PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dong Joo
bermimpi berteriak “Aku menyukaimu! Aku menyukaimu!” lalu terbangun sambil
mengeluh karena Mimpi yang sangat aneh. Ia pun berpikir kalau ini memang mimpi,
lalu tiba-tiba tangan Aeng Du menyentuh wajahnya. Dong Joo kaget melihat ada
gadis kecil dan Nok Du tertidur di pojok.
“Tidak,
tidak. Tidak mungkin aku benar-benar mengatakannya.” Kata Dong Joo panik
akhirnya keluar dari kamar.
Dong Joo
akhirnya mencuci wajah dan seperti muntah karena terlalu banyak minum. Tiga
orang wanita memabhas Dong Joo ituputri dari Ibu yang buruk moralnya.
“Si anak
dan si ibu memperebutkan seorang pria di rumah gisaeng. Kudengar, situasinya
lebih buruk dibandingkan perang.” Komentar Si wanita. Dong Joo hanya bisa diam
saja.
Di kamar
Nok Du
sedang mengajarkan Aeng Du agar memanggilnya “Unnie.” Aeng Du pun bisa
mengucapkanya. Nok Du memuji dan memberitahu kalau Ae Du harus memanggilnya
begitu. Aeng Du mengangu mengerti dan meminta No Du agar Jangan khawatir.
“Orabeoni,
Apa kau masih punya lagi?” tanya Aeng Du yang sibuk makan
“Bukan!
Kau tidak boleh memanggilku 'Orabeoni'... Kau salah Lagi. Bagaimana kau harus memanggilku?
Aku sudah mengajarimu.” Ucap Nok Du kesal.
“Sayang?”
kata Aeng Du. Nok Du mengeluh kesal dengan sikap Aeng Du. Lalu menyuruh
memanggilnya Unnie dan beberapa kali.
“Kenapa
aku harus memanggilmu Unnie?” tanya Aeng Du heran. Nok Du menjelaskan ada yang harus dilakukan
di luar pulau.
“Astaga, Apa
yang harus kau lakukan adalah menjadi seorang wanita?” tanya Aeng Du. Nok Du
mengaku bukan.
“Aeng
Du... Kalau orang-orang di sini tahu aku seorang pria, maka aku akan disiksa
dan dibunuh.” Jelas Nok Du
“Itu
tidak boleh terjadi! Kau tidak boleh mati.” Kata Aeng Du panik. Nok Du pun
meminta agar agar menuruti perkataanya.
“Jadi,
kau tidak boleh membocorkan rahasiaku, mengerti?” tegas Nok Du, Aeng Du
menganguk mengerti dengan memanggil Unnie.
Tuan Hwang
berbicara dengan Nok Du berkomentar kalau itu Cerita yang sangat konyol. Nok Du
meminta Tuan Hwang berhent mengejeknya, karena
tidak punya pilihan lain jadi harus melakukan ini. Tuan Hwang ingin tahu
bosnya tinggal di sini.
“Apa Di
desa penuh para janda ini?” tanya Tuan Hwang. Nok Du membenarkan.
“Itu
sebabnya aku tidak bisa pulang sekarang.” Jelas Nok Du, Tuan Hwang pikir Nok Du
sudah berusaha keras sampai menyamar sebagai wanita.
“Kau
harus tinggal sampai membunuh bosnya.” Kata Tuan Hwang, Nok Du pun ingin tahu
keadaan ayah dan juga kakaknya.
“Berapa
kali harus kukatakan kepadamu? Mereka baik-baik saja. Hwang Tae mulai pulih. Aku
juga menulis surat untuk mereka, dan bilang aku akan kembali bersamamu dari
Hanyang, jadi aku melarang mereka khawatir.” Jelas Tuan Hwang.
“Omong-omong,
putri angkatmu itu, dia tahu kau perempuan, 'kan? Kemarin, kudengar dia bilang,
"Aku menyukaimu." "Aku
menyukaimu!" Apa Itu untukmu atau pria satunya?” tanya Tuan Hwang.
“Bagaimana
Menurut Guru?” tanya Nok Du gugup.Tuan Hwang pikri kalau untuk dirinya maka
Dong Joo seleranya buruk sekali.
Nok Du
mengeluh dengan sikap Tuan Hwang dan memberitahu kalau Dong Joo itu yang sedang mabuk, saat itu melihat Yool Moo
lalu mencoba memanggilnya. Yool Moo panik memilih untuk kabur. Tuan Yeon sedang
duduk sambil menangis seperti tak percaya dengan nasibnya.
Yool Moo
terus berlari, Nok Du pun mengejarnya. Tuan Yeon yang melihatnya makin menangis
smabil bertanya Kenapa bukan dirinya. Yool Moo masuk ke rumah gisaeng, Hwa Sa
dkk melihat Nok Du terus mengejarnya.
“Dia
pasti sudah gila.” Keluh Hwa Sa dan semua wanita langsung menatap dingin.
Yool Moo
sempat jatuh tapi berusaha terus berjalan sampai akhirnya kakinya terselengkat.
No Du mencoba menolong dengan mengulurkan tanganya. Yool Moo seperti ketakutan
memilih untuk jatuh ke dalam kolam saja.
Yool Moo
mengigil kedinginan, Nok Du mendekat. Yool Moo ingin pergi tapi Nok Du menahan
dengan dua tanganya. Yool Moo pun tak bisa kabur lalu berpikir kalau itu
setelah memberinya es kesemek itu. Nok Du terlihat bingung.
“Atau
Okchundang... Atau... kudanya?” kata Yool Mo. Nok Du mengeluh kesal. Yool Moo meminta agar
melupakan karena menurutnya tidak penting.
“Kau tahu
pasti siapa yang aku cintai.” Kata Yool Mo, Nok Du bingung Yool Mo membahas
Cinta.
“Bagiku,
kau adalah teman dari wanita yang kucintai... Tidak, kau ibunya. Jadi,
perlakukan aku selayaknya.” Kata Yool Moo
“Apa yang
membuatmu begitu mencintai Dong Joo?” tanya Nok Du terlihat tak percaya
mendengarnya.
“Aku
mencintai segala sesuatu tentangnya karena aku jatuh cinta padanya. Aku bukan
mencintai dia atas alasan tertentu.” Ucap Yool Moo
“Lalu,
bagaimana kau bisa tahu kau sedang jatuh cinta?” tanya Nok Du melepaskan
tanganya.
“Mana
mungkin tidak mengetahuinya? Kau merindukan dia saat mereka pergi dan bahagia
bertemu dengannya. Bahkan hal yang paling remeh membuatmu khawatir. Cinta itu
seperti batuk. Kau tidak bisa menahannya.” Jelas Yool Mo
Nok Du
bingung karena dianggap seperti "Batuk". Yool Mo membahas Nok Du yang
Kemarin menciumnya di hadapan semua orang dan berpikir kalau itu karena Nok Du tidak
bisa menyembunyikan perasaannya. Nok Du pun tak bisa mengelak hanya membenarkan
saja.
“Tidak
bisa dipercaya kau tidak pernah jatuh cinta.” Ejek Yool Moo. Nok Du mengeluh
Yool Moo jangan berpikir konyol
“Aku
jatuh cinta berkali-kali.” Tegas Nok Du. Yool Moo menganguk mengerti saja.
“Bagaimanapun,
soal perasaanmu padaku.. “ ucap Yool Moo yang langsung disela
“Aku akan
menyerah tentangmu. Aku sungguh minta maaf atas kekacauan yang sudah
kusebabkan. Jangan mengkhawatirkan aku lagi.” Ucap Nok Du lalu melangkah pergi.
Nok Du
pulang ke rumah, Hwa Sa dengan sengaja menabrak bahunya dengan keras. Nok Du
mengeluh kesakitan, Hwa Sa tak peduli hanya menatap sinis lalu pergi. Nok Du
pun berjalan kembali tapi wanita lain menyiramnya dengan air. Nok Du hanya bisa
mengeluh kesal.
Nok Du
berjalan ke arah danau dan meliha Dong Joo duduk sendirian diatas jembatan. Ia
pun duduk disamping Dong Jo mengaku sudah
mencari-carinya tapi ternyata sedang duduk sendiri. Dong Joo tak percaya meliha Nok Du yang masih
bisa tersenyum.
“Apa Kau
sudah makan?” tanya Nok Du mencoba perhatian. Dong Joo mengeluh kalau Nok Du
tak tahu rasa malu yang ditangungnya.
“Bagaimana
bisa kau tersenyum dan tanya aku sudah makan atau belum?” keluh Dong Joo
“Itu
karena kau kelihatan belum makan seharian.” Kata Nok Du, Dong Joo pun marah
dengan Nok Du yan mencium Yool Moo. “
“Apa Kau
sudah gila, ya? Itukah satu-satunya solusi yang kau punya? Kau cukup
menjungkalkan meja atau membekap mulut anak itu. Kalau tidak, kau tampar saja
aku.” Ucap Dong Joo kesak. Nok Du hanya diam saja.
“Dan Ada
apa dengan anak itu? Kenapa dia memanggilmu 'Sayang'?” kata Dong Joo marah.
“Itu...
Dia tetanggaku. Dia percaya kalau dia dijodohkan denganku. Tentu saja itu tidak
benar. Pokoknya Ceritanya Rumit” jelas Nok Du.
“"Dijodohkan"?
Apa Kau jatuh cinta pada seseorang tapi dijodohkan dengan gadis lain? Waahhh...
Luar biasa sekali kau!” ucap Dong Joo dengan nada sinis. Nok Du hanya menatap
Dong Joo.
“Apa?
Kenapa? Kenapa kau menatapku?” keluh Dong Joo, Nok Du meminta izin untuk
menanyakan sesuatu.
“Mana
yang kau pilih? Mereka bilang, kau tidak bisa menahan cinta. Entah aku bodoh
atau kau ahlinya, tapi aku tidak tahu bagaimana perasaanmu. Tapi sekali lagi,
aku sangat penasaran.” ucap Nok Du
“Dasar
sinting... Aku cuma sedang mabuk.” kata Dong Joo mencoba mengelak.
“Aku
sudah dengar soal kebiasaan mabukmu.” Kata Nok Du, Dong Joo pun ingin tahu
menurut Nok Du siapa orangnya.
“Apa Kau
pikir aku akan menyukai seorang pria yang sudah mencintai seseorang, dijodohkan
dengan gadis lain, dan hidup menyamar sebagai seorang pria?” kata Dong Joo.
Nok Du
mengerti kalau itu pasti bukan dirinya lalu mengajak Dong Joo pergi. Dong Joo menolak untuk pergi bersama. Nok Du
akhirnya pulang sendirian. Dong Joo kesal sendiri dengan Nok Du yang penasaran
dengan apa yang diucapakanya.
Aeng Du
terbangun dari tidurnya dikagetkan dengan sosok orang didepanya. Nok Du duduk
diam dipingir kamar seperti hantu dengan bau putih. Ia mengeluh kalau Mana mungkin dirinya dan
itu tak mungkin dirinya juga.
“Aku
tidak bertanya karena memiliki perasaan padanya. Aku hanya penasaran mengapa
dia mengatakan sesuatu yang konyol begitu. Ini Lucu sekali.” ungkap Nok Du
frustasi.
“Orabe--bukan!
Bukan!.. Unnie? Kenapa kau meracau sendiri pagi-pagi begini?” ucap Aeng Du.
“Apa?
"Pagi"? Beraninya dia tidak pulang semalaman? Beraninya dia?” ucap
Nok Du marah
Saat itu
Dong Joo tertidur di tempat persembunyianya sambil mengeluh badannya yang pegal-pegal.
Ia pun mengeluh kalau Untuk ap melakukan ini. Di rumah, Nok Du gelisah sudah
ada makanan diatas meja, lalu mengintip Ae Dung datang dengan Dong Joo.
Akhirnya
mereka makan dalam diam dan terlihat sangat cangung, tiba-tiba sumpit mereka
sama-sama mengambil telur rebus. Keduanya langsung menarik tangan dan
memalingkan wajah. Aeng Du langsung mengambilnya dan memberikan pada Nok Du.
“Kau
boleh memakannya, Sayang.” Ucap Aeng Du. Nok Du pun terlihat gugup menerimanya.
“Kalian
benar-benar saling mencintai.” Sindir Dong Joo. Nok Du pun memperingatakanAeng
Du, apa yang terjadi jika memanggilnya seperti itu.
“Kau
bilang, kau akan mati.” Kata Aeng Du. Akhirnya Dong Joo mengajak Aeng Du
bicara.
“Hei,
anak kecil... Kau tahu menikah itu apa?” tanya Dog Joo. Aeng Du mengaku tentu
saja tahu.
“Menikah
adalah saat kau makan tiga kali sehari, bersenang-senang, dan menghabiskan
waktu bersama seseorang.” Kata Aeng Du santai.
“Ya, itu
benar... Seseorang yang akan menghabiskan sisa hidup bersamamu. Jadi, kau sebaiknya
bertemu seorang pria yang jujur dan baik saat kau sudah dewasa nanti, daripada
berandalan tidak berguna seperti dia.” Sindir Dong Joo.
“Dia
cukup baik untukku.” Kata Aeng Du tetap memilih Nok Du. Nok Du hanya bisa
menahan tinjunya lalu memberikan Ae Dung lauk agar bisa terus makan.
Malam
hari, Nok Du tak bisa tidur lalu melihat Dong Joo sudah tak ada di tempat
tidurnya. Ia pun mengeluh kalau Dong Joo yang akan tidur di luar lagi. Nok Du
terlihat gelisah karena Dong Joo tidur diluar lagi.
Di istana
Ratu
berteriak marah saat ditarik keluar dari kamarnya, Dua pengawal menariknya
keluar kamar. Ratu marah karena mereka yang berani melakukan ini padanya dan
meminta agar melepaskanya.
“Aku
tidak tahu apa-apa. Kutukan apa? Konspirasi apa? Lepaskan aku! Aku Ratu
Dowager.” Teriak Ratu.
“Paduka
Raja memberi kami perintah untuk memindahkan Anda ke Istana Timur. Mari pergi.”
ucap pengawal.
“Aku ingin
bertemu Pangeran Yeongchang... Putraku!” teriak Ratu histeris, Pengawal tak
peduli.
“Tolong izinkan
aku bertemu Paduka Raja... Kumohon! Saudaraku! Ibu! Ibu!” jerit Pangeran yang
juga ditarik keluar sambil menangis.
Mentri
satu bertanya Apakah dia akan baik-baik saja, lalu berpikir kalau temanya akan
jadi target mereka yang tidak sepakat akan hal ini. Mentri pertam berpikir Keputusan
selalu disertai dengan konsekwensi jadi akan memastikan dirinya aman dan tak
perlu khawatir.
Nok Du
kembali mengintip di kuil atas, Seorang pria datang dan sempat dihadang oleh
penjaga wanita. Tapi setelah itu membiarkan masuk, Nok Du terus
memperhatikanya. Ia melihat seseorang keluar dengan jubah dan penjaga wanita
mengikutinya.
Dong Joo
yang tidur diluar mengeluh Punggungya sakit sekali sampai tidak bisa tidur. Ia
pikir tidak perlu tidur di sini dan bisa tidur di rumah. Sementara Nok Du
sengaja mengikuti dan melihat Tuan Heo dengan anak buahnya berbicara di hutan.
“Kenapa
ini harus terjadi saat Anda sedang pergi?” keluh Anak buah Tuan Heo.
“Yang
Mulia sengaja menunggu sampai aku pergi. Dia sudah mencurigaiku sejak insiden
yang terjadi di pulau.” Jelas Tuan Heo. Nok Du mendengar Tuan Heo yang
mengatakan "Pulau"
“Aku
pergi dulu. Pinjamlah kuda dari rumah gisaeng dan ikuti aku.” Kata Tuan Heo
lalu pergi dengan kuda.
“Apakah dia
yang mencoba membunuh kami? Tapi, dia juga menyebut soal Paduka Raja. Buat apa
Raja tertarik pada kami?” gumam Nok Du bingung.
Raja yang
ada dikamar mengingat kejadian sebelumanya.
Flash Back
[20
tahun lalu, di sebuah desa di Provinsi Gyeonggi]
Raja
memeluk anak bayi, terlihat marah karena anaknya yang harus lahir tanggal 19
November. Ia seperti tak bisa menerima anaknya lahir dihari ini sampai akhirnya
akan membunuhnya. Tiba-tiba Tuan Jung datang melihatnya dan Raja membiarkan
istrinya menangi setelah melahirnya.
“Bagaimana
bisa tragedi ini terjadi?” kaat Tuan Heo berlutut didepan raja.
“Tidak
seorangpun boleh mengetahui peristiwa hari ini. Jung Yun Jeo membawa. mayat
putraku. Aku ingin kau menyingkirkan mereka berdua.” Ucap Raja.
Tuan Jung
membawa bayi anak menguburkanya, tapi Tuan Heo datang menyuruh Tuan Jung pergi
karena akan melapor bahwa kau sudah mengubur mayat bayi itu dan menikanya lalu jatuh
ke sungai.
“Jadi,
hiduplah seakan kau tidak ada... Hidup seolah kau sudah mati.” Ucap Tuan Heo
membiarkan Tuan Jung pergi.
Beberapa
belas kemudian, Nok Du pun hidup dengan baik. Ibunya seperti sedang sakit. Nok
Du memintai ibunya bertahan karena Ayah akan segera datang membawa obat.
Tuan Jung
pergi ke pasar mencari toko obat, saat itu mentri melihat Jung Yun Jeo. Tuan
Jung bertemu dengan mentri yang bertemu
dengan Tuan Jung lalu mencoba mengelaknya karena Yun Jeo tewas saat perang. Si
mentri berpikir Yang Mulia tampak senang mendengarnya.
“Aku
ingin kau mendatangi Pasukan Muweol. Ada seseorang yang harus kita temukan dan
habisi. Yang Mulia juga akan mencarinya. Kita harus menemukan dia duluan,
bagaimanapun caranya. Mengerti?” kata Tuan Heo. Anak buahnya menganguk
mengerti.
“Jika
Yang Mulia menemukan dia duluan, rencana besar kita akan tamat.” Kata Tuan Heo.
Nok Du
pun bertanya-tanya Siapa pria itu, lalu Apa hubungan Raja dengan semua itu dan Apa
sebenarnya yang sedang terjadi. Ia berjalan pulang ke rumah dan melihat sepatu
Dong Joo, wajahnya tersenyum bahagia lalu bergegas masuk.
Sementara
anak buah Tuan Heo berlari ke hutan agar mencari sosok yang diminta oleh Tuan
Heo. Saat itu kakinya terpeleset dan terjatuh tapi bisa bertahan, lalu meliha
ada sepasang kaki di pinggir sungai seperti sudah tak sadarkan diri.
Dong Joo
sudah tertidur dengan lampu dimatikan, Nok Du menatapnya dan berpikir untu
menyalakan lampu. Dong Joo menolak sambil mencoba menahan rasa takutnya karena
mereka harus mematuhi aturan. Nok Du inin tahu alasan Dong Joo sangat takut
dengan gelap.
“Siapa
bilang aku takut?” kata Dong Joo, Nok Du mengingat saat dipenjara Dong Joo
tertidur juga seperti ketakutan.
Dong Joo
takut dengan gelap karena saat bersama ibunya ia gulingan karena dianggap sudah
mati oleh para pengawal kerajaan. Akhirnya Nok Du menyalakan lampu kamar, Dong
Joo mengeluh karena Sudah bilang jangan melakukannya.
“Kita
hanya perlu memastikan tidak kelihatan dari luar. Bagaimana menurutmu? Bahkan
hantu bermata indah akan mampir ke rumah kita. Berhentilah mengomel dan pergi
tidur. Berisik” kata No Du menutup
jendela dan kamar dengan jubah.
“Apa? Ada
apa? Tidurlah.” Ucap Nok Du melihat Dong Joo hanya menatapnya tanpa bicara.
“Jangan
bersikap baik padaku.” Kata Dong Joo, Nok Du ingin tahu alasan tak boleh
bersikap baik.
“Kau
seharusnya cuma baik...” ucap Dong Joo yang langsung disela oleh Nok Du.
“Apa Pada
orang yang kusukai? Orang yang kupedulikan dan terus pikirkan?” kata Nok Du.
Dong Joo membenarkan.
“Seperti
kau dan nonamu.” Ucap Dong Joo, Nok Du pikir
tidak bisa menyembunyikannya lagi.
“Apa Kau
tahu? Aku tidak punya...” ucap Nok Du dan Dong Joo seperti tak ingin mendengar
memilih untuk tidur.
Malam
semakin larut, Nok Du menatap Dong Joo yang tertidur teringat ucapan Yool Moo “Cinta
itu seperti batuk. Kau tidak bisa menahannya.” Ia pun bergumam kalau dalam
masalah besar. Pagi hari, Nok Du tertidur dengan bersandar di pintu
“Aku
sudah memutuskan tidak membuang waktu untuk hal-hal tidak berguna... Tidak, aku
tidak akan... Aku tidak bisa.” Kata Dong Joo menatap Nok Du yang masih tertidur
pulas.
Di luar
rumah
Tiga
serangkai sedang sibuk di luar rumah sambil menghias rambut, Aeng Du sibuk
melihat anak ayam. Nok Du seperti baru bangun lalu bertanya Ada acara apa ini.
Soon Nyeo memberitah kalau Sekarang ini Dano, hari kelima di bulan kelima.
“Dano? Apa
yang orang lakukan di sini saat Dano?” tanya Nok Du bingung. Soon Nyeo pikir semuanya
sama saja.
“Kita
memetik tanaman herbal. Kita keramas dengan air bunga iris. Dan di pasar, para
wanita dan pria menggila.” Kata Bok Nyeon. Semua pun bahagia karena mereka akan
mengila.
“Menggila?”
ucap Nok Du bingung, Soo Nyeon pikir Nok Du pasti tahu yaitu Tatapan mata
mereka bertemu di ayunan Dan mereka berbagi perasaan.
“Ya, tapi
tidak ada urusan dengan kita” ucap Soo Nyeon sedih, tapi tetap saja mereka
senang karena hari “Dano”
Dong Joo
baru saja pulang mencuci, Nok Du melihatnya dan langsung membawa barangnya.
Dong Joo memalingkan wajahnya. Nok Du membahas kalau Hari ini Dano. Dong Joo
mengaku tahu. Nok Du pun mengajak mereka
ke pasar dan naik ayunan malam ini.
“Ada yang
ingin kukatakan.” Kata Nok Du, Dong Joo mengaku tidak ingin mendengarnya.
“Kenapa
tidak?” ucap Nok Du, Dong Joo pikir mendengarnya tidak ada gunanya.
“Apa Kau
tahu yang akan kukatakan padamu?” tanya Nok Du, Dong Joo pikir itu sudah jelas.
“Tapi, kau
bahkan tidak mendengarnya dariku. Apakah karena Cha Yool Moo?” tanya Nok Du,
Dong Joo membenarkan lalu beranjak pergi.
Yool Moo
sibuk memasak didapur membuat Jeon, saat
itu seseorang datang membisikan sesuatu. Yool Moo menganguk mengerti lalu
meminta agar membuka mulut, lalu menyuapi Jeon. Tiba-tiba Aeng Du datang
membuka mulutnya lebar-lebar.
“Kunyah
pelan-pelan.” Kata Yool Moo menyuapinya, tapi Aeng Du kembali membuka mulutnya
lebar-lebar.
“Apa Kau
masih bisa makan lagi?” ucap Yool Moo, Aeng Du mengaku bahkan tidak merasa kenyang sama sekali
seperti ingin makan terus, Yool Moo
menyuapinya.
“Makanlah
sampai kau kenyang.” Kata Yool Mo. Aeng Du bertanya apakah bisa membungkus untuknya.
“Kakakku
juga menyukainya.”ucap Aeng Du lalu panik karena salah berbicara mengatakan
yang dimaksud Unnie. Yool Moo bingung
maksudnya “Ora-Unnie” Aeng Du mengatakan
kalau yang dimaksud “Unnie.”
Nok Du
yang frustasi memilih untuk minum di tempat penyimpanan, Joon Sook pikir Nok Du
Jangan putus asa karena Ini belum berakhir dan Nok Su itu masih punya kesempatan.
Nok Du masih tak percaya kalau ini belum berakhir.
“Tentu
saja. Kalau kami tidak berpikir begitu, buat apa minum denganmu?” kata Joon
Sook
“Belum
ada keputusan apa pun. Kenapa kau sudah menyerah?” ucap Kim Sook, Nok Du pikir
juga seperti itu.
“Bahkan
belum diputuskan. Jiak aku memilih tidak melakukannya, siapa yang akan
diuntungkan?” kata Nok Du masih terus minum.
Yeon Boon mengeluh Nok Du itu bicara apa.
“Hei,
bangunlah.. Mari kita pergi keramas dengan air iris.” Kata Joon Sook.
“Tidak...
Lebih baik aku pulang.” Ucap Nok Du menolak, Joon Sook mengajak agar ikut saja
dengan mereka.
“Tidak
akan ada orang di desa. Semua orang akan ada di gunung.” Kata Joon Sook.
Tapi Nok
Du tetap ingin pulang ke rumah dan Tiga wanita mengantar didepan Tempat Pembuatan
Arak. Yeon Boon menyuruh Nok Du agar Jalan
yang tegak. Nok Du berusaha berjalan tegak, tapi pengaruh alkohol membuatnya
jatuh ke kubangan air.
Dong Joo
berbaring dikamar dengan anak ayamnya, Nok Du masuk kamar dengan baju yang
kotor. Dong Joo bertanya Apa yang terjadi dengannya. Nok Du mengaku jatuh jadi akan
mandi.Saat mandi, Nok Du terdiam mengingat pertemuan dengan Dong Joo saat
memotong rambutnya.
Flash Back
Yool Moo
melindungi Dong Joo saat berani memotong rambutnya yang panjang, tapi Dong Joo
melepaskan tanganya tak ingin disentuh Yool Moo. Lalu saat Yool Moo memberikan
permen gula Dong Joo memanggilnya dan memberikan padanya.
Yool Moo
mengantar Aeng Du sampai ke depan pintu bertanya Kbisa pulang sendiri, kareka
laki-lai jadi tak bisa masuk. Aeng Du
mengelu kenapa desa ini jahat sekali
para para pria. Yool Moo pikir Bisa dipahami. Hanya para wanita yang tinggal di
desa ini.
“Itu
sebabnya aku tidak bisa sering bertemu ayahku. Orabeoni juga menjadi Unnie.” Kata
Aeng Do. Yool Moo terdiam saat mendengarnya. Aeng Du panik karena salah bicara
lagi.
Nok Du
masuk dengan bertelanjang dada, melihat Dong Joo berbaring lalu mengaku tidak
menyukai siapa pun. Dong Joo kaget akhirnya terbangun dan ingin tahu bagaimana dengan Nona itu,
apakah berbohong padanya. Nok Du membenarkan.
“Terus
kenapa kau memberi tahu aku sekarang?” tanya Dong Joo. Nok Du menatap Dong Joo
dengan wajah serius
“Aku
menyukaimu... Itu sebabnya...” ucap Nok Du. Dong Joo pikir sudah mengatakan
dengan jelas.
“Aku tahu
kau tidak menyukai keparat itu... Kau bilang kau menyukainya. Dan memang masuk
akal jika begitu adanya. Tapi, aku tidak mempercayai hal itu.” Ucap Nok Du
akhirnya mendekat. Dong Joo terihat bingung.
“Dia
bilang, itu tidak bisa ditahan... Ya, aku tidak bisa menahannya. Dan kau tidak
pernah batuk di hadapannya.” Kata Nok Du. Dong Joo tak mengerti maksud ucapanya.
“Dia
mungkin menatapmu, tapi kau tidak... Kau menatapku. Apa Itu tidak benar?” kata
Nok Du yakin.
“Aku
tidak ingin menjawabnya. Kenapa kau terus menanyaiku soal itu? Kau tidak tahu
apa-apa.”ucap Dong Joo kesal.
“Ya,
benar... Aku tidak tahu apa-apa... Jadi...” kata Nok Du dengan berani mencium
Dong Joo mengungkapkan perasaanya. Dong Joo pun tak menolaknya.
“Jadi,
jawablah aku.” Ucap Dong Joo menatap lebil dalam Dong Joo dan ingin menciumnya
kembali, tapi tiba-tiba pintu kamar terbuka, Keduanya kaget melihat Yool Moo datang,
Nok Du panik karena setengah telanjang. Yool Moo menatap sinis melihat Nok Du
ternyata pria.
Bersambung
ke episode 11
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar