sudah cukup jadi mereka bisa Kembali
bekerja. Nok DU pikir Pohon di sana tampak
kokoh jadi akan menebang pohon itu.
Saat itu
Nok Du mencoba mengintip dari atas, mendengar wanita yang sedang mengobrol
sambil menyusun batang pohon menjadi kecil.
Beberapa wanita memuji Nok Du itu
luar biasa jadi menyuruhnya katakan yang sebenarnya saja kepadanya.
“Jangan
gegabah. Kita memang butuh lebih banyak orang. Menjadi Kuat bukan satu-satunya
faktor.” Tegas Kim Sook. Wanita lainya pun setuju. “Fokus saja pada rencana
besok. Datang ke tempat pembuatan bir pukul 15.00.” kata Kim Sook. Mereka
menganguk setuju. Nok Du terus mendengarnya.
“Kalian
merencanakan sesuatu untuk besok malam? Aku harus bergabung dengan mereka.”
Kata Nok Du akhirnya meliha batang pohon yang ditebang.
Ia dengan
penuh semangat memotong pohon, tapi bajunya malah robek. Kim Sook melihat
tumpukan kayu yan sudah cukup jadi akan pergi menjemput Nyonya Kim. Keduanya
mengerti karena akan menyelesaikan di sini.
“Nyonya
Kim... Nyonya Kim... Apa Kau di sana?” teriak Kim Sook. Nok Du panik berlari
dan tersandung akhirnya bajunya pun terbuka.
Dong Joo
sedang berjalan menuruni tempat persembunyianya panik melihat Nok Du yang
setengah telanjang lalu menutup mata dengan kipasnya. Nok Du meminta Dong Joo agar membantunya.
“Astaga,
kamu tidak boleh lebih memalukan daripada ini. Kenapa kau melepas bajumu?
Menjijikkan.” Keluh Dong Joo kesal
“Aku
tidak sengaja. Aku menebang pohon... Hei, kau lepaskan baju ini untukku.” Kata
Nok Du. Dong Joo pikir Nok Du itu sudah gila.
“Kau
salah paham... Hei. Bantu aku sekali ini saja... Kumohon padamu. Kumohon.”
Pinta Nok Du berlutut memohon.
“Hei,
bukan begitu caramu meminta bantuan seseorang... Panggil aku Nyonya Dong.
Silakan.” Kata Dong Joo.
“Nyonya
Dong. Kumohon.” Pinta Nok Du, Kim Soo memanggil Nok Du karena mereka harus
turun sekarang.
Nok Du
panik, Dong Joo akhirnya mengajak pergi ke arah lain. Keduanya bergandangan
tangan di hutan lalu akhirnya melompat di atas batu dan masuk ke sungai. Nok Du
dan Dong Joo langsung melepaskan tangan didalam air. Kim Sook akhirnya melihat
Nok Du dan Dong Joo disungai.
“Sedang
apa kau di sana?” tanya Kim Sook. Dong Joo mengaku datang untuk berlatih menari, tapi ini hari
yang panas.
“Aku
meyakinkan Nyonya Kim untuk mandi denganku.” Ucap Dong Joo. Yeon Boon tak
percaya mereka berdua mandi bersama
“Ya. Kami
saling menggosok punggung beberapa kali. Dia pandai menggosok. Rasanya
menyenangkan.” Kata Dong Joo. Yeon Boon membenarkan kalau Nok Du memang kuat.
“Bagaimana?
Apa Kalian mau bergabung dengan kami?” tanya Dong Joo, Nok Du panik karena
penyamaranya bisa terlihat.
“Tidak...
Kami harus kembali ke tempat pembuatan bir. Santai saja... Baiklah. Sampai
jumpa.” Ucap Kim Sook. Nuk Do pun akhirnya bisa bernafas lega.
Keduanya
akhirnya berjemur di atas batu, Nok Du memberikan baju lain agar menutupi baju Dong Joo dengan itu. Dong
Joo pikir Nok Du yang harus menutupi tubuhnya karena ia juga tidak ingin
melihat itu. Nok Du akhirnya memakai baju dan duduk sedikit jauh.
“Jadi,
Apa kau kemari untuk berlatih menari?” tanya Nok Du. Dong Joo terlihat
binggung.
“Ya.. Untuk
apa lagi memangnya?” kata Dong Joo berbohong, Nok Du menahan tawa kalau Nok Du memang perlu berlatih.
“Kau
harus Banyak berlatih... Sangat banyak... Apa ini sesulit itu?” ejek Nok Du
langsung berlatih dengan kipas.
“Jadi,
terlihat mudah saat kau melihatnya, kan? Kau harus mencobanya. Setelah itu, kau
akan tahu itu sulit.” Ejek Dong Joo
Dong Joo
tak percaya kalau akan menjadi putrinya jika Dong Joo bisa menarikan satu
gerakan saja Nok Du akhirnya menari dengan kipas, dengan sangat lincah. Dong
Joo melonggo tak percaya melihatnya. Nok Du pun dengan nada mengejek memanggil
Dong Joo sebagai “Putrinya”
“Sungguh..
Apa Kamu belajar menari?” tanya Dong Joo tak percaya. Nok Du mengaku tidak tapi
hanya melihatnya berlatih tadi.
“Apa Kau
bisa menari seperti itu setelah melihatnya sekali saja?” kata Dong Joo tak
percaya.
“Ya. Semua
orang juga pasti bisa, kan?” ejek Nok Du. Dong Joo ngedumel sendiri kalau sudah
tidak menyukainya, tapi membencinya
sekarang.
“Hei, Apa
kau ingin aku mengajarimu?” tanya Nok Du, Dong Joo memperingatkan Nok Du Jangan
mencoba menipunya.
Nok Du
menyuruh agar Dong Joo berdiri, Dong Joo pun mengikutinya lalu mencoba
mengajarkan cara memainkan kipas. Dong Joo mencobanya tapi tak bisa membuka
kipasnya dengan benar. Nok Du tetap memujinya.
“Kau
Letakkan kipas di lenganmu... Rentangkan juga tangan kirimu. Dari pose ini,
gerakkan kipasmu seperti ini. Pindahkan kipas di depan wajahmu seolah-olah kau
membelainya.” Ucap Nok Du terus mengajarnya. Dong Joo terlihat gugup saat Nok
Du memegang tangannya.
Nok Du
juga agak gugup mencoba terus bicara agar tak terlihat gugup. Dong Joo berlatih
berputar tapi kakinya tak seimbang dan hampir jatuh. Nok Du langsung menahan
pinggang Dong Joo agar tak jatuh. Keduanya saling menatap, Dong Joo kaget
menatap Nok Du yang ada didepanya.
Bersambung ke episode 6
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar