PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 22 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 12

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Anak buah Tuan Heo akan keluar rumah dan kaget melihat Raja yang datang, lalu langsung membungkuk karena  tidak mengira mendapat kehormatan Yang Mulia. Raja meminta agar memanggilnya Tuan saja saat  di luar istana.
“Apa dia di dalam?” tanya Raja. Anak Buah Tuan Heo membenarkan kalau Tuan Heo sedang beristirahat.
“Kalau begitu, biar kukejutkan dia malam ini.” Kata Raja berjalan masuk.

Di dalam ruangan
Tuan Heo sedang di sandera oleh Tuan Jung. Tuan Jung ingn tahu apa yang dilakukan Tuan Heo pada putra-putranya karena  Itulah yang ingin ditanyakan kepadanya. Tuan Heo membahas Putra Tuan Heo dan mengubahnya kalau dia adalah putra Raja
“Kenapa kau melakukan ini? Kami hidup bersembunyi seperti perintahmu.” Kata Tuan Jung
“Jika benar, seharusnya pastikan aku tidak menemukanmu.” Kata Tuan Heo bisa mengeluarkan pedang dan keduanya saling berhadapan. 

Raja masuk ke dalam ruangan melihat kamar yang berantakan, Tuan Heo terlihat sangat shock. Tuan Jung bersembunyi dibalik dinding, Raja mencoba mencari seseorang dibalik dinding tapi tak ada orang, tapi matanya melihat pintu yang baru saja ditutup.
“Kupikir dia sendirian.” Komentar Raja dengan nada menyindir. Tuan Heo mencoba untuk tetap santai menyapa raja.
“Bagaimana kalau kita bermain janggi? Sudah lama sekali.” kata Raja. Tuan Heo pun tak bisa menolaknya.
Tuan Jung mencoba kabur tapi didepan rumah sudah banyak penjaga. Anak buah Tuan Heo menepuk pundaknya memberitahu Semua pintu masuk telah diblokir jadi lebih baik ikut denganya saja.


Di sebuah rumah, Pangeran menangis memanggil Ibunya. Prajurit wanita mengintip dari belakang dinding. Sementara Dong Joo mencoba berlatih panah dan mencabutnya lalu berpikir sudah selesai jadi sekarang bisa pergi, bahkan harus pergi.
“Aku akan pergi setelah selesai membuat ini.” Ucap Dong Joo yakin seperti ingin membalas dendam.
Didalam kamar, Nok Du gelisah karena Makanan Dong Joo mulai dingin tapi lama sekali datang. Aeng Du bertanya apakah Nok Du  pikir dia tertarik dengan makanan ini. Nok Du heran Aeng Du bertanya tentang hal itu. Aeng Dong menegaskan Yul Mu-ku tersayang memasakkannya beragam hidangan.
“Hari ini saja, dia membuat jeolpyeon dan maejakgwa. Apa Aku belum pernah cerita? Intinya, makanannya jauh lebih baik daripada makananmu jika dia harus memilih.” Ucap Aeng Du bangga.
“Bedebah itu. Seharusnya aku...” kata Nok Du akan keluar tapi Dong Joo masuk dan langsung mengambil batal dan berbaring.
“Apa Kau tidak mau makan?”tanya Nok Du, Dong Joo mengaku sudah makan. Nok Du kesal langsung menghabiskan makanan Dong Joo dengan wajah kesal kalau rugi karena tak memakanya. 



Raja bertemu dengan Yool Moo melihat makana diatas meja bertanya Apa yang dipikirkan saat membuat camilan ini di dapur. Yool Moo mengaku  Biasanya, tidak memikirkan apa pun, tapi sangat senang membuat ini.  Raja ingin tahu Kenapa begitu.
“Aku membuatnya dengan wanita yang kusukai.” Ucap Yool Moo. Raja berpikir Apa dia seorang gisaeng. Yool Moo membenarkan.
“Dia seorang gisaeng, Yang Mulia.” Kata Yool Moo seperti tak ingin memberitahu kalau yang dimaksud Dong Joo.
“Kau punya waktu dan kebebasan. Aku cukup iri dengan hidupmu.” Kata Raja.
“Tolong jangan mendambakan hidupku karena aku sangat menyukai hidupku.” Ucap Yool Moo lalu memakan kue buatanya. 


Di tempat Tuan Lee, Dua pria membahas apakah melihat orang yang mencurigakan. Anak buah lainya mengaku mencari dengan teliti, tapi mereka tidak menemukan orang yang mencurigakan. Si pria meminta agar  Jangan pernah lengah.
“Dan pastikan kau memeriksa semua pria yang datang ke rumah.” Tegas si pria. Anak buahnya menganguk mengerti. Kim Sook dkk sibuk memasak untuk pesta mencoba agar menyamar.
Nok Du pergi ke tempat penyimpanan kuda, mengingat saat mengikuti seseorang yang berkata “Aku akan pergi lebih dahulu. Pinjam kuda dari rumah gisaeng dan ikuti aku.”  Ia lalu mencoba mencari tahu kuda mana yang digunakan, akhirnya Nok Du memilih untuk pergi.
“Apa ini Rumah Yeonhwa yang terkenal itu?” tanya seorang bangsawan. Nok Du melihat pria mencoba mendengarnya.
“Ya, benar. Anda datang ke tempat yang tepat. Apa Ini kunjungan pertama Anda?” tanya pengawal. Si pria membenarkan
“Aku asisten kapten Pulau Ganghwa. Aku dalam perjalanan untuk merayakan sebuah acara di Hanyang. Dan orang bilang aku harus mengunjungi tempat ini, jadi, aku di sini.” Kata si pria. Nok Du bergumam mendengar  Pulau Ganghwa.
“Suatu kehormatan bisa menyambut Anda. Silakan kemari.” Kata pengawal  lalu mengantar tamu ke ruangan gisaeng. Si pria bertanya Di mana gisaeng bernama Hwa Su. 


Nok Du dengan sengaja mendengar pembicaran dari depan pintu. Si pria yang mabuk menceritakan  Adik Raja yang telah dia asingkan datang ke wilayahnya, Pulau Ganghwa.  Gisaeng mengeluh Yang Mulia sangat brutal. Si pria meminta agar Jangan berpikir seperti itu.
“Berkat itu, aku dipromosikan.” Kata Si pria. Hwa Soo ingin tahu  Bagaimana pengasingan adik Raja berhubungan dengan promosinya.
“Dengarkan... Ada pesta di Hanyang...Ahh.. Lupakan saja. Ketahuilah bahwa itu kabar baik.” Kata si pria.
Nok Du menganguk mengerti, saat itu si pria keluar dari ruangan merasa mabuk. Nok Du mencoba mengikutiny saat itu Nyonya Chun melihat si pria yang pergi. 


Di sebuah rumah
Dong Joo membayar dengan katung uangnya lalu membawa barang-barangnya. Si pria bertanya apakah akan menjadi pedagang karena Tidak akan mudah menjual barang kepada dayang istana karena banyak pedagang yang sudah berjualan sejak lama.
“Tidak, Tuan... Ada orang lain yang tertarik, jadi, karena itu aku memintamu.” Kata Dong Joo saat itu melihat Nok Du mengejar seorang pria. 

Si pria seperti bisa lega karena sudah buang air kecil, Nok Du tiba-tiba dibelakang langsun mengancam dengan pisaunya. Ia meminta agar menjelaskan tentang pesta di Hanyang itu. Si pria mengaku tidak bisa memberitahunya.
“Bagaimana jika nyawamu dipertaruhkan?” kata Nok Du, saat itu Dong Joo memanggil ibunya. Nok Du menyembunyikan pisaunya.
“Hei... Dia cabul! Panggil beberapa orang!” teriak Nok Du lalu mengejar si pria dan Dong Joo mencoba memanggil bantuan. 

Nok Du mencoba mengancam kembali tapi Nyonya Chun datang. Si pria langsung mengadu kalau ia asisten kapten Pulau Ganghwa dan Janda ini mencoba menyakitinya, bahkan menancapkan pisau ke lehernya. Nok Du panik menyembunyikan  pisau mencoba menjelaskan.
“Jadi... Ceritakan secara rinci kenapa kamu pergi ke Hanyang.” Ucap Nyonya Chun mengambil pisau Nok Du dan mengancamnya. Akhirnya si pria dibunuh begitu saja, Nok Du kaget melihatnya.
“Siapa sangka dia akan mempekerjakan asisten kapten Pulau Ganghwa untuk membunuh adiknya yang telah dia asingkan?” kata Nyonya Chun.
“Apa Anda bosnya? Apa Anda bos Pasukan Muweol?” tanya Nok Du kaget.
“Kita bisa membicarakan itu lain kali. Kita kehabisan waktu. Jika kau menemukan Sook, suruh dia mengeluarkan semua orang dan pergi ke kuil tempat pejabat setempat bersembunyi. Katakan kepadanya kita masuk dalam perangkap.” Kata Nyonya Chun
“Baik, jangan khawatir.” Kata Nok Du lalu pergi dengan kudanya menyusuri hutan. Saat itu Nyonya Chun kaget melihat sosok pria yang datang. 


Di rumah Tuan Lee, Kim Sook sibuk memasak. Joon Sook mendekati memberitahu Lebih baik melakukannya saat berisik jadi kenapa sunyi sekali. Kim Sook pikir  Ada yang tidak beres jadi menurutnya harus mundur.
“Apa maksudmu? Mungkinkah...” kata Joon Sook dan saat itu seorang wanita tak sengaja menjatuhkan pedang. Dua pria bisa melihatnya dengan jelas.
“Para wanita ini adalah pembunuh. Tangkap mereka!” teriak seorang pria. Kim Sook dkk pun mulai berkelahi
“Pastikan untuk membunuh semua orang yang melihat wajah kita.” Tegas Kim Sook pada anak buanya. 

Saat itu Nok Du datang dengan pengorengan sebagai tamengnya. Kim Soo kaget Nyonya Kim datang. Nok Du mengaku Bos mengutusnya. Kim Sook kaget dan ingin tahu alasanya.
“Dia ingin aku memperingatkan kalian tentang apa yang terjadi sekarang. Pejabat setempat bersembunyi di kuil di Gunung Inwang.” Ucap Nok Du. Kim Sook kaget mendengarnya.
“Apa Menurutmu kau bisa pergi?” tanya Kim Sook. Nok Du bingung mendengarnya, lalu seorang pria mencoba menyerangnya. Kim Sook langsung membunuhnya.
“Apa Aku harus meninggalkanmu di sini?” tanya Nok Du berpura-pura ketakutan.
“Tempat ini terlalu berbahaya untukmu. Aku akan segera ke sana, jadi, ulur waktu untukku.” Ucap Kim Sook
“Tidak menyenangkan jika hanya mengulur waktu.” Ucap Nok Du lalu berjalan pergi dengan penuh kepalanya. 


Ia pergi ke sebuah rumah dengan dua penjaga didepannya, si penjaga menyuruh Nok Du harus kembali karean Tempat ini terlarang. Nok Du pikir kalau memang itu benar, maka seharusnya tidak lengah lalu dengan mudah melawan dua penjaga.
Kim Sook dkk berhasil melawan semua pria, Kim Sook bertanya Apa sudah berakhir. Joon Soo mengaku tidak melihat siapa pun kabur. Kim Sook pun mengajak pergi karena Nyonya Kim mungkin kehabisan waktu. Saat itu seorang prajurit terbangun seperti masih sadar.

Saat itu Kim Sook dkk bergegas pergi, dan melonggo meihat dua pengawal sudah tak sadarkan diri . Setelah itu saat masuk kamar. Nok Du sudah duduk dengan Tuan Lee yang diikat tangan dan juga kakinya, bahkan mulutnya pun dibekap. 
“Kenapa kau melakukan ini?” tanya Nok Du akhirnya berjalan pulang dengan Kim Sook. Kim Sook terlihat bingung.
“Kamu bisa menjalani hidup normal di desa, jadi, kenapa melakukan hal yang begitu berbahaya? Apa karena kamu butuh uang seperti aku?”tanya Nok Du
“Untuk apa butuh uang jika kami hidup sendiri dalam persembunyian?” kata Kim Sook. Nok Du pun ingin tahu alasanya.
“Karena hanya kami yang bisa hidup dalam kebebasan.” Ucap Kim Sook. Nok Du bingung apa maksudnya. Kim Sook memperlihatkan bekas luka dikakinya.
“Mertuaku melakukan ini kepadaku karena tidak bunuh diri setelah suamiku meninggal. Dia meninggal tiga hari setelah kami menikah. Jika saat itu aku tidak kabur, mungkin aku telah dibunuh bersama suamiku yang wajahnya tidak bisa kuingat lagi.” Cerita Kim Sook.
“Tapi kisahku tidak sebanding dengan kisah mereka.” Ungkap Kim Sook. Nok Du hanya bisa terdiam saja dan melihat semua kelelahan tapi tersenyum bahagia.
“Berkat bos kami, kami bisa hidup lebih baik. Tapi situasi di luar desa ini belum berubah. Kau juga tahu itu.” Kata Kim Sook. Nok Du pikir benar.  
“Kamilah yang pertama memutuskan untuk membantu janda sepertimu. Orang lain tidak mau repot-repot membantu seorang janda.” Ucap Kim Sook
“Kalau begitu, apakah kau memutuskan membunuh pejabat setempat karena dia menyakiti para janda?” tanya Nok Du
“Tidak... Tapi kami melakukan ini untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik bagi orang seperti kita yang tidak berdaya. Aku meyakini itu.”ucap Kim Sook 





Kim Sook melapor pada Nyonya Chun kalau sudah  memastikan pejabat setempat itu sudah tewas dan membuatnya terlihat seolah-olah dia mati karena jatuh. Nyonya Chun memuji kalau sudah Kerja bagus. Nok Du ikut duduk disamping Kim Sook.
“Nyonya Kim banyak membantu kami kali ini.” Kata Kim Sook
“Kurasa aku harus menepati janjiku dan mengizinkanmu bergabung dengan pasukan kami. Selamat datang di Pasukan Muweol, Nyonya Kim.” Kata Nyonya Chun. 
“Jung Sook akan menunggumu di luar.Dia akan membimbingmu dengan detailnya. Sementara itu, ada hal lain yang harus kami bahas.” kata Nyonya Kim. Nok Du menganguk mengerti.
Nyonya Chun menatap Nok Du seperti memastikan keluar, Kim Sook bertanya Apa ada masalah. 


Di dapur, Nok Du memisahkan bahan lalu teringat dengan sesuatu. Si prai memberitahu “Dia bukan orang yang vulgar. Dia asisten kapten Pulau Ganghwa. Tapi apa dia cabul? Aku mencari ke mana-mana, tapi tidak bisa menemukannya.”Nok Du terdiam mengingatnya.
“Apa Kakakmu tidak pulang?”tanya Yool Moo pada Aeng Du yang makan dengan lahap. Aeng Du mengelengan kepala.
“Jadi, tidak ada yang bisa kukatakan tentang apa yang terjadi antara dia dan Dong Joo. Tapi kenapa kamu mengantuk sekali?” tanya Yool Moo
“Astaga, Dong Joo tidak bisa tidur semalam. Dia terus bergerak. Karena itu, aku juga tidak bisa tidur.” Keluh Aeng Du. Yool Moo terdiam seperti merasa bersalah.
“Dia tidak berhenti menghela napas. Dia membuka pintu dan melihat ke luar. Lalu dia keluar dan mulai mengatakan ini. "Apa Dia tidak pulang? Beraninya dia tidak pulang tanpa memberitahuku." Cerita Aeng Du. Yool Moo lalu melihat Dong Joo gelisah menungu Nok Du. 

Nok Du sedang ada di ruangan, Jong Sook memberitahu kalau  Di sinilah mereka membuat alkohol karena Alkohol yang mereka buat dikirim ke rumah gisaeng lalu uang yang mereka hasilkan di sana digunakan untuk keamanan dan pertumbuhan
“Pasukan Muweol dan para janda. Ini sangat indah.” Ucap Jung Sook. Saat malam hari suara lonceng tanda mereka harus mematikan lampu.
***
Kim Soo mengucapkan Terima kasih untuk hari ini jadi menyuruh Nok Du agar pergi. Jong Sook pikir Nok Du berjaga malam ini. Kim Sook pikir Tidak malam ini karena Tidak perlu memaksakan diri jadi Sebaiknya beristirahat. Nok Du menganguk mengerti. 

Di kamar, Dong Joo terlihat ketakutan karena lampu ruangan harus gelap. Saat itu pintu ruangan terbukan, Dong Joo pikir Nok Du yang datang Tapi ternyata Yool Moo yang datang. Dong Joo panik meliha Yool Moo yang datang.
“Kau tidak boleh masuk ke sini.” Ucap Dong Joo. Yool Moo pikir tak masalah karena diizinkan melakukan itu. Dong Joo bingung.

Kelompok Tuan Heo berkumpul, Anggotanya memberitahu kalau mereka  a sudah menyingkirkan pejabat setempat, tapi ini baru permulaan. Ia yakin Yang Mulia akan tahu bahwa ada orang yang mencoba melindungi Pangeran Yeongchang.
“Apa Kau pikir akan aman?” tanya Anak buah Tuan Heo. Tuan Heo mengaku meminta seseorang membawa Pangeran Yeongchang ke tempat ini.
“Besok.... Kita akan menjalankan rencana kita besok.” Kata Tua Heo. Saat itu seorang seorang masuk ke desa janda padahal sudah memberikan peringatan  "Pria dilarang masuk"

Saat itu Yool Moo keluar dari ruangan, Nok Du mengintip dengan menahan amarah karena keluar dari kamar Dong Joo. Tuan Heo memberitahu kalau mereka sudah menyiapkan semuanya. Anak buahnay memberitahu Tapi Yang Mulia sangat sensitif jadi sekarang bukan waktu yang tepat.
“Jika kita terus berhati-hati, mungkin semuanya akan sia-sia. Apa yang akan kau lakukan?”kata anak buah yang lain.
“Dia benar... Satu momen kekacauan mungkin merupakan momen terbaik. Kita tidak boleh menunggu lagi. Mari bergegas...” kata anak buah yang bertubuh tambun. 

“Tidak perlu melakukan itu... Kalian tidak boleh terburu-buru.” Kata Yool Moo tiba-tiba masuk. Tuan Heo kaget melihatnya.
“Dan satu hal lagi... Aku sudah mengurus hal yang mendesak.” Ucap Yool Moo lalu memberikan kain putih.
Tuan Heo makin kaget kalau itu baju yang dipakai Pangeran yang berteriak “ Jika aku keluar dari pintu itu, aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi. Tolong biarkan aku melihatnya.”
“Apa tidak ada orang di luar?” tanya Tuan Heo. Yool Moo mengaku  Ada orang di luar, tapi semuanya bekerja untuknya.
“Haruskah kuminta mereka masuk?” sindir Yool Moo. Tuan Heo ingin tahu Apa yang dilakukan pada Pangeran Yeongchang?
“Aku membunuhnya.” Akui Yool Moo dengan senyuman pembunuh berdarah dingin. 


Flash Back
Nyonya Chun akan pergi kaget melihat Yool Mo yang melihatnya membunuh si pria. Akhirnya keduanya bertemu diruangan, Nyonya Chun memastikan apakah benar akan menepati janjinya. Yool Moo menganguk setuju.  
“Tugasmu dimulai sekarang.” Ucap Yool Moo lalu memberikan pena. Nyonya Chun seperti menuliskan perjanjian diatas kertas.
Si pangeran menangis dalam ruangan, dan ada dua penjaga. Saat itu seseorang datang membunuh penjaga. Para pengawal wanita langsun menyerangnya, Si pria mengeluarkan surat dan akhirnya mereka pun melangkah mundur.
Si pria pun masuk ruangan dengan pedang bekas darah, si pangeran terlihat ketakutan.



Sementara di kuil, si pria tambun marah pada Yool Moo yang berani melakukan itu padanya. Sebelum menyerang Yool Moo sudah lebih  dulu mengayuhkan pedangnya dan langsung menusuknya tanpa ampun, bahkan darahnya terciprat ke dinding.
Dong Joo ketakutan didalam rumah, Nok Du akhirnya masuk ruangan kamar. Dong Jo mengeluh kalau berapa lama sudah menunggunya. Nok Du meminta Dong Joo agar ikut denganya.  Akhirnya mengantar Dong Joo ke rumah gisaeng.
“Kenapa kau tidak bisa menatap mataku?” tanya Dong Joo. Nok du mengaku bisa tapi masih dengan wajah tertunduk
“Kau Pergilah. Tinggallah di ruangan yang terang.” Perintah Nok Du Dong Joo heran Nok Du yang tidak ikut dengannya.
“Aku akan menjelaskannya nanti.” ucap Nok Du, Dong Joo memabahas kalau Pelanggan di rumah gisaeng itu.
“Dia bukan orang cabul, kan? Kau pergi ke mana setelah menghilang seperti itu? Kenapa kau datang ke desa para janda?” tanya Dong Joo penasaran.
“Aku juga akan menjelaskannya nanti.” kata Nok Du lalu bergegas pergi. 


Tuan Heo melonggo tak percaya melihat temanya dibunuh. Yool Moo mengaku  benci suara bising.Tuan Heo terlihat marah memanggil Yool Moo dengan panggilan Pangeran Agung Neungyang. Yool Moo tersenyum seperti psikopat, dia adalah "Pangeran Agung Neungyang, calon Raja Injo"
“Jangan memperumit keadaan. Jangan biarkan Pangeran Yeongchang yang masih muda dan lemah mengambil takhta. Sebaliknya, bantu aku merebut takhta. Hanya itu perubahan dalam rencanamu.” Ucap Yool Moo mendekati Tuan Heo yang sudah diancam dengan pedang.
“Apa Kau pikir ancaman ini akan membuatku takut?” kata Tuan Heo ternyata ada anak buahnya yang berkhianat dan menyerangnya.
“Tidak. Aku tidak akan pernah berpikir begitu. Jika aku bertekad membuat ancaman, aku tidak akan mengakhirinya di sini. Aku datang ke sini untuk menyapa.” Ucap Yool Moo. Nok Du diam-diam menguping pembicaran  keduanya. 

“Jadi, Apa kau ingin menjadi raja? Apa Kau pikir kau mampu menjadi raja?” tanya Tuan Heo.
Saat itu Nok Du akan kabur dari kuil, tak sengaja bertemu dengan pria dengan baju bangawan. Raja mengangkat wajahnya, Nok Du terdiam seperti tak mengenal Raja, tapi Raja sudah menatap dingin.
Bersambung ke episode 13


 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar