PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dong Joo
masuk ke dalam ruangan dan kaget melihat ternyata Nok Du bukan bangsawan,
padahal sudah menyiapkan pisau ditanganya. Nok Du dengan pakaian pria mengodan
Dong Joo senang melihatnya, tapi di saat
yang sama, Dong Joo terkejut melihatnya
“Kenapa
kau di sini?” tanya Dong Joo heran. Nok Du mengaku Ada yang ingin dikatakan.
Dong Joo bingung apakah Sekarang, Apa Di sini.
“Ya.. Ini
waktu dan tempat yang sempurna. Jadi, mulai hari ini, aku... Aku adalah ibumu.”
Kata Nok Du. Dong Joo seperti tak mendengarnya.
“Aku adalah
ibumu... Apa aku mengejutkanmu?” goda Nok Du. Dong Joo mengeluh Nok Du pasti
kaget.
“Yah....
Wajar saja. Aku terlihat gagah dengan jubah mahal ini, bukan? Ini membuatmu
gila, bukan?” goda Nok Du.
“Apa Kau
sakit? Apa Kau mabuk? Apa maksudmu kamu ibuku? Gagah apanya? Bagaimana ini bisa
terjadi?” kata Dong Joo heran.
“Apa Kau
tidak tahu? Kau tidak perlu menjadi gisaeng lagi. Lagi pula, kau tidak ingin
menjadi gisaeng.Jangan jadi gisaeng mulai sekarang.” Ucap Nok Du. Dong Joo
bingung.
Nyonya
Chun menatap sedih ke arah pintu seperti tak tega, tapi menurutnya Itu juga
takdir seorang gisaeng. Nok Du tiba-tiba datang bertanya dimana jalan pintas
menuju penginapan. Nyonya Chun terlihat bingung.
“Dia dan
aku bisa menjadi keluarga.” Kata Nok Du memberikan bayaran dengan kura-kura
berlapis emas.
“Apa Kau
ingin mengadopsi Dong Joo sebagai putrimu? Namun, bagaimana bisa aku
membiarkanmu membawanya padahal aku tidak tahu apa pun tentangmu?” kata Nyonya
Chun.
“Aku bisa
memahami kekhawatiran Anda, jadi, aku punya usul. Bagaimana jika Dong Joo dan
aku tinggal di desa untuk para janda? Tempat yang dekat dengan Anda.” Ucap Nok
Du menyakinan.
“Kenapa
kau bertindak sejauh ini untuk membantunya?” tanya Nyonya Chun heran.
“Entahlah..
Begini, kurasa aku mulai menyayanginya. Aku ingin membantunya melakukan
setidaknya satu hal yang ingin dia lakukan dalam hidupnya.” Ucap Nok Du.
Akhirnya Nok Du duduk diruangan berlatih bicara pada
Dong Joo dengan gaya imut "Kau,
jadilah putriku... Astaga. Kau sudah pulang, Nak... Hei, Dong Dong Joo. Mulai
hari ini, aku adalah..."
“Ah...
Apa ini? Aku terlihat seperti wanita.” Ucap Nok Du merasa agak aneh dengan
dirinya lalu mencari sesuatu dalam lemari dan menemukan baju pria.
Nok Du
pun dengan wajah bangga mengunakan pakaian pria. Dong Joo pun ingin tahu alasan Nok Du
melakukan ini untuknya. Nok Du pikir
Karena Ia harus tinggal di desa untuk para janda, tapi Dong Joo terus mengusirnya. Dong Joo tak
percaya apakah hanya itu saja.
“Karena
itukah kamu menghabiskan banyak uang untukku?” ucap Dong Joo tak percaya. Nok
Du membenarkan.
“Tidak
ada alasan lain selain itu. Aku perlu bertemu kekasihku apa pun yang terjadi.”
Ucap Nok Du. Dong Joo seperti tak percaya.
“Apa kau
benar-benar takut, aku akan memanfaatkan wanita?” keluh Nok Du
“Kalau
begitu, lebih baik tinggal di rumah gisaeng dengan kekayaanmu.” Ucap Dong Joo
“Kalau
begitu, apa kamu takut aku akan ketahuan dan terjadi sesuatu padaku?” tanya Nok
Du mengoda. Dong Joo membenarkan. Nok Du kaget mendengarnya.
“Jika
mereka tahu, apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Semua orang akan berpikir
aku gila karena bekerja dengan perayu jahat.” Kata Dong joo
“Aku
tidak akan ketahuan. Aku akan pergi secepat mungkin. Jangan khawatir.” Ucap Nok
Du menyakinkan.
“Itu
mustahil. Aku masih tidak mengerti banyak hal dan punya banyak pertanyaan. Tapi
aku akan membantumu agar tidak ketahuan karena kau mengeluarkanku dari rumah
gisaeng. Kita akan impas, kan?” ucap Dong Joo.
“Tidak.
Ada satu hal lagi.” Kata Nok Du memegang tangan Dong Joo. Dong Joo bingung apa
lagi.
Nok Du
memberikan memegang tangan Dong Joo lalu memberikan cap pada selembar kertas dan Dong Joo harus
melunasinya. Dong Joo kaget melihat
"Surat utang" dan bunganya. 70 persen?” Nok Du memberitahu
suku bunga ini akan membuat Dong Joo bisa masuk dipenjara.
“Tidak.
Kau seharusnya mengatakan itu sebelum kau memberi cap jempolmu.” Ejek Nok Du.
Dong Joo pikir ini konyol
“Itu
tidak sah... Itu akan tidak sah. Berikan itu.” Ucap Dong Joo akan mengambil
surat ditangan Nok DU.
“"Konyol"?
Kenapa bilang begitu pada ibumu? Seharusnya kamu lebih hati-hati.” Kata Nok Du
terus menaikan tanganya.
“Kau
tampak cantik..” puji Yool Mo. Dong Joo ingin tahu Kenapa Yool Moo kemari. Di
dalam ruangan, Nok Du bergegas berganti pakaian jadi wanita.
“Apakah kau
takut? Aku datang untuk menjemputmu. Pria tua menjijikkan itu...” kata Yool Moo
dan saat itu Nok Du keluar dari penginapan.Yool Moo kaget melihat Nyonya Kim
yang datang.
Nok Du
berjalan bersama Dong Joo mengaku penasaran ke mana perginya pria menjijikkan
itu Jadi, ternyata Yool Moo yang mengurus pria tua itu. Ia pun mengira Yool Moo
hanya pria biasa. Dong Joo pun tak tahu, dibelakang terlihat Yool Moo mengikuti
mereka berdua.
“Apa dia
pejabat tinggi Atau dia dari keluarga terpandang? Lupakan saja. Meskipun dia
begitu...” ucap Nok Du. Dong Joo ingin tahu apa itu maksudnya.
“Dia
tidak setampan aku.” Kata Nok Du bangga. Dong Joo menghela nafas mendengarnya.
Saat itu Nok Du melihat Kim Sook yang sudah menunggu.
“Hei. Kau
harus pergi tanpaku. Aku harus membereskan semuanya di sini.” Ucap Nok Du. Dong
Joo bingung Seperti apa.
“Apa Kau
pikir mudah menjadi ibumu? Pergilah. Cepat.” Kata Nok Du. Dong Joo mendengus
kesal lalu pergi. Yool Moo pun mengikutinya.
Nok Du
mendekat Kim Sook, Kim Sook langsung mengeluarkan pedanganya. Nok Du tahu kalau
Kim Sook pasti mengikutinya. Kim Sook ingin tahu alasan Nok Du berhenti
bekerja. Nok Du mengaku tidak berhent tapi Hanya tertunda.
“Aku
hanya berpikir menyelamatkannya lebih penting daripada membunuh seseorang.”
Ucap Nok Du. Kim Sook binggung.
“Aku setuju
menghukum bangsawan kotor. Aku tidak bisa mengabaikan wanita yang tidak berdaya
yang terpaksa dibunuh. “ kata Nok Du
“Namun,
bukan itu janji yang kau buat kepada kami. Kau tidak akan mengeluh jika aku
membunuhmu karena kesalahanmu.” Ucap Kim Sook
“Aku
tidak menyesal karena menyelamatkan gadis tidak bersalah.” Kata Nok Duk seperti
santai dan siap menangung hukuman.
“Apa Kau
pikir aku tidak akan membunuhmu?” tanya Kim Sook. Nok Du mengaku kalau berpikir
seperti itu.
“Berdasarkan
apa?” tanya Kim Sook. Nok Du tahu kalau Kim Sook penasaran dengannya.
“Aku juga
tahu akan sia-sia jika membunuhku. Apa aku benar?” kata Nok Du
“Aku akan
merenungkan apakah itu sia-sia atau tidak. Namun, jika kau bertingkah, aku akan
memenggal kepalamu. Membunuh orang sepertimu itu hal mudah.” Kata Kim Sook. Nok
Du mengangguk mengerti dan akan mengingat itu.
Nyonya
Chun mengoda Dong Joo Apa begitu benci menjadi gisaeng. Dong Joo hanya bisa
meminta maaf. Hwa Soo berkomentar Dong Joo beruntung karena punya ibu yang
hebat. Dong Joo terlihat bingung lalu terpaksa memuji Nok Du memang ibu yang
hebat.
“Nama Besanku?
Apa aku harus menulis tentang mereka?” tanya Nok Du bingung melihat surat yang
dibawanya.
“Ini
hanya formalitas untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu. Tolong tulis nama
mereka di samping namamu.” Kata Tuan Yun. Nok Du akhirnya menuliskannya.
“Kau
menantu Tuan Park Jong Chil! Ah... Pantas saja. Kau tampak cukup anggun...
Nyonya... Ingat bahwa Geun-mu... Maksudku, aku ada di sana.” Kata Tuan Yun Geun
bangga.
“Putriku,
Apa kita pergi sekarang?” kata Nok Du mencoba tak mengubrinya.
Dong Joo
pun pamit pada Nyonya Chun kalau akan
pergi sekarang dan meminta agar Jagalah kesehatannya. Nyonya Chun menganguk
setuju dan memuji Dong Joo yang sudah Kerja bagus sejauh ini. Hwa Soo pun
meminta agar Dong Joo Seringlah berkunjung, Dong Joo menganguk.
“Baik,
perlakukan aku seperti seorang ayah. Aku akan menghargaimu seperti putriku
sendiri. Jika terjadi sesuatu kepada ibumu, hubungi aku, ya? Sapa aku setiap
pagi dan malam.” Goda Nok Du berjalan keluar dari rumah gisaeng. Dong Joo
mengeluh mendengarnya.
“Aku
menyuruhmu menjauh dariku selain saat-saat itu.” Kata Nok Du mengejek
“Lihat
siapa yang bicara... Semoga saja kita tidak akan saling ikut campur.” Balas
Dong Joo.
“Omong-omong,
di mana rumahku?” kata Nok Du sudah tak sabar melihat rumah barunya.
Nok dan
Dong Joo melongo melihat rumah yang akan ditempati. Dong Joo tak percaya mereka
akan tinggal di kamar kecil itu. Nok Du pun tak percaya tinggal bersama mereka
tiga wanita. Mal Nyeon membenarkan kalau mereka bisa tinggal di kamar kosong.
“Karena
kita akan bertetangga, kalian tidak perlu khawatir. Astaga, bukankah itu
bagus?” kata Mal Nyeon bangga.
“Tapi
Nyonya Chun bilang aku akan punya tempat sendiri.” Ucap Nok Du panik
“Nyonya
Chun meminta kami mengosongkan satu kamar untukmu. Karena kau masih asing
dengan tempat ini, dia ingin kami membantumu.” Kata Bok Nyeon.
“Asing?
Itu konyol! Aku sudah merasa nyaman. Rasanya seperti di rumah.” Ucap Nok Du
mencoba agar Dong Joo bisa membantunya.
“Benar...
Aku akan menjaga ibuku dengan baik, jadi, rumah kosong mana pun tidak masalah.”
Kata Dong Joo
“Tidak
ada satu pun, Mari kita masuk.” Kata Soon Nyeo lalu mereka pun mendorong
keduanya masuk.
Dong Joo
dan Nok Du panik tiba-tiba didorong ke dalam kamar. Mal Nyeo menyuruh keduanya
agar bisa tenang lalu ketiganya pun tertawa bahagia. Bok Nyeo bertanya Bagaimana
kalau memberi tahu mereka sekarang. Agar Jangan berlama-lama.
“Apa itu
artinya akan ada empat anggota Pasukan Wanita Berbudi?” kata Mal Nyeo
“Tidak
perlu terburu-buru. Dia harus mengeluarkan barang-barang. Pasti dia sibuk. Mari
bersantai.” Ucap Soon Nyeo.
Di
ruangan lain
Yeon Boon
mengeluh tak percaya Di mana Deul Lee,
karena tidak mendengar apa pun tentangnya, dan tidak ada jejak kalau berkemas.
Jung Sook pikir kalau terjadi sesuatu atau tentang si berengsek itu. Kim Sook
pikir lebih baik mereka mencarinya lagi.
“Dia
mungkin melakukan pencarian sendiri.” Kata Kim Sook mencoba tetap tenang.
“Omong-omong,
bagaimana dengan Nyonya Kim?” tanya Yeon Boon penasaran.
“Aku
kagum dia mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan teman.” Kata Kim Sook. Yeon
Boon menolaknya
“Aturan
adalah aturan. Kita sepakat dia akan mati jika gagal. Kita harus membunuhnya
saat waktunya tepat.” Kata Yeon Boon marah
“Tapi
sayang untuk membunuhnya.” Komentar Jung Sook
Dong Joo
dan Nok Du duduk saling berjauhan dan tak saling menatap. Nok Du dengan menatap
dingin berpikir Akan sangat nyaman Dong Joo untuk menyapanya lebih dulu karena hanya
perlu memalingkan kepalanya. Dong Joo mengeluh mendengarnya.
“Aku
tidak percaya aku terjebak di sini bersamamu.” Keluh Dong Joo kesal
“Bersabarlah...
Kita tidak akan hidup seperti ini selamanya.” Kata Nok Du menyakinkan.
“Apa
hanya sampai kekasihmu datang?” tanya Dong Joo. Nok Du membenarkan karena
begitulah keadaannya
“Tapi
bagaimana denganmu? Kau tidak punya tempat tujuan.” Kata Nok Du. Dong Joo
mengelak karena Tentu saja ada.
“Aku akan
meninggalkan tempat ini saat waktunya tepat.” Kata Dong Joo. Nok Du ingin tahu
kemana itu.
“Jangan
khawatir. Aku akan membalas budi kepadamu sebelum itu.” Ucap Dong Joo sinis.
“Itu
sudah pasti. Tapi kau mau ke mana?” tanya Nok Du penasaran. Dong Joo mengeluh
Nok Du yang ingin tahu dan menegaskan kalau itu rahasia.
“Orang
bilang membesarkan anak itu tidak ada gunanya. Aku baru mulai, tapi sudah bisa
mengerti. Aku menyelamatkan nyawamu, tapi kau merahasiakan sesuatu dariku.”
Ucap Nok Du lalu melangkah pergi.
Dong Joo
langsung berdiri bertanya mau kemana.
Nok Du memberitahu kalau mereka butuh
hidangan jika ingin makan bahkan mereka juga hanya punya satu selimut. Dong Joo
meminta agar ikut dengannya. Nok Du menolaknya.
Tapi Dong Joo tetap saja ingin ikut.
“Nak,
beraninya kamu memanggilku seperti itu? Coba Panggil aku "Ibu". Kata
Nok Du dengan suara wanita yang genit.
“Apa Kau
serius? Apa Kau sungguh ingin aku memanggilmu seperti itu?” kata Dong Joo
akhirnya keduanya menjerit karena membuatnya merinding. Dong Joo mengajak
mereka segera pergi saja.
Mereka
pergi ke pasaran bersama, Nok Du memilih beberapa bahan makanan. Dong Joo
meminta agar berhenti karena sudah cukup. Nok Du dengan gaya seorang ibu
mengaku sudah tahu lalu melihat sesuatu lalu merasa mereka itu memang perlu
itu.
“Apa? Kau
mau ke mana? Ibuku tersayang.” Kata Dong Joo mencoba agar terlihat lebih sopan
pada ibunya.
“Berdiskusilah
denganku sebelum membeli apa pun. Kenapa seorang pelayan menghabiskan uang
semudah itu?” keluh Dong Joo menghampiri Nok Du yang sedang berbelanja.
“Kau bisa
mengurus rumah. Aku akan mengambil kayu.” Ucap Nok Du. Dong Joo mengaku tidak
mau mencuci piring.
“Jika ku
memasak, aku akan melakukannya. Kau bisa mencuci pakaian, dan aku akan
membersihkan rumah, ya?” kata Nok Du.
Dong Joo
pun setuju. Nok Du ingin menanyakan pendapat Dong Joo tentang bantal yang akan
digunakan tapi Dong Joo sudah pergi ketempat lain.
Dong Joo
sedang melihat anak ayam yang menurutnya lucu. Nok Du bertanya apakah Dong Joo
mengingikanya. Dong Joo menolaknya. Nok
Du tetap ingin membelikan dua buah, tapi Dong Joo tetap menolaknya. Nok Do
ingin tahu alasan menolaknya.
“Mereka
akan membuatku menyayanginya, dan itu tidak akan bagus. Ayo pergi.” kata Dong
Joo bergegas pergi
Dong Joo
tiba-tiba terdiam melihat ayunan, Nok Du bertanya apakah Dong Joo mau naik
ayunan. Dong Joo menolaknya merasa kalau ini konyol sekali . Saat keduanya
pulang, Nok Du terdiam saat melihat Yeon Boon sudah menungunya. Yeon Boon
menatap sinis lalu memberi kode agar ikut denganya.
Nok Du bingung
dengan pemintaan Bunuh diri. Yeon Boo menegaskan kalau mereka bisa membuatnya
tampak seperti itu. Nok Du memberitahu kalau
punya putri yang harus diurus dan Hanya dia yang dimiliknya. Yeon Boo
pikir kalau Itu bukan masalahnya.
“Dia
mungkin melanggar janji kita, tapi dia menyelamatkan hidup orang lain. Jadi,
dia tidak mengkhianati kita. Bagaimana kalau kita beri dia kesempatan lagi”
kata Kim Sook. Jung Sook pun setuju.
“Apa yang
akan kau perintahkan? Bagaimana kamu bisa memercayainya?” teriak Yeon Boo
kesal. Nok Do mengaku bisa melakukan apa pun.
“Jangan
beri dia misi sungguhan tapi sesuatu yang sama sulitnya. Meski dia
mengacaukannya, itu tidak akan mempengaruhi kita.”kata Yeon Boon
“Kau
bilang ayah mertuamu adalah Tuan Park Jong Chil, bukan?” kata Kim Sook.
Di rumah
Dong Joo
menjemur kain sambil mengeluh Nok Du yang pergi padahal ada banyak pekerjaan.
Tiba-tiba Nok Du datang dari balik jemuran. Dong Joo kaget melihatnya lalu
mengeluh karena sudah lapar dan lama sekali datang. Nok Du mengaku datang tidak
sendirian.
“Siapa
yang datang?” tanya Dong Joo bingung menceri dibelakang. Nok Du memperlihatkan
dua ayam yang baru dibelinya.
“Apa
salahnya menyayangi mereka? Kau bisa Besarkan mereka jika itu keinginanmu. Ayo Terima
ini.” Kata Nok Du
“Sudah kubilang
berdiskusilah denganku sebelum membeli apa pun.” Keluh Don Joo kesal
“Aku
sudah menamai mereka.” Kata Nok Du. Dong Joo ingin tahu Siapa nama mereka
“Kalau
Yang ini Dong Dong dan Yang ini Dong Joo.” ucap Nok Du bahagia. Dong Joo
mengeluh kalau Nok Du gila
“Kuharap
kalian bertiga akur selagi aku pergi.” kata Nok Du. Dong Joo bertanya mau pergi
kemana.
“Aku akan
pergi ke Hanyang untuk menemui kekasihku. Aku berkesempatan melihatnya dari
jauh. Beri tahu yang lain bahwa aku pergi menemui keluargaku.” Kata Nok Du.
“Dasar
romantis. Jadi Kau akan ke mana untuk melihatnya?”tanya Dong Joo. Nok Du
terlihat gugup mendengarnya.
“Ada
sebuah penginapan tepat di sebelah kantor polisi di Hanyang. Aku akan pergi ke
sana.” Ucap Nok Du. Dong Joo menganguk mengerti
Aeng Doo
menatap langit sambil makan timun memberitahu ingin pergi ke Hanyang juga
karean Di situlah Nok Du sekarang. Hwang Tae mengoda kaau Aeng Doo pasti
merindukannya. Aeng Dong mengaku penasaran apa itu. Hwang Tae bertanya apa
maksud ucapanya.
“ Hanyang...
Sebenarnya apa itu? Jika aku berlari sangat cepat, berapa lama untuk sampai ke
sana?” tanya Aeng Doo
Akhirnya
Tuan Yun pergi menemui Nok Du memegang
surat izin tertulis "Kim Nok Soon
pergi ke Hanyang" Lalu memastikan kalau akan kembali, Nok Du mengeluh
kalau sudah beberapa kali memberitahu akan kembali besok Tuan Yun senang mendengarnya.
“Aku akan
mengadakan pesta besar untuk merayakan kepulanganmu. Jadi, tolong jangan
terlambat.” Kata Tuan Yun
“Tidak,
jangan mengadakan pesta.” Kata Nok Du bergegas pergi, tapi Tuan Yun tetap
berkata akan menunggunya.
Di kamar
Dong Joo
berbaring dikamar merasa Sendirian itu
menyenangkan dan nyaman. Ia pun mengerakan tubuhnya dan merasa memang sangat menyenangkan. Saat itu tiba-tiba pintu
terbuka, Dong Joo langsung sumringah berpikir Nok Du datang tapi ternyat pintu
terbuka karena angin.
“Dia
pergi jauh-jauh ke Hanyang hanya untuk melihatnya sebentar? Astaga, lucu
sekali...” keluh Dong Joo kesal.
Dong Joo
akhirnya pergi ke tempat persetujuanya sambil menuliskan "Anak
jahat!" dan langsung mengumpat kesal, diatas kertasnya. Ia melihat kotak
yang dibuatnya dan berpikir butuh engsel untuk menyatukan semua ini.
“Benar.
Hanyang memiliki besi terbaik di negeri ini. Tempat itu punya teknisi terbaik.”
Kata Dong Joo Kan pergi.
“ Ya,
tentu saja... Aku tidak mau pergi.” ucap Dong Joo bimbang
“Tapi aku
tidak punya pilihan. Apa yang bisa kulakukan? Hanyang punya teknisi terbaik
untuk besi.” Kata Dong Joo akan pergi, tapi akhirnya memutuskan untuk tak pergi
saja.
"Penginapan"
Dong Joo
sudah berganti pakaian menjadi laki-laki, Si bibi bertanya apakah Dong Joo di
sini untuk menginap. Dong Joo ingin bertanya lebih dulu Apa melihat seseorang dengan mata kecil,
hidung mancung, dan bibir tebal.
“Maksudku
seorang pria... Maksudku, apa ada janda datang sendirian tanpa seorang pria?”
tanya Dong Joo
“Aku tahu
maksudmu. Dia membongkar barang di kamar itu dan keluar beberapa saat lalu.
Tapi kenapa kau bertanya?” tanya si bibi
Dia
adalah... Dia kakakku.” Kata Dong Joo akhirnya di bolehkan masuk oleh si
pemilik.
Dong Joo
menganti baju menjadi wanita dan mengangung pakaian prianya, lalu
bertanya-tanya kemana Nok Du. Tapi
berpikir Nok Du pastisedang senang bertemu dengan kekasihnya.
“Apa dia
sudah bertemu dengannya? Lalu kenapa? Tidak ada hubungannya denganku.”ucap Dong
Joo sekolah tak peduli
Nok Du
ada diatap rumah dengan baju ninja dan memakai penutup wajahnya, lalu teringat
yang dikatakan Kim Sook “ Kudengar ayah mertuamu memiliki sesuatu yang sangat
berharga yang terbuat dari besi.”
Flash Back
“Kami
dengar dia sangat menyukainya dia menyimpannya di lengannya tiap kali dia
tidur. Kudengar itu seekor gajah dari Ming. Kamu tahu apa itu, bukan?” kata Kim
Sook. Nok Du terlihat binggung.
“Ya,
tentu saja... Aku sangat mengetahuinya.” Ucap Nok Du menutup kebohonganya.
“Kami
akan memberimu tiga hari. Bawa itu pada
kami. Caramu melakukannya terserah kepadamu. Jika gagal, kamu akan mati di
rumah itu. “ ucap Kim Sook.
“Jika kau
kabur, kami akan menemukanmu dan membunuhmu. Keluargamu yang tinggal di Jinhae juga
tidak akan aman.” Ancam Yeon Boon.
“Buktikan
kepada kami bahwa kau cocok menjadi anggota Pasukan Muweol.” Tegas Kim Sook
“ Jika
aku gagal dan mati di sana, apa ada yang akan mengabarimu soal kematianku?” tanya
Nok Du
“Ada
tempat bernama Aseowon di Jalan Yookjo. Jika
kamu mati, orang-orang di sana akan mengambil jasadmu. Jadi, jangan khawatir.”
Kata Jung Sook santai. Nok Du bergumam kalau Para wanita ini sangat gigih.
Akhirnya
Nok Du turun dari atap merasa hanya omong kosong kalau mereka bisa mengambil
jasadnya karena ia tidak akan mati. Ia pun melihat rumah yang kosong dan
bertanya-tanya adakah yang tinggal di tempat ini. Sementara di pintu depan Dong
Joo berdiri dan terlihat gugup saat akan masuk.
“Hanya
mengintip... Aku akan mengintip sejenak.” Ucap Dong Joo mencoba menyakinkan
diri.
Tapi saat
akan membuka tiba-tiba beberapa prajurit datang, mereka berlari kearah Dong
Joo. Dong Joo ketakutan dan langsung terjatuh di pintu. Para prajurit masuk ke
dalam rumah dan langsung membunuh orang-orang yang ada didalamnya.
Seorang
anak kecil akan terkena pedang, tapi seorang pria bisa menahanya. Seorang
wanita pun menarik sang anak pergi, tapi anaknya sang ayah yang mencoba melawan
semua prajurit. Si anak pun berlari ke dalam hutan, mereka terkena panah dan si
anak pun terjatuh.
“Kau
harus tetap waspada, Eun Seo... Tetap waspada, Eun Seo!” kata si wanita lalu
mengajak anaknya berlari. Tapi Panah malah mengenai tubuhnya.
Eun Seo
panik melihat ibunya yang terjatuh, sang ibu langsung memberikan wajah Eun Seo
agar terkena darah dan memeluknya dengan erat. Eun Seo pun seperti tertidur
dipelukan ibunya, tapi saat bangun ibunya pun sudah tak sadarkan diri.
Dong Joo
seperti sedang mengingat kenangan buruk didalam rumah itu, dan berusaha masuk
tapi pintu terbuka. Nok Du menariknya saat Dong Joo berusaha kabur dan bisa
menebaknya dari belakang. Dong Joo yang
sudah ketakutan melihat ternyata Nok Du yang menangkapnya.
“Hei,
sedang apa kau di sini?” tanya Nok Du, Dong Joo kebingungan lalu mengaku tidak
mengikutinya kemari.
“Aku punya
urusan sendiri.” Tegas Dong Joo. Nok Du mengaku ingin tahu alasan Dong Joo yang
menangis sambil menghapus air matanya.
“Aku
tidak menangis!” kata Dong Joo mengelak, Nok Du tetap yakin kalau Dong Joo
menangis.
“Kenapa? Hei,
apa terjadi sesuatu?” kata Nok Du mengejar Dong Joo yang sudah pergi lebih
dulu.
Mereka
tidur dengan saling memberikan punggung,
Nok Du pun ingin memastikankalau Dong Joo tidak mengikutinya kebetulan datang ke penginapan
ini. Dong Joo menegaskan kalau tidak mengikutinya dan harus membeli sesuatu di
bengkel pandai besi.
“Lagi
pula, aku bahkan tidak tahu ini penginapan yang kau sebutkan. Kamu ingin tahu
kenapa? Karena aku tidak tertarik kepadamu.” Tegas Dong Joo. Nok Du menganguk
mengerti.
“Lalu apa
yang kau katakan kepada Nyonya Chun?” tanya Nok Du penasaran. Dong Joo terlihat
bingung.
“Aku bisa
memahamimu. Kau bilang kepadanya akan pergi untuk menyapa keluargaku, bukan?”
ucap Nok Du mengejek. Dong Joo tak menjawab dan pura-pura tertidur.
“Aku
harus menanyakan hal yang sama. Kenapa kau ada di rumah itu? kata Dong Joo. Nok
Du kali ini yang berpura-pura tidur sambil mendengkur.
Apa Kau
tidak akan memberitahuku?” kelu Dong
Joo. Nok Du akhirnya memberitahu Rumah itu kosong, dan tidak ada yang tinggal
di sana.
“Aku
masuk untuk meminta segelas air.” Ucap Nok Du. Dong Joo kaget mengetahui rumah
itu kosong.
“Aku
tidak mengerti. Kenapa kamu menangis di sana?” komentar Nok Du. Dong Joo tak
ingin membahasnya menyuruh Nok Du tidur saja.
“Anak
nakal... Beraninya kamu menyela ibumu saat dia berbicara.” Ejek Nok Du dengan
gaya ahjumma.
Dong Joo
marah melempar bantalnya, Nok Du dengan bahagia bisa mengambil bantal jadi dua
tumpuk. Dong Joo tak terima mminta agar mengembalikan bantalnya. Nok Du
mengejek kalau Seharusnya tidak
melemparnya.
“Kau Tidur
saja. Terserahlah.” Ucap Dong Joo mengambil bantal dan memukul dahi Nok Du
“Beraninya
kau memukul dahi ibumu.” Keluh Nok Du dan keduanya mencoba untuk tidur.
Bersambung ke episode 8
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar