PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya
Hong ada di restoran memanggang dan memotong belut. Ibu Tuan No dengan bangga
bertanya apakah pernah melihat menantu
pengacara yang membelikan belut bakar untuk ibu mertua dan teman-temannya.
Temanya pikir Gyu-tae tak punya otak, tapi
dia beruntung dengan wanita.
“Bagaimana
bisa lulusan teknik mendapat istri yang lolos ujian pengacara?” komentar teman
Ibu Tuan No.
“Dia yang
mengejar putraku.” Ucap Ibu Tuan No. Nyonya Hong yang mendengarnya hanya bisa
menahan amarah.
“Aku tak
tertarik soal pernikahan bahagia putramu. Jadi, haruskah kubayar tunjangan untuk
menantuku?” kata Ibu yang pertama.
“Tunggu,
aku ingin konsultasi dahulu. Kontrak sewa yang kuterima tertulis mereka akan
memberiku uangnya.” Ucap Ibu Keduanya. Nyonya Hong langsung menaruh capitanya.
“Tolong hubungi
kantorku dan buat janji. Aku punya tanggung jawab sebagai pengacara dan tak
bisa memberimu saran tanpa mengetahui semua faktanya.” Tegas Nyonya Hong. Ibu
Tuan No kaget mendengarnya.
“Aku
dalam perjalanan pulang saat Ibu memintaku menjemputnya. Aku tak tahu akan
membakar belut atau menawarkan bantuan hukum gratis. Kurasa acara kejutannya harus
berakhir di sini.” Kata Nyonya Hong.
Ibu Tuan
No tak percaya mendengarnya, Nyonya Hong mengambil jaket agar menemuinya di
luar saat selesai dan berjalan keluar ruangan.
Pil Goo
baru saja berjalan pulang, Jong Ryul berteriak memanggiln dan langsung membuka
ikan pinggang yang kendor. Pil Goo meminta membiarkan saja. Jong Ryul pikir Pil
Goo itu bocah yang tak bisa memakai sabuk dengan benar.
“Kenapa
kau terlalu banyak berpikir?” komentar Jong Ryul. Pil Goo pikir hampir menjadi
remaja tahun depan.
“Tak lama
lagi, aku akan kalahkan senior SMA.”ucap Pil Goo, Jong Ryul pikir Pil Goo bisa
bertingkah keras dan tangguh saat itu.
“Saat
ini, kau delapan tahun. Nikmati prasmanan, ambil ponsel yang diberikan, jangan
sok bijak membuat pria menangis. Kau anak-anak, jadi, kau bisa menangis di
restoran. Tapi menangis di usiaku sungguh memalukan.”jelas Jong Ryul
“Jadi,
berhenti membuatku gila dan menjadi anak delapan tahun saja. Menangis keras dan
benci aku sesukamu. Dan lupakan semuanya dari waktu ke waktu.” Ungkap Jong
Ryul.
Pil Goo
hanya diam saja. Yong-sik dari kejauhan melihat kedekatan Pil Goo dengan Jong
Ryul, lalu memilih untuk pergi
meninggalkanya. Saat akan pulang, tak sengaja bertemu Dong Baek. Dongbaek terlihat bahagia melihat Yong Sik
mau ke mana.
“Aku
membeli bahan untuk membuat pangsit. Aku memikirkan menambahkannya ke menu. Ayo
cicipi.” Ucap Dong Baek penuh semangat.
“Tunggu,
sebentar... Dongbaek, bagaimana jika kita cicipi besok?” kata Yong Sik. Dong
Baek bertanya kenapa.
“Begini,
kau tahu, waktunya tidak pas.” Kata Yong Sik gugup. Dong Baek tahu kalau Kang
Jong Ryul di sana.
“Apa Kau
akan menghindarinya setiap waktu?” tanya Dong Baek. Yong Sik pikir Bukan
seperti itu.
“Pil-gu
juga di sana.” Kata Yong Sik. Dong Baek memuji Yong Sik itu sungguh bijak.
“Perlakuanmu
pada Jong Ryul lebih baik dari padaku.” Kata Dong Baek. Yong Sik mengaku Bukan
begitu.
“Aku hanya
melihat diriku pada Pil-gu. Saat masih kecil, aku cemburu dengan orang yang
memiliki ayah, sekalipun mereka hanya mabuk atau meminjam uang. Aku benci
kehadiran Kang Jong Ryul, tapi Pil-gu mungkin tak merasakan hal yang sama.”
Jelas Yong Sik. Dong Baek hanya bisa diam saja.
“Coba
Lihat.. Berat pacaran dengan wanita yang punya anak.” Ucap Dong Baek. Yong Sik
hanya diam saja.
Dong Baek
melihat Jong Ryul sedang dirapihkan baju anaknya. Pil Goo tahu kalau Jong Ryul
tadi menangis dan ingin tahu alasanya menangis. Jong Ryul pikir Pil Goo akan
tahu saat melihat anaknya menangis dan akhirnya selesai merapihkan baju anaknya.
“Pil
Goo... Jangan terlalu cepat dewasa. Kau tak perlu begitu.” Ucap Jong Ryul
Yong Sik
berjalan pulang menenangkan diri kalau Ini hal yang benar karena pria itu
ayahnya jadi tak bisa apa-apa soal itu.
Yong Sik
berhenti menatap ibunya yang mengangkat karung, lalu menyuruhnya minggir. Nyony Kwak kaget melihatnya datang dan
mengangkat karung berasnya. Yong Sik
mengomel ibunya selalu menemui dokter
karena punggungnya.
“Kenapa
membawa ini? Kau tak muda lagi.” Ucap Yong Sik memarahi ibunya.
“Aku tak
pernah minta bantuanmu... Dasar kau dan emosimu.” Kata Nyonya Kwak lalu masuk
ke restoran.
Dong Baek
pergi menemui Jong Ryul agar berhenti temui Pil Goo. Jong Ryul dengan sinis
memberitahu kalau anaknya itu malu dan apakah Dong Baek mengetahuinya. Ia
memberitahu Dong baek kalau Pil Goo tak suka orang terlalu akrab.
“Kau sama
sekali tak kenal putramu.” Ejek Jong Ryul. Dong Baek pikir lebih kenal Pil Goo
“Jangan
bicara omong kosong dan bawa uangmu.” Tegas Dong Baek. Jong Ryul mengatakan
kalau Pil Goo tahu. Dong Baek bertanya tahu apa.
“Dia
tahu.. Dia sudah tahu aku ayahnya.” Kata Jong Ryul. Dong Baek kaget
mendengarnya.
Yong Sik
sibuk menganti lampu sambil mengeluh kalau
Seharusnya panggil jika lampunya mati. Nyonya Kwak menyindir Kenapa tak makan
malam di tempat Dongbaek tapi malah datang kemari. Yong Sik mengaku Bukannya tak ingin mampir.
“Kau
memintaku menjauh.” Ucap Yong Sik. Nyonya Kwak mengejek Yong Sik tak pernah mendengarkanku dan kini tiba-tiba
kau patuh.
“Kau
pikir kau tak pantas makan masakanku, 'kan? Tugas ibumu adalah bertanya apa kau
sudah makan dan kau pergi saja berkata takkan makan masakanku, 'kan? Kau
menyebalkan.” Ucap Nyonya Kwak sinis.
“Jadi,
mana makananku?” tanya Yong Sik. Nyonya Kwan mengaku tak menyisakannya.
Yong Sik
akhirnya duduk dengan menu makanan yang banyak, ibunya datang membawa telur
kukus yang masih panas dengan tanganya. Yong Sik mengomel agar jangan bawa itu
dengan tangan kosong karena tak terlahir bersarung tangan.
“Ibu, bukankah kuminta membuang itu? Kenapa
kau masih punya kaus dari Piala Dunia 2002? Itu yang dahulu kupakai.” Ucap Yong
Sik mengomell.
“Ini kaus
yang bagus. Ada selemari penuh pakaian yang dahulu kau pakai.” Kata Nyonya kwak
sibuk memberikan lauk untuk anaknya.
“Pasti
kau memakai sepatu yang kularang pakai.” Ucap Yong Sik dan melihat kekolong
meja dan dugaanya memang benar.
“Ibu,
kenapa kau memakai sepatu yang kupakai saat sekolah?” keluh Yong Sik. Nyonya
Kwak mengingat Yong Sik meminta sepatu
dari merek olahraga mahal, tapi malah meninggalkannya.
“Itu
terlalu besar untukmu.” Keluh Yong Sik. Nyonya Kwak mengaku Kuku kakinya rusak jadi,
sepatu besar terasa nyaman.
“Kenapa
kukumu rusak? Kenapa tak kau pulihkan?” ucap Yong Sik kesal. Nyonya Kwak pun
mengeluh anaknya berteriak saat makan dan menyuruh makan saja.
“Kimchi
lobaknya matang, tapi kau tak datang memakannya. Apa yang harus kulakukan jika
kau tak datang memakan yang kubuatkan untukmu?” kata Nyonya Kwak.
“Ibu...
Kenapa kau memakai pakaian dan sepatu lamaku alih-alih membeli yang baru?
Menghemat uang untuk anakmu sama seperti menancapkan menembus jantungnya. Apa
Kau tahu yang akan terjadi jika terus memakai kaus itu?” ungkap Yong Sik
“Begini,
setelah kau mati, hatiku akan sakit setiap kali melihat kaus ini selama musim
Piala Dunia. Jadi, tolong berhenti hancurkan hatiku dan belanjakan uang untukmu
sendiri, oke?” kata Yong Sik. Nyonya Kwak hanya bisa diam saja.
Dong Baek
menemani anaknya makan dan melihat kalau Pil Goo selalu jatuh tertelungkup lalu
bertanya kenapa anaknya terus terluka. Pil Goo sambil makan memberitahu bertemu
ayahnya hari ini, Sepuluh Juta Jong-ryeol dari Ligers.
“Katamu
tak ada yang gratis. Dia memberiku abalone dan menawarkanku ponsel baru. Apa
dia bisa lebih jelas lagi?” ucap Pil Goo.
“Pil-gu,
kau tahu... Entah bagaimana membicarakan ini. Tunggu.” Ucap Dong Baek mencoba
menyusun kalimat yang baik.
“Kau tak
perlu katakan... Aku hanya memberi tahu aku tahu semuanya.” Kata Pil Goo. Dong
Baek ingin tahu kenapa.
“Kau
tahu, saat aku bohong soal nilaiku lebih dari 50 di ujian matematika, aku terus
bermimpi kau menemukan kertas ujianku yang nilainya 47. Perutku mulai sakit dan
aku tak bisa tidur. Aku pikir kau merasakan hal yang sama sekarang.” Cerita Pil
Goo.
“Jadi,
aku memberitahumu kau ketahuan.”jelas Pil Goo. Dong Baek ingin tahu apakah
keadaan anak-anaknya baik-baik saja.
“Berhenti
tanyakan itu. Kau sudah membuatku terus sakit kepala.” Ucap Pil Goo.
“Hidup
masih tak adil walau aku berusaha keras. Kita selalu merasa bersalah soal anak
kita.” Gumam Dong Baek.
Nyonya
Kwak akhirnya melepaskan kaos milik anaknya lalu memanggil Helena agar
menjadikan untuk lap. Helena bingung karena Nyonya Kwak suka kaus ini.
“Dia
ingin aku membuangnya, jadi, kulakukan. Dia menancapkan paku ke jantungku
selama 30 tahun, tapi dia tak tahan aku tancapkan satu paku padanya, jadi, apa
lagi yang bisa kulakukan? Putraku sakit hati karenaku dan itu lebih sakit dari
apa pun.” Ungkap Nyonya Kwak. Helena pun beranjak pergi.
Ibu Tua
No memisahkan ikan dengan tulang lalu memberikan pada anaknya. Tuan No mengeluh
kalau bisa melakukanya. Nyonya Hong melihatnya hanya bisa bergumam “Cinta ibu selalu
hebat, tapi tak selalu ditunjukkan dengan benar.”
“Astaga...
Pada dasarnya aku melayani menantu pengacaraku.” Sindir IBu Tuan No. Tuan No meminta
ibunya agar nikmati saja makanannya.
“Memberikan
saran hukum bukan hal yang perlu dikesalkan.” Ucap Ibu Tuan No terus memberikan
lauk pada anaknya.
“Ibu... Kau
suka atau tidak, aku pengacara?” tanya Nyonya Hong, Ibu Tuan No terlihat
bingung.
“Kau
selalu memamerkanku kepada teman-temanmu, tapi kau benci aku lebih kompeten
dari dia. Kau ingin aku menjadi menantu seperti apa?” ucap Nyonya Hong.
“Astaga.
Kau membahasnya lagi. Aku sangat kesal denganmu setiap kali kau sok pintar. Tak
ada pria yang suka dengan itu., makanya Tak heran kau tak punya anak.” Ejek Ibu
Tuan No.
“Ibu, kau
pulang saja.” Ucap Tuan No mulai panik. Ibunya malah makin menyindir Nyonya
Hong.
“Kau mengintimidasi
Gyu-tae seperti ini setiap waktu, 'kan? Tak heran dia lesu belakangan ini...”
ucap Ibu Tuan No menyalahkan Nyonya Hong.
“Kelesuan
berengsek ini tak ada hubungannya denganku.” Ucap Nyonya Hong, Ibu Tuan No tak
percaya anaknya dipanggil Brengsek.
“Berani
sekali kau panggil suamimu seperti itu?” kata Ibu Tuan No sangat marah.
“Suamiku cukup
berani dan tak punya malu untuk selingkuh. Jika itu wanita patuh dan sukses,
maka kau bisa tukar dia denganku.” Ucap Nyonya Hong.
Ibu Tuan
No kaget mendengarnya, lalu berpikir kalau Nyonya Hong bicara omong kosong lagi. Nyonya Hong memberitahu
kalau wanita itu hostes bar. Ibu Tuan No shock mendengarnya Tuan No mengeluh
kalau Seharusnya tak memancing Nyonya
Hong seperti itu.
“Kau sama
saja seperti ayahmu!” ucap Ibu Tuan No langsung memukul kepala anaknya.
“Karena
aku pengacara, maka aku sudah berpikir panjang. Prosedur hukum biasa tak cukup
menyalurkan marahku.” Tegas Nyonya Hong
Di sebuah
salon
Dua orang
istri pemain baseball membahas Ongsan dan menurutnya Pemain bisbol Kang
Jong-Ryul pergi ke Ongsan tiga kali sepekan. Wanita pertama mengaku dirinya
itu sumber rumor Ongsan. Wanita kedua
mengaku ia yang menyebarkannya. Wanita pertama tak pecaya mendengarnya.
“Aku mabuk
dan memberi tahu reporter majalah olahraga mingguan.” Cerita wanita kedua.
“Hei, jika
Kang Jong Ryul menuntutmu, kau akan ditahan karena menyebarkan rumor.” Kata
wanita pertama
“Aku tak
memulainya. Aku juga mendengar dari seseorang. Sumber sebenarnya adalah temanku
di Ongsan. Dahulu dia teman baikku di Garibong. Dia sedang liburan di sana.”
Cerita wanita keduanya.
“Dia
mencuri uang dan kabur, 'kan?” ucap wanita pertama. Wanita kedua mengaku
temanya hanya berlibur.
Saat itu
seorang pria keluar dari ruangan belakng. Si wanita kedua kaget melihat Nak-ho
lalu mengaku tak tahu kau juga kemari merawat rambutnya. Nak Ho bertanya apakah Sahabat wanita
itu dari Garibong ada di Ongsan saat
ini.
Hyang Mi
berbicara di telp sambil mengeuh kalau ia takkan membantunya mendapat uang itu jadi akan menutupnya,
terlihat di layar tertulis TELEPON
INTERNASIONAL. Ia pun perg ke dapur melihat dibawa abalone dan ada banyak uang
dalam amplop.
“Kenapa
dia meninggalkan uang di sini? Orang sepertinya adalah alasan pengkhianat ada. Tampaknya
dia yang terbodoh.” Komentar Hyang Mi lalu menaruh kembali uangnya.
Hyang Mi
akhirnya melihat ponselnya dan melihat SNS Jessica, dengan bangga menuliskan
#AKU_NYONYA_KANG_JONG-RYEOL akhirnya Hyang Mi pun mengirmkan pesan. Jessica
melihat notifikasi ponselnya [COPENHAGENGIRL INGIN MENGIRIMIMU PESAN] lalu terkejut.
Jessica
masuk ke dalam mobil dan memerika GPS suaminya dan terlihat beberapa kali pergi
ke "SD Ongsan". Ia pun bertanya-tanya SD Ongsan, Apa itu Ongsan.
Pagi hari
di sekolah, Dae Song memanggil Pil Goo
memberitahu kalau Ibunya mengundang ke rumah kaena masak daging perut.
Pil Goo ingin tahu alasan apakah Karena menyebutnya 2A1I. Dae Song pikir
seperti itu. Pil Goo pun akan datang besok pukul 16.30 usai latihan.
Pil Goo
berjalan pulang dan melihat mobil biru yang biasa di pakai oleh Jong Ryul lalu
menyuruh Jun Gi agar pulang saja.
Sementara didalam mobil Jessica berpikir suaminya itu selingkuh dengan
guru lalu dikagetkan dengan Pil Goo mengetuk jendela mobilnya.
“Dia
mengagetkanku... Kau mau apa? Kenapa mencoba buka mobilku?” tanya Jessica
menurunkan kaca mobilnya.
“Aku
salah... Maafkan aku.” Ucap Pil Goo lalu beranjak pergi. Jessica tak peduli
tapi akhirnya turun memanggilnya.
“Apa Kau
kenal aku?” tanya Jessica. Pil Goo mengaku tidak. Jessica pun ingin tahua
alasan Pil Goo mengetuk jendela mobilnya.
“Kukira
mobilmu milik orang lain.” Ucap Pil Goo. Jessica pun masih memastikan kalau
mereka belum pernah bertemu.
Saat itu
Dong Baek datang memanggil Pil Goo, Pil Goo pun berlari ke arah ibunya. Dong Baek menata Jessica sambil berguma. “Itu dia. Pengantin
muda Superman.” Jessica menatap Dong Baek dengan sinis. “Itu dia. Sinar
matahari Kang Jong Ryul”
Flash Back
MUSIM
PANAS 2017
Di dalam
mobil. Jessica ingin tahu Folder rahasia apa ini. Jong Ryul mengeluh Jessica
melihat laman media sosialnya, tujuanya
minta diambilkan air agar bisa memeriksa ponselnya. Jessica terus
melihatny a sambil mengeluh kalau Jong Ryul marah melihat laman media
sosialnya.
“Semua
itu dari masa lalu... Tidak kugunakan lagi. Aku lupa semua.” Kata Jong Ryul
“Jangan
bohong padaku... Ini masuk otomatis. Apa Kau melihat-lihat fotonya? Apa isi
folder bernama "Sinar Matahari"?” ucap Jessica meminta Jong Ryul
memberikan ponselnya.
“Apa Dia
sinar mataharimu?” ucap Jessica bisa merampasnya dan melihat foto Dong Baek
dengan Jong Ryul.
“Setelah
itu, aku bahkan menemukan namanya. Dongbaek. Itu
Dongbaek sialan, gadis yang selalu dicari Jong Ryul, setiap dia mabuk. Lalu...”
gumam Jessica menatap Dong Baek. Dong Baek pun memilih untuk pergi dengan Pil
Goo dan ibunya.
“Aku
harus lindungi dia. Ini bukan tempat yang bisa kau masuki kapan pun kau mau.”
Gumam Dong Baek.
**
Dong Baek
pulang dan melihat mobil sport didepan barnya, Pil Goo pikir ayahnya datang untuk
pamer mobil barunya. Dong Baek pun memberitahu Pil Go agas bisa menghadapi
situasi ini. Pil Goo bertanya apakah ia harus ikut juga. Don Baek menegaskan
dirinya itu wanita kuat.
“Ingat
yang kukatakan. Jika seseorang membuatmu marah...” kata Pil Goo
“Ya, aku
tahu. Aku harus tinju hidungnya.” Ucap Dong Baek dengan penuh semangat.
Dong Baek
menghampiri Jong Ryul dan mengetuk jendelanya. Jong Ryul keluar mobil kaget
bertanya Ada apa dengan Dong Baek karena tak pernah menyapa lebih dahulu. Dong
Baek memberitahu Jong Ryul kalau istrinya Jessica datang. Jong Ryul melonggo
kaget.
“Dia di
depan sekolah Pil-gu... Aku tak tahu apa yang kulakukan sekarang.” Ucap Dong
Baek. Jong Ryul terdiam.
“Hei... Bisa
panggil sopir saat kembali ke Seoul?” kata Dong Baek. Jon Ryul bertanya
memangnya kenapa
“Apa Kau
ingin minum denganku?” tanya Jong Ryul. Dong Baek mengajak minum tapi jangan di
barnya.
“Aku juga
tak mau ke sana. Ada psikopat di sana.” Kata Jong Ryul kesal.
Di dalam
bar, Hyang Mi menatap kotak berisi uang dalam lemari. Pil Goo berteriak meminta
neneknya kalau ingin mi instan kacang hitam. Hyang Mi langsung bergegas menutup
kulkas. Nyonya Jung bertanya apa yang sedang dilihat Hyang Mi.
“Aku
pikir ingin makan abalone.” Ucap Hyang Mi, Nyonya Jung memperingatkan agar Jangan
makan itu. Hyang Mi kaget.
“Jika
terus usil, kau mati.” Kata Nyonya Jung, Hyang Mi mengeluh kalau takkan usil.
“Sudah
kubilang, 'kan? Akan kulakukan apa saja untuk Dongbaek.” Tegas Nyonya Jung
mengancam.
“Omong-omong,
kenapa pura-pura punya demensia?” tanya Hyang Mi dan Nyonya Jung hanya melirik
sinis.
Yong Sik
datang dengan membawa buket bunga wajahnya terlihat bahagia. Tapi Pil Goo
memberitahu kalau ibunya pergi dengan Jong Ryul. Yong Sik mengerti dan terihat santai. Nyonya Jung
melihat Yong Sik mengumpatnya si bodoh datang dan bereaksi payah.
Di sebuah
kedai, Dong Baek memesan udon dan mereka minum soju. Dong Baek mengaku Ini mungkin membuatnya tak nyaman. Jong Ryul
mengaku sudah merasa hancur. Dong Baek menceritakan Setelah putus dengannya dan
punya Pil Goo.
“Aku menjalani
hidup seperti mayat berjalan. Aku mungkin tampak menyedihkan bagimu saat ini. Namun,
aku berusaha keras hidup layak. Jadi, jangan membuatku tampak malang lagi. Aku
ibu tunggal, tapi tak pernah jadi simpanan.” Jelas Dong Baek.
“Siapa yang
memintamu menjadi simpanan? Tunggu saja hingga...” kata Jong Ryul
“Tidak,
aku takkan menunggumu lagi.” Kata Dong Baek. Jong Ryul kaget mendengarnya.
Hyang Mi
bertanya pada Yong Sik, apakah akan
menunggu hingga dia kembali. Yong Sik pikir seperti itu sambil melihat ke arah
pintu berharap Dong Baek segera datang.
Nyonya Jung tiba-tiba berkomentar “Kau sangat lembut.” Yong Sik bingung
memastikan kalau Nyonya Jung berbicara denganya.
“Kau
sangat lembut, baik, dan tak pemarah.” Ucap Nyonya Jung. Yong Sik mengakuinya.
“Apa
karena dia ayahnya? Apa Kau baik karena dia ayah Pil-gu?” kata Nyonya Jung.
Yong Sik kaget kalau Nyonya Jung sudah tahu.
“Lalu
kenapa tak biarkan mereka kembali bersama? Kenapa membuat semuanya rumit?”
tanya Nyonya Jung yang sibuk membersihkan sayur.
“Kau
tahu, aku... Aku percaya Dongbaek. Aku tahu dia akan membuat keputusan benar,
jadi, aku hanya...” jelas Yong Sik.
“Jika
hanya akan lihat dari jauh, menyerahlah. Kau terlalu murah hati dan baik tanpa
alasan. Itu tidak seksi. Silakan tunggu hingga dia kembali. Dia takkan kembali.
Tidak jika kau menunggu. Pria yang melindungi wanitanya tak bisa kalahkan yang
merebutnya.” Komentar Nyonya Kwak. Yong Sik hanya bisa terdiam.
Dong Baek
masih minum menyuruh Jong Ryul pergi dan
jalani saja hidupnya karena Hanya itu yang perlu dilakukan dan bebas
melakukannya. Jong Ryul mengaku Ada yang selalu ingin ditanyakan, tapi terlalu
takut menanyakannya.
“Kenapa
harus Ongsan? Kau menungguku, 'kan?” ucap Jong Ryul. Dong Baek hanya diam saja.
Flash Back
Dong Baek
dan Jong Ryul berjalan bersama, Jong
Ryul mengatakan kalau ingin tinggal Ongsan saat pensiun dan mengaja Dong Baek
agar besarkan anak mereka di sana nanti. Dong Baek bertanya Apa itu kampung halamannya.
“Bukan,
tapi aku berharap begitu.” Ucap Jong Ryul. Dong Baek pun ingin tahu alasanya.
“Aku
tinggal di sana sebentar saat masih kecil. Tempat itu sangat aneh.” Ucap Jong
Ryul.
Dong Baek
tinggal pertama kali mengintip dari depan bar dan melihat tetangganya dan
teringat dengan ucapan Jong Ryul.
“Orang di sana seperti klan. Seluruh
lingkungan sangat aneh. Saat waktu makan, pergi saja ke rumah siapa pun. Lalu mereka menambahkan sendok di meja tanpa
bertanya. Hal semacam itu alami di sana. Seluruh lingkungan seperti keluarga.”
Dong Baek
membawa Pil Goo ke restoran dan Bibi Kim dkk sempat mengendongnya.
“Mereka tak sebaik itu, tapi mereka
memberimu perasaan hangat.”
Dong Baek
mengaku kalau datang ke Ongsan, karena kata-kata
Jong Ryul dan membuatnya tinggal di sana. Ia pikir tak ada masalah dengan Jong
Ryul karena Itu jauh sebelum menikah
bahkan belum dua tahun setelah merka putus.
“Anggap saja
aku menunggu. Apa salahnya?” kata Dong Baek. Jong Ryul pun ingin tahu apakah
Dong Baek sungguh menunggunya.
“Aku
cukup bodoh memiliki banyak harapan palsu. Aku mencari kabarmu di internet. Saat
kudengar kau putus dari penyanyi, aku berkali-kali melihat gang.” Akui Dong
Baek
“Saat
Pil-gu terkena pneumonia dan aku kehilangan akal saat menunggunya di IGD, aku
ingin menelepon dan minta bantuanmu. Aku ingin memberitahumu betapa takutnya
aku. Namun, tidak kulakukan. Jadi, kau tak berhak mencampuri hidupku.” Cerita Dong
Baek.
“Apa Kau
pikir aku senang setelah kita putus? Aku sangat merindukanmu. Aku tak bisa
berhenti memikirkanmu, tapi aku menahannya. Kukira itulah cara untuk hidup. Kenapa
kau tak bisa memaklumiku? Usiaku 27 tahun saat itu. Aku takkan melepasmu
seperti itu jika usiaku 37 tahun.” Jelas Jong Ryul
“Aku
senang mendengarnya walau sedikit terlambat. Aku sungguh ingin mendengar
kata-kata itu dahulu.” Kata Dong Baek.
“Karena
itu, kita harus mulai lagi. Mari ulangi semua.” Pinta Jong Ryul
“Namun,
kita 34 tahun sekarang... Aku bukan lagi Dongbaek 20 tahun yang dahulu kau
rindukan.” Ucap Dong Baek. Jong Ryul tak percaya mendengarnya.
“Aku tahu
ini menyedihkan. Namun, kita tak bisa kembali.” tegas Dong Baek.
Yong Sik
datang melihat mobil baru Jong Ryul dan penuh banyak barang seperti untuk Pil
Goo, lalu melihat ke dalam restoran. Ia mengingat saat melihat Dong Baek dengan
Jong Ryul memilih untuk perg, bahkan saat Pil Goo dengan Jong Ryul ia pun tetap
pergi.
“Astaga,
ini membuatku gila... Aku mulai marah.” Ucap Yong Sik mencoba menenangkan diri.
Seseorang
menuangkan makanan ke dalam mangkuk yang kosong. Hyang Mi melihatnya lalu
berkomentar orang itu tak seperti pencinta kucing lalu memberitahu kalau
Yong-sik sungguh penasaran siapa yang memberi makan kucing. Ia lalu berhenti
menatap si oran misterius.
Dong Baek
dan Jong Ryul akhirnya duduk didepan restoran. Jon Ryul bertanya apa yang harus
dilakukan, apakah harus bercerai dan
memohon dan apakah Dong Baek mau terima
saat itu. Dong Baek denga tegas tak ingin menerimanya den menyuruh Jong
Ryul segera memanggil sopir.
“Apa ini
karena polisi itu? Apa Kau memercayainya? Bukankah dia mirip aku saat sepuluh
tahun lebih muda? Saat kudengar kau sakit, aku bahkan kabur dari pertandingan.
Aku mirip dia.” Ungkap Jong Ryul
“Aku
berlebihan setiap senang dan bertindak karena emosi. Kenapa kau mudah percaya
orang?” ejek Jong Ryul.
Saat itu
Yong Sik datang mengejek Jong Ryul baru saja mengakui dosanya. Dong Baek kaget
melihat Yong Sik yang datang. Yong Sik menegaskan Hanya karena Jong Ryul berengsek bukan
berarti orang lain juga.
Di bar, Nyonya Jung melihat meja yang kosong berkomentar Yong Sik tak sebodoh yang dikira.
“Kau
mungkin sampah sesungguhnya, tapi kau tetap ayah Pil-gu.” Kata Yong Sik. Jong Ryul
tak terima dianggap "Sampah"
“Kurasa
aku sudah tunjukkan cukup hormat untuk itu. Namun, makan mi dengannya di sini adalah
tempat berakhirnya hormat itu. Kau sungguh harus berhenti terlalu dekat
sekarang.” Tegas Yong Sik.
“Kau
pikir kau siapa? Kenapa kau terus ikut campur tanpa tahu tempatmu?” sindir Jong
Ryul marah.
“Aku? Aku
pemain aktif... Aku yakin kau sudah tahu kau tak bisa kalahkan pemain aktif, tak
peduli kau jago di masa lalu. Saat ini, aku pria yang ada di sisinya. Dan
Dongbaek menyukaiku, bukan kau. Jangan pikir Dongbaek dan Pil-gu hal yang bisa
kau ambil kembali.” tegas Yong Sik.
“Dasar
aneh... Hei, kau pikir siapa kau bicarakan putraku seperti itu?” keluh Jong
Ryul
“Dongbaek...
Dengarkan aku baik-baik, ya? Mulai sekarang, jangan makan mi dengan Kang
Jong-ryeol lagi. Jangan minum berdua dengannya. Lalu jangan pernah biarkan dia masuk
ke barmu. Aku tak ingin kau menjadi ragu dan lemah..” Tegas Yong Sik. Dong Baek
menganguk.
“Aku
benci itu. Jangan lakukan Lalu aku pribadi berpikir aku punya hak mengatakan
ini kepadamu karena yang kita lakukan bersama.” Ucap Yong Sik.
“Apa yang
kalian lakukan?” teriak Jong Ryul geram, Dong Baek panik dan terlihat
malu-malu.
“Aku pria
yang bisa sangat cemburu. Cepat Kemari pegang tanganku.” Ucap Yong Sik
mengulurkan tanganya. Jong Ryul melihatnya merasa Tak bisa dipercaya.
“Cepat
kemari! Cepat pegang tanganku!” rengek Yong Sik. Akhirnya Dong Baek akhirnya meraih tangan Yong Sik.
Jong Ryul kaget melihatnya. Yong Sik pun mengajak Dong Baek pergi.
Yong Sik
dan Dong Baek berjalan pulang sambil bergandenganya, Yong Sik menegaskan Sebaiknya Dong baek sadar
mulai sekarang karena akan bertindak dengan caranya. Dong Baek bertanya apakah
Yong Sik akan berhenti bersikap sebagai
pria baik
“Astaga,
aku muak dengan itu... Mulai kini, aku akan hidup sesukaku.” Tegas Yong Sik.
Dong Baek pikir akhirnya mulai sadar
“Karena
masalah itu selesai, bagaimana jika kita ke pojok itu dan berciuman?” goda Yong
Sik bahagia. Dong Baek langsun melepaskan tangan Yong Sik.
“Kau
tampak bahagia.” Ejek Yong Sik. Dong Baek pikir keadaan kacau belakangan ini.
Yong Sik bingung apa maksudnya.
“Pengusil
jelas di hadapanku. Kontrak barku akan berakhir. Ayah anakku berengsek. Pil-gu
bahkan tahu soal ayahnya.” Cerita Dong Baek.
“Astaga. Lalu
kenapa kau tampak bahagia?” goda Yong Sik. Dong Baek mengaku Namun, anehnya banyak tersenyum belakangan ini.
“Kurasa
yang penting bukan situasinya, melainkan siapa yang ada di dekatmu. Aku sungguh
bahagia belakangan ini... Aku menyukaimu, Yong-sik.” Ungkap Dong Baek sudah tak
malu lagi.
“Dongbaek,
kau sebaiknya menutup bar lebih awal.” Kata Yong Sik lalu menarik pergi dan
mengoda kalau Dong baek yang terus makin
cantik.
Hyang Mi
berada digang melihat keduanya seperti sedang kasmaran terlihat iri. Ia merasa
Kurasa artinya hidup Dong Baek itu sudah membaik.
“Aku penasaran
apa aku akan dicintai seseorang seperti itu setelah pergi ke Kopenhagen dan
hidup seperti nama indahku.” Ucap Hyang Mi menopang dagunya.
Tuan Byun
melihat nama di dompet dan melihatnya, sementara Yong Sik terlihat masih
frustasi menyakinkan kalau tak mungkin dia mati. Tuan Byun memberikan dompet korban dengan
nama Choi Go-un dan bertanya apakah
mengenalnya.
“Itu nama
aslinya.” Ucap Yong Sik melihat ID Card dengan tanggal lahir tahun 1986
Bersambung
ke episode 21
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar