PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yong Sik
berlari mengejar seseorang yang misterius dan bisa menangkapnya, tapi ia hanya
bisa terdiam melihat sosok yang ada didepanya. Pagi hari terlihat berita dengan
gambar CCTV seorang pria berjalan sendirian.
“Korban
adalah pria sehat berusia 30-an tahun. Seperti yang terlihat dalam rekaman
kamera pengawas, dia tampaknya diserang
di jalan pulang. Polisi...”
Dong Baek
seolah tak peduli langsung mematikan TV dan berbicara pada anaknya yang sedang
sarapan. Ia meminta Pil Goo Mulai hari
ini, kalau tak boleh makan di restoran
Nyonya Kwak.
Sementara
di rumah Nyonya Kwak panik menelp anaknya yang tak bisa dihubungi, Ia melihat kamar anaknya yang kosong mengeluh
sangat takut karena Ponselnya mati dan tak percaya Yong Sik tak pulang semalam.
Pil Goo
bertanya pada ibunya kenapa tak boleh makan disana, apakah Nyonya Kwak pun tak
memihak mereka. Dong Baek memberitahu kalau
Selalu hanya mereka berdua.
[Episode 7&8 - 29.08.1986. TERLAHIR
MENJADI KUDA NIL]
Nyonya
Kwak gugup mondar mandir didepan bar, beberapa tetangga menyapanya. Ia menatap
bar berpikir kalau Dong Baek itu pasti sedang mengantar anaknya ke sekolah jadi
tak mungkin terjadi yang ada dipikiranya, saat akan pergi Dong Baek datang
dengan anaknya.
“Hai,
Pil-gu... Apa Kau akan bekerja?” tanya Nyonya Kwak, Pil Goo mengelengkan kepala
karena akan pergi ke sekolah. Nyonya Kwak mengerti karena gugup jadi salah
sebut.
“Apa Aku
boleh menyapa?” tanya Pil Goo pada ibunya, Dong Baek menganguk dengan sikap
sedikit canggung. Pil Goo pun menyapa Nyonya Kwak dengan sopan.
Di pingir
pantai dengan banyak bebatuan, Hyang Mi duduk sendirian. Seorang pria
mengirimkan pesan [Dasar kau sundal.
Kulacak kau sebelum bulan berakhir. Tak ada yang pernah lolos membawa uangku.
-- DARI BERENGSEK PERSETAN DENGANMU]
“Aku perlu
menabung 100 juta won untuk kabur ke Kopenhagen.”keluh Hyang Mi menatap laut
yang ada didepan.
Di
pinggir pantai lain, spanduk tertulis
FESTIVAL TANAH LUMPUR ONGSAN. Di depan penjaga, Tuan No mengomel karena
sudah beli burger untuk semua orang di sini, tapi tak
bisa berfoto bersama gubernur. Gubernur dan temanya melihat Tuan No heran siapa
yang membawanya ke festival ini.
“Bukankah
dia pria salmon masu dari Ongsan?” ucap Gubernur. Si pria tua menganguk.
Tuan No
terus mengeluh kalau mencari makanan di banyak toko. Penjaga pun bertanya akan
mengunakan fotonya untuk apa. Tuan No mengaku
hanya ingin mengunggahnya ke media sosialnya. Gubernur pun
memperbolehkanya untuk berfoto bersama.
Akhirnya
Tuan No bergegas mendekatinya dan langsung mengambil foto selfie. Tiba-tiba
terdengar teriak “Oppa” sambil berlari kencang. Tuan No panik melihat Hyang Mi
berlari ke arahnya. Hyang Mi terus
berlari sambil memanggil “Oppa”
“Pak, karena
kau jauh-jauh ke Ongsan, cobalah salmon masu. Ada restoran yang hanya aku yang
tahu. Ayo kita Ke arah sana.” Ucap Tuan No panik mengajak mereka untuk pergi
“Kenapa
mendorongku?” keluh Gubernur, dan akhirnya Hyang Mi pun sampai didepan Tuan No.
“Oppa Gyu-tae,
kau tak dengar?” tanya Hyang Mi, Tuan No mengaku tak mendengarnya.
“Aku ke
pulau itu untuk merokok, lalu lari saat melihatmu. Senang melihatmu ada di
luar.” Ucap Hyang Mi seperti sengaja memancing.
“Kau
bilang "Di luar?" Kalau begitu, apa dia istrimu?” tanya Gubernur.
Tuan No mengaku bukan.
“Akan
jadi... Akan jadi di masa depan.” Kata Hyang Mi percaya diri. Tuan No panik dan
yang lainya hanya bisa melonggo.
Dong Baek
mengeluarkan makanan yang disimpanya mulai dari sekotak kimchi yang sudah
dikasih label “NYONYA KWAK” karena juga harus memberi lobak muda. Ia juga
mengaku memesan banyak kesemek agar bisa dibagi dengan Nyonya Kwak.
“Kita juga
perlu membagi masker wajah yang kubeli dari saluran belanja. Tapi Bagaimana kau
akan membawa semua ini?” ucap Dong Baek melihat ada banyak barang yang
diberikan pada Ibu Yong Sik.
“Hei...
Apa Kau tak mau melihatku lagi?” ucap Nyonya Kwak yang sempat melonggo dan
melihat Dong Baek seperti tak ingin menatap dan bertemu denganya lagi.
“Aku ingin
membantumu membawa semua ini, tapi aku tak tahu apa boleh datang ke
restoranmu.” Kata Dong Baek. Nyonya Kwak pikir kalau ini pasti terasa konyol.
Di kantor
polisi
Tuan Byun
dan dua anak buahnya melihat seseorang yang tidur disofa sambil bertanya-tanya
“Dia polisi atau pemabuk?” Yong Sik tertidur pulas dikantor polisi tanpa sadar
seniornya sedang menatapnya. Tuan Byun akhirnya membangunkan Yong Sik.
“Kenapa
kau tidur di sini?” keluh Tuan Byun. Yong Sik terbangun mengaku Seharusnya tak tidur.
“Apa Kau
minum-minum?” tanya Tuan Byun. Yong Sik mengaku tida karena Semalam menangkap...
“Maksudku,
aku membawa seseorang kemari.” Kata Yong Si. Tuan Byun kaget bertanya siapa
yang dimaksud.
“Di mana
orang ini?” tanya Tuan Byun, Yong Sik menjawab kalau membiarkan dia tidur di
ruang piket malam. Tuan Byun bingung Siapa
“Aku tak
tahu siapa wanita itu.” Kata Yong Sik. Tuan Byun marah karena Yong Sik membiarkan
orang tak dikenal tidur di ruangan itu
“Tidak,
maksudku... Aku merasa mengenalnya, tapi...” ucap Yong Sik bingung menjelaskan.
“Kau
bodoh. Kau tak boleh mabuk dan membawa orang asing kemari. Itu namanya
penculikan!” teriak Tuan Byun
“Astaga,
aku tak menculiknya!” tegas Yong Sik kesal, Saat itu seseorang keluar dari
ruangan.
DTuan
Byun terdiam melihat sosok misterius, Yong Sik pun bertanya apakah mengenal
dia. Tuan Byun pikir tampak tak asing.
Yong Sik pikir dugaanya memang benar. Ia mengingat saat mengejar orang
misterius dan melihat sosok wanita dan sebuah gelang terjatuh.
Si ibu
terlihat dengan tatapan kosong hanya berdiri
didepan pintu. Oh Joon pikir entah kenapa dia tampak tak asing dan Mungkin
tinggal di sini. Tuan Byun akhirnya bertanya pada si wanita Di mana tempat tinggalnya. Yong Sik keluar
setelah berganti pakaian.
“Kepala...
Dia tak bicara sejak kemarin.” Ucap Yong Sik. Tuan Byun bertanya apakah wanita
itu punya ponsel atau menemukan di
tasnya?
“Ini Tak
berfungsi dan tak ada apa pun di ponselnya. Di pergelangan tangannya...” kata
Yong Sik memperlihatkan sebuah gelang.
“Ini
untuk penderita demensia, 'kan?” kata Oh Joon. Yong Sik membenarkan.
“Apa Kau
sudah coba hubungi nomor ini?” tanya Tuan Byun. Yong Sik menjawab kalau sudah
menelepon semalam, tak ada hasil.
“Ini
nomor Ongsan, tapi ini... Ah.. Kapan ponselku mati? Bisa isikan dayanya?” kata
Yong Sik pada Sung Min. Sung Min pun mengcash ponsel Yong Sik.
“Aku coba
memindai sidik jarinya, tapi pemindai tak membaca apa pun.” Cerita Yong Sik.
Tuan Byun kaget mendengarnya.
“Sidik
jarinya terhapus total, jadi Tak bisa dibaca.” Jelas Yong Sik. Tuan Byun kaget
melihat ponsel si wanita.
“Namun,
kenapa ini di sini?” kata Tuan Byun dan mereka melihat nomor dengan tertulis
nama CAMELLIA
Di bar,
Dong Baek dan Nyonya Kwak pun duduk bersama. Nyonya Kwak pikir Konyol
baginya untuk membahas ini, Namun, pada
saat yang sama, ia merasa perlu mengatakan sesuatu. Dong Baek pikir apabila
Nyonya Kwak tak nyaman, tak perlu
dibahas.
“Aku tahu
yang ingin kau katakan. Aku memaklumi semuanya.” Ucap Dong Baek
“Orang-orang
bisa sangat kejam, ya?” ucap Nyonya Kwak. Dong Baek engaku janji tak akan terjadi apa-apa jadi Nyonya
Kwak tak perlu khawatir. Nyonya Kwak merasa tak enak hati.
“Aku
hanya bukan orang sebaik itu. Aku tak tertarik mengubah hidupku. Aku sudah
cukup repot dengan Pil-gu.” Kata Dong Baek.
“Aku tak
pernah berkata jangan ubah hidupmu. Tapi Kau harus. Cari pria yang lebih baik
daripada Yong-sik. Kenapa kau tak bisa...” keluh Nyonya Kwok. Dong Baek hanya
bisa tersenyum.
“Benar...
Aku tahu ini tak mudah. Aku tak percaya melakukan ini padamu saat aku sangat
tahu rasanya ada di posisimu” kata Nyonya Kwok
“Andai
aku punya ibu sepertimu.” Kata Dong Baek lalu mendengar telp dibar berbunyi dan
pamit untuk mengangkatnya
Tuan Byun
menelp, Dong Baek bertanya siapa yang dimaksudnya lalu wajahnya langsung
terdiam seperti sangat shock.
“Aku mendengar nama yang sudah
terlupakan selama 27 tahun.”
Flash Back
27 TAHUN LALU
“Kuharap dia meninggalkanku saat
kecil. Ditinggalkan saat berusia tujuh tahun jauh lebih mengerikan.”
Dong Baek
masih kecil ditinggalkan didepan panti asuhan, ibunya memberitahuJika ada yang
tanya nama, maka katakan saja namanya Dongbaek dan Usiamu tujuh tahun.
“Mulai dari nama, wajah, suara, dan
aroma ibuku hingga semua perkataannya saat dia meninggalkanku, aku cukup usia
untuk ingat semua.”
“Jika ada
yang bertanya nama ibumu,katakan saja kau tak tahu. Ya? Anggap ini membantuku.”
Ucap Ibunya.
“Kau
bilang "Membantu?" Yang benar saja. Bantuan yang terlalu kejam untuk
dihadapi anak tujuh tahun. Aku akan terus melakukan yang dimintanya.” Guman
Dong Baek melihat punggung ibunya berdiri dikaca.
“Aku tak
kenal namanya sama sekali.” kata Dong Baek sambil bergumam “Aku juga ingin
meninggalkan Ibu, setidaknya sekali dalam hidupku.”
“Aku tak
kenal wanita itu.” Kata Dong Baek dan saat itu ibu Dong Baek membalikan badan
lalu tersenyum.
“Ibu
tersenyum. Ini membingungkanku.” Gumam Dong Baek. Tuan Byun pun merasa sudah
menduga kalau wajahnya tak asing.
“Senyumnya
mirip Dongbaek.” Kata Tuan Byun, Dong Baek tak peduli memilih pergi tapi saat
itu ibunya tiba-tiba mengompol.
Yong Sik
langsung mengambilkan kain untuk menutupnya, Dong Baek pun hanya bisa menatap
ibunya. Akhirnya Yong Sik memberikan sebuah gelang, Dong Baek melihat namanya JO
JEONG-SUK lalu mengembalikanya sambil
berkata Entah tahun berapa dia
lahir karena ia masih kecil.
“Namun,
nama ini, Jeong-suk...” kata Yong Sik. Dong Baek membenarkan itu namanya.
“Semua
memanggilnya Jeong-suk.” Ucap Dong Baek teringat semua berkata “Astaga, aku tak
tahan Jeong-suk. Jalang itu, Jeong-suk, tak mengembalikan uangku.”
“Aku akan
carikan dia penjaga lebih dahulu. Mungkin dia dikirim kemari, atau mungkin dia
kemari sendiri saat dia bisa...” ucap Yong Sik yang langsung dipotong oleh Dong
Baek.
“Dia tak
mungkin kemari sendiri jika tak waras.” Kata Dong Baek. Yong Sik pikir mereka
tak pergi dan...
“Berhenti
minum ini... Melihatnya saja membuatku ingin muntah.” Teriak Dong Baek marah
pada ibunya yang terus minuman penambah energi. Yong Sik terdiam melihatnya.
Tuan No
akhirnya duduk di pinggir pantai dengan Hyang Mi, lalu bertanya Kenapa merokok di sini karena Ini area
konservasi. Hyang Mi mengeluh Merokok tak boleh di mana pun jadi Di mana yang
boleh. Tuan No menyuruh agar Merokok di
rumah.
“Berhenti
berkeliaran dan merokok saja di rumah.” Ucap Tuan Nok kesal. Hyang Mi ingin menjelaskan tapi Tuan terlihat
kesal.
“Kau
harus hati-hati karena aku wanita lajang yang bahkan tak punya rumah.” Ucap
Hyang Mi
“Bicara
apa kau?” keluh Tuan No. Hyang Mi pikir
Jika Tuan No ingin mengajaknya ke suatu tempat, lalu menawakrn untuk ke
motel.
“Aku
meninggalkan bar pukul 08.00 dan berkeliaran seharian. Lalu kembali saat buka
lagi untuk mulai sifku dan ini sungguh melelahkan.” Ucap Hyang Mi.
Di sebuah
motel
Tuan No
mengomel karena Hyang Mi menghabiskan seluruh deposit sewanya dan bisa dibilang
tunawisma sekarang. Hyang Mi malah
meminta Tuan No agar mebayar sepekan penuh karena Tidur di sofa di bar membuat
punggungnya sakit.
“Apa aku
bosmu? Hentikan omong kosong ini.” Ucap Tuan No marah. Hyang Mi membahas
tentang Gubernur.
“Katamu
dia di sini dua hari lagi. Aku tak peduli soal punggungku. Aku hanya ingin kau
tenang.” Kata Hyang Mi mengancam.
“Dia akan
menginap dua hari.” Ucap Tuan No akhirnya struk pembayaran untuk MOTEL CHUNGDAE
“Apa Kau
ingin masuk dan makan mi?” tanya Hyang Mi memperlihatkan tas yang diberikanya.
Tuan No menolak karena . Mi itu mungkin membunuhnya, saat itu Hyang Mi melihat
ada CCTV dibagian depan motel.
Nyonya Jo
makan dengan lahap burger, Dong Baek berkomentar kalau Nyonya Joo terlihat
sehat dan tampak cantik walau sudah tua. Ia juge melihat Berat ibunya juga
bertambah, lalu ingn tahu Bagaimana
beratnya bisa naik.
“Kau
meninggalkan putrimu dan hidup 27 tahun tanpa tahu kabarnya. Aku sungguh tak
paham. Andai kau tampak kesulitan, aku mungkin akan maklum.” Ucap Dong Baek.
Nyonya Jo seperti orang yang hilang ingatan seperti tak peduli
“Kau
harus membuatku tampak menyedihkan, kan?” komentar Dong Baek masih asyik
makan BURGER UDANG dan kentang
“Ibu... Begini,
aku sangat kesulitan karenamu. Dibully di sekolah karena yatim piatu. Aku sudah
dewasa, tapi semua membenciku karena tak punya orang tua. Karenamu, aku hidup
seperti jalang sial seumur hidupku, tapi aku coba mengerti dirimu.” Cerita Dong
Baek
“Kukira
kau terpaksa karena suatu alasan... Namun, kau tahu? Musim panas lalu, tangan
Pil-gu terlepas dariku di terminal selama sepuluh menit. Saat itu panas terik, tapi
aku gemetar hebat. Kini setelah menjadi ibu, aku sungguh... Aku sungguh tak
bisa memaafkanmu.” Tegas Dong Baek
“Kau tak
punya hati, Ibu... Jadi, pergilah, ke mana pun. Aku tak ingin dengar kabarmu walau
sekarat.” Ucap Dong Baek lalu berjalan pergi meninggalkan ibunya.
“Sayang...
Kau cantik sekarang... Kau seperti wanita yang dicintai pasangannya... Wajahmu
merona.” Komentar Nyonya Jo. Dong Baek hanya bisa terdiam.
Hyang Mi
memberitahu Yong Sik kalau Dong Baek kembali
sendirian. Yong Sik kaget mendengarnya dan bertanya apakah Nyonya Jo pergi.
Hyang Mi mengaku tak tahu karena Dong Baek bekerja terus tanpa bicara. Tiba-tiba
mereka mencium bau terbakar
“Dongbaek!
Astaga, Dongbaek... Astaga.” Teriak Yong Sik lalu bergegas masuk ke dapur dan
langsung mematikan kompor.
“Kompornya
menyala. Kenapa kau melamun? Apa Kau tak mencium bau gosong?” teriak Hyang Mi
membuka pintu dapur agar bisa mengeluarkan asap.
“Coba Biar
kulihat. Apa kau terbakar?” ucap Yong Sik memeriksa tangan Dong Baek, Dong Baek
hanya menatap kosong sambil mengelap mangkuk yang basah.
“Apa yang
kulakukan jika kau mati? Aku tak akan bisa hidup.” Teriak Yong Sik marah. Hyang
Mi tak percaya mendengarnya.
“Semua
melanjutkan hidup... Aku sudah membalas dendam. Aku meninggalkan ibuku hari
ini.” Kata Dong Baek. Yong Sik kaget mendengarnya.
Malam
hari akhirnya BUS EKSPRES ONGSAN, SEOUL
sudah meninggalkan terminal. Nyonya Jo masih mencoba makan kentang yang sudah
habis. Bibi pembersih memanggil penjaga memberitahu wanita yang tak mau bicara
sama sekali.
“Mari
panggil polisi saja.” Kata penjaga, Si bibi bertanya Nyonya Joo apakah sudah selesai makan karena ingin dibereskan.
“Bus
terakhir sudah pergi... Kau akan ditahan jika tidur di sini.” Ucap Si bibi.
Nyonya Joo hanya diam saja.
“Astaga.
Tolong katakan sesuatu... Bu, apa kau bisu? Apa kau tak bisa bicara? Kenapa tak
menjawab?” teriak Dong Baek akhirnya datang. Nyonya Jo hanya bisa tersenyum
melihat Dong Baek yang datang.
“Semua
orang suka menggosipkanku. Kini, mereka punya bahan gosip lain.” Gumam Dong
Baek akhirnya berjalan dengan ibunya yang mengikutinya dari belakang.
Nyonya
Hong membaca berita di ponselnya sambil berolahraga [KEJAHATAN KARENA NAFSU,
TAK ADA PERKEMBANGAN INVESTIGASI TANPA JASAD]
Saat itu
ponsel di samping TV terus berbunyi, Nyonya Hong akan mengambilnya tapi suaminya
langsung keluar dari kamar mandi mengambilnya.
“Kenapa
kau buru-buru lari?” sindir Nyonya Hong, Tuan No mengaku tak buru-buru dan sudah selesai mandi sambil mengucek-ngucek matanya
yang perih terkena shampo.
Tuan No
panik membaca pesan dari Hyung Tae “Oppa... Oppa...Oppa...” lalu memberitahu
istrinya kalau hanya obrolan grup dan Mereka ingin mengadakan pertemuan
lingkungan. Nyonya Hong merasa tidak
tanya. Tuan No binggung lalu menyadari kalau istrinya tidak tanya.
Tiba-tiba
Tuan No kaget melihat pesan [DARI HYANG-MI - Ini foto pertama kita bersama.]
dan itu rekaman CCTV di motel. Nyonya Hong bertanya ada masalah apa, lalu
menduga Istri teman lainnya meninggal. Tuan No hanya bisa diam saja lalu bergegas
masuk kamar. Nyonya Hong pun berpikir
kalau membunuh saja mereka saja
Tuan No
melihat Hyang Mi melambaikan tangan padanya, lalu mengeluh kalau tak bisa
membunuhnya. Saat itu sebuah truk melintas dengan cepat, Tuan No pikir kalau
Hyang Mi akan tertabrak dan langsung menutup matanya karena takut.
Tapi
Hyang Mi bisa terhindar dari truk, Tuan No mengeluh kesal melihatnya. Mereka pun pergi ke pinggir pantai, Tuan No
langsung bertanya apa maksudnya Hyang Mi yang mengirmkan pesan itu
untuknya. Hyang Mi bertanya apakah Tuan
No tahu mimpinya.
“Aku tak
pernah tanya mimpimu.” Kata Tuan No marah. Hyang Mi mengaku kalau Mimpinya
pindah ke Kopenhagen.
“Apa yang
kau bicarakan? Hei, berhenti bicara omong kosong dan...” kata Tuan No dan
langsung disela oleh Hyang Mi
“Aku
ingin pindah ke Kopenhagen, tempat tak ada kenalan, dan memulai lagi. “ cerita
Hyang Mi
“Tinggallah
di sana. Tak ada yang menghentikanmu, pergi saja.” Kata Tuan No seperti tak
peduli.
“Aku tak
punya 100 juta won Aku butuh 100 juta
won untuk pindah ke sana.” Kata Hyang Mi
“Kenapa
kau mengatakannya kepadaku? Apa Sekarang kau mengancamku?” keluh Tuan No
“Tidak.
Aku tak pernah minta 100 juta won darimu. Aku tahu, kalau aku tak bisa dapat
uang sebanyak itu darimu. Bahkan Kau tak bisa bicara di depan istrimu.” Ucap Hyang
Mi. Tuan No mengelak kalau ia bisa
“Aku
sadar kau suka menyumbang dan berfoto setelahnya. Jadi, kenapa tak menganggap kau
mengambil foto ini sebelum menyumbang?Oppa Gyu-tae, aku tak punya orang tua dan
aku tunawisma. Aku butuh bantuan.” Ucap Hyang Mi.
Di depan
bar tertulis [TUTUP SEMENTARA] Tuan Byun tak percaya melihatnya karena Dong
Baek tak menutup bar walaupun Pengusil bertingka lalu bertanya apakah Yong Sik
sudah meneleponnya. Yong Sik memberitahu kalau Dong Baek tak menjawab bahkan tidak keluar.
Dong Baek
sedang sarapan dirumah menatap dingin ke arah ibunya. Nyonya Jo memberikan lauk
pada Pil Goo tapi menyebut nama Dongbaek kalau harus makan banyak dan harus
kalahkan Hye-ran untuk sekolah tahun depan.
“Siapa
Hye-ran?” tanya Pil Goo. Dong Baek memberitahu itu Putri pemilik gedung yang
selalu memukulinya.
“Ibu
bertingkah seakan terjebak pada masa saat aku tujuh tahun, tapi semua itu
dusta.” Gumam Dong Baek tahu tentang sikap ibunya.
“Ibu, kau
kenapa? Kau tak pernah melakukan ini untukku. Apa Kau pernah menaruh lauk di
sendokku? Kenapa kau bertingkah? Apa Kau melakukan yang tak pernah kau lakukan?”
ucap Dong Baek sinis.
“Dengar...
Tolong biarkan kami makan.” Kata Nyonya Jo menatap Dong Bae.
Jun Gi
menceritakan kalau Ayahnya juga melihatnya kalau Gordennya tertutup, tapi
lampunya menyala. Pil Goo pikir kalau itu Hyang Mi dan kenapa Jung Gi tak coba
masuk. Jung Gi mengaku ini menakutkan dan bisa hadapi pencuri, tapi bagaimana
jika hantu.
“Namun,
ayahmu bersamamu Para ayah tak berguna .” Kata Pil Go
“Hei, tapi
jika ayahku berusaha keras, dia bisa menang dari ibuku. Dia sangat kuat dan
bisa menggendongku di pundaknya. Beratku 42 kg.” Kata Jung Gi bangga
“Aku tak
ingin naik ke pundak seseorang.” Ucap Pil Goo saat itu tiba-tiba Yong Sik
datang mengendong ke atas dan berteriak memanggil Pil Goo.
“Hei, Pil
Goo.. Apa Kau sudah sarapan? Kau makan dengan ibumu? Kau makan apa?” tanya Yong
Sik lalu melihat wajah Pil Goo hanya diam saja.
“Ada apa?
Aku mengejutkanmu? Pil-gu, kurasa kau belum pernah melakukannya. Apa aku
kehilangan poin lagi?” kata Yong Sik panik merasa bersalah.
“Itu
menyenangkan.” Gumam Pil Goo, Jun Gi melihat Pil Goo digendong meminta Yong Sik
agar melakukan juga padanya.
“Kau
Minta ayahmu saja... Ayo Lakukan lagi padaku.” Kata Pil Goo dengan senyuman
bahagia. Yong Sik tak percaya mendengarnya.
Dong Baek
melihat ibunya, mulai dari mencuci baju, mengepel lantai lalu langsung
menjemurnya. Setelah itu mengelep lantai dan mencuci piring. Ia bergumam kalau
Hanya butuh sepekan untuk mencari tahu yang dilakukannya selama ini.
“Permisi...
Nyonya, aku akan pulang sekarang.” Ucap Nyonya Jo sambil meremas tangannya.
“Kenapa
kau terus memanggilku "Nyonya"?”keluh Dong Baek.
Keesokan
harinya, Nyonya Jo kembali memanggil Dong Baek “Nyonya.” Ong Baek bertanya mau
apa dan menyuruh pulang saja. Nyonya Jo kembali berkerja lagi, lalu memanggil Nyonya.
Dong Baek mengeluh Apa lagi sekarang
“Haruskah
kubersihkan kamar mandi dengan pemutih besok?” tanya Nyonya Jo
“Apa Kau
bekerja untuk keluarga lain setelah menelantarkan anakmu sendiri? Ini 23.000
won.” Kata Dong Baek memberikan uag.
“Tak
masalah jika hidupnya baik atau buruk. Ini tetap mengganggu.” Gumam Dong Baek
Jong Ryul
memberikan tanda tangan diselembar kertas bertuliskan “SUKSES! KANG JONG-RYEOL”
Si paman ingin tahu alasan Jung Ryul
ingin gedung ini. Jung Ryul pikir mereka tak pernah tahu kalau Halaman
belakangnya mungkin ladang minyak.
“Gedung
ini tidak untuk dijual, tapi ditawarkan untuk sewa.” Ucap si bibi. Jung Ryul
kaget kalau Camelia, sementara si paman kaget mengetahui Dongbaek pindah?
“Pindah?
Dia diusir. Dia tak bisa ke mana-mana dengan uang deposit itu.” Ucap si bibi
“Karena
itu dia tutup selama lima hari.” Kata si paman, bibi tak percaya kalau suaminya
menghitung harinya
“Apa Kau
bisa meneleponnya?” tanya Jung Ryul. Si paman pikir kalau pemilk gedungnya.
“Bukan,
penyewanya.” Kata Jung Ryul. Si paman bingung kenapa dengan penyewanya.
“Aku
harus tahu apa penyewanya masih hidup untuk melihat-lihat tempat itu.” Ucap Jung
Ryul mencari alasan.
Dong Baek
berbicara di telp kalau pemiliknya memasarkannya untuk disewakan dan akan
menelpnya lagi nanti. Ia lalu berbaring dan melihat tanggal yang dicoret-coret,
lalu menduga kalau akan sial karena hari itu datang.
Nyonya Jo
mengetuk pintu lalu menyuruh Dong Baek keluar dari kamar. Nyonya Jo sibuk
mengambil sesuatu di kolong lemari, Dong Baek bertany apakah ibunya punya kodok
emas. Nyonya Jo memberikan sesuatu agar Dong Baek mengambilnya.
Bersambung
ke episode 12
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar