PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seorang
pria menyelam lalu menangkap ikan dengan tombak lalu muncul di permukaan.
Seorang anak kecil berteriak bahagia memangggil si pria “Sayang!” layaknya
pasangan. Jeon Nok Du mengeluh wanita itu memanggilnya sayang lagi.
“Apa ada
yang pulang?” tanya Nok Du pada si anak, tapi si anak malah sibuk makan kerang
yang diambil Nok Du
“Aeng Du,
berhenti makan sebentar. Dengarkan aku dahulu.” Pinta Nok Du, Aeng Du pun
berhenti makan dan bertanya ada apa.
“Ada
sesuatu yang harus kulakukan di luar pulau ini. Karena itulah aku tidak bisa
menikahimu dan tinggal di pulau ini. Jadi, maksudku... Kau harus memberi tahu
Tuan bahwa kau dan aku tidak bisa menikah.” Ucap Nok Du memohon.
“Aku
tidak mau... Kau berjanji kepada ayahku akan menikahiku.” Kata Aeng Du
“Aku
hanya berjanji karena dia tidak mau mengajariku seni bela diri jika tidak
kulakukan.” Kata Nuk Du dan akan mengambil kerang, tapi Aeng Du sudah menahan
tanganya dengan tatapan dingin
“Hei,
bagaimana bisa gadis kecil sepertimu sangat kuat?” keluh Nok Du kesal melihat
tanganya yang memerah lalu mengumpat kesal.
Saat itu
seroang pria datang seperti sedang mabuk, Nok Du pun menyapanya lebih
dulu. Hwang Jang Koon pun menyapa Nok DU
dengan panggilan calon menantunya. Nok
Du dengan ramah memberikan ikan pada Tuan Hwang yang sudah dipanggang.
“Kalian
sedang apa? Kelihatannya santai sekali.” kata Tuan Hwang sambil makan ikan
bakar
“Ayah,
dia bilang tidak akan menikahiku.” Kata Aeng Du, Nok Du panik dan Tuan Hwang
pun terlihat marah.
“Dia
salah paham terhadapku. Aku hanya mengatakannya karena dia masih sangat muda.” Jelas
Nok Du
“Beraninya
kau! Jika itu masalahnya, aku baik-baik saja. Kau pria termuda di pulau ini.
Karena itu kau sempurna. Itu menjadikan kalian pasangan yang serasi.” Kata Tuan
Hwang
Nok Du
pun tak bisa melawan, lebih baik setuju saja.
Tiba-tiba seorang bibi datang dengan terengah-engah memanggil Nok Du,
sambl berteriak kalau Keluarganya dalam masalah besar. Nok Du kaget dan
langsung bergegas pergi.
Di sebuah
rumah
Jeon
Hwang Tae duduk terkapar didepan rumah dengan luka dibagian perutnya, sementara
Tuan Jung Yeon Joo mencoba melawan orang-orang yang sudah mengepungnya. Saat
itu Nok Du datang dan langsung melawan dengan semua yang pernah dipelajarinya.
Tapi Nok
Du terlihat kewalahan melawan semuanya, tiba-tiba semua dilumpuhkan hanya
dengan satu gerakan. Tuan Hwang bisa melumpuhkan semua dengan cepat. Nok Du
memastikan kedaaan kakak dan juga ayahnya, lalu hanya tinggal satu orang yang
tertinggal.
“Kenapa
kau di sini?” tanya Nok Du yang sudah melumpuhkan dengan pisaunya, tapi Tuan
Jung malah menahan Nok Du dan menyuruh si prajurit pergi.
“Tidak...
Ayah.. Mereka berusaha menyakiti kita.” Ucap Nok Du marah. Tuan Jung menegaskan
kalau Tidak ada gunanya.
“Kita
bisa meninggalkan pulau ini. Jangan mencari tahu lebih banyak.” Kata Tuan Jung
“Apa
maksud Ayah? Aku tidak bisa membiarkan mereka pergi begitu saja.” Ucap Nok Du
“Nok
Du... Jika kita pergi, ini akan hilang.. Lupakan saja soal ini.” Kata Tuan Jung
“Ayah...
Aku tahu semuanya.. Ini semua karena...” ucap Nok Du akan mengejar pergi.
“Itu
karena ayah. Itu karena ayah melakukan kejahatan. Jadi...” kata Tuan Jung.
“Tidak. Ini
semua karena aku. Kita menjalani hidup ini dengan bersembunyi di pulau ini,
lalu kita akan kabur lagi, dan Ibu harus menghadapi kematian karena... Itu
semua karena aku.” Ucap Nok Du marah
Nok Du
menghampiri Hwang Tae, yang sedang bersama Tuan Hwang memastikan kalau Kakak
baik-baik saja. Tuan Hwang melihat
lukanya tidak dalam lalu memberitahu Nok Du, kalau cara mereka
menggunakan pedang membuatnya yakin mereka pembunuh bayaran terlatih.
“Siapa
yang mengirim mereka?” ucap Tuan Hwang. Akhirnya Nok Du berdiri meminta agar
Tuan Hwang agar jaga ayah dan kakakku.
“Nok
Du... Apa maksudmu? Kau lihat pembunuh itu mencoba bunuh diri,kan? Meski kau
membalas mereka, kau tidak akan dapat jawabannya. Jadi, kau harus mengikuti
pembunuh itu dan menemukan pemimpinnya. Aku akan membawa ayahmu dan Hwang Tae ke
kampung halamanku.” Ucap Tuan Hwang. Nok Du menganguk mengerti.
Hwang Tae
mencoba mencari tahu tentang orang-orang yang menyerahnay dan kaget mengetahui
kalau dibalik penutup wajahnya adalah seorang wanita. Sementara Nok Du berlari
melewati pantai.
Di pasar
terdengar beberapa pria dengan kuda menyuruh semua minggir dan memberi jalan
untuk Yang Mulia. Semua pun menyingkir, Nok Du masih terus mengejar si pria
dengan pakaian merah dan berjalan pincang. Dong Dong Ju melihat raja berjalan
dengan tandu.
Dong Ju
melihat Raja yang pas di depanya dan akhirnya melepaskan panahnya. Si raja
terkena panah di dadanya, semua perjurit kaget melihat Raja yang terkena panah
lalu akhirnya berlari pada Dong Joo dan langsung mengepung dengan pedangnya.
Dong Joo
seperti pasrah, tapi ternyata itu hanya khayalan. Ia pun sudah siap melepaskan
panah, tapi tak sengaja Nok Du menjatuhan burus panahnya. Nok Du merasa
bersalah, ingin mengambilkanya. Dong Joo langsung mendorong dan langsung menyembunyikanya.
Nok Du
tak bisa marah memilih untuk mengejar si pria yang mencoba menyerangnya. Dong
Joo pun mengeluh kesal karena sudah terlambat lalu mencoba celah lain agar
menyerang raja, tapi seorang pria sudah menyerang raja dengan melempar batu.
“Matilah!
Ini pesanku untuk Raja. Batu yang kulempar ini adalah batu yang kamu gunakan
untuk mengubur putraku. Ini juga batu yang kau gunakan untuk membunuh cucuku.” Teriak
si pria. Dong Ju kaget melihat pria tua yang berani menghadang raja.
“Tangkap dia!”
teriak kepala prajurit. Si pria berteriak kalau Raja sudah menghancurkan ratusan rumah mereka.
“Kau
menginjak-injak orang tidak berdosa. Kau membangun istanamu. Yang Mulia apanya?
Kau bukan Raja...” teriak si pria yang langsung ditangkap oleh prajurit.
“Dia
pasti punya komplotan. Cari mereka.” Ucap Raja. Semua prajurit mengerti dan
langsung mencar komplotanya.
“Periksa
sekeliling! Tangkap semua yang kalian lihat.” Perintah panglima, semua orang
berteriak ketakutan. Dong Joo membuang semua busur panah miliknya. Dan prajurit
bisa menemukan panah.
Dong Joo
yang dianggap pria pun dibawa oleh prajurit tanpa melawan. Nok Du terus melihat
si pria masuk ke dalam ruangan, tapi seorang pasukan kerajaan menghadangnya.
Nok Du berteriak meminta dilepaskanya. Dan seorang ketua melihat Nuk Du yang
mencoba merontah.
“Sebaiknya
kau dengarkan... Di sana! Ada yang bersembunyi di sana juga! Lihatlah sendiri!”
teriak Nok Du.
Si kepala
prajurit mencoba melihat didalam ruangan, tapi panik melihat seorang wanita
yang sedang berganti pakaian. Nok Du
melonggo kaget melihat seorng wanita yang keluar tapi yakin kalau ia adalah
pelaku karena kakinya yang pincang.
Akhirnya semua
yang dianggap komplotan ke bagian hakim, lalu diamasukan penjara. Nok Du
mengeluh karena nyaris berhasil. Dong Ju
masuk penjara melihat Nok Du langsung menyalahkan karena kehilangan dia dan
ingin tahu siapa sebenarnya Nok Du..
“Tunggu.
Bukankah kamu...” ucap Nok Du binggung. Dong Joo masih terush menyalahkan Nok
Du. Nok Du mengumpat kesal.
“Untuk
apa matamu? Kenapa kau menabrakku?”teriak Dong Joo
“Jika
matamu baik-baik saja, kenapa tidak menyingkir? Karena kau, aku telah
menghancurkan tugas penting.” Balas Nok Du.
Aku tidak
bisa bicara dengan si bodoh ini.” Kata Dong Joo, Nok Duk tak terima dianggap
"Bodoh"
“Hei,
berapa usiamu? Jawab... Aku lahir di Tahun Ular. Bagaimana denganmu?” ucap Nok
Duk
“Tahun
Ular, ya? Pada tahun itu, aku menguasai "Thousand-Character Classic" dan
menghafal teks Konfusianisme, lalu kenapa? Beraninya kamu.” Teriak Dong Ju
Penjaga
berteriak marah menyuruh agar mereka diam, akhirnya Dong Joo pun duduk lemas
tak ingin berdebat lagi, lalu melihat sesuatu yang aneh dibawah pintu penjara.
Malam
hari, semua orang sudah tertidur. Dong Ju memastikan Nok Du sudah tertidur
pulas. Ia pun mencoba bangun, tiba-tiba penjaga yang tertidur tiba-tiba
terbangun. Dong Ju panik tapi si penjaga kembali tertidur, lalu bisa bernafas
lega.
Ia mulai
mengeser kayu yang bisa terlepas dan mencoba kabur dari celah yang cukup besar,
tapi tubuhnya malah menyangkut ditengah karena tak cukup keluar dari bahunya.
“Lihatlah dirimu... Aku sedih karena hanya aku
yang menyaksikan ini.” Sindir si Nok Du. Dong Ju mengeluh karena ketahuan.
“Apa kau
kaki tangan pria tua itu? Kau akan dibebaskan jika kau tidak melakukan
kesalahan besok, jadi, kenapa kau berusaha keras? Jika kamu ketahuan kabur,
mereka akan memenggal kepalamu.” Ucap Nok Du
menyindir.
“Dia naif
atau bodoh?” ejek Dong Ju, Nok Du pikir Dong Joo sdang mengejekknya. Dong Ju
mengelak meminta agar menolongnya dengan wajah panik karena penjaga mungkin
saja bisa terbangun.
“Apa
katamu? Aku tidak bisa mendengarmu.” Ucap Nok Du mengejek, Dong Ju terlihat
kesal
“Tuan! Tuan!
Tolong keluarkan aku... Kumohon.” Kata Nok Du meminta Dong Ju mengatakan itu.
Dong Ju
pun akhirnya terpaksa mengatakan "Tuan, kumohon." Akhirnya Nok Du pun
menarik tubuh Dong Ju lalu masuk kedalam dan langsung berbaring tapi Dong Ju
masih tertelungkup.
“Apa yang
terjadi? Apa Kau menangis? Sungguh?” ejek Nok Du, Dong Ju mengeluh kalau Nok Du
menikmati ini sekarang?
“Tidak
terlalu buruk... Setidaknya aku berada di Hanyang.” Ucap Nok Du berbaring
“Astaga,
sudah kuduga kamu dari desa. Kenapa kau datang ke Hanyang? Menemui Yang Mulia?”
tanya Dong Ju
“Tidak...
Aku datang untuk mencari tahu siapa aku sebenarnya.” Ucap Nok Du, Dong Ju tak
percaya mendengarnya.
Raja
terbangun dari tidurnya, seperti mimpi buruk dan menatap tanganya. Ia teringat saat
memegang bayi dipelukanya, tapi tanganya seperti ingin mencekik bayi tersebut.
Ia pun menatap tanganya seperti merasa bersalah karena sudah membunuh
seseorang.
Nok Du
terbangun melihat Dong Ju yang tertidur seperti tak nyaman. Ia menatap Dong Ju sambil
menepuknya berkomentar merasa tidak percaya pengecut ini mencoba kabur. Dong Ju
terlihat kedinginan, Akhrnya Nok Du melepaskan baju menjadikan selimut untuk
Dong Ju.
Pagi
hari, Dong Ju terbangun seperti tidurnya sangat nyenyak, saat itu Nok Du pun
terbangun dan kaget ternyata mereka tidur saling berdekatan dengan satu jubah
bersama. Keduanya langsung berteriak kaget, Nok Du pun makai bajunya.
Seorang
pria membuka pintu penjeara menyuruh semua agar ikut denganya. Di kantor hakim
sudah banyak orang yang dihukum dengan penuh luka, Junior Mentri hukum memberitahu kalau mereka Kita
harus mengikuti hukum dan prosedur wajib.
“Apa Kau
yakin ini tidak apa-apa?” tanya Junior. Mentri hukum pikir mereka bahkan tidak
tahu kapan panah itu ditembakkan jadi menurutnya itu sangat merepotkan sekali.
Dong Ju
gugup melihat semua orang sudah di hukum dengan penjepit dikakinya, Mentri akan
melakuan interogasi. Bertanya Siapa dan Dari mana asalnya dan mereka melakukan
ini untuk mencatat, jadi meminta agar menjawab pertanyaan.
“Aku Kim
Won Sik dari Lembah Jidam.” Ucap Dong Ju berbohong, Mentr ingin tahu Apa yang
dilakukan di pasar
“Aku
hanya lewat.” Ucap Dong Ju, Mentri tak percaya kalau Dong Ju datang jauh-jauh ke Hanyang dari Lembah Jidam Dan
hanya lewat
“Katakan
apa yang kau lakukan di sana secara rinci. Jika berbohong, kau tidak akan bisa
keluar hidup-hidup.” Ucap mentri.
Dong Ju
hanya diam saja, Nok Du pun binggung melihat Dong Ju hanya diam saja. Dong Ju
teringat dengan seseorang wanita berkata padanya “Tetaplah hidup, Sayang... Kau
harus... Kau harus tetap hidup.”
“Kenapa
kau tidak menjawab pertanyaanku? Beraninya kau! Jawab pertanyaannya!” teriak si
mentri. Dong Ju ketakutan karena pedang sudah ada didepan lehernya.
“Astaga...
Biarkan aku bertemu Yang Mulia.” Kata Nok Du akhirnya berdiri saat itu Raja
mendengarnya yang sedang berdiri tak lebih jauh.
“Ini
benar-benar membuat frustrasi. Biarkan aku bertemu dengannya.” Ucap Nok Du
berani.
“Beraninya
kau! Apa Kau mau mati?” teriak si mentri. Nok Du menegaskan tidak mau mati.
“Meskipun
aku mati, biarkan aku bicara dengannya dahulu.” Kata Nok Du, Ass Mentri
mengumpat Nok Du sudah gila dan akan mengancam dengan pedang. Mentri menahanya.
“Apa yang
membuatmu frustrasi?” tanya Si mentri yang terlihat tenang.
“Jika dia
sungguh ingin melawan Yang Mulia, apa menurutmu dia akan melempar batu seperti
itu? Begitu pula dengan panah. Anda bahkan tidak tahu kapan dan siapa yang
menembakkannya. Semua orang di negari ini akan membicarakan hal ini.” Kata Nok
Du.
“Anda
menangkap ratusan orang tidak bersalah hanya karena pria tua yang kehilangan
putra dan cucunya karena pembangunan istana. Tapi apakah ini cara terbaik untuk
memanfaatkan kami?” ucap Nok Du.
“Apa?
"Memanfaatkan"?” kata mentri tak percaya mendengarnya, Nok Du
membenarkan ucapanya.
“Jika aku
menjadi Yang Mulia, maa aku akan menaruh rumput di makam putra dan cucu pria
tua itu bukan melakukan hal tidak penting seperti ini. Aku akan menunjukkan
betapa murah hatinya diriku.” Ucap Nok Du
“Itukah
yang akan kau katakan kepada Yang Mulia?” tanya Mentri. No Du membenarkan.
“Aku
berniat memberitahunya bahwa dia setidaknya harus berpura-pura. Siapa tahu? Orang
mungkin akan tersentuh karena itu dan berusaha keras membangun istana.” Ucap
Nok Du
“Ide yang
dangkal.” Komentar Raja yang jahat, Mentri yang ada disampingnya pun memutuksan
akan menyuruh mereka menyingkirkannya.
“Tidak...
Perkataannya ada benarnya.Mungkin dangkal, tapi masuk akal. Dia mengatakan
bahwa rakyat negeri ini mungkin mulai menyukai Raja yang tidak kompeten.” Kata
Raja. Mentri pun memikirkan sesuatu.
“Ya... Mari
kita berpura-pura. Tapi jangan ampuni pria yang melempar batu itu.” Kata Raja.
Mentri pun menganguk mengerti.
Akhirnya
semua dibebaskan, Nok Du dengan bangga keluar dari pintu dengan Dong Ju lalu
menepuk pundaknya. Dong Ju kaget melihat Nok Du yang sudah ada dibelakangnya.
Nok Du tahu kalau Dong Ju pasti bersyukur.
“Jadi,
izinkan aku meminta bantuanmu.” Ucap Nok Du, Dong Ju binggung apa itu
“Apa Kau
suka sup nasi? Apa Kau punya uang?” tanya Nok Du, Dong Ju kesal seperti
dimanfaatkan akhirnya melepaskan tangan Nok Du.
Nok Du
mengeluh dengan sikap Dong Ju, seorang wanita tiba-tiba berjalan kearah mereka
seperti ingin mengeluarkan pisau dari tubuhnya. Ia langsung mendorong Dong Ju
agar tak terkena pisau, Dong Ju kaget sampai terjatuh di tanah.
Tapi ternyata
si wanita hanya mengeluarka sapu tangan karena akan bersin. Dong Ju mengeluh
kesal melihatnya. Dong Ju terlihat malu karena sudah salah sangka.
“Kau sangat
lemah untuk ukuran pria. Bagaimana kau akan mencari nafkah?” ejek Nok Du
melihat Dong Ju yang terjatuh.
“Apa
katamu? Kau menghancurkan segalanya dengan menghalangiku. Kau membual untuk
seseorang yang memohon semangkuk sup nasi.” Eje Dong Ju
“Aku
tidak memohon kepadamu Aku memberimu kesempatan untuk membalasku. Lagi pula,
jika aku tidak membantumu, kau pasti sudah dimakamkan sekarang.” Kata Nok Du.
Dong Ju
tiba-tiba teringat kalau meninggalkan surat didalam kamarnya.
“Oh... Wasiatku!
Bagaimana ini? Wasiatku.. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Jika kita
bertemu, aku janji akan memberimu pelajaran.” Teriak Dong Ju lalu bergegas
pergi.
“Suaranya
keras sekali untuk seorang pengecut dan lemah. Tapi di mana aku akan menemukan
wanita ini? Tapi mungkin bukan hanya aku yang mencarinya.” Kata Nok Du berjalan
pergi.
Seorang
wanita sedang mengomel didepan rumah sambil melempar garam agar Jangan makan
jika bangkrut dan jangan selalu datang ke sini. Si pria terlihat pengemis
meminta wanita itu jangan bersikap jahat dan minta nasi sisa
“Aku
lebih baik membusuk saja. Aku tidak akan memberimu apa pun. Enyahlah!” teriak
si wanita. Nok Du yang akan masukpun terkena lemparan garam.
“Beri aku
kamar. Aku akan bermalam di sini.” Ucap Nok Du setelah si pria akhirnya pergi
“Apa Kau
punya uang?” tanya si bibi tak percaya, Nok Duk mengaku pasti punya dengan
wajah sangat yakin.
“Aku juga
akan makan malam, jadi, aku akan membayarmu.” Kata Nok Du, Si wanita langsung bersikap baik menyuruh Nok
Du masuk.
Nok Du
tinggal di "Penginapan"
wajahnya terlihat gugup lalu menyuruh seseoran masuk saja. Tatapan mengarah ada
pintu seperti ada orang yang mengikutinya dan datang menemuinya. Tapi ia
mengingat saat masih kecil.
“Datanglah...
Jadi, aku bisa mengakhiri ini dan menemui ayah dan kakakku.” Ucap Nok Du
Flash Back
Nok Du dibawah
masuk oleh ayahnya ke dalam kamar, kaki mereka pun terluka seperti terkena
hukuman. Sang ayah memarahi Hwang Tae
karena sudah pernah bilang harus menghentikan Nok Du naik kapal. Hwang
Tae hanya bisa tertunduk meminta maaf.
“Kenapa
tidak? Aku tidak boleh belajar membaca atau naik kapal. Aku ingin membaca buku
dan mendayung perahu juga. Kenapa aku tidak bisa melakukan hal itu?” teriak Nok
Du melawan ayahnya.
“Kau
belum jera. Apa dipukul akan membuatmu kapok?” teriak sang ayah.
Akhirnya
Nok Du hanya bisa tidur tertelungkup, ibunya memberikan obat untuk anaknya yang
terlihat banyak luka sabetan dikakinya.
Pemilik
memanggil Nok Du didalam kamar, Nok Du sempat panik berpikir prajurit, tapi
mendengar suara pemilik bisa sedikit teang. Pemilik membawa meja makan mengaku Seorang
pelanggan pergi tanpa menyantap makanan ini.
“Apa Kau
mau memakannya? Kau belum makan malam.” Ucap Si pemilik Nok Du mengaku baru mau tidur.
“Makanlah.
Akan kuberikan ini secara gratis.” Kata si pemilik, wajah Nok Du langsung
sumringah mendengar gratis
“Terima
kasih. Aku akan menikmati makanannya.” Ucap Nok Du dan si pemilik terlihat
menatap dingin pada Nok Du.
Beberapa saat
kemudian Nok Du merangkak keluar dari kamar, seperti makanan sudah diracun. Nok
Du akhirnya berjalan terhuyung, si wanita yang menyamar jadi pria ternyata
berkerja sama dengan pemilik.
Nok Du
berjalan terhuyung-huyung, Si wanita sudah siap menyerangnya. Tapi penjaga
datang memberitahu kalau sekarang sudah tengah malam dan mau ke mana. Nok Du
sudah tak bisa bertahan akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
Si wanita
mengamatinya pun langsung bersembunyi, Petugas berpikir kalau Nok Du suda mati
jadi menyuruh agar temanya agar memanggil kepala. Si Wanita akhirnya kembali ke
pengianpa. memeriksa kamar yang sudah kosong dan Nok Du menghabiskan semua
minuman.
“Kau
bilang akan membayarku lima Yang untuk ini.” Kata si pemilik, si wanita malah
membunuh si wanita dengan pedangnya.
Prajurit
akhirnya datang membawa kepala, lalu membuka tikar tapi yang didalam bukan Nok
Du tapi prajurit lain yang sudah tak sadarkan diri. Si Prajurit menangis
melihat Chil Bong matin dan Nok Du kabar. Nok Du pun mengikuti si wanita yang berjalan masuk ke
hutan.
“Baik.
Aku akan mengikutimu dan melihat siapa pemimpinmu.” Ucap Nok Du berjalan mengikutinya
dari belakang, seperti orang yang sangat cerdik.
Bersambung ke "Episode 2"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar