PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 04 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 11

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Yong Sik berlari mengejar seseorang yang misterius dan bisa menangkapnya, tapi ia hanya bisa terdiam melihat sosok yang ada didepanya. Pagi hari terlihat berita dengan gambar CCTV seorang pria berjalan sendirian.
“Korban adalah pria sehat berusia 30-an tahun. Seperti yang terlihat dalam rekaman kamera pengawas,  dia tampaknya diserang di jalan pulang. Polisi...”
Dong Baek seolah tak peduli langsung mematikan TV dan berbicara pada anaknya yang sedang sarapan. Ia meminta Pil Goo  Mulai hari ini, kalau tak boleh makan  di restoran Nyonya Kwak.
Sementara di rumah Nyonya Kwak panik menelp anaknya yang tak bisa dihubungi,  Ia melihat kamar anaknya yang kosong mengeluh sangat takut karena Ponselnya mati dan tak percaya Yong Sik tak pulang semalam.

Pil Goo bertanya pada ibunya kenapa tak boleh makan disana, apakah Nyonya Kwak pun tak memihak mereka. Dong Baek memberitahu kalau  Selalu hanya mereka berdua.
[Episode 7&8 - 29.08.1986. TERLAHIR MENJADI KUDA NIL]
Nyonya Kwak gugup mondar mandir didepan bar, beberapa tetangga menyapanya. Ia menatap bar berpikir kalau Dong Baek itu pasti sedang mengantar anaknya ke sekolah jadi tak mungkin terjadi yang ada dipikiranya, saat akan pergi Dong Baek datang dengan anaknya.
“Hai, Pil-gu... Apa Kau akan bekerja?” tanya Nyonya Kwak, Pil Goo mengelengkan kepala karena akan pergi ke sekolah. Nyonya Kwak mengerti karena gugup jadi salah sebut.
“Apa Aku boleh menyapa?” tanya Pil Goo pada ibunya, Dong Baek menganguk dengan sikap sedikit canggung. Pil Goo pun menyapa Nyonya Kwak dengan sopan.

Di pingir pantai dengan banyak bebatuan, Hyang Mi duduk sendirian. Seorang pria mengirimkan pesan [Dasar kau sundal. Kulacak kau sebelum bulan berakhir. Tak ada yang pernah lolos membawa uangku. -- DARI BERENGSEK PERSETAN DENGANMU]
“Aku perlu menabung 100 juta won untuk kabur ke Kopenhagen.”keluh Hyang Mi menatap laut yang ada didepan.
Di pinggir pantai lain,  spanduk tertulis FESTIVAL TANAH LUMPUR ONGSAN. Di depan penjaga, Tuan No mengomel karena sudah   beli burger untuk semua orang di sini, tapi tak bisa berfoto bersama gubernur. Gubernur dan temanya melihat Tuan No heran siapa yang membawanya ke festival ini.
“Bukankah dia pria salmon masu dari Ongsan?” ucap Gubernur. Si pria tua menganguk.
Tuan No terus mengeluh kalau mencari makanan di banyak toko. Penjaga pun bertanya akan mengunakan fotonya untuk apa. Tuan No mengaku  hanya ingin mengunggahnya ke media sosialnya. Gubernur pun memperbolehkanya untuk berfoto bersama.
Akhirnya Tuan No bergegas mendekatinya dan langsung mengambil foto selfie. Tiba-tiba terdengar teriak “Oppa” sambil berlari kencang. Tuan No panik melihat Hyang Mi berlari ke arahnya.  Hyang Mi terus berlari sambil memanggil “Oppa”
“Pak, karena kau jauh-jauh ke Ongsan, cobalah salmon masu. Ada restoran yang hanya aku yang tahu. Ayo kita Ke arah sana.” Ucap Tuan No panik mengajak mereka untuk pergi
“Kenapa mendorongku?” keluh Gubernur, dan akhirnya Hyang Mi pun sampai didepan Tuan No.
“Oppa Gyu-tae, kau tak dengar?” tanya Hyang Mi, Tuan No mengaku tak mendengarnya.
“Aku ke pulau itu untuk merokok, lalu lari saat melihatmu. Senang melihatmu ada di luar.” Ucap Hyang Mi seperti sengaja memancing.
“Kau bilang "Di luar?" Kalau begitu, apa dia istrimu?” tanya Gubernur. Tuan No mengaku bukan.
“Akan jadi... Akan jadi di masa depan.” Kata Hyang Mi percaya diri. Tuan No panik dan yang lainya hanya bisa melonggo. 



Dong Baek mengeluarkan makanan yang disimpanya mulai dari sekotak kimchi yang sudah dikasih label “NYONYA KWAK” karena juga harus memberi lobak muda. Ia juga mengaku memesan banyak kesemek agar bisa dibagi dengan Nyonya Kwak.
“Kita juga perlu membagi masker wajah yang kubeli dari saluran belanja. Tapi Bagaimana kau akan membawa semua ini?” ucap Dong Baek melihat ada banyak barang yang diberikan pada Ibu Yong Sik.
“Hei... Apa Kau tak mau melihatku lagi?” ucap Nyonya Kwak yang sempat melonggo dan melihat Dong Baek seperti tak ingin menatap dan bertemu denganya lagi.
“Aku ingin membantumu membawa semua ini, tapi aku tak tahu apa boleh datang ke restoranmu.” Kata Dong Baek. Nyonya Kwak pikir kalau ini pasti terasa konyol. 

Di kantor polisi
Tuan Byun dan dua anak buahnya melihat seseorang yang tidur disofa sambil bertanya-tanya “Dia polisi atau pemabuk?” Yong Sik tertidur pulas dikantor polisi tanpa sadar seniornya sedang menatapnya. Tuan Byun akhirnya membangunkan Yong Sik.
“Kenapa kau tidur di sini?” keluh Tuan Byun. Yong Sik terbangun mengaku  Seharusnya tak tidur.
“Apa Kau minum-minum?” tanya Tuan Byun. Yong Sik mengaku tida karena Semalam menangkap...
“Maksudku, aku membawa seseorang kemari.” Kata Yong Si. Tuan Byun kaget bertanya siapa yang dimaksud.
“Di mana orang ini?” tanya Tuan Byun, Yong Sik menjawab kalau membiarkan dia tidur di ruang piket malam. Tuan Byun bingung Siapa
“Aku tak tahu siapa wanita itu.” Kata Yong Sik. Tuan Byun marah karena Yong Sik membiarkan orang tak dikenal tidur di ruangan itu
“Tidak, maksudku... Aku merasa mengenalnya, tapi...” ucap Yong Sik bingung menjelaskan.
“Kau bodoh. Kau tak boleh mabuk dan membawa orang asing kemari. Itu namanya penculikan!” teriak Tuan Byun
“Astaga, aku tak menculiknya!” tegas Yong Sik kesal, Saat itu seseorang keluar dari ruangan.
DTuan Byun terdiam melihat sosok misterius, Yong Sik pun bertanya apakah mengenal dia.  Tuan Byun pikir tampak tak asing. Yong Sik pikir dugaanya memang benar. Ia mengingat saat mengejar orang misterius dan melihat sosok wanita dan sebuah gelang terjatuh. 


Si ibu terlihat dengan tatapan kosong hanya berdiri  didepan pintu. Oh Joon pikir entah kenapa dia tampak tak asing dan Mungkin tinggal di sini. Tuan Byun akhirnya bertanya pada si wanita  Di mana tempat tinggalnya. Yong Sik keluar setelah berganti pakaian.
“Kepala... Dia tak bicara sejak kemarin.” Ucap Yong Sik. Tuan Byun bertanya apakah wanita itu  punya ponsel atau menemukan di tasnya?
“Ini Tak berfungsi dan tak ada apa pun di ponselnya. Di pergelangan tangannya...” kata Yong Sik memperlihatkan sebuah gelang.
“Ini untuk penderita demensia, 'kan?” kata Oh Joon. Yong Sik membenarkan.
“Apa Kau sudah coba hubungi nomor ini?” tanya Tuan Byun. Yong Sik menjawab kalau sudah menelepon semalam, tak ada hasil.
“Ini nomor Ongsan, tapi ini... Ah.. Kapan ponselku mati? Bisa isikan dayanya?” kata Yong Sik pada Sung Min. Sung Min pun mengcash ponsel Yong Sik.
“Aku coba memindai sidik jarinya, tapi pemindai tak membaca apa pun.” Cerita Yong Sik. Tuan Byun kaget mendengarnya.
“Sidik jarinya terhapus total, jadi Tak bisa dibaca.” Jelas Yong Sik. Tuan Byun kaget melihat ponsel si wanita.
“Namun, kenapa ini di sini?” kata Tuan Byun dan mereka melihat nomor dengan tertulis nama CAMELLIA


Di bar, Dong Baek dan Nyonya Kwak pun duduk bersama. Nyonya Kwak pikir Konyol baginya  untuk membahas ini, Namun, pada saat yang sama, ia merasa perlu mengatakan sesuatu. Dong Baek pikir apabila Nyonya Kwak  tak nyaman, tak perlu dibahas.
“Aku tahu yang ingin kau katakan. Aku memaklumi semuanya.” Ucap Dong Baek
“Orang-orang bisa sangat kejam, ya?” ucap Nyonya Kwak. Dong Baek engaku  janji tak akan terjadi apa-apa jadi Nyonya Kwak tak perlu khawatir. Nyonya Kwak merasa tak enak hati.
“Aku hanya bukan orang sebaik itu. Aku tak tertarik mengubah hidupku. Aku sudah cukup repot dengan Pil-gu.” Kata Dong Baek.
“Aku tak pernah berkata jangan ubah hidupmu. Tapi Kau harus. Cari pria yang lebih baik daripada Yong-sik. Kenapa kau tak bisa...” keluh Nyonya Kwok. Dong Baek hanya bisa tersenyum.
“Benar... Aku tahu ini tak mudah. Aku tak percaya melakukan ini padamu saat aku sangat tahu rasanya ada di posisimu” kata Nyonya Kwok
“Andai aku punya ibu sepertimu.” Kata Dong Baek lalu mendengar telp dibar berbunyi dan pamit untuk mengangkatnya 


Tuan Byun menelp, Dong Baek bertanya siapa yang dimaksudnya lalu wajahnya langsung terdiam seperti sangat shock.
“Aku mendengar nama yang sudah terlupakan selama 27 tahun.”
Flash Back
27 TAHUN LALU
“Kuharap dia meninggalkanku saat kecil. Ditinggalkan saat berusia tujuh tahun jauh lebih mengerikan.”
Dong Baek masih kecil ditinggalkan didepan panti asuhan, ibunya memberitahuJika ada yang tanya nama, maka katakan saja namanya Dongbaek dan Usiamu tujuh tahun.
“Mulai dari nama, wajah, suara, dan aroma ibuku hingga semua perkataannya saat dia meninggalkanku, aku cukup usia untuk ingat semua.”
“Jika ada yang bertanya nama ibumu,katakan saja kau tak tahu. Ya? Anggap ini membantuku.” Ucap Ibunya. 

“Kau bilang "Membantu?" Yang benar saja. Bantuan yang terlalu kejam untuk dihadapi anak tujuh tahun. Aku akan terus melakukan yang dimintanya.” Guman Dong Baek melihat punggung ibunya berdiri dikaca.
“Aku tak kenal namanya sama sekali.” kata Dong Baek sambil bergumam “Aku juga ingin meninggalkan Ibu, setidaknya sekali dalam hidupku.”
“Aku tak kenal wanita itu.” Kata Dong Baek dan saat itu ibu Dong Baek membalikan badan lalu tersenyum.
“Ibu tersenyum. Ini membingungkanku.” Gumam Dong Baek. Tuan Byun pun merasa sudah menduga kalau wajahnya tak asing.
“Senyumnya mirip Dongbaek.” Kata Tuan Byun, Dong Baek tak peduli memilih pergi tapi saat itu ibunya tiba-tiba mengompol. 
Yong Sik langsung mengambilkan kain untuk menutupnya, Dong Baek pun hanya bisa menatap ibunya. Akhirnya Yong Sik memberikan sebuah gelang, Dong Baek melihat namanya JO JEONG-SUK lalu mengembalikanya sambil  berkata  Entah tahun berapa dia lahir karena ia masih kecil.
“Namun, nama ini, Jeong-suk...” kata Yong Sik. Dong Baek membenarkan itu namanya.
“Semua memanggilnya Jeong-suk.” Ucap Dong Baek teringat semua berkata “Astaga, aku tak tahan Jeong-suk. Jalang itu, Jeong-suk, tak mengembalikan uangku.”
“Aku akan carikan dia penjaga lebih dahulu. Mungkin dia dikirim kemari, atau mungkin dia kemari sendiri saat dia bisa...” ucap Yong Sik yang langsung dipotong oleh Dong Baek.
“Dia tak mungkin kemari sendiri jika tak waras.” Kata Dong Baek. Yong Sik pikir mereka tak pergi dan...
“Berhenti minum ini... Melihatnya saja membuatku ingin muntah.” Teriak Dong Baek marah pada ibunya yang terus minuman penambah energi. Yong Sik terdiam melihatnya. 



Tuan No akhirnya duduk di pinggir pantai dengan Hyang Mi, lalu bertanya  Kenapa merokok di sini karena Ini area konservasi. Hyang Mi mengeluh Merokok tak boleh di mana pun jadi Di mana yang boleh. Tuan No menyuruh agar  Merokok di rumah.
“Berhenti berkeliaran dan merokok saja di rumah.” Ucap Tuan Nok kesal.  Hyang Mi ingin menjelaskan tapi Tuan terlihat kesal.
“Kau harus hati-hati karena aku wanita lajang yang bahkan tak punya rumah.” Ucap Hyang Mi
“Bicara apa kau?” keluh Tuan No. Hyang Mi pikir  Jika Tuan No ingin mengajaknya ke suatu tempat, lalu menawakrn untuk ke motel.
“Aku meninggalkan bar pukul 08.00 dan berkeliaran seharian. Lalu kembali saat buka lagi untuk mulai sifku dan ini sungguh melelahkan.” Ucap Hyang Mi. 

Di sebuah motel
Tuan No mengomel karena Hyang Mi menghabiskan seluruh deposit sewanya dan bisa dibilang tunawisma sekarang.  Hyang Mi malah meminta Tuan No agar mebayar sepekan penuh karena Tidur di sofa di bar membuat punggungnya sakit.
“Apa aku bosmu? Hentikan omong kosong ini.” Ucap Tuan No marah. Hyang Mi membahas tentang  Gubernur.
“Katamu dia di sini dua hari lagi. Aku tak peduli soal punggungku. Aku hanya ingin kau tenang.” Kata Hyang Mi mengancam.
“Dia akan menginap dua hari.” Ucap Tuan No akhirnya struk pembayaran untuk MOTEL CHUNGDAE
“Apa Kau ingin masuk dan makan mi?” tanya Hyang Mi memperlihatkan tas yang diberikanya. Tuan No menolak karena . Mi itu mungkin membunuhnya, saat itu Hyang Mi melihat ada CCTV dibagian depan motel. 

Nyonya Jo makan dengan lahap burger, Dong Baek berkomentar kalau Nyonya Joo terlihat sehat dan tampak cantik walau sudah tua. Ia juge melihat Berat ibunya juga bertambah, lalu ingn tahu  Bagaimana beratnya bisa naik.
“Kau meninggalkan putrimu dan hidup 27 tahun tanpa tahu kabarnya. Aku sungguh tak paham. Andai kau tampak kesulitan, aku mungkin akan maklum.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo seperti orang yang hilang ingatan seperti tak peduli
“Kau harus membuatku tampak menyedihkan, kan?” komentar Dong Baek masih asyik makan  BURGER UDANG dan kentang
“Ibu... Begini, aku sangat kesulitan karenamu. Dibully di sekolah karena yatim piatu. Aku sudah dewasa, tapi semua membenciku karena tak punya orang tua. Karenamu, aku hidup seperti jalang sial seumur hidupku, tapi aku coba mengerti dirimu.” Cerita Dong Baek
“Kukira kau terpaksa karena suatu alasan... Namun, kau tahu? Musim panas lalu, tangan Pil-gu terlepas dariku di terminal selama sepuluh menit. Saat itu panas terik, tapi aku gemetar hebat. Kini setelah menjadi ibu, aku sungguh... Aku sungguh tak bisa memaafkanmu.” Tegas Dong Baek
“Kau tak punya hati, Ibu... Jadi, pergilah, ke mana pun. Aku tak ingin dengar kabarmu walau sekarat.” Ucap Dong Baek lalu berjalan pergi meninggalkan ibunya.
“Sayang... Kau cantik sekarang... Kau seperti wanita yang dicintai pasangannya... Wajahmu merona.” Komentar Nyonya Jo. Dong Baek hanya bisa terdiam. 

Hyang Mi memberitahu Yong Sik kalau Dong Baek  kembali sendirian. Yong Sik kaget mendengarnya dan bertanya apakah Nyonya Jo pergi. Hyang Mi mengaku tak tahu karena Dong Baek bekerja terus tanpa bicara. Tiba-tiba mereka mencium bau terbakar
“Dongbaek! Astaga, Dongbaek... Astaga.” Teriak Yong Sik lalu bergegas masuk ke dapur dan langsung mematikan kompor.
“Kompornya menyala. Kenapa kau melamun? Apa Kau tak mencium bau gosong?” teriak Hyang Mi membuka pintu dapur agar bisa mengeluarkan asap.
“Coba Biar kulihat. Apa kau terbakar?” ucap Yong Sik memeriksa tangan Dong Baek, Dong Baek hanya menatap kosong sambil mengelap mangkuk yang basah.
“Apa yang kulakukan jika kau mati? Aku tak akan bisa hidup.” Teriak Yong Sik marah. Hyang Mi tak percaya mendengarnya.
“Semua melanjutkan hidup... Aku sudah membalas dendam. Aku meninggalkan ibuku hari ini.” Kata Dong Baek. Yong Sik kaget mendengarnya. 

Malam hari akhirnya  BUS EKSPRES ONGSAN, SEOUL sudah meninggalkan terminal. Nyonya Jo masih mencoba makan kentang yang sudah habis. Bibi pembersih memanggil penjaga memberitahu wanita yang tak mau bicara sama sekali.
“Mari panggil polisi saja.” Kata penjaga, Si bibi bertanya Nyonya Joo apakah  sudah selesai makan karena ingin dibereskan.
“Bus terakhir sudah pergi... Kau akan ditahan jika tidur di sini.” Ucap Si bibi. Nyonya Joo hanya diam saja.
“Astaga. Tolong katakan sesuatu... Bu, apa kau bisu? Apa kau tak bisa bicara? Kenapa tak menjawab?” teriak Dong Baek akhirnya datang. Nyonya Jo hanya bisa tersenyum melihat Dong Baek yang datang.
“Semua orang suka menggosipkanku. Kini, mereka punya bahan gosip lain.” Gumam Dong Baek akhirnya berjalan dengan ibunya yang mengikutinya dari belakang. 

Nyonya Hong membaca berita di ponselnya sambil berolahraga [KEJAHATAN KARENA NAFSU, TAK ADA PERKEMBANGAN INVESTIGASI TANPA JASAD]
Saat itu ponsel di samping TV terus berbunyi, Nyonya Hong akan mengambilnya tapi suaminya langsung keluar dari kamar mandi mengambilnya.
“Kenapa kau buru-buru lari?” sindir Nyonya Hong, Tuan No mengaku  tak buru-buru dan sudah  selesai mandi sambil mengucek-ngucek matanya yang perih terkena shampo.
Tuan No panik membaca pesan dari Hyung Tae “Oppa... Oppa...Oppa...” lalu memberitahu istrinya kalau hanya obrolan grup dan Mereka ingin mengadakan pertemuan lingkungan. Nyonya Hong merasa  tidak tanya. Tuan No binggung lalu menyadari kalau istrinya tidak tanya.
Tiba-tiba Tuan No kaget melihat pesan [DARI HYANG-MI - Ini foto pertama kita bersama.] dan itu rekaman CCTV di motel. Nyonya Hong bertanya ada masalah apa, lalu menduga Istri teman lainnya meninggal. Tuan No hanya bisa diam saja lalu bergegas masuk kamar.  Nyonya Hong pun berpikir kalau membunuh saja mereka saja 


Tuan No melihat Hyang Mi melambaikan tangan padanya, lalu mengeluh kalau tak bisa membunuhnya. Saat itu sebuah truk melintas dengan cepat, Tuan No pikir kalau Hyang Mi akan tertabrak dan langsung menutup matanya karena takut.
Tapi Hyang Mi bisa terhindar dari truk, Tuan No mengeluh kesal melihatnya.  Mereka pun pergi ke pinggir pantai, Tuan No langsung bertanya apa maksudnya Hyang Mi yang mengirmkan pesan itu untuknya.  Hyang Mi bertanya apakah Tuan No tahu mimpinya.
“Aku tak pernah tanya mimpimu.” Kata Tuan No marah. Hyang Mi mengaku kalau Mimpinya pindah ke Kopenhagen.
“Apa yang kau bicarakan? Hei, berhenti bicara omong kosong dan...” kata Tuan No dan langsung disela oleh Hyang Mi
“Aku ingin pindah ke Kopenhagen, tempat tak ada kenalan, dan memulai lagi. “ cerita Hyang Mi
“Tinggallah di sana. Tak ada yang menghentikanmu, pergi saja.” Kata Tuan No seperti tak peduli.
“Aku tak punya 100 juta won  Aku butuh 100 juta won untuk pindah ke sana.” Kata Hyang Mi
“Kenapa kau mengatakannya kepadaku? Apa Sekarang kau mengancamku?” keluh Tuan No
“Tidak. Aku tak pernah minta 100 juta won darimu. Aku tahu, kalau aku tak bisa dapat uang sebanyak itu darimu. Bahkan Kau tak bisa bicara di depan istrimu.” Ucap Hyang Mi. Tuan No mengelak kalau ia bisa
“Aku sadar kau suka menyumbang dan berfoto setelahnya. Jadi, kenapa tak menganggap kau mengambil foto ini sebelum menyumbang?Oppa Gyu-tae, aku tak punya orang tua dan aku tunawisma. Aku butuh bantuan.” Ucap Hyang Mi. 


Di depan bar tertulis [TUTUP SEMENTARA] Tuan Byun tak percaya melihatnya karena Dong Baek tak menutup bar walaupun Pengusil bertingka lalu bertanya apakah Yong Sik sudah meneleponnya. Yong Sik memberitahu kalau Dong Baek  tak menjawab bahkan tidak keluar.

Dong Baek sedang sarapan dirumah menatap dingin ke arah ibunya. Nyonya Jo memberikan lauk pada Pil Goo tapi menyebut nama Dongbaek kalau harus makan banyak dan harus kalahkan Hye-ran untuk sekolah tahun depan.
“Siapa Hye-ran?” tanya Pil Goo. Dong Baek memberitahu itu Putri pemilik gedung yang selalu memukulinya.
“Ibu bertingkah seakan terjebak pada masa saat aku tujuh tahun, tapi semua itu dusta.” Gumam Dong Baek tahu tentang sikap ibunya.
“Ibu, kau kenapa? Kau tak pernah melakukan ini untukku. Apa Kau pernah menaruh lauk di sendokku? Kenapa kau bertingkah? Apa Kau melakukan yang tak pernah kau lakukan?” ucap Dong Baek sinis.
“Dengar... Tolong biarkan kami makan.” Kata Nyonya Jo menatap Dong Bae. 

Jun Gi menceritakan kalau Ayahnya juga melihatnya kalau Gordennya tertutup, tapi lampunya menyala. Pil Goo pikir kalau itu Hyang Mi dan kenapa Jung Gi tak coba masuk. Jung Gi mengaku ini menakutkan dan bisa hadapi pencuri, tapi bagaimana jika hantu.
“Namun, ayahmu bersamamu Para ayah tak berguna .” Kata Pil Go
“Hei, tapi jika ayahku berusaha keras, dia bisa menang dari ibuku. Dia sangat kuat dan bisa menggendongku di pundaknya. Beratku 42 kg.” Kata Jung Gi bangga
“Aku tak ingin naik ke pundak seseorang.” Ucap Pil Goo saat itu tiba-tiba Yong Sik datang mengendong ke atas dan berteriak memanggil Pil Goo.
“Hei, Pil Goo.. Apa Kau sudah sarapan? Kau makan dengan ibumu? Kau makan apa?” tanya Yong Sik lalu melihat wajah Pil Goo hanya diam saja.
“Ada apa? Aku mengejutkanmu? Pil-gu, kurasa kau belum pernah melakukannya. Apa aku kehilangan poin lagi?” kata Yong Sik panik merasa bersalah.
“Itu menyenangkan.” Gumam Pil Goo, Jun Gi melihat Pil Goo digendong meminta Yong Sik agar melakukan juga padanya.
“Kau Minta ayahmu saja... Ayo Lakukan lagi padaku.” Kata Pil Goo dengan senyuman bahagia. Yong Sik tak percaya mendengarnya. 


Dong Baek melihat ibunya, mulai dari mencuci baju, mengepel lantai lalu langsung menjemurnya. Setelah itu mengelep lantai dan mencuci piring. Ia bergumam kalau Hanya butuh sepekan untuk mencari tahu yang dilakukannya selama ini.
“Permisi... Nyonya, aku akan pulang sekarang.” Ucap Nyonya Jo sambil meremas tangannya.
“Kenapa kau terus memanggilku "Nyonya"?”keluh Dong Baek.
Keesokan harinya, Nyonya Jo kembali memanggil Dong Baek “Nyonya.” Ong Baek bertanya mau apa dan menyuruh pulang saja. Nyonya Jo kembali berkerja lagi, lalu memanggil Nyonya. Dong Baek mengeluh  Apa lagi sekarang
“Haruskah kubersihkan kamar mandi dengan pemutih besok?” tanya Nyonya Jo
“Apa Kau bekerja untuk keluarga lain setelah menelantarkan anakmu sendiri? Ini 23.000 won.” Kata Dong Baek memberikan uag.
“Tak masalah jika hidupnya baik atau buruk. Ini tetap mengganggu.” Gumam Dong Baek 


Jong Ryul memberikan tanda tangan diselembar kertas bertuliskan “SUKSES! KANG JONG-RYEOL” Si paman ingin tahu alasan Jung Ryul  ingin gedung ini. Jung Ryul pikir mereka tak pernah tahu kalau Halaman belakangnya mungkin ladang minyak.
“Gedung ini tidak untuk dijual, tapi ditawarkan untuk sewa.” Ucap si bibi. Jung Ryul kaget kalau Camelia, sementara si paman kaget mengetahui Dongbaek pindah?
“Pindah? Dia diusir. Dia tak bisa ke mana-mana dengan uang deposit itu.” Ucap si bibi
“Karena itu dia tutup selama lima hari.” Kata si paman, bibi tak percaya kalau suaminya menghitung harinya
“Apa Kau bisa meneleponnya?” tanya Jung Ryul. Si paman pikir kalau pemilk gedungnya.
“Bukan, penyewanya.” Kata Jung Ryul. Si paman bingung kenapa dengan penyewanya.
“Aku harus tahu apa penyewanya masih hidup untuk melihat-lihat tempat itu.” Ucap Jung Ryul mencari alasan. 

Dong Baek berbicara di telp kalau pemiliknya memasarkannya untuk disewakan dan akan menelpnya lagi nanti. Ia lalu berbaring dan melihat tanggal yang dicoret-coret, lalu menduga kalau akan sial karena hari itu datang.
Nyonya Jo mengetuk pintu lalu menyuruh Dong Baek keluar dari kamar. Nyonya Jo sibuk mengambil sesuatu di kolong lemari, Dong Baek bertany apakah ibunya punya kodok emas. Nyonya Jo memberikan sesuatu agar Dong Baek mengambilnya.
Bersambung ke episode 12

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar