PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yong Sik
memanggil Dong Baek agar datang padanya. Dong Baek hanya diam saja. Jong Ryul
marah bertanya siapa Yong Sik yang berani mengatakan itu. Yong Sik kembali
meminta agar Dong Baek datang padanya. Dong Baek akhirnya akan pergi tapi Jong
Ryul menahannya.
“Kau mau
ke mana? Akan kutinggalkan semua dan mendatangimu. Kau harus Pikirkan Pil-gu...
Kau tak tahu apa yang penting?” ucap Jong Ryul Dong Baek terlihat bingung.
“Dongbaek...
Lakukan sesukamu... Kau bukan tipe orang yang membiarkan hidupmu terbawa orang
lain. Kau selalu mengikuti jalanmu sendiri. Jadi, kau harus lakukan
keinginanmu. Itu Dongbaek yang kusuka, kupedulikan, dan kuhormati.” Kata Yong
Sik pasrah
“Aku akan
bereskan semua sesegera mungkin. Beri aku sedikit waktu...” ucap Jong Ryul.
Dong Baek mengarahkan pandanganya pada Jong Ryul. Jong Ryul seperti bisa
sedikit bahagia karena Dong baek memilihnya.
“Biarkan
aku... pergi... Atau aku akan membunuhmu.”tegas Dong Baek. Jong Ryul kaget dan
langsung melepaskan tangan Dong Baek.
“Siapa
yang bisa hentikan diri mereka dari mencintai orang itu?” gumam Yong Sik
tersenyum puas melihat Dong Baek menolak Jong Ryul.
Jong Ryul
keluar bar dengan wajah kesal, Hyang Mi langsung mendekatinya memberitahu kalau
hanya butuh nomornya jadi memintanya Jangan tegang begitu jadi bisa mengirimkan
beberapa foto. Jong Ryul yang masih
kesal mengaku sedang tak ingin bicara dengan
siapa pun sekarang.
“Kau tak
bisa selalu dapat keinginanmu.”kata Jong Ryul akan berjalan pergi. Hyang Mi
langsung memperlihatkan fotonya. Jong Ryul terdiam melihat foto dirinya dengan
Dong Baek terlihat dekat.
Keduanya
pergi ke sebuah cafe, Jong Ryul melihat semua foto kedekatanya dengan Dong Baek
saat dibar. Hyang Mi pikir wajah Jong Ryul
tampak sangat tegang hingga orang mungkin mengira selingkuh. Jong Ryul
dengan santai mengaku hanya tampak sedang pesan.
“Tuan
Kang, jadi, ini wajahmu saat memesan babi tumis Atau ini karena kau merasa
kesal soal memberi abalone seharga 30 juta won?” sindir Hyang Mi.
“Apa
maumu?” tanya Jong Ryul. Hyang Mi pikir sudah jelas. Jong Ryul pun menyuruh agar mengirim saja ke
Daspatch.
“Kirim
semuanya. Kau mungkin ahli yang sudah melalui semua di bidangmu, tapi seperti
kau tahu, aku tak takut menjadi kata paling dicari.” Ucap Jong Ryul sambil
menolak minuman yang dibuat Hyang Mi
“Kau pria
tangguh.” Komentar Hyang Mi. Jong Ryul pikir Hyang Mi harus tahu yang dihadapi.
“Hal
seperti ini mungkin berhasil untuk pria tua polos, tapi aku punya agensi, tim
hukum, dan pengiklan yang membayarku miliaran won.” Tegas Jong Ryul
“Kau
punya banyak hal.”komentar Hyang Mi. Jong Ryul membenarkan kalau Hyang Mi bisa mengirimi mereka foto dan bisa
menjadi gadis kuat.
“Namun, karena kau punya banyak, kau juga bisa
kehilangan banyak. Mari lihat apa hukum tercintamu atau mulutku yang lebih
cepat. Mari tunggu dan lihat saja.” Ucap Hyang Mi.
“Jangan
usil. Kita semua tahu ngengat sepertimu mati mengejar api.” Balas Jong Ryul
lalu berjalan pergi.
Nyonya
Hong menatap komputernya dengan foto Hyang Mi bersama suaminya di Motel.
“Aku
menemukan ngengatnya setelah 27 jam Yang memiliki krim mata 100 ml. Wanita yang
pergi ke Yangpyeong dan ke motel dengan suamiku. Aku ingin gigit lidahku dan
mati saat kukira itu Dongbaek. Lalu kini, aku baru kehilangan semangat
bertarungku.” Gumam Nyonya Hong.
“Namun, aku
punya kebutuhan. Jika aku akhiri semua di sini, apa aku bisa membersihkan
dindingnya?” ucap Nyonya Hong melihat suaminya yang sedang tertidur dan siap
memukulnya dengan ember.
“Kami merenovasinya
sebelum pindah.” Kata Nyonya Hong seperti baru saja membunuh suaminya dengan
darah yang memuncrat ke dinding.
Tapi
semua hanya khayalan, Tuan No masih tidur nyenyak dan Nyonya Hong langsung
menyiramnya dengan air. Tuan No kaget langsung terbangung bertanya ada apa
dengan badan basah kuyup. Nyonya Hong mengaku Tanganya tergelincir dan meminta
maaf.
“Aku
hampir membunuhmu.” Akui Nyonya Hong lalu melangkah pergi.
Pagi
hari, Dong Baek dan Pil Goo sedang sarapan tapi Nyonya Jung sibuk mencari
sesuatu di seluruh lac. Dong Baek bertanya apa yang dicari ibunya. Nyonya Jung bingung bertanya-tanya Di mana
menaruhnya.
“Hei, kau
tak mencuri barang-barang saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di
keluarga lain, 'kan?” ucap Dong Baek.
“Apa
orang simpan barang di kamar anak?
Sebaiknya kau pergi. Aku harus mampir ketempat lain hari ini.” Kata Nyonya Jung lalu
bergegas pergi.
“Kau mau
ke mana di jam ini? Apa dia sedang waras?” ucap Dong Baek bingung melihat
tingkah ibunya dan melihat Pil Goo berdiri dari tempat duduknya.
“Kau
hampir tak makan separuhnya. Kau mau ke mana? Ayolah, makan lagi.” Kata Dong
Baek menahan anaknya pergi.
“Aku
bukan anak-anak. Kenapa tak boleh makan semauku?” keluh Pil Goo. Dong Baek tak
bisa berkata-kata.
Yong Sik
sudah menunggu didepan pintu seperti ingin memberikan kejutan dengan sebuket
bunga lalu berteriak memanggil Dongbaek. Tapi ternyata yang keluar lebih dulu
Pil Goo, Akhirnya Yong Sik menganti dengan mengatakan “Putra Dongbaek, Pil Goo.
Kang Pil Goo”
“Pil-gu
dengan bunga.. Selamat untuk pergi ke sekolah hari ini.” Ucap Yong Sik akhirnya
memberikan buket bunga pada Pil Goo. Dong Baek hanya bisa diam saja.
Yong Sik
membawa tas Pil Goo dan berjalan disamping Dong Baek. Pil Goo bisa melihatnya
dan meminta ibunya agar membawakan ranselnya dengan wajah sinis. Dong Baek
mengikuti permintaan anaknya dengan membawakan ransel sekolah.
“Kenapa
dia ikut dengan kita? Kenapa dia berdiri di sana?” ucap Pil Goo sinis
“Kau
hanya membiarkan pria lain mengikuti rute pagimu...” kata Yong Sik. Pil Goo
dengan sinis mengatakan kalau tak mau Yong Sik ikut.
“Astaga,
Pil-gu. Kau anak yang berterus terang... Kau akan menjadi orang hebat.” Ucap
Yong Sik mencoba santai.
“Pil-gu,
akan baik bagiku berteman dengan polisi. Artinya lebih banyak orang yang
membela kita. Dia juga pegawai resmi pemerintah.” Jelas Dong Baek. Yong Sik
menyetujuinya.
“Aku
menentang ini... Kenapa? Kenapa harus dia?” kata Pil Goo marah.
“Hei,
pikirkan soal ini. Saat kau harus buat tim dengan bersuten, siapa yang kau
pilih lebih dahulu?” tanya Dong Baek.
“Jun-gi.”
Jawab Pil Goo. Dong Baek ingin tahu alasanya. Pil Goo menjawab Jun Gi tak
pandai, tapi kuat.
“Jadi,
kau paham perasaanku, 'kan?” ucap Dong Baek. Yong Sik melonggo karena dirinya
tak pandai tapi kuat.
“Terserah.
Aku tetap tak setuju. Saat aku sembilan tahun, maka aku hampir remaja. Remaja
itu paling menakutkan. Lebih kuat dari polisi. Lalu aku bisa membelamu. Jadi,
tinggalkan dia.” Ucap Pil Goo sinis. Dong Baek tak bisa berkata-kata lagi.
Dong Baek
akhirnya berjalan pulang denga Yong Sik, Yong Sik memuji Dong Baek
membesarkannya menjadi bocah kecil pandai, dan Pil Goo itu sangat pandai. Dong
Baek terlihat gelisah bergumam “Aku tahu dia putraku, tapi aku takut melihatnya
di masa puber.”
Ia lalu
menyebrang jalan, Yong Sik panik langsung menarik rambut Dong Baek dan memarahi
karena hampir tertabrak. Dong Baek mengelus kepalanya karena terasa sakit. Yong
Sik masih memarahinya karena seharusnya membuka matanya.
“Tapi Tetap
saja, kenapa menjambak rambutku seperti itu?” keluh Dong Baek mengusap
kepalanya yang sakit.
“Maafkan
aku... Tapi sepertinya aku tak bisa memegang tanganmu.” Kata Yong Sik. Dong
Baek bingung kenapa tak bisa.
Keduanya
berjalan di samping pantai yang luas, Yong Sik menegaskan kalau takkan memegang tangan Dongbaek karena
Insting dan alasannya membuatnya
mengalah soal itu. Ia mengaku bahkan tanya soal ini di internet dan
menganalisisnya sendiri juga.
“Apabila
Dekat dengan seseorang sebelum memiliki hubungan sama seperti magang, sebelum
bekerja sebagai pegawai tetap. Omong-omong,
jika
seseorang yang dekat denganmu terus mencoba memegang tanganmu
lebih
dahulu, itu tampak murah dan kasar. Lalu, jika aku bisa tambahkan
alasan kecilku,
jika kuperlakukan wanitaku dengan hormat, orang lain takkan perlakukan dia
dengan kasar, 'kan?” ucap Yong Sik
“ Aku
bukan wanitamu.” Kata Dong Baek. Yong Sik mengaku Itu menjadi motonya mulai kini.
“Aku
putuskan perlakukan kau dengan hormat sepenuhnya, agar semua orang di kota ini,
lelaki, perempuan, muda, dan tua tahu. Karena itu, aku takkan menyentuh
tanganmu. Tak seujung jari pun Aku mendapat kesimpulan itu..” Ucap Yong Sik
“Kenapa
kita bersentuhan jari? Kau absurd.” kata Dong Baek dengan menahan tawanya.
“Maksudku,
Dongbaek, jika kubayangkan bahwa tanganmu adalah kaki ayam atau kaki sapi, itu
mencegahku merasa putus asa untuk memegang tanganmu.” Kata Yong Sik.
“Kenapa
menganggap tanganku kaki ayam atau kaki sapi? Kau sungguh aneh.” Keluh Dong
Baek.
“Dongbaek,
bukan itu maksudku... Itu hanya perumpamaan.” Komentar Yong Sik.
Jong Ryul
sudah di dalam bus menatap ponselnya [ PEMAIN BISBOL TERKENAL K, TAMPAKNYA
PUNYA SIMPANAN] lalu teringat dengan perkataan Hyang Mi “Mari lihat apa hukum tercintamu atau mulutku
yang lebih cepat. Tunggu dan lihat saja.”
“Hei,
siapa K yang disebutkan di tabloid?” tanya teman Jong Ryul. Teman yang lain tak
tahu tapi berpikir itu Kim Min-gi dari
Raiders.
“Kim
Min-gi? Sudah kuduga dia akan berbuat begini.” Kata temannya. Jong Ryul pun
hanya bisa terdiam.
Dong Baek
sampai di depan bar tapi masih dikunci dan bertanya-tanya ke mana Ibunya pergi lalu mengeluh tak
percaya mengandalkannya. Tiba-tiba Nyonya Jung datang memukul pungung anaknya.
Dong Baek kaget mengeluh pungungnya sakit.
“Astaga,
itu sakit. Untuk apa itu?” keluh Dong Baek. Nyonya Jung berpikir anaknya itu
seperti pencuri membobol lalu membuka pintu bar.
“Kenapa
harus memukulku?” keluh Dong Baek masih merasa sakit. Nyonya Jung menyuruh
anaknya agar tegakkan punggungnya.
“Kau tak
salah... Kenapa kau tampak terintimidasi?” kata Nyonya Jung. Dong Baek
memastikan kalau ibunya tak pergi memukuli orang.
“Jangan
tampak gentar. Jangan... Karena itu, kau tampak gampangan.” Ucap Nyonya Jung
masuk bar.
“Ke mana
dia pergi selama ini?” keluh Dong Baek lalu mendengar bunyi telp dibarnya.
Dong Baek
mengangkatnya, lalu mengeluh karena orang itu
menghubungnya dibar. Sementara Yong Sik bersama Tuan Byun melihat TKP, kebakaran gedung sekolah. Yong Sik menemukan makanan
kucing, lalu berkomentar Seseorang menaruh makanan lagi di sini.
“Belakangan
ini banyak pencinta kucing.” Kata Tuan Byun santai. Yong Sik teringat Tuan Byun
yang mengatakan tak ada yang tinggal di gang ini.
“Siapa
yang memberi makan?” tanya Yong Sik penasaran dan ingin tahu hubungan dengan
semua kasus.
Dong Baek
datang menemui Jong Ryul di restoran. Jong Ryul sengaja memisahkan ikan dengan
duri lalu memberikan pada Dong Baek. Dong Baek mengeluh kalau juga punya tangan dan merasa Jong Ryul itu belum
pernah sebaik ini.
“Kudengar
kau pindah. Apa Kau berencana pindah ke mana?” tanya Jong Ryul. Dong Baek pikir
itu bukan urusan Jong Ryul.
“Tak
mudah bagiku mengatakan ini kepadamu. Tapi biar kutanya sesuatu. Kenapa putraku
tumbuh seperti ini? Kenapa dia harus cemaskan uang dan tidur di bar?” tanya
Jong Ryul. Dong Baek hanya diam saja.
Yong Sik
masuk ke dalam ruanga bekas kebakaran dan memikrikan Kenapa api timbul di sekolah
Pil Guu dari semua tempat dan bertanya pada Tuan Byun apakah mencium bau
terpentin, karena Seung Yup mengatakan hal itu. Tuan Byun mengaku punya
rinitis.
“Apa? Aku
juga.” Akui Yong Sik. Keduanya langsung mengeluh menurutnya mereka sangat
menyedihkan lalu keluar dari ruangan.
“Namun,
selain terpentin, aku juga temukan ini di sini... Astaga, aku merasa pernah
melihatnya.” Ucap Yong Sik memperlihatkan korek api merasa pernah melihatnya.
“Omong-omong,
Apa menurutmu ini sengaja dibakar?” ucap Yong Sik. Tuan Byun memikirkan kalau
Dibakar
“Kalau
begitu, pasti satu dari tiga alasan. Usaha menaikkan untung finansial. Usaha
menutupi kejahatan. Lalu... Kebencian. Usaha
balas dendam.” Ucap Tuan Byun lalu kaget melihat Yong Sik yang menaruh senter
diatas wajahnya dengan tatapan dingin.
“Astaga,
kau mengejutkanku... Kau Tak perlu menatap seperti itu.” Ucap Tuan Byun.
“Ketiganya
tak mungkin di sini.... Tidak, ada satu lagi. Mungkin perilaku antisosial. Tiga
karakter paling umum psikopat adalah pembakaran, penyiksaan hewan, dan
mengompol.” Ucap Yong Sik yakin
“Hei,
Yong-sik... Tidak semua adegan kejahatan mirip seperti di CSI. Tidak semua
masuk akal. Orang baik tak selalu menang. Monster di dunia nyata lebih sulit
ditebak. Kadang hal mengerikan terjadi tanpa alasan khusus. Pasti berat untuk
kau terima. Usahamu sudah cukup. Berhenti mencari tahu.” Kata Tuan Byun. Yong Sik
terlihat mencurigai sesuatu.
Dong Baek
meliha brosur sekolah di BOSTON, Jong Ryul memberitahu Banyak orang bermimpi ke sana dan mendapat
sekolah untuk Pil-gu main bisbol jadi akan bayar semuanya. Dong Bae mengertik
kalau Inilah alasan Jong Ryul tak seharusnya minum racun sekalipun kehausan.
Jong Ryul kaget medengarnya.
“Kau memberiku
30 juta won, Apa kau pikir bisa mengendalikan hidup kami?” sindir Dong Baek.
“Dongbaek...
Kau tahu, tak ada rahasia abadi. Khususnya bagi pria sepertiku. Aku pernah
sekali berjudi di Makau. Kini semua memanggilku Kang Makau. Aku bertemu bintang
idola dua kali dan Kini aku penggoda idola.” Akui Jong Ryul.
“Saat
orang tahu Pil-gu anakku, dia akan dikenal sebagai anak haramku seumur hidupnya
Berhenti pedulikan harga dirimu, mulailah pedulikan anakmu. Dengan begitu, aku
bisa membuat rencana...” kata Jong Ryul egois.
“Jangan
buat rencana... Pil-gu bukan anak harammu. Dia hanya anakmu.” Tegas Dong Baek
“Jika kau
yakin, kenapa kau besarkan dia seperti ini? Kenapa kau pergi di hari itu?” kata
Jong Ryul sinis.
“Jika aku
tak pergi, Apa kau pikir kita akan menikah?” tanya Dong Baek.
“Jika kau
tak pergi hari itu, aku takkan dapat julukan itu. Putraku takkan perlu hidup
menyedihkan. Dan hal-hal gila ini takkan terjadi!” tegas Jong Ryul
“Astaga,
kau hanya ingat kita putus karena hari itu sebelum pertandinganmu melawan
Jepang.” Keluh Dong Baek.
“ Bayangkan
aku terdiam setelah kau pergi. Tak heran aku melamun dan tak bisa lari dari base
dua ke base tiga.” Ucap Jong Ryul marah
“Apa Kau
pikir aku pergi sukarela? Kau selalu secara implisit memintaku putus.” Kata
Dong Baek.
Flash Back
Dong Baek
menonton di dalam kamar berteriak bahagia karena Jong- Ryul mencetak home run. Ia pikir Saat
itu, Jong Ryul hanya pedulikan dirinya dan Masalahnya, ia juga hanya peduli
pada Jong Ryul. Wajah Dong Baek bahagia melihat Jong Ryul walaupun hanya di TV.
“Saat kau mencetak home run, aku di
studiomu, Ini menyenangkan... Saat kau rekaman iklan mesin cuci itu dan muncul
di Happy Together, aku masih di
studiomu.”
Dong Baek
menonton TV dilayar besar dan mereka sudah pindah ke rumah yang lebih besar. Ia
makan sendiri dengan melihat Jung Ryul digoda oleh wanita dalam acara TV>
“Kau selalu maju, tapi aku selalu
di tempat yang sama. Saat namamu yang paling dicari di internet, aku masih
tetap di rumahmu.”
Di Berita
online, nama Jung Ryul di gossipkan sedang memiliki seorang wanita. Jung Ryul
berbicara dengan Dong Baek agar percaya padanya, kalau wanita terus berkata
menyukainya tapi ia tak berbalas dan menurutnya wanita itu sungguh gila.
“Kenapa
kau ke Sungai Han dengannya?” tanya Dong Baek. Jung Ryul mengaku mereka tak
berkencan, tapi hanya mampir. Hanya bertemu sebentar
“Beberapa
melihat mereka, Aku ingin percaya padamu saat menyangkal rumor.” Tapi sekalipun
rumornya benar, aku tak keberatan karena semuda itulah kau.”
“Orang
kampung pemain bisbol harus dapat semua keinginannya pada usia 24 tahun. Jadi,
wajar jika kau penuh gairah. Aku hanya mengabaikannya. Tapi hari itu, berat
bagiku mengabaikannya.”
Dong Baek
mencoba mengabaikan dengan makan coklat agar menenangkan diri, tapi hatinya
seperti merasa sakit. Jong Ryul melihat ada dua kotak testpack lalu bertanya Kenapa
Dong Baek punya ini. Dong Baek menegaskan kalau tidak hamil. Jong Ryul menyuruh
Dong Baek agar tak hamil.
Akhirnya
Dong Baek mencoba mengetes sendiri di kamar mandi dan meliha ada dua garis. Ia
hanya terdiam lalu menyembunyikan disaku bajunya dan mengambil testpack lain
lalu menyiramnya dengan air. Jung Ryul terlihat gelisah menunggu didepan pintu.
“Coba Lihat?
Aku tidak hamil.”ucap Dong Baek akhirnya mengeluarkan dari kantung sisi kiri.
Jong Ryul seperti bisa bernafas lega melihatnya
“Apa Kau
panik? Kau tampak sangat lega.” Sindir Dong Baek. Jong Ryul mengelak bukan
begitu.
“Aku hanya
sangat sibuk dengan bisbol. Dan kita sebaiknya punya anak saat siap... Kita
takkan pernah siap.”kata Jong Ryul mencari alasan. Dong Baek terlihat kaget
mendengarnya.
“Ahn
Jung-hwan menikah saat usianya 26 tahun. Choo Shin-soo punya anak saat 22
tahun. Namun, mereka lebih sukses darimu.” Komentar Dong Baek.
“Keadaan
kita tidak pas untuk punya anak saat ini.” Kata Jong Ryul mencari alasan.
“Kurasa
begitu... Mungkin situasi bukan masalahnya. Mungkin hanya aku... Mungkin aku bukan
orang yang tepat untukmu.” Ucap Dong Baek.
Akhirnya
Dong Baek menaruh gambar foto anaknya diatas meja, tapi mengurungkan niatnya memilih
pergi meninggalkan rumah.
“Aku
tidak pergi agar bisa punya Pil-gu... Aku hanya pergi. Kang Jong-ryeol berusia
27 tahun pasti mengatakan hal buruk. Dan rasanya seakan bayinya akan mendengar
semuanya. Itu terasa sangat salah. Aku pergi ke rumah sakit, dan bayinya sangat
kecil. Seperti permen kenyal... Kecil sekali.... Dia hanya sangat kecil.”
Dong Baek
pergi sendiri ke rumah sakit melihat foto anaknya, dan menatap sedih karena
disampinganya ada sepasang pria dan wanita seperti bahagia akan memiliki bayi
sementara Ia hanya sendirian dan ingin mengugurkan anaknya. Perawat bertanya apakah Dong Baek tak diinfus vitamin
setelah operasi
“Kau
langsung pergi setelah sadar, 'kan?” ucap Perawat. Dong Baek menatap buku
harian wanita dengan pasangan tentang bayi mereka “AKU BERSYUKUR MEMILIKIMU”
dan hanya bisa terdiam.
“Nyonya...
Baiklah, kau takkan diinfus vitamin.” Kata Si pegawai. Dong Baek terlihat marah
karena si pegawai berkata begitu. Si pegawai terlihat bingung.
“Dia
sangat kecil.” Gumam Dong Baek melihat Pil Goo, lalu berkomentar kalau pegawai
itu bicara seakan ini restoran siap saji.
“Seakan
kau memberi tahu untuk pesan burger dan pergi karena aku tak mampu memesan
paket. Ini hanya terlalu mudah.” Kata Dong Baek. Si pegawai pun akhirnya
meminta maaf.
“Kau sungguh kasar... Aku benci rumah sakit
ini Aku takkan kembali.” Kata Dong Baek lalu bergegas keluar
“Dia sangat kecil. Jadi, aku merasa
tak punya pilihan selain melindunginya. Lagi pula, hanya aku yang bisa
melindungi bayi kecil ini.”
Disebuah
restoran, Dong Baek melihat buku menu. Pegawai bertanya Dong Baek akan memesan
apa. Dong Baek sambil menangis mengatakan pesan dua porsi makanan paling mahal
di sini, Dua porsi. Si pegawai sempat bingung.
“Jadi, kuputuskan melindunginya dua
kali lipat.”
Dong Baek
menceritakan semuanya, Jong Ryul hanya bisa melonggo tak percaya dengan mata
berkaca-kaca. Dong Baek menegaskan anak yang dimiliki Yong Sik itu hanya putrinya
dan Ia melahirkan anaknya sendiri jadi Tak ada urusannya dengan Jong Ryul.
“Aku
sudah melihatnya... Bagaimana mungkin aku tak peduli? Aku tak bisa berhenti
cemaskan Pil-gu, dan ini membuatku gila. Jadi, apa yang harus kulakukan?” ucap
Jong Ryul frustasi.
“Jangan
cemaskan dia... Jangan berusaha masuk ke dalam hidupnya. Aku akan kembalikan 30
juta won itu. Jadi, jangan bersikap kau bagian hidup kami.” Tegas Dong Baek.
“Kau
wanita yang kuat... Apa yang membuatmu berubah begini? Apa polisi itu?” tanya
Jong Ryul sinis.
“Saat
hidup menjadi sangat sulit, aku menemukan diriku menjadi sangat tak
berperasaan.” Kata Dong Baek.
“Tapi Apa
kau masih bermimpi mencintai bahkan setelah yang kau alami? Apa Kau pikir kau
dan polisi itu akan hidup bahagia selamanya?”sindi Jong Ryul
“Kenapa? Apa
Aku tak boleh begitu?” tanya Dong Baek sinis. Jong Ryu meminta agar, jangan
buat Pil-gu bingung.
“Kenapa
kau berasumsi aku takkan bisa hidup normal dan bahagia? Apa Karena kau pikir
aku semalang itu? Aa Kau pikir aku takkan bisa hidup bahagia? Apa Kau pikir itu
takdirku?” kata Dong Baek sinis.
“Bisakah
turuti saja kataku? Situasinya tidak...” ucap Jong Ryul yang langsung disela
oleh Dong Bae.
“Kau
mungkin hanya menganggapku orang yang sangat malang. Tapi Yong-sik
memberitahuku bahwa aku seseorang yang pantas bahagia sepenuhnya.” Tegas Dong
Baek lalu berjalan pergi.
“Dongbaek
mulai bersinar sama sepertiku saat Dongbaek ada di sisiku.” Gumam Yong Sik.
Jong Ryul
mengejar Dong Baek dan bertanya tentang Pil Goo apakah tak
peduli padanya jadi meminta agar melakukan yang terbaik... Dong Baek bertanya
apakah Yong Sik yang ingin kabur dengannya seperti sebelumnya. Jong Ryul
menegaskan Masalahnya sangat serius sekarang.
“Aku bisa
gila memikirkan kau dan Pil-gu terluka. Apa Kau tak bisa membantuku dan pergi
saja? Kau tak pernah seperti ini.” Kata Jong Ryul
“Aku
selalu merendahkan diriku demi orang lain. Aku selalu memilih kabur daripada
berjuang.” Gumam Dong Baek.
Ia
teringat yang dikatakan Nyonya Kwak “Kenapa kau kabur? Seharusnya kau hadapi
saja.” Lalu ucapan Ibunya “Jangan tampak gentar. Jangan. Karena itu, kau tampak
gampangan.” Dan ucapan Yong Sik “Kau bukan tipe orang yang membiarkan hidupmu
terbawa orang lain.
“Namun
kini, aku lebih memilih menjadi orang yang sulit daripada tidak penting.” Gumam
Dong Baek.
“Jong-Ryul...
Aku mulai merasa sangat bersyukur padamu karena muncul di waktu yang pas. Tampaknya
kau selalu membantuku sadar.” Kata Dong Bae. Jung Ryul terlihat bingung.
“Berkat
kau, aku belajar menghindari yang terburuk. Lalu kau membantuku menyadari betapa
hebat Yong-sik. Tapi tiba-tiba, Apa kau ingin aku kabur lagi? Kini setelah
berada di situasi yang sama lagi, akhirnya aku paham. Tak ada jalan keluar untuk
orang yang kabur. Aku takkan kabur lagi. Kalian harus berhenti usil.” Ucap Dong Baek lalu berjalan pergi.
Dong Baek
berjalan melihat pria mabuk di terowongan, dan mencoba tetap tenang. Si pria
mabuk mendekati Dong Baek agar minum sekali lagi. Dong Baek berani melawan si
pria agar sadar dengan wajah penuh amarah.
“Aku
masih bicara sopan saat bertengkar.” Gumam Dong Baek seperti tak percaya.
“Apa Kau
pikir aku gampangan? Kau sungguh harus perhatikan orang yang kau lawan.” Tegas Dong
Baek mengertak dan si pria langsung membungkuk meminta maaf.
“Aku masih
berusaha hadapi semua.” Gumam Dong Baek tak percaya kalau tindakanya
benar-benar berhasil.
Didekat
bar, Yong Sik melihat adan mangkuk makana dan merasa penasaran apa Dongbaek yang memberikan
makanan kucing. Ia lalu bertanya-tanya apakah makanan kucing biasanya berbentuk
segitiga. Dong Baek tiba-tiba berlari memanggil Yong Sik dengan wajah bahagia.
Yong Sik langsung menyimpan makanan didalam saku celananya.
“Kenapa
kau berkeliaran sendiri selarut ini? Banyak pria mabuk di luar Kau membuatku
khawatir lagi.” Keluh Yong Sik marah
“Yong-sik,
kenapa ini selalu terjadi padaku? Kenapa semua selalu kejam padaku? Aku terus
memikirkannya. Akhirnya aku tahu jawabannya.” Kata Dong Baek. Yong Sik ingin
tahu Apa itu/
“Karena
aku gampangan.” Kata Dong Baek. Yong Sik terlihat bingung mendengarnya.
“Saat
menonton Animal Kingdom, merekalah yang mati. Selalu yang terluka, bayi, dan
yang ketakutan.” Ucap Dong Baek. Yong Sik membenarkan.
“Singa
diam-diam mendekati kawanan berharap menangkap satu rusa. Kawanan mendengarnya dan
mereka terdiam sesaat. Pada saat itu, rusa yang paling takut mulai berlari. Singa
dengan instingnya mulai mengejar yang itu dan mencabik-cabiknya.” Kata Dong
Baek penuh semangat.
“Dongbaek
terus... Dongbaek terus menjadi lebih kuat” gumam Yong Sik bahagia.
“Aku
dahulu gampangan. Karena itu, aku diperingatkan agar jangan usil. Orang terus
mengganggu anakku karena dahulu aku gampangan. Aku takkan kabur. Kenapa harus
begitu?” ucap Dong Baek merobek pengumuman didepan pintu.
“ Aku
akan menyambut semua orang.” Kata Dong Baek bahagia menaruh kembali keset SELAMAT
DATANG dan meminta agar memberikan yang lain agar datang ke barnya.
“Lalu
wanita ini membuatku merasa sangat...” gumam Yong Sik tersenyum lalu berteriak
bahagia karena Don Baek itu sangat mengagumkan.
Keduanya
berpeganga tangan sambil melompat bahagia, Dong Baek tiba-tiba memberikan
ciuman di pipi Yong Sik. Yong Sik terdiam dan Dong Baek juga seperti tersadar
dari sikap spontanya.
“Semua
ini salahmu.” Kata Dong Baek gugup. Yong Sik bingung Apa salahnya.
“Maksudku,
kau terus merayuku. Kau terus memberi tahu bahwa aku cantik. Karena kau terus
memujiku... Astaga, aku harus bagaimana? Terserah. Kau boleh menuntutku.” Kata Dong
Baek kebingungan.
“Kau yang
lebih dahulu.” Ucap Yong Sik menatapnya dan langsung menciumnya. Dong Baek pun
tak menolaknya.
Seseorang
masuk ke dalam bar, dengan sepatu kets dan jubah hitam saat itu terlihat
membawa korek api dan memainkanya. Saat itu Dong Baek menyambut tamunya dengan
senyuman sumringah. Seperti si pelaku sudah sering datang masuk ke bar.
Bersambung ke episode 19
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar