PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nak Ho
mengancam Hyang Mi kalau sudah lupa siapa dirinya, Hyang Mi berteriak agar bisa
melepaskan tapi Nak Ho tetap mendorongnya sampai terjatuh. Dong Baek tiba-tiba
datang langsung memukul Nak Do dengan mangkuk besi.
“Kubilang
pergi! Aku cepat marah! Dia juga bisa marah! Semua orang bisa!” teriak Dong
Baek marah.
Semua
hanya bisa melonggo melihat Dong Baek ternyata bisa marah. Yong Sik menatap ke
arah lain, ada seseroang yang membawa makanan kucing yaitu Hyung Sik.
“Kau
membuatku gila... Hei. Bukankah sudah kuberi tahu untuk pergi selagi aku masih
baik? Anggap ini hari terakhirmu.” Ucap Nak Ho mengcengkram baju Dong Baek.
Nyonya Jung akan melawan tapi Yong Sik sudah lebih dulu datang.
“Kau...
Apa Kau baru saja mencengkeram kerah Dongbaek?”ucap Yong Sik Sik marah
mencengkram tangan Nak Do dengan sangat kertas.
“Kau
mencekiknya lebih dahulu.” Ucap Nyonya Jung datang membela anakny. Nak Ho tak
percaya kalau dianggap mencekiknya?
“Kau
mencekikku!” ucap Dong Baek dengan berakting menangis. Nak Ho hanya bisa
melonggo seperti dikepung.
“Kalau
begitu yang terjadi setelahnya adalah pembelaan diri. Paham?” tegas Yong Sik
“Ada apa
dengan orang-orang lingkungan ini?” keluh Nak Ho. Hyang Mi melihat kalau Tak
akan ada saksi.
Akhirnya
Nak Ho dibawa ke kantor polisi,mengerengek dipukul di kepala dengan senjata
tumpul. Tuan Byun meminta agar Nak Ho tenang karena menurutnya Lukanya dan
fakta kalah jumlah dan membuatnya seperti serangan satu pihak, tapi...
“Pak, kau
bisa lihat sendiri.” Rengek Nak Ho memperlihatkan luka dibagian kepalanya. Tuan
Byun bingung karena seperti ada dua kubu.
“Jalang
itu memukulku dengan senjata tumpul.”
Ucap Nak Ho. Dong Baek hanya bisa diam saja.
“Kau
mencekiknya! Kau mencekiknya. Itu percobaan pembunuhan!” teriak Nyonya Jun
membela anaknya. Yong Sik meminta agar duduk tenang da tetap duduk.
Anak Buah
Tuan Byun melihat profile Nak Ho lalu memanggilnya, Tuan Byun menahan emosi
terlihat selama ini salah menduga sesuatu. Nak Ho akhirnya berdiri mengaku
cukup tahu soal hukum dan cukup sering bertemu dengan hukum.
“Kepala...
Mari berdamai saja. Aku tak akan keberatan. Akan kubiarkan dia kali ini.” Kata
Nak Ho .
“Kau.... Keluar.
Ayo... Pergi... Bawa ini ke tempat lain.” Kata Tuan Byun mencoba mendoronganya.
“Bahkan
polisi di lingkungan ini sudah gila.” Ejek Nak Ho. Tuan Byun menegaskan
kalaupercaya semua orang pantas dapat kesempatan kedua.
“Namun,
entah terjadi atau tidak, mereka yang dituntut percobaan perkosaan atau
pembunuhan, itu bukan manusia bagiku. Jadi, pergilah.” Tegas Tuan Byun. Nak Ho
langsung mengumpat marah.
“Apa Aku
bukan manusia? Bagus... Kini aku bisa menjadi binatang... Kau dengar dia, 'kan?
Anggap kau dalam pengawasanku.” Ucap Nak Ho menatap Dong Baek.
“Hei! Apa
Kau mengancam Dongbaek sekarang?” teriak Yong Sik membela.
“Benar.
Jadi, jaga dia... Mungkin suatu hari bukan lagi percobaan. Benar, 'kan?” ejek
Nak Ho. Hyang Mi akhirnya maju meminta agar melampiskan padanya saja.
Hyang Mi
akhirnya berbicara dengan Nak Ho diluar meminta agar Jangan ganggu mereka. Nak Ho mengejek
Ekspresi apa itu karena belum pernah melihatnya. Hyang Mi berjanji akan
mengembalikan di akhir bulan, artinya Nak Ho tak ada urusan untuk kembali ke
sini.
“Kau hanya
memikirkan dirimu saat ini, tapi kau punya kelemahan sekarang. Senang akhirnya
melihatmu menetap. Apa Ini rumahmu sekarang?” ucap Nak Ho
“Andai
saja. Dia dan aku bukan teman.” Tegas Hyang Mi. Nak Ho pikir Rumah bukan hal istimewa dan Hanya tempat
mereka merasa nyaman.
“Kami tak
saling kenal, jadi, biarkan mereka.” Pinta Hyang Mi. Nak Ho pikir sekarang tak
perlu ke mana-mana untuk mencarinya.
Mereka
akhirnya berjalan pulang, Dong Baek menarik Hyang Mi untuk jalan bersama. Yong
Sik pun mengandeng tangan Hyang Mi. Dong Baek mengajak Hyang Mi agar makan
daging. Yong Sik menegaskan Dong Baek pastikan selalu ada di sisinya.
“Si
berengsek itu dan pria yang memberi makan kucing.. Ada beberapa yang
kukhawatirkan.” Ungkap Yong Sik
“Namun,
ini seperti kau menahanku.” Komentar Dong Baek melihat Yong Sik yang
mendekapnya dengan kencang.
“Hei.. Cepat!
Mereka akan segera tutup.” Teriak Nyonya Jung mengajak semua bergegas,
sementara Hyang Mi hanya diam saja.
Akhirnya
semua duduk di restoran, Nyonya Jung mengeluarkan pengilingan diatas meja. Dong
Baek mengeluh ibunya itu preman karena membawa penggiling lalu mengejek pasti gila. Yong Sik
menyadarkan Dong Baek agar jangan bicara sembarangan.
“Benar,
maafkan aku.” Kata Dong Baek. Pil Goo datang. Nyonya Jung langsung memanggilnya
Dong Baek untuk duduk disampingnya.
“Apa ini?
Kenapa kita makan daging?” tanya Pil Goo heran. Nyonya Jung menyuruh agar diam
saja dan makan karena ibunya itu rakus.
“Hyang-mi...
Makanlah.” Kata Dong Baek memberikan daging pada Hyang Mi. Hyang Mi terdiam
lalu menatap semua yang ada didepana.
“Rumah
bukan hal istimewa. Hanya tempat kau merasa nyaman. Tempat yang aneh untuk
disebut rumah.” Gumam Hyang Mi.
“IBu, Apa
kau tak minum malam ini?” tanya Dong Baek. Nyonya Jung mengeluh anaknya yang
ingin mabuk
“Ibu yang
mengabaikan putrinya. Pria kampung yang mengagumi anak orang” gumam Hyang Mi
menatap Nyonya Jung dan Yong Sik.
“Permisi.
Boleh minta soda untuk anak ini?” pinta Yong Sik untuk Pil Goo. Dong Baek
mengeluh melihat Hyang Mi tak makan.
“Apa Kau
sedang diet lagi? Kenapa tidak makan?” tanya Dong Baek. Hyang Mi menatap Yong
Sik “Anak yang menjadi oasis
keluarganya.”
“Hyang-mi,
jangan termenung dan makan.” Kata Dong Baek. Hyang Mi menatap Dong Baek “Lalu
wanita yang dicintai semua orang. .. Dongbaek...” Yong Sik melayani Dong Baek
agar makan.
[24 Jam SEBELUM KEJADIAN]
Di Bar
Dong Baek
menyisir rambut Hyang Mi melihat Rambunya sudah panjang sekali danmulai
mengingatnya. Hyang Mi heran Dong Baek Kenapa tak bertanya, "Siapa preman
itu? Apa yang sedang kau hadapi?" karena Normal untuk bertanya. Dong Baek
pikir Tak perlu.
“Aku
selalu penasaran. Kenapa kau menerimaku? Kau tahu aku bohong soal usia, nama,
dan pengalaman.” Kata Hyang Mi
“Kau tak
punya tujuan.” Akui Dong Baek yang masih mengingat saat Hyang Mi datang dengan
koper lalu berkata kalau membutuhkan pramusaji paruh waktu.
“Kau
orang pertama dalam hidupku yang sadar aku tak punya tujuan.” Ucap Hyang Mi
Akhirnya
Hyang Mi berbaring bertanya “Apa dunia cerah di matamu? Apa bagus dan lembut?
Hidup kita berdua sial, tapi kenapa hanya kau yang baik?” Dong Baek menyuruh
Hyang Mi agar Cukup omong kosongnya dan
akan memberinya kenaikan gaji jadi, tabung sisanya sebisanya.
“Apa
kenaikannya bisa membantuku membeli rumah dan keluarga? Kita diabaikan, tak
berpendidikan, miskin, dan tak punya kenalan. Hidup kita sudah hancur, 'kan?
Kita diberikan nasib terburuk, jadi, kenapa berusaha keras untuk hidup? Itu
menyedihkan.” Ungkap Hyang Mi
“Kau
bicara seakan sudah berakhir. Tak ada yang tahu hasilnya hingga dijalani.”
Jelas Dong Baek yang masih punya harapan hidup.
“Maksudku
kita kacau sejak awal. Kurasa kau berpikir soal membantu orang miskin saat
mendengarnya di TV. Namun sebenarnya, saat dompet hilang di sekolah, anak-anak
keluarga tak utuh dicurigai dahulu. Kau sangat tahu itu.” Cerita Hyang Mi
“Jangan
ke mana-mana dan tetaplah denganku. Dan Ini, makanlah.” Ucap Dong Baek selesai
mengupas ubi dan memberikan pada Hyang Mi
“Karena
ini aku membencimu. Kenapa kau selalu mengupaskan untukku?” keluh Hyang Mi
kesal
“Jangan
pergi... Pokoknya jangan, oke?” tegas Dong Baek. Hyang Mi mengaku tak pernah
malu soal apa pun.
“Tapi kau
mulai membuatku merasa begitu. Hidup kita berdua sial, tapi hanya aku yang
kacau. Aku merasa lebih buruk.” Ungkap Hyang Mi sedih lalu berbaring memungungi
Dong Baek.
“Kita
semua menyembunyikan titik terlemah kita” gumam Dong Baek. Hyang Mi menegaskan
kalau akan, perlu dan harus pergi.
“Namun,
sebagian orang terlalu jelas.” Gumam Dong Baek.
Yong Sik
bertemu dengan Heung Sik sambil bergumam “Sementara, sebagian orang mustahil
dibaca.” Sambil melihat sedang memasakan makan kucing lalu bertanya apakah
masih suka kucing dan masih negingat kalau memelihara satu waktu masih kecil
“Aku
kenal dia selama 30 tahun.” Gumam Yong Sik. Heung Sk mengaku kalau suka kucing.
“Astaga.
Tanganmu pasti terasa sesak. Tak mudah terus memakai sarung tangan.” Komentar
Yong Sik
“Aku
sudah terbiasa, tapi orang tak nyaman melihatnya.” Ucap Heung Sik santai. Yong
Sik bisa mengerti.
“Itu
kesalahan.” Gumam Yong Sik lalu mengambil sample makanan kucing, lalu melihat
Heung Sik masuk rumah pamit pada ayahnya pergi sambil mengunci tokonya.
“Apa Kau
menguncinya walau dia di dalam?” tanya Yong Sik heran. Heung Sik mengaku cemas
kalau tidak melakukanya karena Dunia ini mengerikan.
“Kesalahan
lain.” Gumam Yong Sik lalu membenarkan ucapan Heung Sik.
“Jadi,
ada apa dengan preman semalam? Tatapannya aneh.” Komentar Heung Sik. Yong Sik
bingung Heung Sik bisa melihat Tatapannya
“Apa Kau
memperhatikan tatapan orang?” tanya Yong Sik. Heung Sik pikir Orang memberi
nuansa tertent.
“Sementara,
mata pria ini, aku tak bisa membacanya.” Gumam Yong Sik.
“Jadi, apa
Hyang-mi baik-baik saja?” tanya Heung Sik. Yong Sik mengaku Hyang Mi makan,
minum, dan pingsan karena mabuk.
“Kau tahu
betapa kuat mentalnya.” Kata Yong Sik bangga. Heung Sik pikir Itu tak benar sama sekali.
“Dia
hanya pura-pura tak apa-apa dengan semuanya.” Komentar Heung Sik.
“Tunggu..
Apa kau... menyukai Hyang-mi?” kata Yong Sik. Heung Sik mengeluh kalau Itu
absurd.
“Astaga.
Kau bicara seakan mudah menyukai seseorang.” Komentar Heung Sik. Yong Sik pikir
Siapa yang tahu. Heung Sik pikir Mustahil.
“Apa orang
sungguh sesulit itu dibaca?” gumam Yong Sik binggung.
Diatas
meja Tuan Byun, sudah banyak makanan kucing dalam plastik sebagai sample. Yong
Sik membaca berita dari ponselnya "Polisi
mengirimkan sampel ikan yang dimakan kucing jalanan kepada Badan Forensik
Nasional."
“Apa Kau
memintaku mengirim ini kepada BFN?” keluh Tuan Byun. Yong Sik kembali membaca
berita
"BFN
diminta memeriksa apa ada jejak pestisida agrikultura." Polisi bekerja
dengan baik.” Ucap Yong Sik
“Kau! Benarkah
begitu? Anggap saja jejak pestisida ditemukan. Bagaimana kau tahu siapa yang
menaruhnya di sana?” ucap Tuan Byun.
“Bisa
jadi pria yang menaruh makanan atau orang lain. Ini dari pria yang memberi makan
kucing, jadi, kirim sampel terpisah.” Kata Yong Sik mengambil sample milik
Heung Sik. Tuan Byun mengeluh ini Omong kosong.
“Omong-omong,
kuharap kau masih mencari Jeong-suk yang lahir tahun 1960-an.” Kata Yong Sik
“Sial
kau. Bagaimana bisa mencari seseorang jika tak tahu usia tepatnya? Ada sekitar
6.000 Jeong-suk di Korea.” Keluh Tuan Byun
“Ini Tak
bisa dipercaya. Kurasa tergantung calon menantu untuk mencarinya.” Kata Yong
Sik mengejek.
Yong Sik
membawa buket bunga, sambl bergumam harus
menanyakan tanggal lahirnya. Sementara Nyonya Jung heran melihat ekspresi Yong Sik seperti itu lalu bertanya
Berapa harganya sekarang. Yong Sik terlihat bingung.
“Apa Kau
punya banyak uang?” tanya Nyonya Jung. Dong Baek mengeluh ibunya menanyakan hal
itu.
“He...
Tunggu. Pangsit tak seharusnya sebesar ini... Kau tak akan dapat uang. Astaga.
Jika satu dungu, yang satu seharusnya lebih pintar. Ini hanya lebih buruk.”
Keluh Nyonya Jung melihat Dong Baek dan juga Yong Sik.
“Apa Kau
yakin memilih dia?” tanya Nyonya Jung, saat itu Hyang Mi datang kalau ada
kiriman untuk Pil Goo.
Semua
melihat isinya ada mainan, Dong Baek mengeluh Kapan dia akan belajar jika punya
semua mainan ini. Hyang Mi tak percaya kalau Jong Ryul bahkan mengiriminya kartu kredit. Dong Baek hanya
bisa mengumpat Bedebah menyebalkan.
“Penghasilannya
1,2 miliar won, jadi, berapa limitnya? Pil-gu kini punya orang tua kaya.”
Komenta Hyang Mi. Yong Sik seolah-olah tak peduli memilih terus makan tanpa
henti.
“Apa kau Mau
segelas bir?” ucap Nyonya Jung tahu kalau Yong Sik merasa frustasi.
Didepan
bar, Dong Baek menepuk bagian punggung Yong Sik merasa tak enak karena makan
semua pangsit itu. Yong Sik mengaku Pangsitnya enak walaupun merasa perutnya
sakit karena terlalu cepat makan. Ia pun berbicara pada Dongbaek...
“Kau
tahu, aku juga punya uang.” Ucap Yong Sik. Dong Baek bingung Yong Sik mulai
membahas uang.
“Aku bisa
belikan Pil-gu tas baru jika dia butuh. Aku bekerja di sektor publik, ingat?
Walau aku harus berbagi, aku akan mewarisi Kepiting Rendam Baekdu nanti. Aku
cukup berhasil dibandingkan orang-orang Ongsan. Sejujurnya...” kata Yong Sik
dan tiba-tiba Dong Baek mengenggam tanganya.
“Jika
boleh kukatakan, aku agak terganggu. Kenapa aku harus bersaing dengan orang
bernilai 1,2 miliar won setahun? Tak banyak yang mendapat sebanyak itu di
Korea.” ucap Yong Sik kesal
“Apa
Semua uang itu hanya karena dia bermain bisbol?Aku tak punya sepersepuluhnya.”
Kata Yong Sik. Dong Baek lalu mencium tangan Yong Sik.
“Kenapa
kau mencium tanganku saat aku kesal? Cium bibirku saja.” Ucap Yong Sik ingin
mendekat tapi Dong Baek lebih dulu bicara.
“Aku
bahkan tak punya satu persen dari 1,2 miliar won. Aku tak punya tabungan dan
harus pindah. Walau aku butuh uang, kartu emasnya hanya membuatku memikirkan
satu hal.” Akui Dong Baek
"Kenapa
Yong-sik menghabiskan supnya? Apa dia kesal?" Aku tak pantas kesal karena
ini. Kurasa hanya aku wanita yang menerima bunga setiap hari. Kau membawakanku
bunga setiap hari, dan aku membiarkanmu makan sup pangsit gratis. Bagaimana itu
tidak mewah?” ungkap Dong Baek.
Yong Sik
terlihat tak percaya mendengarnya dan langsung mencium Dong Baek. Dong Baek
kaget menutup bibirnya. Yong Sik mengeluh kalau Dong Baek sangat menyebalkan.
Ia piki Dong Baek hanya tahu secantik apa dirinyadengan wajah seperti roti
bulat. Dong Baek tak percaya dianggap wajahnya Roti bulat.
Keduanya
duduk bersama, seperti orang yang kasmaran. Dong Baek mengaku tak percaya bunga
ini harganya 20.000 won. Yong Sik dengan bangga
kalau ia adalah pria yang membeli bunga dengan uang yang cukup untuk 1,2
kg daging.
“Kau tak
perlu terus mengatakannya.” Kata Dong Baek malu. Yong Sik pikir Dong Baek harus
tahu.
“Beri
saja dia uang. Kami sudah kehabisan vas. Berhenti belikan bunga.” Keluh Hyang
Mi melihat keduanya berpacaran didepanya.
“Kau
bicara apa? Coba lihat Di sini... Di sana..... Wadah apa pun bisa menjadi vas.
Sama seperti Dongbaek seksi walau memakai sepatu bot karet polos.” Goda Yong
Sik. Dong Baek terlihat malu mendengarnya.
Hyang Mi
kesa menyuruh keduanya keluar saja. Yong Sik membuka sebuah kaleng yang akan
dijadikan vas, tapi ternyata isinya korek api berwarna hijau. Dong Baek mengeluh kalau tahu itu pasti Hyang-mi.
Yong Sik pikir Hyang Mi itu tupai.
“Kau
seperti timbun biji pohon ek. Kenapa kau selalu mencuri pemantik?” keluh Dong
Baek
“Entahlah.
Mungkin karena aku kesepian. Mencuri barang mengisi lubang di hatiku.” Ungkap
Hyang Mi
“Apa...Heung-sik
sering datang kemari?” tanya Yong Sik memastikan. Dong Baek mengaku Dia kemari
hampir setiap hari.
Yong Sik
mengingat saat tulisan di dinding “SUDAH KUBILANG JANGAN USIL, AKU MENGAWASIMU
TIAP HARI SEJAK HARI ITU” Dong Baek pergi ke luar karena lebih baik mengunakan
botol soju saja sebagai vas. Hyang Mi lalu teringat ada yang dibakar dengan
pemantik di sini
“Hyang-mi..
Apa kau membakar ini dengan pemantik?” tanya Yong Sik saat duduk dimeja. Hyang
Mi memberitahu Ini area bebas rokok.
“Kurasa
aku melihat sesuatu yang mirip.” Kata Hyang Mi melihat meja dari orang yang
memberikan tempat tinggal dan bertanya-tanya “Kenapa ada tanda seperti ini?”
“Di mana?
Apa orang membakar sebagian meja makannya sendiri? Meja makan siapa? Apa Kau sungguh melihatnya?”
tanya Yong Si penasaran.
“Kenapa
kau penasaran? Aku hanya melihatnya di tempat teman.” Ucap Hyang Mi
“Teman yang
mana? Jadi, Apa kau jelas melihat sesuatu?” tanya Hyang Mi makin penasaran.
“Lebih
baik kau hormati privasiku.” Tegas Hyang Mi, saat itu Nyonya Jung memanggil
“Hyang-mi...
Ada surat untukmu.” Ucap Nyonya Jung dari depan pintu. Hyang Mi keluar dari bar
melihat isi surat.
“Ini yang
kau dapat karena kelewatan.” Komentar Nyonya Jung. Hyang Mi melihat isinya
[KLAIM GANTI RUGI KEPEMILIKAN KONTEN]
“Orang
macam ini membuatku tetap menjadi diriku. Aku hampir matang untuk sesaat.”gumam Hyang Mi
[11 jam
45 menit sebelum kejadian] Hyang Mi “SEKITAR PUKUL 10.00, NAIK BUS KE SEOUL”
Jong Ryul
berlatih distudio dengan banyak anak disekelilingnya, Seseorang memanggil “Oppa” Jong Ryul seperti
tak mendengar masih terus berlatih dan diberi makeup. Seorang wanita terus
memanggilnya “Oppa” da terliha Hyang Mi yang berani datang.
“Bagaimana
kau bisa kemari?”tanya Manager menghadangnya. Hyang Mi dengan santai menjawab naik
bus.
“Ini area
terbatas.” Kata manager. Hyang Mi mengaku kenal seseorang di sini. Manager bertanya
Siapa...
Jong Ryul
mengetahui Hyang Mi datang mencoba tak mengenalnya dan menyuruh Manager untuk
mengusirnya. Hyang Mi kembali memanggil “Oppa” Jong Ryul tetap tak
mengubrisnya. Hyang Mi akhirnya memanggil “Ayahnya Pil Goo” Jong Ryul menahan
amarah dan berhenti melangkah.
Akhirnya
keduanya bertemu di ruang ganti, Jong Ryul melihat Hyang Mi mengeluh Mungkin
harus membunuhnya. Hyang Mi pikir Jong Ryul itu punya uang jadi kenapa menempuh
jalan sulit. Jong Ryul mearasa Hyang Mi pikir tak pernah menghadapi orang
sepertinya.
“Jika
kutunjukkan kemurahan hati, maa aku akan menjadi ATM pribadi. Kenapa aku harus
mau?” keluh Jong Ryul
“Apa Kau
tahu aku berteman dengan Jessica di internet? Minta dia memeriksa pesannya.”
Kata Hyang Mi
“Bermimpilah.
Apa Kau pikir aku biarkan orang sepertimu mengisap uangku?” ejek Jong Ryul
“Itu lucu
untuk seseorang yang mengirimkan kepemilikan konten. Kenapa kau melakukan ini?”
keluh Hyang Mi. Jong Ryul mengaku kasihan dengan hidup Hyang Mi
“Hei,
Jong Ryul Karena kau sungguh tak tahu,
maka akan kuberi tahu. Saat yang punya banyak berhadapan dengan yang tak punya
apa-apa yang kedua biasanya menang. Kau tahu, yang kedua tak rugi apa pun. Tak
ada hari esok.“ jelas Hyang Mi. Jong Ryul tak teriam mendengarnya.
“Kurasa
kau cemas setengah mati. Ini hukumanmu. Kau sungguh tak seharusnya meninggalkan
Dongbaek. Kenapa babi kotor menghakimi hidupku?” ejek Hyang Mi marah.
“Apa Kau
ingin mati?” ancam Jong Ryul marah. Hyang Mi pikir Seperti itulah bagi orang dungu.
“Mereka harus menderita sendiri
untuk menyadari kenyataan.”
Di rumah
Tuan No
seperti sangat frustasi hanya minum soju, dan mulai makan dengan wajah
frustasi. Ibu Tuan No menyuruh anaknya agar Jangan akui apa pun karena Nyonya
Hong itu pengacara perceraian, karena Dia akan ambil semua miliknya.
“Apa maksudmu?
Kenapa kau membesarkanku seperti pengecut?” teriak Tuan No marah.
“Beraninya
kau menaikkan suaramu pada ibu!” balas Ibu Tuan No kesal sambil membersihkan
meja yang kotor.
“Ibu,
bukankah kau bilang kebohongan Ayah membuat pundakmu kaku? Kini kau menyuruhku
bohong.” Ucap Tuan No.
“Apa Kau
lebih suka dia mengambil semua dan mengusirmu? Bahkan rumah ini atas nama dia.”
Kata Ibu Tuan No
“Biar
saja dia miliki... Dia bisa ambil semuanya. Dia bernilai semua itu.” Ungkap Tuan
No seperti menyanyangi istrinya.
“Kau
bodoh. Apa Kini kau romantis? Kenapa tak sejak awal? Ini Tak bisa dipercaya. Kau
sama bodohnya dengan ayahmu.” Ucap Ibu Tuan No mengangkat telp sambil berteriak
marah .
“Haruskah
kau jawab Ayah seperti itu?” keluh Tuan No pada sang ibu.
“Apa putra selalu menjadi seperti
ayahnya?”
Akhirnya
Hyang Mi pergi ke halte bus, seperti merasakan sesuatu dan melihat kearah
belakang hanya dada beberap pria tua sedang berbincang seperti akan mendaki
gunung. Hyang Mi pun tak curiga, tapi akhirnya melihat pesan masuk ke dalam
ponselnya.
“Hari
ini, pukul 15.00, Danau Ongsan.” Tulis Tuan No, Hyang Mi bertanya kenapa
“Aku akan
mendorongmu.” Balas Tuan No murka. Hyang Mi mengeluh karena banyak orang ingin
membunuhnya. Saat naik ke dalam bus Hyang Mi merasakan kembali ada yang
mengikutinya.
Akhirnya
Hyang Mi sampai di DANAU ONGSAN, Tuan No datang dengan perahu bebek dan
menyuruh Hyang Mi masuksebelum seseorang melihatnya. Hyang Mi bingung langsun
menolaknya karena kedinginan tapi akhirnya keduanya naik perahu tapi hanya Tuan
Hwang yang sibuk mengayuhnya.
“Kita mau
ke mana? Kubilang aku kedinginan.” Keluh Hyang Mi membiarkan Tuan Hwang
mengayuh sendiri.
“Ipar
petugas gubernur melihat kita di kedai kopi. Aku politikus lingkungan ini,
jadi, banyak mata di mana-mana!” ucap Tuan No panik
“Kau
bicara seolah-olah akan jadi presiden.” Ejek Hyang Mi. Tuan Notak peduli
“Kucing
sudah keluar dari karungnya. Kau tak akan dapat sepeser pun. Aku melaporkanmu
untuk pemerasan demi membersihkan namaku, jadi, ayo!” ucap Tuan No mulai
kelelahan.
“Jika
nuranimu sebersih itu, kenapa kau terburu-buru?” keluh Hyang Mi. Tuan No pikir
Hyang Mi sudah melihat istrinya.
“Jika ingin
hidup, kau harus dengarkan. Kau harus bersaksi. Bukan kesaksian palsu, tapi
sungguhan.” Tegas Tuan No
“Sial.
Kau buat aku naik ini untuk katakan itu? Kirim pesan saja!” keluh Hyang Mi
kesal
“Katakan
aku membayar kamar motelmu, tapi tak menginap.” Ucap Tuan No. Hyang Mi pikir betapa
konyol itu kedengarannya
“Katakan
aku bahkan tak tahu nomor kamarmu. Berlututlah di hadapan Ja-yeong sayangku dan
bersaksi!” ucap Tuan No
“Kau tak
sebut istrimu di perjalanan ke Yangpyeong, tapi kini dia Ja-yeong sayang? Apa
pria belajar mengalah?” ejek Hyang Mi
“Kau tak
ingin terlibat dalam hidupku juga, 'kan?” kata Tuan No. Hyang Mi makin kesal
karena Tuan No seperti ribut sekali
Tuan No
berjalan dengan kaki gemetar karena terlalu banyak mengayuh. Hyang Mi pikir
Bukan ia yang pertama meray tapi Tuan No dan ingin tahu alasanya memberinya
krim mata itu. Tuan No mengaku itu bukan untuk Hyang Mi tapi untuk
Dongbaek. Hyang Mi kaget mendengarnya.
“Sial,
aku tak bisa buang atau berikan padanya, jadi, untukmu.” Akui Tuan No
“Baik,
terserah... Aku sudah tahu itu masalahnya... Namun, kau pergi ski air denganku.
Kau yang menyarankan menjadi teman.” Ucap Hyang Mi
“Jujur
saja, aku tak ingin berselingkuh denganmu. Aku hanya...” akui Tunan No Hyang Mi
pun ingin tahu Tuan No ingin apa denganya.
“Aku
hanya ingin pamer. Semua orang kaya ini mengira aku lelucon tapi kau tampaknya
sama sepertiku, jadi, aku bisa pamer padamu.” Akui Tuan No
“Beraninya
kau bandingkan aku denganmu? Apa Kau pikir aku sebodoh kau?” ucap Hyang Mi
marah
“ Kau
pikir kau keren dan tahu banyak, 'kan? Tapi tidak.” Ejek Tuan No
“ Kau tak
tahu apa pun tentangku.” Tegas Hyang Mi. Tuan No mengaku Setelah bersama Hyan Mi sesaat, sadar Hyang
Mi hanya anjing liar yang tak pernah dicintai.
“Anjing
yang menyodorkan perutnya saat aku hanya memberi perhatian, dan mereka berkata,
"Lihat aku!" Lalu saat kuminta berhenti, mereka mengacaukan seluruh
rumah untuk mendapat perhatianku. Kau sama menyedihkannya. Hidupku menjadi
kacau setelah terlibat denganmu.” Kata Tuan No
“Jika kau
sungguh ingin krim mata dari seseorang, jangan seperti itu. Kau hanya
mempermalukan dirimu. Mari berhenti dipermalukan, ya?” tegas Tuan No
“Lalu
kenapa kau berniat memberi krim mata itu kepada Dongbaek? Biar kutanya
sekali... Kenapa kalian semua mencintainya? Apa bedanya aku dan dia? Kami
hampir sama.” Kata Hyang Mi marah
“Tidak...
Kubilang dia bisa tinggal sebagai balasan memecatmu. Tapi dia menolak
tawaranku. Dia Setia tak membayar tagihannya, tapi wanita itu sangat teguh. Kau
harus coba hidup seperti manusia. Namun, aku tak pantas bicara begitu.” ungkap
Tuan No. Hyang Mi tak pecaya mendengarnya.
“Jika aku hidup seperti manusia, siapa yang
akan jadi hewannya?” tanya Hyang Mi lalu menatap ponselnya da telp dari luar
negeri.
Akhirnya
Hyang Mi mengangkat telpnya bertanya Katakan saja jumlahnya. Ia lalu menjerit
kesal kalau tak punya 30 juta won jadi memberimu semua uang yang dihasilkan.
Bersambung ke episode 24
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar