PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Anak buah
Tuan Heo akan keluar rumah dan kaget melihat Raja yang datang, lalu langsung
membungkuk karena tidak mengira mendapat
kehormatan Yang Mulia. Raja meminta agar memanggilnya Tuan saja saat di luar istana.
“Apa dia
di dalam?” tanya Raja. Anak Buah Tuan Heo membenarkan kalau Tuan Heo sedang
beristirahat.
“Kalau
begitu, biar kukejutkan dia malam ini.” Kata Raja berjalan masuk.
Di dalam
ruangan
Tuan Heo
sedang di sandera oleh Tuan Jung. Tuan Jung ingn tahu apa yang dilakukan Tuan
Heo pada putra-putranya karena Itulah
yang ingin ditanyakan kepadanya. Tuan Heo membahas Putra Tuan Heo dan mengubahnya
kalau dia adalah putra Raja
“Kenapa
kau melakukan ini? Kami hidup bersembunyi seperti perintahmu.” Kata Tuan Jung
“Jika
benar, seharusnya pastikan aku tidak menemukanmu.” Kata Tuan Heo bisa
mengeluarkan pedang dan keduanya saling berhadapan.
Raja
masuk ke dalam ruangan melihat kamar yang berantakan, Tuan Heo terlihat sangat
shock. Tuan Jung bersembunyi dibalik dinding, Raja mencoba mencari seseorang
dibalik dinding tapi tak ada orang, tapi matanya melihat pintu yang baru saja
ditutup.
“Kupikir dia
sendirian.” Komentar Raja dengan nada menyindir. Tuan Heo mencoba untuk tetap santai
menyapa raja.
“Bagaimana
kalau kita bermain janggi? Sudah lama sekali.” kata Raja. Tuan Heo pun tak bisa
menolaknya.
Tuan Jung
mencoba kabur tapi didepan rumah sudah banyak penjaga. Anak buah Tuan Heo
menepuk pundaknya memberitahu Semua pintu masuk telah diblokir jadi lebih baik
ikut denganya saja.
Di sebuah
rumah, Pangeran menangis memanggil Ibunya. Prajurit wanita mengintip dari
belakang dinding. Sementara Dong Joo mencoba berlatih panah dan mencabutnya
lalu berpikir sudah selesai jadi sekarang bisa pergi, bahkan harus pergi.
“Aku akan
pergi setelah selesai membuat ini.” Ucap Dong Joo yakin seperti ingin membalas
dendam.
Didalam
kamar, Nok Du gelisah karena Makanan Dong Joo mulai dingin tapi lama sekali
datang. Aeng Du bertanya apakah Nok Du pikir
dia tertarik dengan makanan ini. Nok Du heran Aeng Du bertanya tentang hal itu.
Aeng Dong menegaskan Yul Mu-ku tersayang memasakkannya beragam hidangan.
“Hari ini
saja, dia membuat jeolpyeon dan maejakgwa. Apa Aku belum pernah cerita?
Intinya, makanannya jauh lebih baik daripada makananmu jika dia harus memilih.”
Ucap Aeng Du bangga.
“Bedebah
itu. Seharusnya aku...” kata Nok Du akan keluar tapi Dong Joo masuk dan
langsung mengambil batal dan berbaring.
“Apa Kau
tidak mau makan?”tanya Nok Du, Dong Joo mengaku sudah makan. Nok Du kesal
langsung menghabiskan makanan Dong Joo dengan wajah kesal kalau rugi karena tak
memakanya.
Raja
bertemu dengan Yool Moo melihat makana diatas meja bertanya Apa yang dipikirkan
saat membuat camilan ini di dapur. Yool Moo mengaku Biasanya, tidak memikirkan apa pun, tapi
sangat senang membuat ini. Raja ingin
tahu Kenapa begitu.
“Aku
membuatnya dengan wanita yang kusukai.” Ucap Yool Moo. Raja berpikir Apa dia
seorang gisaeng. Yool Moo membenarkan.
“Dia
seorang gisaeng, Yang Mulia.” Kata Yool Moo seperti tak ingin memberitahu kalau
yang dimaksud Dong Joo.
“Kau
punya waktu dan kebebasan. Aku cukup iri dengan hidupmu.” Kata Raja.
“Tolong
jangan mendambakan hidupku karena aku sangat menyukai hidupku.” Ucap Yool Moo lalu
memakan kue buatanya.
Di tempat
Tuan Lee, Dua pria membahas apakah melihat orang yang mencurigakan. Anak buah
lainya mengaku mencari dengan teliti, tapi mereka tidak menemukan orang yang
mencurigakan. Si pria meminta agar Jangan
pernah lengah.
“Dan
pastikan kau memeriksa semua pria yang datang ke rumah.” Tegas si pria. Anak
buahnya menganguk mengerti. Kim Sook dkk sibuk memasak untuk pesta mencoba agar
menyamar.
Nok Du pergi
ke tempat penyimpanan kuda, mengingat saat mengikuti seseorang yang berkata “Aku
akan pergi lebih dahulu. Pinjam kuda dari rumah gisaeng dan ikuti aku.” Ia lalu mencoba mencari tahu kuda mana yang
digunakan, akhirnya Nok Du memilih untuk pergi.
“Apa ini
Rumah Yeonhwa yang terkenal itu?” tanya seorang bangsawan. Nok Du melihat pria
mencoba mendengarnya.
“Ya,
benar. Anda datang ke tempat yang tepat. Apa Ini kunjungan pertama Anda?” tanya
pengawal. Si pria membenarkan
“Aku
asisten kapten Pulau Ganghwa. Aku dalam perjalanan untuk merayakan sebuah acara
di Hanyang. Dan orang bilang aku harus mengunjungi tempat ini, jadi, aku di
sini.” Kata si pria. Nok Du bergumam mendengar Pulau Ganghwa.
“Suatu
kehormatan bisa menyambut Anda. Silakan kemari.” Kata pengawal lalu mengantar tamu ke ruangan gisaeng. Si pria
bertanya Di mana gisaeng bernama Hwa Su.
Nok Du
dengan sengaja mendengar pembicaran dari depan pintu. Si pria yang mabuk
menceritakan Adik Raja yang telah dia
asingkan datang ke wilayahnya, Pulau Ganghwa.
Gisaeng mengeluh Yang Mulia sangat brutal. Si pria meminta agar Jangan
berpikir seperti itu.
“Berkat
itu, aku dipromosikan.” Kata Si pria. Hwa Soo ingin tahu Bagaimana pengasingan adik Raja berhubungan
dengan promosinya.
“Dengarkan...
Ada pesta di Hanyang...Ahh.. Lupakan saja. Ketahuilah bahwa itu kabar baik.” Kata
si pria.
Nok Du menganguk
mengerti, saat itu si pria keluar dari ruangan merasa mabuk. Nok Du mencoba
mengikutiny saat itu Nyonya Chun melihat si pria yang pergi.
Di sebuah
rumah
Dong Joo
membayar dengan katung uangnya lalu membawa barang-barangnya. Si pria bertanya
apakah akan menjadi pedagang karena Tidak akan mudah menjual barang kepada
dayang istana karena banyak pedagang yang sudah berjualan sejak lama.
“Tidak,
Tuan... Ada orang lain yang tertarik, jadi, karena itu aku memintamu.” Kata Dong
Joo saat itu melihat Nok Du mengejar seorang pria.
Si pria
seperti bisa lega karena sudah buang air kecil, Nok Du tiba-tiba dibelakang
langsun mengancam dengan pisaunya. Ia meminta agar menjelaskan tentang pesta di
Hanyang itu. Si pria mengaku tidak bisa memberitahunya.
“Bagaimana
jika nyawamu dipertaruhkan?” kata Nok Du, saat itu Dong Joo memanggil ibunya.
Nok Du menyembunyikan pisaunya.
“Hei... Dia
cabul! Panggil beberapa orang!” teriak Nok Du lalu mengejar si pria dan Dong
Joo mencoba memanggil bantuan.
Nok Du
mencoba mengancam kembali tapi Nyonya Chun datang. Si pria langsung mengadu
kalau ia asisten kapten Pulau Ganghwa dan Janda ini mencoba menyakitinya, bahkan
menancapkan pisau ke lehernya. Nok Du panik menyembunyikan pisau mencoba menjelaskan.
“Jadi... Ceritakan
secara rinci kenapa kamu pergi ke Hanyang.” Ucap Nyonya Chun mengambil pisau
Nok Du dan mengancamnya. Akhirnya si pria dibunuh begitu saja, Nok Du kaget
melihatnya.
“Siapa
sangka dia akan mempekerjakan asisten kapten Pulau Ganghwa untuk membunuh adiknya
yang telah dia asingkan?” kata Nyonya Chun.
“Apa Anda
bosnya? Apa Anda bos Pasukan Muweol?” tanya Nok Du kaget.
“Kita bisa
membicarakan itu lain kali. Kita kehabisan waktu. Jika kau menemukan Sook, suruh
dia mengeluarkan semua orang dan pergi ke kuil tempat pejabat setempat
bersembunyi. Katakan kepadanya kita masuk dalam perangkap.” Kata Nyonya Chun
“Baik,
jangan khawatir.” Kata Nok Du lalu pergi dengan kudanya menyusuri hutan. Saat itu Nyonya Chun kaget melihat sosok pria yang datang.
Di rumah
Tuan Lee, Kim Sook sibuk memasak. Joon Sook mendekati memberitahu Lebih baik
melakukannya saat berisik jadi kenapa sunyi sekali. Kim Sook pikir Ada yang tidak beres jadi menurutnya harus
mundur.
“Apa maksudmu?
Mungkinkah...” kata Joon Sook dan saat itu seorang wanita tak sengaja
menjatuhkan pedang. Dua pria bisa melihatnya dengan jelas.
“Para
wanita ini adalah pembunuh. Tangkap mereka!” teriak seorang pria. Kim Sook dkk
pun mulai berkelahi
“Pastikan
untuk membunuh semua orang yang melihat wajah kita.” Tegas Kim Sook pada anak
buanya.
Saat itu
Nok Du datang dengan pengorengan sebagai tamengnya. Kim Soo kaget Nyonya Kim
datang. Nok Du mengaku Bos mengutusnya. Kim Sook kaget dan ingin tahu alasanya.
“Dia
ingin aku memperingatkan kalian tentang apa yang terjadi sekarang. Pejabat
setempat bersembunyi di kuil di Gunung Inwang.” Ucap Nok Du. Kim Sook kaget
mendengarnya.
“Apa Menurutmu
kau bisa pergi?” tanya Kim Sook. Nok Du bingung mendengarnya, lalu seorang pria
mencoba menyerangnya. Kim Sook langsung membunuhnya.
“Apa Aku
harus meninggalkanmu di sini?” tanya Nok Du berpura-pura ketakutan.
“Tempat
ini terlalu berbahaya untukmu. Aku akan segera ke sana, jadi, ulur waktu
untukku.” Ucap Kim Sook
“Tidak
menyenangkan jika hanya mengulur waktu.” Ucap Nok Du lalu berjalan pergi dengan
penuh kepalanya.
Ia pergi
ke sebuah rumah dengan dua penjaga didepannya, si penjaga menyuruh Nok Du harus
kembali karean Tempat ini terlarang. Nok Du pikir kalau memang itu benar, maka seharusnya
tidak lengah lalu dengan mudah melawan dua penjaga.
Kim Sook
dkk berhasil melawan semua pria, Kim Sook bertanya Apa sudah berakhir. Joon Soo
mengaku tidak melihat siapa pun kabur. Kim Sook pun mengajak pergi karena Nyonya
Kim mungkin kehabisan waktu. Saat itu seorang prajurit terbangun seperti masih
sadar.
Saat itu
Kim Sook dkk bergegas pergi, dan melonggo meihat dua pengawal sudah tak
sadarkan diri . Setelah itu saat masuk kamar. Nok Du sudah duduk dengan Tuan
Lee yang diikat tangan dan juga kakinya, bahkan mulutnya pun dibekap.
“Kenapa
kau melakukan ini?” tanya Nok Du akhirnya berjalan pulang dengan Kim Sook. Kim
Sook terlihat bingung.
“Kamu
bisa menjalani hidup normal di desa, jadi, kenapa melakukan hal yang begitu
berbahaya? Apa karena kamu butuh uang seperti aku?”tanya Nok Du
“Untuk
apa butuh uang jika kami hidup sendiri dalam persembunyian?” kata Kim Sook. Nok
Du pun ingin tahu alasanya.
“Karena
hanya kami yang bisa hidup dalam kebebasan.” Ucap Kim Sook. Nok Du bingung apa
maksudnya. Kim Sook memperlihatkan bekas luka dikakinya.
“Mertuaku
melakukan ini kepadaku karena tidak bunuh diri setelah suamiku meninggal. Dia
meninggal tiga hari setelah kami menikah. Jika saat itu aku tidak kabur,
mungkin aku telah dibunuh bersama suamiku yang wajahnya tidak bisa kuingat
lagi.” Cerita Kim Sook.
“Tapi
kisahku tidak sebanding dengan kisah mereka.” Ungkap Kim Sook. Nok Du hanya
bisa terdiam saja dan melihat semua kelelahan tapi tersenyum bahagia.
“Berkat
bos kami, kami bisa hidup lebih baik. Tapi situasi di luar desa ini belum
berubah. Kau juga tahu itu.” Kata Kim Sook. Nok Du pikir benar.
“Kamilah yang
pertama memutuskan untuk membantu janda sepertimu. Orang lain tidak mau
repot-repot membantu seorang janda.” Ucap Kim Sook
“Kalau
begitu, apakah kau memutuskan membunuh pejabat setempat karena dia menyakiti
para janda?” tanya Nok Du
“Tidak...
Tapi kami melakukan ini untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik bagi
orang seperti kita yang tidak berdaya. Aku meyakini itu.”ucap Kim Sook
Kim Sook
melapor pada Nyonya Chun kalau sudah memastikan pejabat setempat itu sudah tewas dan
membuatnya terlihat seolah-olah dia mati karena jatuh. Nyonya Chun memuji kalau
sudah Kerja bagus. Nok Du ikut duduk disamping Kim Sook.
“Nyonya
Kim banyak membantu kami kali ini.” Kata Kim Sook
“Kurasa
aku harus menepati janjiku dan mengizinkanmu bergabung dengan pasukan kami. Selamat
datang di Pasukan Muweol, Nyonya Kim.” Kata Nyonya Chun.
“Jung
Sook akan menunggumu di luar.Dia akan membimbingmu dengan detailnya. Sementara
itu, ada hal lain yang harus kami bahas.” kata Nyonya Kim. Nok Du menganguk
mengerti.
Nyonya
Chun menatap Nok Du seperti memastikan keluar, Kim Sook bertanya Apa ada masalah.
Di dapur,
Nok Du memisahkan bahan lalu teringat dengan sesuatu. Si prai memberitahu “Dia bukan orang yang
vulgar. Dia asisten kapten Pulau Ganghwa. Tapi apa dia cabul? Aku mencari ke
mana-mana, tapi tidak bisa menemukannya.”Nok Du terdiam
mengingatnya.
“Apa Kakakmu
tidak pulang?”tanya Yool Moo pada Aeng Du yang makan dengan lahap. Aeng Du
mengelengan kepala.
“Jadi,
tidak ada yang bisa kukatakan tentang apa yang terjadi antara dia dan Dong Joo.
Tapi kenapa kamu mengantuk sekali?” tanya Yool Moo
“Astaga,
Dong Joo tidak bisa tidur semalam. Dia terus bergerak. Karena itu, aku juga
tidak bisa tidur.” Keluh Aeng Du. Yool Moo terdiam seperti merasa bersalah.
“Dia
tidak berhenti menghela napas. Dia membuka pintu dan melihat ke luar. Lalu dia
keluar dan mulai mengatakan ini. "Apa Dia tidak pulang? Beraninya dia
tidak pulang tanpa memberitahuku." Cerita Aeng Du. Yool Moo lalu melihat
Dong Joo gelisah menungu Nok Du.
Nok Du
sedang ada di ruangan, Jong Sook memberitahu kalau Di sinilah mereka membuat alkohol karena
Alkohol yang mereka buat dikirim ke rumah gisaeng lalu uang yang mereka
hasilkan di sana digunakan untuk keamanan dan pertumbuhan
“Pasukan
Muweol dan para janda. Ini sangat indah.” Ucap Jung Sook. Saat malam hari suara
lonceng tanda mereka harus mematikan lampu.
***
Kim Soo mengucapkan
Terima kasih untuk hari ini jadi menyuruh Nok Du agar pergi. Jong Sook pikir
Nok Du berjaga malam ini. Kim Sook pikir Tidak malam ini karena Tidak perlu
memaksakan diri jadi Sebaiknya beristirahat. Nok Du menganguk mengerti.
Di kamar,
Dong Joo terlihat ketakutan karena lampu ruangan harus gelap. Saat itu pintu
ruangan terbukan, Dong Joo pikir Nok Du yang datang Tapi ternyata Yool Moo yang
datang. Dong Joo panik meliha Yool Moo yang datang.
“Kau
tidak boleh masuk ke sini.” Ucap Dong Joo. Yool Moo pikir tak masalah karena diizinkan
melakukan itu. Dong Joo bingung.
Kelompok
Tuan Heo berkumpul, Anggotanya memberitahu kalau mereka a sudah menyingkirkan pejabat setempat, tapi
ini baru permulaan. Ia yakin Yang Mulia akan tahu bahwa ada orang yang mencoba
melindungi Pangeran Yeongchang.
“Apa Kau
pikir akan aman?” tanya Anak buah Tuan Heo. Tuan Heo mengaku meminta seseorang
membawa Pangeran Yeongchang ke tempat ini.
“Besok....
Kita akan menjalankan rencana kita besok.” Kata Tua Heo. Saat itu seorang
seorang masuk ke desa janda padahal sudah memberikan peringatan "Pria dilarang masuk"
Saat itu
Yool Moo keluar dari ruangan, Nok Du mengintip dengan menahan amarah karena
keluar dari kamar Dong Joo. Tuan Heo memberitahu kalau mereka sudah menyiapkan
semuanya. Anak buahnay memberitahu Tapi Yang Mulia sangat sensitif jadi sekarang
bukan waktu yang tepat.
“Jika
kita terus berhati-hati, mungkin semuanya akan sia-sia. Apa yang akan kau
lakukan?”kata anak buah yang lain.
“Dia
benar... Satu momen kekacauan mungkin merupakan momen terbaik. Kita tidak boleh
menunggu lagi. Mari bergegas...” kata anak buah yang bertubuh tambun.
“Tidak
perlu melakukan itu... Kalian tidak boleh terburu-buru.” Kata Yool Moo
tiba-tiba masuk. Tuan Heo kaget melihatnya.
“Dan satu
hal lagi... Aku sudah mengurus hal yang mendesak.” Ucap Yool Moo lalu
memberikan kain putih.
Tuan Heo
makin kaget kalau itu baju yang dipakai Pangeran yang berteriak “ Jika aku
keluar dari pintu itu, aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi. Tolong
biarkan aku melihatnya.”
“Apa
tidak ada orang di luar?” tanya Tuan Heo. Yool Moo mengaku Ada orang di luar, tapi semuanya bekerja
untuknya.
“Haruskah
kuminta mereka masuk?” sindir Yool Moo. Tuan Heo ingin tahu Apa yang dilakukan
pada Pangeran Yeongchang?
“Aku
membunuhnya.” Akui Yool Moo dengan senyuman pembunuh berdarah dingin.
Flash Back
Nyonya
Chun akan pergi kaget melihat Yool Mo yang melihatnya membunuh si pria.
Akhirnya keduanya bertemu diruangan, Nyonya Chun memastikan apakah benar akan
menepati janjinya. Yool Moo menganguk setuju.
“Tugasmu dimulai
sekarang.” Ucap Yool Moo lalu memberikan pena. Nyonya Chun seperti menuliskan
perjanjian diatas kertas.
Si pangeran
menangis dalam ruangan, dan ada dua penjaga. Saat itu seseorang datang membunuh
penjaga. Para pengawal wanita langsun menyerangnya, Si pria mengeluarkan surat
dan akhirnya mereka pun melangkah mundur.
Si pria
pun masuk ruangan dengan pedang bekas darah, si pangeran terlihat ketakutan.
Sementara
di kuil, si pria tambun marah pada Yool Moo yang berani melakukan itu padanya.
Sebelum menyerang Yool Moo sudah lebih
dulu mengayuhkan pedangnya dan langsung menusuknya tanpa ampun, bahkan
darahnya terciprat ke dinding.
Dong Joo
ketakutan didalam rumah, Nok Du akhirnya masuk ruangan kamar. Dong Jo mengeluh
kalau berapa lama sudah menunggunya. Nok Du meminta Dong Joo agar ikut denganya. Akhirnya mengantar Dong Joo ke rumah gisaeng.
“Kenapa
kau tidak bisa menatap mataku?” tanya Dong Joo. Nok du mengaku bisa tapi masih
dengan wajah tertunduk
“Kau Pergilah.
Tinggallah di ruangan yang terang.” Perintah Nok Du Dong Joo heran Nok Du yang
tidak ikut dengannya.
“Aku akan
menjelaskannya nanti.” ucap Nok Du, Dong Joo memabahas kalau Pelanggan di rumah
gisaeng itu.
“Dia
bukan orang cabul, kan? Kau pergi ke mana setelah menghilang seperti itu?
Kenapa kau datang ke desa para janda?” tanya Dong Joo penasaran.
“Aku juga
akan menjelaskannya nanti.” kata Nok Du lalu bergegas pergi.
Tuan Heo
melonggo tak percaya melihat temanya dibunuh. Yool Moo mengaku benci suara bising.Tuan Heo terlihat marah
memanggil Yool Moo dengan panggilan Pangeran Agung Neungyang. Yool Moo
tersenyum seperti psikopat, dia adalah "Pangeran Agung Neungyang, calon
Raja Injo"
“Jangan
memperumit keadaan. Jangan biarkan Pangeran Yeongchang yang masih muda dan
lemah mengambil takhta. Sebaliknya, bantu aku merebut takhta. Hanya itu
perubahan dalam rencanamu.” Ucap Yool Moo mendekati Tuan Heo yang sudah diancam
dengan pedang.
“Apa Kau
pikir ancaman ini akan membuatku takut?” kata Tuan Heo ternyata ada anak
buahnya yang berkhianat dan menyerangnya.
“Tidak.
Aku tidak akan pernah berpikir begitu. Jika aku bertekad membuat ancaman, aku
tidak akan mengakhirinya di sini. Aku datang ke sini untuk menyapa.” Ucap Yool
Moo. Nok Du diam-diam menguping pembicaran keduanya.
“Jadi, Apa
kau ingin menjadi raja? Apa Kau pikir kau mampu menjadi raja?” tanya Tuan Heo.
Saat itu
Nok Du akan kabur dari kuil, tak sengaja bertemu dengan pria dengan baju
bangawan. Raja mengangkat wajahnya, Nok Du terdiam seperti tak mengenal Raja,
tapi Raja sudah menatap dingin.
Bersambung
ke episode 13
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar