PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 17 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 18

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Yong Sik memanggil Dong Baek agar datang padanya. Dong Baek hanya diam saja. Jong Ryul marah bertanya siapa Yong Sik yang berani mengatakan itu. Yong Sik kembali meminta agar Dong Baek datang padanya. Dong Baek akhirnya akan pergi tapi Jong Ryul menahannya.
“Kau mau ke mana? Akan kutinggalkan semua dan mendatangimu. Kau harus Pikirkan Pil-gu... Kau tak tahu apa yang penting?” ucap Jong Ryul Dong Baek terlihat bingung.
“Dongbaek... Lakukan sesukamu... Kau bukan tipe orang yang membiarkan hidupmu terbawa orang lain. Kau selalu mengikuti jalanmu sendiri. Jadi, kau harus lakukan keinginanmu. Itu Dongbaek yang kusuka, kupedulikan, dan kuhormati.” Kata Yong Sik pasrah
“Aku akan bereskan semua sesegera mungkin. Beri aku sedikit waktu...” ucap Jong Ryul. Dong Baek mengarahkan pandanganya pada Jong Ryul. Jong Ryul seperti bisa sedikit bahagia karena Dong baek memilihnya.
“Biarkan aku... pergi... Atau aku akan membunuhmu.”tegas Dong Baek. Jong Ryul kaget dan langsung melepaskan tangan Dong Baek.
“Siapa yang bisa hentikan diri mereka dari mencintai orang itu?” gumam Yong Sik tersenyum puas melihat Dong Baek menolak Jong Ryul. 


Jong Ryul keluar bar dengan wajah kesal, Hyang Mi langsung mendekatinya memberitahu kalau hanya butuh nomornya jadi memintanya Jangan tegang begitu jadi bisa mengirimkan  beberapa foto. Jong Ryul yang masih kesal mengaku  sedang tak ingin bicara dengan siapa pun sekarang.
“Kau tak bisa selalu dapat keinginanmu.”kata Jong Ryul akan berjalan pergi. Hyang Mi langsung memperlihatkan fotonya. Jong Ryul terdiam melihat foto dirinya dengan Dong Baek terlihat dekat. 

Keduanya pergi ke sebuah cafe, Jong Ryul melihat semua foto kedekatanya dengan Dong Baek saat dibar. Hyang Mi pikir wajah Jong Ryul  tampak sangat tegang hingga orang mungkin mengira selingkuh. Jong Ryul dengan santai mengaku hanya tampak sedang pesan.
“Tuan Kang, jadi, ini wajahmu saat memesan babi tumis Atau ini karena kau merasa kesal soal memberi abalone seharga 30 juta won?” sindir Hyang Mi.
“Apa maumu?” tanya Jong Ryul. Hyang Mi pikir sudah jelas.  Jong Ryul pun menyuruh agar mengirim saja ke Daspatch.
“Kirim semuanya. Kau mungkin ahli yang sudah melalui semua di bidangmu, tapi seperti kau tahu, aku tak takut menjadi kata paling dicari.” Ucap Jong Ryul sambil menolak minuman yang dibuat Hyang Mi
“Kau pria tangguh.” Komentar Hyang Mi. Jong Ryul pikir Hyang Mi   harus tahu yang dihadapi.
“Hal seperti ini mungkin berhasil untuk pria tua polos, tapi aku punya agensi, tim hukum, dan pengiklan yang membayarku miliaran won.” Tegas Jong Ryul
“Kau punya banyak hal.”komentar Hyang Mi. Jong Ryul membenarkan kalau  Hyang Mi bisa mengirimi mereka foto dan bisa menjadi gadis kuat.
 “Namun, karena kau punya banyak, kau juga bisa kehilangan banyak. Mari lihat apa hukum tercintamu atau mulutku yang lebih cepat. Mari tunggu dan lihat saja.” Ucap Hyang Mi.  
“Jangan usil. Kita semua tahu ngengat sepertimu mati mengejar api.” Balas Jong Ryul lalu berjalan pergi. 



Nyonya Hong menatap komputernya dengan foto Hyang Mi bersama suaminya di Motel.
“Aku menemukan ngengatnya setelah 27 jam Yang memiliki krim mata 100 ml. Wanita yang pergi ke Yangpyeong dan ke motel dengan suamiku. Aku ingin gigit lidahku dan mati saat kukira itu Dongbaek. Lalu kini, aku baru kehilangan semangat bertarungku.” Gumam Nyonya Hong.
“Namun, aku punya kebutuhan. Jika aku akhiri semua di sini, apa aku bisa membersihkan dindingnya?” ucap Nyonya Hong melihat suaminya yang sedang tertidur dan siap memukulnya dengan ember.
“Kami merenovasinya sebelum pindah.” Kata Nyonya Hong seperti baru saja membunuh suaminya dengan darah yang memuncrat ke dinding.
Tapi semua hanya khayalan, Tuan No masih tidur nyenyak dan Nyonya Hong langsung menyiramnya dengan air. Tuan No kaget langsung terbangung bertanya ada apa dengan badan basah kuyup. Nyonya Hong mengaku Tanganya tergelincir dan meminta maaf.
“Aku hampir membunuhmu.” Akui Nyonya Hong lalu melangkah pergi. 


Pagi hari, Dong Baek dan Pil Goo sedang sarapan tapi Nyonya Jung sibuk mencari sesuatu di seluruh lac. Dong Baek bertanya apa yang dicari ibunya.  Nyonya Jung bingung bertanya-tanya Di mana menaruhnya.
“Hei, kau tak mencuri barang-barang saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga lain, 'kan?” ucap Dong Baek.
“Apa orang simpan barang di kamar anak?  Sebaiknya kau pergi. Aku harus mampir  ketempat lain hari ini.” Kata Nyonya Jung lalu bergegas pergi.
“Kau mau ke mana di jam ini? Apa dia sedang waras?” ucap Dong Baek bingung melihat tingkah ibunya dan melihat Pil Goo berdiri dari tempat duduknya.
“Kau hampir tak makan separuhnya. Kau mau ke mana? Ayolah, makan lagi.” Kata Dong Baek menahan anaknya pergi.
“Aku bukan anak-anak. Kenapa tak boleh makan semauku?” keluh Pil Goo. Dong Baek tak bisa berkata-kata.

Yong Sik sudah menunggu didepan pintu seperti ingin memberikan kejutan dengan sebuket bunga lalu berteriak memanggil Dongbaek. Tapi ternyata yang keluar lebih dulu Pil Goo, Akhirnya Yong Sik menganti dengan mengatakan “Putra Dongbaek, Pil Goo. Kang Pil Goo”
“Pil-gu dengan bunga.. Selamat untuk pergi ke sekolah hari ini.” Ucap Yong Sik akhirnya memberikan buket bunga pada Pil Goo. Dong Baek hanya bisa diam saja. 

Yong Sik membawa tas Pil Goo dan berjalan disamping Dong Baek. Pil Goo bisa melihatnya dan meminta ibunya agar membawakan ranselnya dengan wajah sinis. Dong Baek mengikuti permintaan anaknya dengan membawakan ransel sekolah.
“Kenapa dia ikut dengan kita? Kenapa dia berdiri di sana?” ucap Pil Goo sinis
“Kau hanya membiarkan pria lain mengikuti rute pagimu...” kata Yong Sik. Pil Goo dengan sinis mengatakan kalau tak mau Yong Sik ikut.
“Astaga, Pil-gu. Kau anak yang berterus terang... Kau akan menjadi orang hebat.” Ucap Yong Sik mencoba santai.
“Pil-gu, akan baik bagiku berteman dengan polisi. Artinya lebih banyak orang yang membela kita. Dia juga pegawai resmi pemerintah.” Jelas Dong Baek. Yong Sik menyetujuinya.
“Aku menentang ini... Kenapa? Kenapa harus dia?” kata Pil Goo marah.
“Hei, pikirkan soal ini. Saat kau harus buat tim dengan bersuten, siapa yang kau pilih lebih dahulu?” tanya Dong Baek.
“Jun-gi.” Jawab Pil Goo. Dong Baek ingin tahu alasanya. Pil Goo menjawab Jun Gi tak pandai, tapi kuat.
“Jadi, kau paham perasaanku, 'kan?” ucap Dong Baek. Yong Sik melonggo karena dirinya tak pandai tapi kuat.
“Terserah. Aku tetap tak setuju. Saat aku sembilan tahun, maka aku hampir remaja. Remaja itu paling menakutkan. Lebih kuat dari polisi. Lalu aku bisa membelamu. Jadi, tinggalkan dia.” Ucap Pil Goo sinis. Dong Baek tak bisa berkata-kata lagi. 


Dong Baek akhirnya berjalan pulang denga Yong Sik, Yong Sik memuji Dong Baek membesarkannya menjadi bocah kecil pandai, dan Pil Goo itu sangat pandai. Dong Baek terlihat gelisah bergumam “Aku tahu dia putraku, tapi aku takut melihatnya di masa puber.”
Ia lalu menyebrang jalan, Yong Sik panik langsung menarik rambut Dong Baek dan memarahi karena hampir tertabrak. Dong Baek mengelus kepalanya karena terasa sakit. Yong Sik masih memarahinya karena seharusnya membuka matanya.
“Tapi Tetap saja, kenapa menjambak rambutku seperti itu?” keluh Dong Baek mengusap kepalanya yang sakit.
“Maafkan aku... Tapi sepertinya aku tak bisa memegang tanganmu.” Kata Yong Sik. Dong Baek bingung kenapa tak bisa. 

Keduanya berjalan di samping pantai yang luas, Yong Sik menegaskan kalau  takkan memegang tangan Dongbaek karena Insting dan alasannya  membuatnya mengalah soal itu. Ia mengaku bahkan tanya soal ini di internet dan menganalisisnya sendiri juga.
“Apabila Dekat dengan seseorang sebelum memiliki hubungan sama seperti magang, sebelum bekerja sebagai pegawai tetap. Omong-omong,
jika seseorang yang dekat denganmu terus mencoba memegang tanganmu
lebih dahulu, itu tampak murah dan kasar. Lalu, jika aku bisa tambahkan
alasan kecilku, jika kuperlakukan wanitaku dengan hormat, orang lain takkan perlakukan dia dengan kasar, 'kan?” ucap Yong Sik
“ Aku bukan wanitamu.” Kata Dong Baek. Yong Sik mengaku  Itu menjadi motonya mulai kini.
“Aku putuskan perlakukan kau dengan hormat sepenuhnya, agar semua orang di kota ini, lelaki, perempuan, muda, dan tua tahu. Karena itu, aku takkan menyentuh tanganmu. Tak seujung jari pun Aku mendapat kesimpulan itu..” Ucap Yong Sik
“Kenapa kita bersentuhan jari? Kau absurd.” kata Dong Baek dengan menahan tawanya.
“Maksudku, Dongbaek, jika kubayangkan bahwa tanganmu adalah kaki ayam atau kaki sapi, itu mencegahku merasa putus asa untuk memegang tanganmu.” Kata Yong Sik.
“Kenapa menganggap tanganku kaki ayam atau kaki sapi? Kau sungguh aneh.” Keluh Dong Baek.
“Dongbaek, bukan itu maksudku... Itu hanya perumpamaan.” Komentar Yong Sik. 


Jong Ryul sudah di dalam bus menatap ponselnya [ PEMAIN BISBOL TERKENAL K, TAMPAKNYA PUNYA SIMPANAN] lalu teringat dengan perkataan Hyang Mi “Mari lihat apa hukum tercintamu atau mulutku yang lebih cepat. Tunggu dan lihat saja.”
“Hei, siapa K yang disebutkan di tabloid?” tanya teman Jong Ryul. Teman yang lain tak tahu tapi berpikir itu  Kim Min-gi dari Raiders.
“Kim Min-gi? Sudah kuduga dia akan berbuat begini.” Kata temannya. Jong Ryul pun hanya bisa terdiam. 

Dong Baek sampai di depan bar tapi masih dikunci dan bertanya-tanya  ke mana Ibunya pergi lalu mengeluh tak percaya mengandalkannya. Tiba-tiba Nyonya Jung datang memukul pungung anaknya. Dong Baek kaget mengeluh pungungnya sakit.
“Astaga, itu sakit. Untuk apa itu?” keluh Dong Baek. Nyonya Jung berpikir anaknya itu seperti pencuri membobol lalu membuka pintu bar.
“Kenapa harus memukulku?” keluh Dong Baek masih merasa sakit. Nyonya Jung menyuruh anaknya agar tegakkan punggungnya.
“Kau tak salah... Kenapa kau tampak terintimidasi?” kata Nyonya Jung. Dong Baek memastikan kalau ibunya tak pergi memukuli orang.
“Jangan tampak gentar. Jangan... Karena itu, kau tampak gampangan.” Ucap Nyonya Jung masuk bar.
“Ke mana dia pergi selama ini?” keluh Dong Baek lalu mendengar bunyi telp dibarnya. 

Dong Baek mengangkatnya, lalu mengeluh karena orang itu  menghubungnya dibar. Sementara Yong Sik bersama Tuan Byun melihat TKP, kebakaran  gedung sekolah. Yong Sik menemukan makanan kucing, lalu berkomentar   Seseorang menaruh makanan lagi di sini.
“Belakangan ini banyak pencinta kucing.” Kata Tuan Byun santai. Yong Sik teringat Tuan Byun yang mengatakan tak ada yang tinggal di gang ini.
“Siapa yang memberi makan?” tanya Yong Sik penasaran dan ingin tahu hubungan dengan semua kasus. 

Dong Baek datang menemui Jong Ryul di restoran. Jong Ryul sengaja memisahkan ikan dengan duri lalu memberikan pada Dong Baek. Dong Baek mengeluh kalau  juga punya tangan dan merasa Jong Ryul itu belum pernah sebaik ini.
“Kudengar kau pindah. Apa Kau berencana pindah ke mana?” tanya Jong Ryul. Dong Baek pikir itu bukan urusan Jong Ryul.
“Tak mudah bagiku mengatakan ini kepadamu. Tapi biar kutanya sesuatu. Kenapa putraku tumbuh seperti ini? Kenapa dia harus cemaskan uang dan tidur di bar?” tanya Jong Ryul. Dong Baek hanya diam saja. 

Yong Sik masuk ke dalam ruanga bekas kebakaran dan memikrikan Kenapa api timbul di sekolah Pil Guu dari semua tempat dan bertanya pada Tuan Byun apakah mencium bau terpentin, karena Seung Yup mengatakan hal itu. Tuan Byun mengaku punya rinitis.
“Apa? Aku juga.” Akui Yong Sik. Keduanya langsung mengeluh menurutnya mereka sangat menyedihkan lalu keluar dari ruangan.
“Namun, selain terpentin, aku juga temukan ini di sini... Astaga, aku merasa pernah melihatnya.” Ucap Yong Sik memperlihatkan korek api merasa pernah melihatnya.
“Omong-omong, Apa menurutmu ini sengaja dibakar?” ucap Yong Sik. Tuan Byun memikirkan kalau Dibakar
“Kalau begitu, pasti satu dari tiga alasan. Usaha menaikkan untung finansial. Usaha menutupi kejahatan.  Lalu... Kebencian. Usaha balas dendam.” Ucap Tuan Byun lalu kaget melihat Yong Sik yang menaruh senter diatas wajahnya dengan tatapan dingin.
“Astaga, kau mengejutkanku... Kau Tak perlu menatap seperti itu.” Ucap Tuan Byun.
“Ketiganya tak mungkin di sini.... Tidak, ada satu lagi. Mungkin perilaku antisosial. Tiga karakter paling umum psikopat adalah pembakaran, penyiksaan hewan, dan mengompol.” Ucap Yong Sik yakin
“Hei, Yong-sik... Tidak semua adegan kejahatan mirip seperti di CSI. Tidak semua masuk akal. Orang baik tak selalu menang. Monster di dunia nyata lebih sulit ditebak. Kadang hal mengerikan terjadi tanpa alasan khusus. Pasti berat untuk kau terima. Usahamu sudah cukup. Berhenti mencari tahu.” Kata Tuan Byun. Yong Sik terlihat mencurigai sesuatu. 




Dong Baek meliha brosur sekolah di BOSTON, Jong Ryul memberitahu  Banyak orang bermimpi ke sana dan mendapat sekolah untuk Pil-gu main bisbol jadi akan bayar semuanya. Dong Bae mengertik kalau Inilah alasan Jong Ryul tak seharusnya minum racun sekalipun kehausan. Jong Ryul kaget medengarnya.
“Kau memberiku 30 juta won, Apa kau pikir bisa mengendalikan hidup kami?” sindir Dong Baek.
“Dongbaek... Kau tahu, tak ada rahasia abadi. Khususnya bagi pria sepertiku. Aku pernah sekali berjudi di Makau. Kini semua memanggilku Kang Makau. Aku bertemu bintang idola dua kali dan Kini aku penggoda idola.” Akui Jong Ryul.
“Saat orang tahu Pil-gu anakku, dia akan dikenal sebagai anak haramku seumur hidupnya Berhenti pedulikan harga dirimu, mulailah pedulikan anakmu. Dengan begitu, aku bisa membuat rencana...” kata Jong Ryul egois.
“Jangan buat rencana... Pil-gu bukan anak harammu. Dia hanya anakmu.” Tegas Dong  Baek
“Jika kau yakin, kenapa kau besarkan dia seperti ini? Kenapa kau pergi di hari itu?” kata Jong Ryul sinis.
“Jika aku tak pergi, Apa kau pikir kita akan menikah?” tanya Dong Baek.
“Jika kau tak pergi hari itu, aku takkan dapat julukan itu. Putraku takkan perlu hidup menyedihkan. Dan hal-hal gila ini takkan terjadi!” tegas Jong Ryul
“Astaga, kau hanya ingat kita putus karena hari itu sebelum pertandinganmu melawan Jepang.” Keluh Dong Baek.
“ Bayangkan aku terdiam setelah kau pergi. Tak heran aku melamun dan tak bisa lari dari base dua ke base tiga.” Ucap Jong Ryul marah
“Apa Kau pikir aku pergi sukarela? Kau selalu secara implisit memintaku putus.” Kata Dong Baek. 



Flash Back
Dong Baek menonton di dalam kamar berteriak bahagia karena  Jong- Ryul mencetak home run. Ia pikir Saat itu, Jong Ryul hanya pedulikan dirinya dan Masalahnya, ia juga hanya peduli pada Jong Ryul. Wajah Dong Baek bahagia melihat Jong Ryul walaupun hanya di TV.
“Saat kau mencetak home run, aku di studiomu, Ini menyenangkan... Saat kau rekaman iklan mesin cuci itu dan muncul di  Happy Together, aku masih di studiomu.”
Dong Baek menonton TV dilayar besar dan mereka sudah pindah ke rumah yang lebih besar. Ia makan sendiri dengan melihat Jung Ryul digoda oleh wanita dalam acara TV>
“Kau selalu maju, tapi aku selalu di tempat yang sama. Saat namamu yang paling dicari di internet, aku masih tetap di rumahmu.”
Di Berita online, nama Jung Ryul di gossipkan sedang memiliki seorang wanita. Jung Ryul berbicara dengan Dong Baek agar percaya padanya, kalau wanita terus berkata menyukainya tapi ia tak berbalas dan menurutnya wanita itu sungguh gila.
“Kenapa kau ke Sungai Han dengannya?” tanya Dong Baek. Jung Ryul mengaku mereka tak berkencan, tapi hanya mampir. Hanya bertemu sebentar

“Beberapa melihat mereka, Aku ingin percaya padamu saat menyangkal rumor.” Tapi sekalipun rumornya benar, aku tak keberatan karena semuda itulah kau.”
“Orang kampung pemain bisbol harus dapat semua keinginannya pada usia 24 tahun. Jadi, wajar jika kau penuh gairah. Aku hanya mengabaikannya. Tapi hari itu, berat bagiku mengabaikannya.”
Dong Baek mencoba mengabaikan dengan makan coklat agar menenangkan diri, tapi hatinya seperti merasa sakit. Jong Ryul melihat ada dua kotak testpack lalu bertanya Kenapa Dong Baek punya ini. Dong Baek menegaskan kalau tidak hamil. Jong Ryul menyuruh Dong Baek agar tak hamil. 


Akhirnya Dong Baek mencoba mengetes sendiri di kamar mandi dan meliha ada dua garis. Ia hanya terdiam lalu menyembunyikan disaku bajunya dan mengambil testpack lain lalu menyiramnya dengan air. Jung Ryul terlihat gelisah menunggu didepan pintu.
“Coba Lihat? Aku tidak hamil.”ucap Dong Baek akhirnya mengeluarkan dari kantung sisi kiri. Jong Ryul seperti bisa bernafas lega melihatnya
“Apa Kau panik? Kau tampak sangat lega.” Sindir Dong Baek. Jong Ryul mengelak bukan begitu.
“Aku hanya sangat sibuk dengan bisbol. Dan kita sebaiknya punya anak saat siap... Kita takkan pernah siap.”kata Jong Ryul mencari alasan. Dong Baek terlihat kaget mendengarnya.
“Ahn Jung-hwan menikah saat usianya 26 tahun. Choo Shin-soo punya anak saat 22 tahun. Namun, mereka lebih sukses darimu.” Komentar Dong Baek.
“Keadaan kita tidak pas untuk punya anak saat ini.” Kata Jong Ryul mencari alasan.
“Kurasa begitu... Mungkin situasi bukan masalahnya. Mungkin hanya aku... Mungkin aku bukan orang yang tepat untukmu.” Ucap Dong Baek. 


Akhirnya Dong Baek menaruh gambar foto anaknya diatas meja, tapi mengurungkan niatnya memilih pergi meninggalkan rumah.
“Aku tidak pergi agar bisa punya Pil-gu... Aku hanya pergi. Kang Jong-ryeol berusia 27 tahun pasti mengatakan hal buruk. Dan rasanya seakan bayinya akan mendengar semuanya. Itu terasa sangat salah. Aku pergi ke rumah sakit, dan bayinya sangat kecil. Seperti permen kenyal... Kecil sekali.... Dia hanya sangat kecil.”
Dong Baek pergi sendiri ke rumah sakit melihat foto anaknya, dan menatap sedih karena disampinganya ada sepasang pria dan wanita seperti bahagia akan memiliki bayi sementara Ia hanya sendirian dan ingin mengugurkan anaknya. Perawat  bertanya apakah Dong Baek tak diinfus vitamin setelah operasi
“Kau langsung pergi setelah sadar, 'kan?” ucap Perawat. Dong Baek menatap buku harian wanita dengan pasangan tentang bayi mereka “AKU BERSYUKUR MEMILIKIMU” dan hanya bisa terdiam.
“Nyonya... Baiklah, kau takkan diinfus vitamin.” Kata Si pegawai. Dong Baek terlihat marah karena si pegawai berkata begitu. Si pegawai terlihat bingung.
“Dia sangat kecil.” Gumam Dong Baek melihat Pil Goo, lalu berkomentar kalau pegawai itu bicara seakan ini restoran siap saji.
“Seakan kau memberi tahu untuk pesan burger dan pergi karena aku tak mampu memesan paket. Ini hanya terlalu mudah.” Kata Dong Baek. Si pegawai pun akhirnya meminta maaf.
 “Kau sungguh kasar... Aku benci rumah sakit ini Aku takkan kembali.” Kata Dong Baek lalu bergegas keluar
“Dia sangat kecil. Jadi, aku merasa tak punya pilihan selain melindunginya. Lagi pula, hanya aku yang bisa melindungi bayi kecil ini.”
Disebuah restoran, Dong Baek melihat buku menu. Pegawai bertanya Dong Baek akan memesan apa. Dong Baek sambil menangis mengatakan pesan dua porsi makanan paling mahal di sini, Dua porsi. Si pegawai sempat bingung.
“Jadi, kuputuskan melindunginya dua kali lipat.”


Dong Baek menceritakan semuanya, Jong Ryul hanya bisa melonggo tak percaya dengan mata berkaca-kaca. Dong Baek menegaskan anak yang dimiliki Yong Sik itu hanya putrinya dan Ia melahirkan anaknya sendiri jadi Tak ada urusannya dengan Jong Ryul.
“Aku sudah melihatnya... Bagaimana mungkin aku tak peduli? Aku tak bisa berhenti cemaskan Pil-gu, dan ini membuatku gila. Jadi, apa yang harus kulakukan?” ucap Jong Ryul frustasi.
“Jangan cemaskan dia... Jangan berusaha masuk ke dalam hidupnya. Aku akan kembalikan 30 juta won itu. Jadi, jangan bersikap kau bagian hidup kami.” Tegas Dong Baek.
“Kau wanita yang kuat... Apa yang membuatmu berubah begini? Apa polisi itu?” tanya Jong Ryul sinis.
“Saat hidup menjadi sangat sulit, aku menemukan diriku menjadi sangat tak berperasaan.” Kata Dong Baek.
“Tapi Apa kau masih bermimpi mencintai bahkan setelah yang kau alami? Apa Kau pikir kau dan polisi itu akan hidup bahagia selamanya?”sindi Jong Ryul
“Kenapa? Apa Aku tak boleh begitu?” tanya Dong Baek sinis. Jong Ryu meminta agar, jangan buat Pil-gu bingung.
“Kenapa kau berasumsi aku takkan bisa hidup normal dan bahagia? Apa Karena kau pikir aku semalang itu? Aa Kau pikir aku takkan bisa hidup bahagia? Apa Kau pikir itu takdirku?” kata Dong Baek sinis.
“Bisakah turuti saja kataku? Situasinya tidak...” ucap Jong Ryul yang langsung disela oleh Dong Bae.
“Kau mungkin hanya menganggapku orang yang sangat malang. Tapi Yong-sik memberitahuku bahwa aku seseorang yang pantas bahagia sepenuhnya.” Tegas Dong Baek lalu berjalan pergi.
“Dongbaek mulai bersinar sama sepertiku saat Dongbaek ada di sisiku.” Gumam Yong Sik. 


Jong Ryul mengejar Dong Baek dan bertanya tentang Pil Goo  apakah  tak peduli padanya jadi meminta agar melakukan yang terbaik... Dong Baek bertanya apakah Yong Sik yang ingin kabur dengannya seperti sebelumnya. Jong Ryul menegaskan Masalahnya sangat serius sekarang.
“Aku bisa gila memikirkan kau dan Pil-gu terluka. Apa Kau tak bisa membantuku dan pergi saja? Kau tak pernah seperti ini.” Kata Jong Ryul
“Aku selalu merendahkan diriku demi orang lain. Aku selalu memilih kabur daripada berjuang.” Gumam Dong Baek.
Ia teringat yang dikatakan Nyonya Kwak “Kenapa kau kabur? Seharusnya kau hadapi saja.” Lalu ucapan Ibunya “Jangan tampak gentar. Jangan. Karena itu, kau tampak gampangan.” Dan ucapan Yong Sik “Kau bukan tipe orang yang membiarkan hidupmu terbawa orang lain.
“Namun kini, aku lebih memilih menjadi orang yang sulit daripada tidak penting.” Gumam Dong Baek.
“Jong-Ryul... Aku mulai merasa sangat bersyukur padamu karena muncul di waktu yang pas. Tampaknya kau selalu membantuku sadar.” Kata Dong Bae. Jung Ryul terlihat bingung.
“Berkat kau, aku belajar menghindari yang terburuk. Lalu kau membantuku menyadari betapa hebat Yong-sik. Tapi tiba-tiba, Apa kau ingin aku kabur lagi? Kini setelah berada di situasi yang sama lagi, akhirnya aku paham. Tak ada jalan keluar untuk orang yang kabur. Aku takkan kabur lagi. Kalian harus berhenti usil.”  Ucap Dong Baek lalu berjalan pergi. 


Dong Baek berjalan melihat pria mabuk di terowongan, dan mencoba tetap tenang. Si pria mabuk mendekati Dong Baek agar minum sekali lagi. Dong Baek berani melawan si pria agar sadar dengan wajah penuh amarah.
“Aku masih bicara sopan saat bertengkar.” Gumam Dong Baek seperti tak percaya.
“Apa Kau pikir aku gampangan? Kau sungguh harus perhatikan orang yang kau lawan.” Tegas Dong Baek mengertak dan si pria langsung membungkuk meminta maaf.
“Aku masih berusaha hadapi semua.” Gumam Dong Baek tak percaya kalau tindakanya benar-benar berhasil. 

Didekat bar, Yong Sik melihat adan mangkuk makana dan merasa  penasaran apa Dongbaek yang memberikan makanan kucing. Ia lalu bertanya-tanya apakah makanan kucing biasanya berbentuk segitiga. Dong Baek tiba-tiba berlari memanggil Yong Sik dengan wajah bahagia. Yong Sik langsung menyimpan makanan didalam saku celananya.
“Kenapa kau berkeliaran sendiri selarut ini? Banyak pria mabuk di luar Kau membuatku khawatir lagi.” Keluh Yong Sik marah
“Yong-sik, kenapa ini selalu terjadi padaku? Kenapa semua selalu kejam padaku? Aku terus memikirkannya. Akhirnya aku tahu jawabannya.” Kata Dong Baek. Yong Sik ingin tahu Apa itu/
“Karena aku gampangan.” Kata Dong Baek. Yong Sik terlihat bingung mendengarnya.
“Saat menonton Animal Kingdom, merekalah yang mati. Selalu yang terluka, bayi, dan yang ketakutan.” Ucap Dong Baek. Yong Sik membenarkan.
“Singa diam-diam mendekati kawanan berharap menangkap satu rusa. Kawanan mendengarnya dan mereka terdiam sesaat. Pada saat itu, rusa yang paling takut mulai berlari. Singa dengan instingnya mulai mengejar yang itu dan mencabik-cabiknya.” Kata Dong Baek penuh semangat.  
“Dongbaek terus... Dongbaek terus menjadi lebih kuat” gumam Yong Sik bahagia.
“Aku dahulu gampangan. Karena itu, aku diperingatkan agar jangan usil. Orang terus mengganggu anakku karena dahulu aku gampangan. Aku takkan kabur. Kenapa harus begitu?” ucap Dong Baek merobek pengumuman didepan pintu.
“ Aku akan menyambut semua orang.” Kata Dong Baek bahagia menaruh kembali keset SELAMAT DATANG dan meminta agar memberikan yang lain agar datang ke barnya.
“Lalu wanita ini membuatku merasa sangat...” gumam Yong Sik tersenyum lalu berteriak bahagia karena Don Baek itu sangat mengagumkan.
Keduanya berpeganga tangan sambil melompat bahagia, Dong Baek tiba-tiba memberikan ciuman di pipi Yong Sik. Yong Sik terdiam dan Dong Baek juga seperti tersadar dari sikap spontanya.
“Semua ini salahmu.” Kata Dong Baek gugup. Yong Sik bingung  Apa salahnya.
“Maksudku, kau terus merayuku. Kau terus memberi tahu bahwa aku cantik. Karena kau terus memujiku... Astaga, aku harus bagaimana? Terserah. Kau boleh menuntutku.” Kata Dong Baek kebingungan.
“Kau yang lebih dahulu.” Ucap Yong Sik menatapnya dan langsung menciumnya. Dong Baek pun tak menolaknya.


Seseorang masuk ke dalam bar, dengan sepatu kets dan jubah hitam saat itu terlihat membawa korek api dan memainkanya. Saat itu Dong Baek menyambut tamunya dengan senyuman sumringah. Seperti si pelaku sudah sering datang masuk ke bar.

 Bersambung ke episode 19


 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar