PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seorang
pria menarik sebuah gerobak sambil mengeluh kalau sulit sekali menarik gerobak
hari ini. Ternyata dibawah gerobak, Nok Du sedang bergelantung. Akhirnya
gerobak masuk ke rumah Tuan Park, Si pria memberitahu kalau barang-barangnya
sudah datang.
“Apa yang
terjadi pada wanita berengsek dan bedebah itu?” tanya Tuan Park pada si pria.
“Mereka
bergegas kembali dan akan tiba besok malam. Aku mendapati dia pergi sampai ke
Woongchung, Jinhae, dan bersembunyi dengan Dol Bok.” Ucap si pria.
“Tidak
tahu terima kasih... Pastikan mereka tidak lolos lagi.” Kata Tuan Park.
“Pasti.
Aku memilih jalan dari kuil. Mereka tidak boleh membuat keributan. Aku memilih
sekelompok pria. Mereka pandai menggunakan pedang sebagai pembawa tandu.” Ucap
si pria.
“Kamu
selalu siap... Jangan membuat kesalahan... Keluarga kita akhirnya bisa membuat
batu peringatan untuk istri yang berbudi.” Kata Tuan Park tertawa bahagia.
Nok Du
pun mendengar pembicaran keduanya, Tuan Park bertanya pada patungnya yang
mungkin juga senang karena akan ada Batu peringatan untuk istri yang berbudi.
Nok Du
akhirnya keluar dari rumah Tuan Park memikirkan caranya, dan mengeluh pasangan
yang sebelumnya diselamatkan itu malah tertangkap lagi. Ia mencoba tak peduli
dan berjalan pergi. Di istana, Raja mengaja mentri minum teh bersama.
“Aku mengalami
ini saat sedang bepergian sambil menyamar. Aku sedang melewati sebuah jalan dan
mengamati seorang anak. Anak itu menghancurkan telur serangga kecil dengan
tangannya.” Cerita Raja.
“ Jadi,
aku bertanya. "Itu hanya telur. Bukankah membunuh mereka begitu saja itu terlalu
kejam?" Dan ini yang dikatakan anak itu.” Kata Raja. Mentri ingin tahu apa
yang dikatakan.
"Apa
mereka terlihat seperti telur biasa bagimu? Bagiku, mereka tampak seperti kutu
beras jahat yang akan menetas dalam semalam dan memakan semua biji padi kita. Kamu
tidak tahu apa pun." Kata Raja melirik kearah Heo Yoon.
“Anak itu
bahkan tidak mengenali Anda.” Komentar Mentri. Raja juga tak tahu masalahnya.
"Sekecil
atau seremeh apa pun makhluk-makhluk ini, jika ada sedikit bahaya, kau harus
menginjaknya dan menyingkirkannya." Dia memberiku pelajaran penting. Apa Kalian
tidak setuju?” kata Raja. Semua hanya bisa diam saja.
Saat itu
terdengar suara berteriak memanggil “Bok Sil” ternyata Pangeran tak sengaja
masuk ke tempat raja. Kasim menangkap anjing pangeran dan memperingati kalau
tidak boleh masuk ke sini. Pangeran terlihat ketakutan bersembunyi dibalik
Kasim. Kasim pun akhirnya meminta maaf.
Raja
hanya menatap dingin, Pangeran pun memilih untuk kabur karena ketakutan. Sang
mentri pun melihat tatapan raja yang berbeda.
Nok Du
pergi ke toko besi mengaku tidak peduli
itu permata atau bukan tapi Mencuri saja sudah cukup sulit. Dong Joo membeli
beberapa barang dan bertanya apakah Yang Mulia tidak akan melakukan perjalanan
lagi.
“Apa Kau
pikir dia selalu bepergian seperti itu? Selain itu, ada insiden besar selama
perjalanan terakhirnya. Aku tidak akan datang ke sini jika menjadi dirinya.”
Ucap Si pemilik toko besi.
Nok Du
tiba-tiba bingung melihat sesuatu yang menempel. Si pemilik bertanya apakah
Dong Joo butuh sesuatu. Dong Joo mengaku tak ada lagi. Si pemilik memberitahu
kalau cuacanya berubah-ubah sepanjang hari karena tiba-tiba turun hujan. Nok Du
lalu bertanya pada Dong Joo apa yang dipegangnya itu.
Ini
magnetit... Ini batu yang digunakan dalam membuat besi. Ada unsur unik yang
membuatnya menempel pada besi.” Jelas Dong Joo
“Apa semua
besi, dengan unsur itu akan menempel? Bagaimana kau tahu itu?” kata Nok Du
bingung
“Aku
memang payah soal menari. Sudah kubilang aku sangat terampil.” Kata Dong Jo
bangga. Nok Du mengeluh mendengarnya tapi teringat sesuatu.
“Saat
terkena air, besi itu akan berkarat.” Jelas Dong Joo. Nok Du lalu
mengatakan butuh bantuannya.
Nok Du
membuat gambar benda yang dibutuhkan,
dan bertanya apakh Dong Joo bisa melakukannya dan membuatnya. Dong Joo
mencoba untuk melihatnya lalu berkomentar karena mengira Nok Du hanya manusia
hina lalu menduga Nok Du pencuri juga.
“Bukan...
Putriku, kamu tidak memercayai ibumu sendiri? Sebenarnya, aku ingin melihat
kekasihku dari kejauhan. Kupikir setidaknya aku harus mengiriminya surat yang
menyatakan aku baik-baik saja dan aku akan menunggunya. Kumohon.” Kata Nok Du
“Apa Kau
menulisnya di pelat besi? Jangan mencoba
menipuku.” Tegas Dong Joo.
“Tidak...
Kamu salah paham. Aku harus memberinya sesuatu. Ini satu-satunya cara karena
aku akan jauh darinya.” Pinta Nok Du.
Dong Joo
tak peduli memilih untuk berbaring seolah tak peduli. Nok Duk pun memberikan
bayaran kalau akan mengurangi dari utangnya. Dong Joo langsung duduk dengan
wajah sumringah ingin tahu berapa.
Akhirnya
Dong Joo membuat panah dengan ujungnya magnet, dan mulai mencobanya. Nok Du
gugup saat diatas kepalanya ditaruh buah apel, Dong Joo mencoba lebih dulu
panah yang dibuatnya, Nok Du pun akhirnya bangga karena panah berhasil mengenai
bagian jeruk.
Tuan
Hwang mengeluh anaknya itu pergi ke mana karena sudah measa kelaparan. Saat itu
Tuan Jung datang dengan membawa kayu bakar, Tuan Hwang membantunya, agar bisa
berdiri tegang. Ia pun mengeluh pada Tuan Jung yang berkerja.
“Astaga.
Jika kamu tetap di luar saat cuacanya dingin, batukmu akan memburuk.” Kata Tuan
Hwang
“Aku
harus bekerja. Aku tidak bisa hidup dari kemurahan hatimu.” Ucap Tuan Jung.
“Astaga,
kamu bahkan tidak bisa makan karena kau mengkhawatirkan Nok Du.” Komentar Tuan
Hwang
“Karena
itu aku harus ke Hanyang meski kamu menghentikanku. Jika aku harus membantunya
melepaskan kebencian di hatinya, itu juga tanggung jawabku.” Ucap Tuan Jung
“Kita
bicarakan ini nanti saja. Kita harus makan dahulu. Ya? Ayo.. Aeng Du. Hwang
Tae. Kita makan sekarang.” Ucap Tuan Hwang.
“Apa Aeng
Du tidak ada di luar? Dia pergi ke dapur tadi.” Ucap Hwang Tae keluar dari
rumah.
Tuan
Hwang kaget mendengar anaknya melewatkan jam makannya kaena Itu tidak pernah
terjadi. Ia akhirnya berlari ke tempat kapal lalu berteriak memanggil Aeng Du.
Terilihat anak kecil yang bersembunyi dibalik barang dengan perahu yang sudah
berjalan pergi.
“Hei,
turun dari kapal itu sekarang juga.” Teriak Tuan Hwang melihat anaknya yang
pergi.
“Ayah,
aku akan pergi ke Hanyang, jadi, jangan menghentikan aku.” Kata Ae Dung. Tuan
Hwang berteriak menyuuh agar berhenti, tapi perahu tetap melaju
Akhirnya
Tuan Hwang masuk ke dalam sungai mengejar perahu karena tak ingin anaknye pergi
sendiri.Tuan Jung dan Hwang Tae bingung karan ditinggal sendirian, saat itu
seorang wanita melihat keduanya seperti seorang mata-mata.
Seorang
pria melapor pada Tuan Heo Yoon kalau
menemukan persembunyian mereka dan bertanya apa yang ingin dilakukan
sekarang. Tuan Heo terdiam memikirkanya.
Di desa
janda.
Yeon Boon
kaget mengetahui Nyonya Kim tertangkap.
Kim Sook memberitahu Sepertinya Tuan Park berkata bahwa menantunya meninggalkan
rumah untuk berdoa dan akan kembali
malam ini. Bahkan Kabarnya, menantunya akan dibunuh.
“Apa itu
berarti dia sudah tertangkap? Mereka akan memaksanya bunuh diri dan membangun
batu kebajikan.” Ucap Yeon Boon.
“Kita
tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.” Kata Jung Soon. Kim Soo setuju. Kim Sook pun bergegas pergi untuk
menyelamatkanya.
Dong Joo
dan Nok Du berjalan bersama tapi Dong Joo heran karena Nok Du yang mengikutinya
padahal sudah membuat semuanya jadi
kenapa tidak mau menemui kekasihnya. Nok
Du pikir Sesuatu harus dilakukan dari tempat tinggi.
Tiba-tiba
Dong Joo terdiam saat melihat ayunan didepannya. Nok Du menyuruh Dong Joo harus
menaikinya. Dong Joo menolaknya dan akan pergi, tapi Nok Du mengaku kalau ingin
naik. Dong Joo mengejek Nok Du memang tidak
punya sedikit pun rasa malu.
“Di sini
sangat sejuk.” Ungkap Nok Du bahagia menaiki ayunan. Dong Joo tak peduli.
“Hei... Naiklah.
Aku akan mendorongmu.” Ucap Nok Du merayu. Dong Joo dengan wajah ketus
menolaknya.
“Kenapa
kau bersikap seperti itu? Kau dengan mudah bilang, "Tidak. Aku tidak mau.
Aku tidak butuh." Aku tahu bukan itu yang kau rasakan.” Komentar Nok Du
“Jangan
konyol. Kau tahu apa?” keluh Dong Joo. Nok Du mengaku sudah tahu. Dong Joo bertanya tahu apa itu.
“Aku tahu
menahan diri seperti itu tidak akan bermanfaat bagimu. Aku juga tahu angin di
atas sana sejuk.” Kata Nok Du. Dong Joo menatap kearah ayunan.
Dong Joo
hanya bisa terdiam lalu tiba-tiba merasakan kepalanya yang dielus oleh
seseorang.
Flash Back
Seorang
kakek mengelus kepala Dong Joo yang masih kecil, lalu berkata “Lakukan semua
yang kau inginkan. Jangan mengkhawatirkan pendapat orang lain. Ikuti keinginan
hatimu.” Lalu Ayah ibu Dong Joo tersenyum bahagia dengan sang anak.
Dong Joo
kecil yang dulu bernama Eun Soo melihat seseorang yang menaiki ayunan.
Dong Joo
hanya terdiam mengenang kenangan buruknya, Nok Du pun langsung menyuruh Dong
Joo agar segera naik saja karena menaikinya tidak akan membunuh dan Dunia tidak
akan hancur. Dong Joo pun akhirnya duduk dengan Nok Du yang mendorongnya.
“Bagaimana?
Menyegarkan, kan?” kata Nok Du, Dong Joo terdiam mengingat kenangan saat masih
dengan keluarganya.
Tapi Dong
Joo malah merasakan melihat keluarganya tersenyum, akhirnya Dong Joo berani
berdiri menaiki ayunan. Nok Du pun ikut tersenyum melihat Dong Joo akhirnya
berani naik ayunan bahkan sambil berdiri. Tiba-tiba hujan turun dengan deras.
Nok Du
langsung membantu Dong Joo turun dari ayunan lalu berkomentar kalau pandai
berayun. Dong Joo pikir tidak pernah bilang tidak bisa menaikinya, lalu teringat
Nok Du harus menemui kekasihnya dan Hujan
turun.
“Benar.
Aku harus menemuinya... Kau harus berlindung di penginapan. Aku akan segera
kembali, ya?” ucap Nok Du bergegas pergi. Dong Joo hanya bisa terdiam seperti
menahan kecewa.
Tuan Park
duduk sambil mengajak ngobrol patung gajahnya, lalu melihat hujan yang turun
itu tak tidak boleh berkarat karena Belalainya adalah tangan. Nok Du ada diatap
sengaja memecahkan genteng, Tuan Park panik melihat kamarnya yang tiba-tiba
bocor.
“Hei..
Apa Ada orang di luar sana? Coba Lihat! ada lubang di langit-langitku! Naiklah
ke atap sekarang juga!” teriak Tuan Park panik.
Nok Du
akhirnya bisa pindah ke atap lain dan siap untuk mengambil patung gajah. Tuan
Park hanya bisa melonggo saat mainanya terjatuh lalu terbang begitu saja,
lalu kembali berteriak menyuruh
pengawalnya agar menangkap pencuri. Nok Du pun bisa mengelabuhi penjaga.
Dong Joo
berbaring di kamar terlihat gelisah, teringat dengan yang dikatakan Nok Du
tentang rumah kosong “ Itu rumah kosong, dan tidak ada yang tinggal di sana.
Kenapa kau bersikap seperti itu?”
“Kau dengan mudah bilang,
"Tidak. Aku tidak mau. Aku tidak butuh." Aku tahu bukan itu yang kau
rasakan. Aku tahu menahan diri seperti itu tidak akan bermanfaat bagimu.
Tuan No
terlihat histeris mengetahui Gajahnya hilang. Pengawalnya menenangkan kalau
mereka akan menemukannya. Nok Du tersenyum melihatnya, lalu teringat Nyonya Kim
akan dibawa ke rumah itu kapan saja. Ia tiba-tiba melihat Dong Joo berjalan
sendiri.
“Kenapa
dia di sini?” tanya Nok Du bingung, Dong Joo mencoba memberanikan diri untuk
berdiri didepan rumah lamanya.
Akhirnya
Ia memberanikan diri membuka pintu dan melihat rumah yang kosong, Dong Joo
masuk ke dalam rumah dan melihat ada buah kesemek jatuh dikakinya, Yool Moo
ternyata sedang mengambil buah di pohon. Dong Joo kaget melihat Yool Moo ada
dirumah lamanya.
“Apa kau
berpakaian seperti itu karena kau tinggal di desa untuk para janda?” komentar
Yool Moo
“Aku kebetulan
meminjam jaket ibuku. Tapi sedang apa kau di sini?” tanya Dong Joo
“Itu... Aku
tidak ingin orang lain tinggal di sini atau membiarkan rumah ini telantar untuk
berjaga-jaga jika kau datang ke sini suatu hari. Kurasa usahaku terbayar.” Kata
Yool Moo
“Saat
orang tua kita membahas pernikahan kita, aku diam-diam datang untuk menemuimu.
Aku ingin meminta mereka membatalkan pernikahan kalau kau jelek. Tapi setelah
aku melihatmu, aku memohon kepada ayahku agar bisa menikahimu secepat mungkin.”
Cerita Yool Moo
“Kalau kau
mau, tempat ini bisa selalu menjadi milikmu.” Ucap Yool Moo Dong Joo pikir Semua
ini tidak berguna.
“Nyonya...
Aku selalu ingin memanggilmu seperti itu di sini. Meskipun itu tidak berguna.” Kata
Yool Moo
“Tolong jangan
memanggilku seperti itu. Kau tidak perlu memperburuk keadaan. Setelah aku di
sini, itu membuatku ingin kembali ke diriku yang lama.” Akui Dong Joo. Yool Moo
meminta maaf.
“Kau
membuat tempat ini terlihat sangat indah. Dan aku berterima kasih untuk itu.
Tapi aku tidak akan pernah kembali ke sini lagi. Jadi, tolong tepati janjimu
dan terus memperlakukanku seperti seorang gisaeng. Aku akan pergi sekarang.” Ucap
Dong Joo
“Ini Sudah
larut malam. Boleh aku mengantarmu pulang?” kata Yool Moo. Dong Joo mengaku
ingin pergi sendiri saja
“Kenapa mereka
berduaan di rumah kosong selarut ini? Dong Joo sulit dipercaya. Dia sangat dingin
kepadanya di rumah gisaeng. Tapi dia sangat berbeda setelah berada di Hanyang.”
Keluh Nok Du kesal melihat keduanya.
“Apa Dia
harus membeli sesuatu di bengkel pandai besi? Dasar Pembohong.” Ucap Nok Du
marah dan melihat beberapa orang membawa tandu.
Nok Du
memberikan lemparan batu pada anak buah Tuan Park, Penjaga pun bertanya siapa
yang berani melakukan itu pada mereka. Nok Du pun berani menghadapi pembawa
tandu. Si pria pikir Nok Du ingin mati.
“Apa Kau
akan membunuhku dengan memegang itu? Cepatlah bergerak. Suasana hatiku sedang
tidak baik.” Kata Nok Du.
Para
pembawa tandu bingung akhirnya langsung menurunkan tandu lalu berkelahi dengan
Nok Du. Di dalam rumah, Dong Joo mencoba
melihat sekeliling. Nok Du akhirnya bisa melawan empat pembawa tandu lalu
menyelamatkan menantu Tuan Park yang akan dibunuh.
“Apa Kau
baik-baik saja? Kamu pasti melewati banyak kesulitan.” Kata Nok Du khawatir.
“Aku baik-baik
saja. Tapi Dol Bok... Dol Bok terluka parah saat menghentikan orang-orang ini. Entah
apa yang terjadi kepadanya.” Kata menantu Tuan Park sambil menangis.
“Pasti
dia baik-baik saja... Tenanglah untuk saat ini. Berhentilah menangis. Kau harus
bergegas dan pergi.” kata Nok Du menenangkan.
Dong Joo
keluar dari rumah kaget melihat banyak orang berjatuhan, lalu menatap Nok Du
berpelukan Nok Du melihatnya, Dong Joo berpikir kalau itu kekasihnya dan
memilih untuk pergi. Nok Du bingung karena takut Dong Joo salah sangka.
“Dia
pasti sangat bahagia.” Ucap Dong Joo kesal, tiba-tiba melihat Kim Sook
berjalan.
Dong Joo
langsung berbalik arah menutupi wajahnya, Kim Sook melihat dari kejauhan kalau
itu Nyonya Kim . Nok Du mengajak menantu Tuan Park untuk kabur, Dong Joo
memberikan kode tapi Nok Du tak mengerti. Akhirnya Dong Joo memberikan tahu
kalau Kim Sook datang.
Nok Du
akhirnya menyuruh menantu Tuan Park
masuk rumah kosong, Yool Moo akan keluar rumah bingung tiba-tiba ada orang yang
masuk. Nok Du pun mengajak Dong Joo agar segera pergi.
“Nyonya
Sook melihatku. Kurasa dia mengira aku itu kau.”kata Dong Joo. Nok Du yakin
kalau Kim Sook akan curiga jika
melarikan diri.”
Kim Sook
semakin mendekat, Dong Joo akhirnya menarik Nok Du bersembunyi didepan tandu.
Kim Sook memanggil “Nyonya Kim” Nok Du menyuruh Dong Jo pergi saja dan ia akan
berusaha semampunya. Dong Joo hanya diam saja.
“Apa yang
kau lakukan? Aku menyuruhmu lari.” Keluh Nok Du, Dong Joo malah menyuruh Nok Du
masuk ke dalam tandu. Nok Du bingung melihatnya.
Kim Sook
terus memanggil Nyony Kim, Keduanya panik didalam tandu yang sempit. Dong Joo
membuka baju Nok Du sambil menutup mulutnya, Nok Du panik meminta Dong Joo agar
tak membukanya. Dong Joo menyuruhnya agar diam saja.
Akhirnya
Kim Sook sampai didepan tandu akan membuka tandu, tapi saat itu ada penjaga
yang datang langsung mengepungnya. Nok Du masih panik karena melihat Dong Joo
yang terus mencoba membuka bajunya. Kim Sook binggung karena baru datang
tiba-tiba sudah dikepung.
Bersambung
ke episode 9
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar