PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
CAMELLIA
Dong Baek
mengantar Hyang Mi yang mengantar makanan. Saat itu Jong Ryul pun mengikuti
dari belakang sambil berkomentar Tikus kecil menuju kuburannya sendiri. Di
pingir jalan, sebuah mobil misterius juga mengikuti mobil Jong Ryul dari
belakang.
“Malam itu, semua melihatnya untuk
terakhir kali.”
Saat di
persimpangan jalan, Jessica ada dijalur depan melihat Hyang Mi lalu berteriak
histeris “Mati kau” walaupun sang ibu bertanya dimana keberadaan anaknya itu.
Hyang Mi yang tak curiga terus mengemudikan mobilnya.
Jessica
pun mengikuti Hyang Mi dari belakang, Tuan No membereskan barang-barang dalam
bagasi dan terlihat mabuk. Hyang Mi lewat sambil memberikan tanda cinta dengan
jarinya. Tuan No berteriak marah “Beraninya dia merendahkanku?”
“Malam
itu, semua... melihat momen terakhirnya.”
Nyonya
Jung mengangkat telp sambil berkata di depan Camellia sekarang. Dong Baek
bertanya pada ibunya Kenapa memanggil
taksi di jam ini. Nonya Jung tak menjawab menyuruh Dong Baek agar membawa anak
itu pulang dan berpikir Lebih baik Pil Goo tak tidur di sini lagi.
“Kau mau
ke mana? Kenapa terus keluar?” tanya Dong Baek. Nyonya Jung tetap tak menjawab.
“ Selain
itu, jangan di luar terlalu malam.” Kata Nyonya Jung lalu melangkah pergi.
Nyonya
Jung memperingati Hyang Mi “ Jika terus usil, kau mati.” Lalu Nak Ho mengatakan
“Sekalipun ditemukan tewas di danau...” setelah itu Jong Ryul yang bertemu
Hyang Mi sempat mengatakan “Mungkin aku harus membunuhnya.”
“Prosedur
hukum biasa tak cukup menyalurkan marahku.” Kata Nyonya Hong terakhir kali
bertemu Hyang Mi karena berselingkuh dengan suaminya.
“Astaga,
sepertinya aku tak bisa membunuhnya.” Kata Tuan No yang marah besar dengan
Hyang Mi
“Aku akan
membunuhnya.” Kata Jessica kesal karena diperas oleh Hyang Mi.
“Lalu semua orang... Mereka semua
punya motif.”
Di sebuah
gudang terlihat spanduk MEMANCING dan diatas meja terlihat tulisan “CUMI-CUMI
DAN BABI TUMIS SATU PORSI” yang masih utuh dan Hyang Mi seperti sudah
tergeletak dengan darah yang mengalir.
Pagi
hari, Dong Baek penasaran pergi ke rumah Hyang Mi tapi pintu dikunci dan banyak
surat tagihan yang diselipkan didepan pintu. Ia mencoba mengetuk pintu. Seorang
bibi masuk berpikir Hyang Mi yang datang akhirnya masuk bersama Dong baek.
“Depositnya
sudah lama hangus. Astaga. Apa yang harus kulakukan dengan semua jamur ini?”
keluh bibi melihat suasana rumah seperti kapal pecah.
“Hyang-mi
kabur membawa uang depositku. Aku penasaran apa Hyang-mi pergi ke Kopenhagen.”
Gumam Dong Baek kebingungan.
Di KANTOR
POLISI
Tuan Byun
bergegas keluar menghampiri Yong Sik dengan wajah panik. Yong Sik bingung Apa
yang terjadi. Tuan Byun memeriksa tangan Yong Sik dan ingin tahu Apa kata
dokter? Apa fatal? Dengan wajah panik.
Yong Sk mengeluh balik bertanya Kenapa ia mesti mati.
“Herbisida
Gramoxone ditemukan di makanan kucing!” jerit Tuan Byun panik.
Saat di
dalam kantor, Yong Sik memberitahu kalau sudah oleskan salep. Tuan Byun
memberikan handcleaner agar Yong Sik mengosok tanganya karene Menyentuhnya saja bisa berbahaya dan
memakannya 90 persen fatal.
“Beri
tahu aku lebih banyak. Apa ada herbisida di semua makanan kucing?” tanya Yong
Sik penasaran.
“Ya,
hampir semua. Periksa ini. Dari 14 sampel yang kau kirim, ditemukan di 13
sampel.” Jelas Tuan Byun. Yong Sik pun ingin tahu Lalu yang satu lagi.
“Sampel
yang kau ambil dari pencinta kucing. Hanya itu sampel yang bersih.” Ucap Tuan
Byun. Yong Sik tak percaya mendengarnya.
“Ini
sebenarnya racun terkenal. Ini yang dahulu digunakan orang untuk bunuh diri.
Banyak orang yang mati hingga perusahaan menaruh berbagai label peringatan di
botolnya.” Jelas Tuan Byun.
“Apa
karena itu penjualan herbisida dilarang?” kata Oh Joon sambil melihat di
internet. Yong Sik bertanya kapan itu dilarang.
“Di sini
tertulis dilarang tahun 2012.” Kata Oh Joon. Yong Sik benar-benar tak mengerti
dengan semua petunjuk ini.
“Kita
sungguh harus memburu orang ini.” Kata Yong Sik. Tuan Byun mengeluh Yong Sik
harus melakukan apa.
“Apa kau
ingin Menahan tersangka karena membunuh kucing?” ucap Tuan Byun
“Dia
memakai herbisida mematikan yang tak dijual lagi di toko. Selama enam tahun
terakhir, total lima orang meninggal di sini. Lalu si berengsek ini menyimpan
herbisida selama tujuh tahun.” Jelas Yong Sik
“Selama
waktu itu, dia membunuh semua kucing di sekitar sini dengan herbisida mematikan
di makanan kucing setiap hari. Ketekunannya menakutkan, jika kau tanya aku.
Karena itu... aku harus menangkap bedebah ini.” Ucap Yong Sik dengan mata penuh
amarah.
Saat itu
Oh Joon dan Sung Min ketakutan melihat tatapan mata Yong Sik, Tuan Byun mengeluh dengan tatapan mata Yong
Sik, saat itu Dong Baek datang dengan wajah panik. Yong Sik kaget melihat Dong
Baek yang datang.
Di sebuah
bengkel, bagian depan mobil terlihat rusak. Montir pikir kalau mobilnya
pasti menabrak pembatas. Jessica memastikan kalau Ini tak akan masuk catatannya jika tak
menghubungi asuransi. Sementara Jong Ryul berbicara ditelp mengatakan kalau
akan jelaskan nanti.
“Permisi,
bisa cuci bagasinya terpisah nanti?” ucap Jong Ryul pada petugas, Si petugas
cuci pun menganganguk mengerti.
Mobil
Jung Ryul masuk PENCUCIAN MOBIL dengan robot. Jessica sudah ada didalam mobil
sambil bertanya Apa kata mereka dan
Kenapa mereka telepon. Jung Ryul memberitahu kalau Iklan penjernih air
dibatalkan dan Jika mereka bercerai, maka akan terkena penalti.
“Siapa
yang mengizinkanmu? Siapa yang memberimu hak menolak iklanku? Kontrak itu juga
termasuk aku, kau tahu.”teriak Jessica marah
“Anak
laki-laki itu... adalah putraku. Pil-gu adalah putraku. Jika kita bercerai,
maka aku ingin membesarkannya.” Ucap Jong Ryul
“Diam.”
kata Jessica marah, Jong Ryul pikir Jessica
bisa bawa apa pun yang diingikanya.
“Lagi pula,
aku merawat Ji-seon sendiri. Tak ada yang akan berubah. Kita hanya akan
menandatangani surat.” Kata Jong Ryul
“Bagaimana
bisa tak berubah? Hanya bagimu, mungkin seperti itu” kata Jessica marah
“Bukannya
kita pasangan yang layak. Aku tak ingat kapan kita makan bersama.”kata Jong
Ryul
“Makan
sialan! Aku juga ingin makan. Namun, tak bisa karena beratku akan naik. Dengan Menambah
berat menambah pembenci!” teriak Jessica. Jong Ryul kaget.
“Kata
mereka aku babi... Katanya aku hidup dari ketenaranmu dan gemuk karena semua
makanan itu.” Teriak Jessica.
“Lalu kau
ingin aku berbuat apa? Jika bisa, aku sudah tenggelamkan diriku sejak dahulu.”
Ucap Jessica terlihat marah. Yong Sik hanya diam saja.
Di kantor
polisi
Tuan Byun
duduk dengan Dong Baek sementara, Yong Sik terlihat menaha emosi dengan wajah
cemberut duduk meja kerjanya. Tuan Byun
membahas Hyang-mi kabur setelah
mencuri 30 juta won, tapi dia kembali sebentar. Ia pikir Mungkin ada yang lain yang
harus diambilnya.
“Dia
membawa sepeda motor.” Kata Oh Joon. Dong Baek seperti tak peduli dan ingin
tahu Apa ada laporan kecelakaan
“Mungkin
di rutenya...” kata Dong Baek. Tuan Byun yakin kalau Hyang Mi jelas kabur.
“Kau
harus laporkan pencurian, alih-alih kehilangan orang.” Kata Tuan Byun.
“Namun,
apa dia sungguh melakukannya? Mungkin dia bertemu Pengusil di rute pengantarannya.
Tapi kenapa? Kenapa?” teriak Yong Sik marah dan langsung keluar dari ruangan.
Dong Baek
mengikuti Yong Sik bertanya apakah marah padanya. Yong Sik marah karena Dong Baek mengantar di
larut malam padahal Tak ada yang menyuruhnya. Ia mengaku kalau Dong Baek hanya
membuatnya khawatir dan berpikir kalau Dong Cbaek mencoba membuatanya khawatir
setengah mati.
“Apa aku
harus berhenti mengantar?” tanya Dong Baek. Yong Sik menegaksan hanya
memintanya tak mengantar larut malam.
“Kalau
begitu... aku harus tutup awal dan berhenti mengantar agar kau tidak khawatir.
Haruskah aku melakukan yang kau izinkan saja?” tanya Dong Baek. Yong Sik
seperti serba salah.
“Kau tahu bagaimana hidupku. Ini Tidak pernah
mudah... Mengantar makanan, dirampok, diserang Pengusil? Itu bagian dari
hidupku. Hidupku, kondisiku, dan berbagai kesulitan yang kulalui. Tolong
hormati itu.” Jelas Dong Baek.
“Dongbaek,
kau bukan penyanyi idola. Lalu aku bagaimana? Haruskah aku menontonmu saja dari
jauh dan mendukungmu? Aku juga lelah.” Kata Yong Sik.
“Apa Kau
lelah?” tanya Dong Baek lalu bergumam “Mereka
yang tak pernah dicintai punya kebiasaan bodoh. Mereka seharusnya lebih
bergantung saat cemas, tapi malah mencari pembenaran.”
Ia
mengingat saat berkelahi denga Jong Ryul didepan stasiun yang membuatnya ingin
putus hubungan. Jong Ryul menahanya pergi, tapi Dong Baek tetap ingin pergi.
“ Biar
kujelaskan! Kurasa kau tak mencintaiku lagi. Kalau begitu, kita putus saja.”
Ucap Dong Baek
“Walau cemas, kau bertingkah biasa saja. Kami
ingin pembenaran. Tapi Kami malah menghancurkan semuanya.” Gumam Dong Baek.
“Apa Kau
lelah? Sebaiknya kau bersama yang tak membuatmu lemah. Kau harus bertemu
seseorang yang hidup normal dan tak punya anak.” Ucap Dong Baek
“Dongbaek...
Karena lebih menyukaimu bukan berarti aku berutang. Jadi, tolong jangan pakai
kata-kata itu jadi senjata.” Keluh Yong Sik gugup.
“Melihat
betapa cemas diriku... Kini tampaknya aku yang lebih menyukainya.” Gumam Dong
Baek. Yong Sik pun menyuruh Dong Baek pergi saja lalu masuk ke dalam kantor
polisi.
[Episode 25- AKHIR DARI SEMUA RAYUAN]
Di dalam
ruangan
Tuan Byun
membagi tugas pada Sung Min agar Periksa
rekaman kamera pengawas di terminal untuk Hyang-mi. Ia lalu bertanya Siapa nama preman itu. Oh Joon menjawab Kim
Nak-ho. Tuan Byun pun meminta agar menelp Nak Ho untuk mencari jawaban.
“Hidup
Dongbaek jelas salah satu yang paling malang.”komentar Tuan Byun. Yong Sik yang
mendengarnya langsung marah
“Yang
benar saja? Berhenti bicarakan hidupnya! Aku muak dan lelah. Jika dia begitu
malang, kenapa dia bertemu denganku?” teriak Yong Sik kesal
“Kau
jelas sangat percaya diri.”komentar Tuan Byun. Yong Sik mengeluh Semua orang di dunia ini mengoceh soal betapa
malang Dong Baek.
“Akan
kutunjukkan pada kalian. Kutunjukkan pada semua betapa bahagianya dia jelas akan
buat semua orang tutup mulut.” Kata Yong Sik kesal
“Apa Kau
baru menganggap kecemasanku sebagai ocehan? Lalu apa yang harus kita lakukan
untuk menyusuri rute Hyang-mi? Kami akan mengurusnya.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik
mengeluh mendengarnya.
“Kau pergilah
dan tangkap Pengusil.” Ucap Tuan Byun memberikan pada Yong Sik. Yong Sik
mengeluh kalau Bukan itu maksudnya.
Dua
juniornya mencoba agar membuat menahan Tuan Byun, tapi Tuan Byun tetap berjalan
pergi.
Di dekat
bar CAMELIA, saat itu dua orang pria ada didalam mobl melhat foto dalam laptop
sambil mengeluh Apa bagusnya fotonya jika tak ada satu pun yang bersama.
Flash Back
Hyang Mi
datang ke studio dan langsung memanggil “Ayah Pil Goo” lalu masuk ke dalam
ruang makeup. Seorang pria mengambil foto Hyang Mi dari belakang dengan
ponselnya.
Hyang Mi
akan naik bus dan merasakan ada seseorang yang mengkutinya. Si pria ternyata
mengambil foto dibalik orang-orang yang mengunakan ransel lalu meminta agar
mengirimkan orang untuk pergi ke Ongsan.
“Jadi, dia
bertemu Kang Jong-ryeol, lalu Jessica. Itu saja sudah cukup.” Ucap Si pria yang
mengikuti Hyang Mi bahkan mengambil gambarnya. Hyang Mi pun terus merasakan ada
orang yang terus mengikutinya.
Saat
Hyang Mi mengantar si pria merekam dari black box saat mobil Jong Ryul
mengikutinya. Paparazi pikr mereka Pergi
dan bertemu di suatu tempat dan hanya butuh mereka berdua di satu frame. Di
lampu merah, Jong Ryul melihat motor Hyang Mi.
“Jika tak
ada saksi, maka aku ingin menabraknya saja.” Ucap Jong Ryul lalu merasakan ada
lampu blitz dibelakangnya.
“Apa Kau
gila? Kenapa memakai blitz?” teriak temanya. Si pria pikir Sekarang gelap, jadi...
Jong Ryul
langsung bisa meraskan ada orang yang mengikutinya, Mobil belakang mencoba
mencari alibi dengan berhenti disamping mobil Jong Ryul. Lampu hijau menyala,
tapi si mobil tetap diam. Jong Ryul pun berteriak memberitahu kalau lampu sda
menyala.
Di depan
bar
Si
wartawan junior pikir Tak ada yang datang bahkan Jong Ryul tak kemari, begitu
juga wanita itu. Saat itu mereka terus mengintai dan terdengar suara gesekan
dari samping mobil, Pil Goo baru pulang menarik tas rodanya. Si pria marah
langsung keluar mobil.
“Hei,
Nak! Sial... Beraninya kau menggores mobilku.” Teriak si pria tanpa sadar
melihat nama KANG PIL-GU
“Pak,
tolonglah... Dia anak yang bersamanya.” Ucap juniornya. Si pria berusaha untuk
tenang.
“Omong-omong,
apa kau bermain bisbol?”tanya si pria akhirnya mencari informasi.
Nyonya
Hong bertanya pada anaknya Tuan No Bagaimana
mertuanya, Apa dia tahu, Apa Hong
Ja-yeong sungguh tak di sana. Tuan No yang berbaring disampingnya mengeluh
meminta ibunya jangan bertanya karena
tak ingat. Tuan No malah ingin tahu Apa sesuatu terjadi kemarin.
“Entah
kenapa aku gugup.” Ungkap Tuan No. Nyonya Hong pikir Sekarang bukan saatnya mabuk.
“Kau akan
kehilangan rumahmu! Apa Kau sudah urus balik nama?” tanya Nyonya Hong
“Pembangunan
kembali bukan masalahnya.” Kata Tuan No. Nyonya Hon pikir Bukan hanya itu.
“Jika
orang tahu kau bercerai karena selingkuh, maka aku akan bunuh diri saja karena
malu.” Tegas Nyonya Hong
“Jika
reputasimu penting, seharusnya kau juga lebih baik padanya.” Kata Tuan No
mengeluh pada ibunya.
“Aku
angkuh karena kau tak punya apa-apa dibandingkan dia. Aku tak mau dia
meremehkanmu!” tegas Nyonya Hong
“Jika
begitu, kenapa kau agungkan menantu lelakimu? Kenapa? Dia lebih buruk dariku.”
Ungkap Tuan No. Nyonya Hong bingung.
“Saudariku
di sini dan suaminya di sini. Aku terimpit di tengah, di mana Ja-yeong?
Ja-yeong di atas sini.” Kata Tuan No mengibaratkan kalau istrina ada ditingkat
paling atas.
“Kau
membelikan suaminya mobil karena ada jarak sejauh ini antara mereka. Lalu
Ja-yeong?” kata Tuan No kesal.
“Kataku,
dia di atas sini... Akan adil jika dia mendapat rumah. Kenapa kau berselingkuh
jika tahu itu? Tak bisa dipercaya.” Keluh Nyonya Hong. Tuan No menegaskan pada
ibunya Itu bukan selingkuh.
Yong Sik
berdii dii depan OPTIK YEONHA lalu
melihat gambar-gambar yang sudah diambilnya sambil bergumam “Rumah Heung-sik,
klinik kulit, pembakar di Akademi Hanbit, dan pemantik hijau. Empat kasus pembakaran, lalu satu pembunuhan.
Direktur Akademi Hanbit dan No Gyu-tae seperti saudara.”
Saat itu
Tuan No turun dari mobilnya melihat Yong Sik berdiri di depan tokonya dan
langsung bertanya sedang apa dan Kenapa di tempat bisnisnya. Yong Sik mengaku
ingin menanyainya. Tuan No heran Yong Sik ingin menanyakan padanya.
“Tuan No
Gyu-tae. Akademi Hanbit... Kau kenal direkturnya, 'kan? Dari yang kudengar, kalian
seperti saudara.”kata Yong Sik
“Apa Kau
bawa surat perintah?” tanya Tuan No mencoba menghindar. Yong Sik pikir apakah
penting harus membawanya.
“Aku tak
tahu apa pun... Aku sungguh tak tahu apa-apa.” Ucap Tuan No gugup tak bisa
membuka kuncin gembok.
“Kenapa
tak bisa masukkan kunci ke lubangnya? Apa Kau bingung? Kau sedang lengah, 'kan?
Benar, 'kan?”sindir Yong Sik. Tuan No ingin berdiri tapi kakinya terlihat
lemah.
“Lututmu
melemah. Aku ingin tahu sebabnya. Aku tepat sasaran, 'kan?”kata Yong Sik
“Aku
mengayuh sepeda air! Apa kau pernah naik itu? Apa harus kubuktikan aku naik
itu? Tolong biarkan aku sendiri! Istriku meninggalkanku, lalu kenapa aku harus
membuktikan aku naik itu?” teriak Tuan No menangis fruastasi.
“Apa Kau
menangis? Aku tidak mengatakan apa pun. Ayolah.” Kata Yong Sik heran.
“Kau.....
Jangan gali soal Akademi Hanbit. Ongsan akan kacau.” Tegas Tuan No.
Si
wartawan melihat bibi yang sedang berkumpul membuat mochi, dengan ramah mengaku ingin tanya beberapa hal karena ingin tahu
soal bar aneh di gang. Si pria tua bertanya apa nama barnya. Bibi Jung menjawab
Camellia.
“Tampaknya
itu satu-satunya bar di sini.” Kata si pria. Bibi lain berkomenatr Hanya ada satu jadi bisa sebut itu monopoli
dengan nada sinis.
“Kenapa
ada bar di lingkungan baik dan tenang ini? Omong-omong, ada wanita aneh di
sana.” Kata Si pria memancing.
“Siapa
maksudmu? Dongbaek?” tanya Bibi Kim. Si pria pun baru tahu namanya Dongbaek.
“Apa
mungkin dia lajang? Aku tak melihat suaminya di mana pun. Namun, sepertinya dia
punya anak.” Kata si pria.
“Kenapa
kau bicara seperti teman? Apa Kau kenal kami?” komentar Bibi Park melihat si
pria wartawan karena ada kertas note disaku belakang celananya. Si wartawan
bingung.
“Kenapa
makan kue beras kami? Kau makan tiga, dia empat. Aku selama ini menghitung.”
Kata Bibi Jung marah.
“Bukankah
ini untuk dicicipi?” kata Si pria bingung. Bibi menegaskan kalau mereka itu
bukan relawan dan senaif itu.
“Apa yang
kau rekam? Kau pikir orang kampung tidak kenal teknologi? Ponselku sebenarnya
lebih bagus’” ucap Bibi Park melihat ponsel yang ditaruh diatas kursi.
“Astaga,
kenapa ini menyala? Aku pasti salah tekan tombol.” Kata si pria mengambil
ponselnya dengan wajah panik
“Aku tak
tahu alasan kalian menanyakan Dongbaek, tapi dia tak lajang. Suaminya detektif
pembunuhan. Kau akan dibunuh jika dia tahu. Dia tangkap buronan dengan tangan
kosong.” Ucap Bibi Park marah
“Tampaknya
kalian seperti keluarga. Apa Kau berteman dengannya?” tanya wartawan bingung.
“Orang
yang mengejek saudaranya tak suka saat orang lain mengganggunya. Kalian bisa
panggil kami itu. Para wanita di lingkungan ini bersatu. Jika tak mau dapat
masalah, sebaiknya kalian pergi.”kata Bibi Jung.
Keduanya
hanya diam saja, Para bibi berpikir telinga mereka itu tersumba dan Mungkin telinga butuh dilubangi.
Dua pria sudah terjungkal ketakutan dengan sikap para bibi sangar.
Si pria merasa
tadi seperti dirampok lalu menyuruh Juniorna agar tarik uang tunai karean datang sejauh ini,
jad akan tanya Dong Baek langsung saja.
Dong Baek sedang menjemur handuk di depan bar.
Si pria pikir Uang selalu membuka mulut yang paling tertutup sekalipun.
Tuan No
pulang ke rumah melihat mobil istrinya di dalam rumah, tapi terlihat sangat
kotor. Ia pun senang karena istrinya kembali ke rumah dan bertanya Dari mana saja Nyonya Hong. Ia pun
bergegas masuk melihat sepatu istrinya tapi tak melihat dari ruangan.
“Apa yang
harus kukatakan?” gumam Tuan No binggung. Saat itu Nyonya Hong keluar dari
kamar mandi menyapa suaminya yang baru pulang. Tuan No pun menyapa istrinya
dengan gugup.
“Bisakah aku
pura-pura tak terjadi apa pun?”gumam Tuan No membuka jaketnya.
“Jangan
ganti pakaian. Kita akan pergi.” kata Nyonya Hong, Tuan No bertanya kemana.
“Aku
sudah pakai capmu di berkas.” Ucap Nyonya Hong, Tuan No melihat diatas meja
surat “PERMOHONAN PERCERAIAN DENGAN PERSETUJUAN KEDUA PIHAK” lalu hanya bisa
mengumpat kesal.
“Ini
Lebih mudah karena tak ada perebutan hak asuh.” Komentar Nyonya Hong sudah
mempersiapkan koper.
“Aku
yakin dia hanya ingin menakutiku.” Gumam Tuan No memilih untuk duduk.
“Jangan
duduk. Kita harus tiba sebelum pengadilan tutup hari ini.” Kata Nyonya Hong.
“Apa kita
sungguh bercerai?” tanya Tuan No. Nyonya Hong menegaskan kalau tak
bersandiwara dengan memperlihatkan jari yang sudah tak mengunakan cincin.
“Aku
pergi ke toko ibumu kemarin, dia tampaknya tidak tahu. Kau tak menceraikannya.”
Kata Tuan No
“Sejak
kapan kau peduli yang diketahuinya?” sindir Nyonya Hong. Tuan No menegaksan tak
mau dan tak bisa
“Ini tak
adil untukku. Bukannya aku bersalah. Jika aku bertanggung jawab, maka semua
yang datang ke reuni juga harus dihukum.” Ucap Tuan No membela diri.
“Maka kau
bisa tanda tangani berkas dan membuatnya adil kembali. Kau boleh berpacaran.” Kata
Nyonya Hong lalu akan berjalan pergi
“ Jangan
sok kuat. Kau... Kau juga menangis. Air matamu seperti senapan bagiku.” Kata Tuan
No menahanya.
“Apa Kau
masih main-main?” keluh Nyonya Hong. Tuan NO menegaksan Itu metafora
“Lupakan.
Kau pikir bisa menghindari ini? Aku pengacara perceraian.”tegas Nyonya Hong
“Bagaimana
dengan pencalonanku? Apa Kau tak ingin menjadi istri gubernur? Apa yang
kukatakan saat melamarmu? Kubilang aku akan membuatmu menjadi istri pejabat
Ongsan. Itu kataku!” ucap Tuan No
“Tentu...
Ini saran terakhirku demi masa lalu. Berhenti kejar impian sia-sia. Jangan berkeliaran
mentraktir orang minum.” Komentar Nyonya Hong
“Ini
bukan impian sia-sia. Semua orang berkata akan memilihku setiap bertemu. Aku
belum pernah bertemu orang yang tak akan memilihku.” Kata Tuan No yakin dan
kembali duduk disofa.
“Baik,
aku paham. Bawa KTP-mu. Aku teman gubernur yang sekarang. Jika kau tak ikut,
kuberi tahu dia soal perselingkuhanmu.” Kata Nyonya Hong. Tuan No langsung
bergegas mengambil surat diatas meja dan pergi.
Dong Baek
melihat foto di kamera si wartawan. Si pria memastikan kalau Apa wanita yang satu lagi tak di sini karean
Setelah rumor beredar, merka memastikan memeriksa semua detail situasinya. Ia
tahu kalau Tuan Kang dan istrinya hidup terpisah.
“Kenapa mereka
harus hidup terpisah?” gumam Dong Baek heran sambil terus melihat hasil foto si
wartawan.
“Lalu
kami memastikan dia bertemu wanita ini.” Ucap Si pria. Dong Baek melihat foto
Hyang Mi dan bertanya Apa yang Hyang-mi
lakukan.
“Lalu
kenapa mereka mengambil gambar putraku?” gumam Dong Baek bingung melihat foto
Pil Goo sedang berjalan dengan Hyang Mi .
“Kami
ingin periksa faktanya sekali lagi. Apa Kau kenal Kang Jong Ryul? Kau bertemu
dengannya, 'kan? Kami jelas akan memberi kompensasi jika kau memberi informasi.”
Ucap si pria.
“Bagaimana
cara menghapus ini? Bagaimana menghapus ini?” ucap Dong Baek mencoba menghapus
foto anaknya.
“Kenapa
menyentuh barangku? Cepat Berikan padaku. Hei.” Kata si wartawan panik.
“Kau tak
boleh ambil foto anak-anak, Kenapa mengambil gambarnya?” teriak Dong Baek marah
“Ada apa
denganmu? Kami akan memburamkannya jika perlu. Kami melindungi hak warga sipil.
Cepat Kembalikan.” Ucap si pria
“Siapa
kau melindungi anakku? Dia tak bersalah. Kau tak boleh mengambil fotonya. Pil-gu
hanya putraku. Dia putraku.” Teriak Dong Baek.
“Apa Ada
cerita tentang anak itu? Itu Ada. Benar, 'kan?”kata si pria malah merasa ada
cerita baru.
Dong Baek
yang marah langsung membanting kamera dan langsung terpecah belah. Si pria panik sambil bertanya apakah Dong Baek tahu berapa
harganya Dong Baek membalas apakah tahu betapa berharganya anaknya itu lalu memperingatkan Jangan ganggu dia Atau akan mebunuh mereka semua.
Dong Baek
dilantai atas langsung menelp Jong Ryul dengan wajah panik berteriak “Mereka
mengambil fotonya! Siapa kau mengganggu hidup Pil Goo?”
“Hei, Pil
Goo putramu... Berhenti sok pintar dan lindungi dia dengan semua yang kau punya”
teriak Dong Baek marah.
Jong Ryul
seperti sedang berlatih hanya bisa mengumpat kesal mendengar anaknya digantu
wartawan.
Bersambung
ke EPISODE 26
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar