PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dong Joo
memanasakan tubuhnya didepan api unggun, Aeng Du makan dengan lahap ikan bakar
yang ditangkap Nok Du, sementara Nok Du memberikan bajunya agar Dong Joo tak
kedinginya. Aeng Du mengeluh karena Nok Du tidak memberitahunya jika tinggal
dipulau.
“Dia
tidak pernah bertanya.” Kata Nok Du. Dong Joo mengeluh kesal melihat sikap Nok
Du.
Akhirnya
mereka berjalan pulang, Nok Du sudah berganti pakaian lalau melihat bagian
bawah Dong Joo, memanggil Aeng Du agar makan apel dan berjalan lebih dulu. Ia
langsung menarik Dong Joo dan menyuruhnya duduk. Dong Joo terlihat bingung
“Apakah
kau sangat bodoh? kau harusnya mengeringkan
kakimu terlebih dulu.” Ucap Nok Du
“Lupakan
saja. mari kita pergi saja.” Kata Dong Joo tak peduli, Nok Du menahan Dong Joo
agar tak pergi.
“Jika kakimu
dingin, kamu bisa demam. Kau akan membuat hidupku kesulitan jika seperti itu.”
Ucap Nok Du menganti kaos kaki Dong Joo. Dong Joo pun hanya bisa diam dan Nok
Du selesai mengantinya.
“Sudah
kubilang... “kata Dong Joo marah dan langsung disela oleh Nok Du karena sudah
tahu ucapanya.
“Jangan
melakukan hal seperti ini untukku. Aku akan melakukan apapun yang kumau. Bukan berarti
kau akan mendengarkanku.” Ucap Nok Du
“Bukan
begitu. Aku tidak tahu nama aslimu.” Kata Dong Jo. Nok Du terlihat bingung.
“Aaktu
aku melihatmu terjatuh kedalam air tadi,
aku tidak bisa memanggilmu... karena aku tidak tahu namamu.” Kata Dong Joo
“Apakah
kau mau tahu?” tanya Nok Du, Dong Joo mengaku tidak ma dan bertanya apakah
namanya itu sangat berharga untuk di bagi bersama.
“Aku akan
memberitahumu nanti jika kamu merawat Dong Dong
dan Dong Joo. Aku akan memberitahumu setelah mereka memiliki jengger,
menghasilkan telur, dan menjadi ayam.” Ucap Nok Du
“Jawabanmu
selalu "nanti". Lupakan saja.” Kata Dong Joo marah. Nok du pikir akan
mengatakannya,
“Tapi kamu
harus tinggal bersama mereka dan membesarkan mereka dengan baik. Mereka
membutuhkanmu. Kamu adalah pemiliknya. mengerti? Berjanjilah bahwa kamu akan
melakukannya.” Kata Nok Du memohon.
“Kalau
begitu, aku akan terus memanggilmu bajingan.” Keluh Dong Joo lalu melangkah
perg.
“Hei,
kenapa kau selalu kasar? Oermintaaku juga tidak sulit untuk dipenuhi. Berjanjilah
padaku. Apakah kamu tidak mau berjanji?” keluh Nok Du kesal
Yool Moo membaca pesan dari Tuan Heo “Pasukan
Muweol harus pergi. Jangan meninggalkan jejak apapun.” Lalu berkomentar kalau
Menteri memang naif. Ia pikir Satu-satunya solusi yang Tuan Heo pikirkan adalah
mengirim Pasukan Muweol ke Hanyang.
“Akan
tetapi, Raja sudah mengawasi tempat itu. jadi bisa berbahaya jika mereka
tinggal disana. Jika kau juga mengunjungi rumah kami...” ucap Nyonya Chun yang
langsung disela Yool Moo
“Aku
selalu mengunjungi rumah gisaeng ini
setiap hari. Berhenti datang kesini akan menarik lebih banyak perhatian.”
Komentar Yool Moo
“Lalu,
apa yang harus kami...” tanya Nyonya Chun. Yool Moo menyuru Nyonya Chun agar
mengikuti instruksi menteri. Nyonya Chun mengerti.
“Aku akan
segera pergi ke Hanyang setelah matahari terbenam. Aku juga ingin
mengajukan beberapa pertanyaan pada
menteri. Aku akan memintanya untuk mengikuti rencana saat ini.” Kata Nyonya
Chun.
“ Aku
akan menyediakan pengawal dan kuda.” Ucap Yool Moo. Nyonya Chun menolaknya.
“Aku akan
pergi ke Hanyang bersama janda yang baru saja bergabung dengan Pasukan Muweol.
Kupikir kau sudah bertemu dengannya.” Kata Nyonya Chun. Yool Moo seperti tahu yang dimaksud adalah
Nok Du.
Tuan Yeon
bersujud memberikan hormat memberitahu ia adalah wakil kurator yang bertanggung jawab pada
desa janda di Lembah Mudam, saat itu memberikan namanya. Raja langsung
memohonnya karena menurutnya sudah cukup.
“Beritahu
aku tentang desa janda. Ceritakan semuanya walaupun tidak ada yang
mencurigakan. Kau baru bisa pulang jika jawabanmu
membuatku puas.” Kata Raja. Tuan Yeon mengerti.
Yool Moo
baru saja datang, Nok Du pun baru saja keluar. Keduanya saling menatap dingin
akhirnya bertemu ditengah. Yool Moo membahas Nok Du bergabung dengan Pasukan
Muweol dan mereka bilang akan membayarnya.
Nok Du membalas kalau mendengar Yool Moo bersiap melakukan pemberontakan.
“Aku
membiarkanmu hidup meskipun kamu seharusnya mati karena Dong Joo yang
memintanya. tapi itu menjadi semakin sulit. Aku mulai ingin melanggar janji
yang kubuat dengannya.” Ungkap Yool Moo sinis.
“Aku
tidak takut pada pria yang hanya pintar bicara... begini, lakukan saja
semaumu... jangan goyahkan dia. Aku tidak akan diam saja.” Kata Nok Du dengan
menepis tangan Yool Moo yang
mencengkramnya.
Dong Joo
membereskan barang-barang ditempat persembunyianya, lalu menatap baju priany
dan teringat kalau itu adalah baju sat pertama kali dengan Nok Du.
Flash Back
Dong Joo
marah karena semua gagal akibat sikap Nok Du. Nok Du bertanya siapa Dong Joo
yang beran mencengkram bajunya lalu mengingat wanita itu yang tadi menjatuhkan
panahnya.
“Untunglah
aku tidak berjanji akan terus berada disisinya sampai ayamnya tumbuh dewasa...
tapi aku mau melakukanya, aku ingin tetap berada disisinya... Maafkan aku, Ibu.”
Ucap Dong Joo menangis sendirian.
Nok Du
pulang ke rumah panik memeriksa kotak pakaian dan ternyata barangnya masih ada
disini lalu merasa kalau tidak mungkin Dong Joo pergi tanpa membawa
barang. Saat itu Dong Joo masuk kamar.
Nok Du kaget melihatnya.
“Bagaimana
bisa kamu pergi tanpa mengatakan apapun? Darimana saja kau? kau juga menghilang
tanya Nok Du
“Hwa Su
meminta bantuanku, jadi aku pergi ketempatnya.” Akui Dong Joo. Nok Du mengeluh
kalau Dong Joo pasti berpikir tidak memeriksanya.
“Sepertinya
kamu berencana untuk pergi ke suatu tempat. Pergilah dan biarkan aku tidur.”
Kata Dong Joo melihat ada barang yang siap dikemas. Nok Du menahan kesal
langsung bergegas pergi.
“Aku
tidak akan bertanya jika kau menyukaiku. Kau bisa menggunakanku semaumu. Aku tidak masalah dengan itu. Jadi... kumohon
jangan menghilang dariku. Aku mohon padamu.” Ucap Nok Du kembali membuka pintu.
Dong Joo hanya bisa diam saja.
Nyonya
Chun dan Nok Du berjalan ke hanyang, Nok Du menutup wajahnya dengan topi lalu
bertanya apakah tidak masalah jika Nyonya Chun yang tidak menyamar. Nyonya Chun
pikir Nok Du belum dengar kalau Tuan Heo
berada dibelakangnya. Nok Du terlihat kaget.
“Itulah
sebabnya wajar jika aku mengunjunginya seperti ini.” Kata Nyonya Chun lalu
memberitahu kalau mereka sudah sampai. Nok Du masih gelisah walapun menutu
wajahnya dengan topi.
Dong Joo
melihat kamar Nyonya Chun yang kosong lalu menaruh dilantai. Yool Moo bertemu
dengan Dong Joo bertanya apakah akan pergi hari ini. Dong Joo membenarkan. Yool
Moo pikir Dong Joo terburu-buru karena Nok
Du.
“Aku
pergi karena sudah siap.” Kata Dong Joo. Yool Moo mengerti dan mengajak pergi
ke Hanyang bersama.
“Aku
ingin pergi sendiri. Tolong jangan mengikutiku.” Pintah Dong Joo. Yool Moo pun
setuju.
“Tapi aku
harus memeriksanya jika kau sampai dengan selamat. Apakah kau ingat dimana
ayunannya? Pergilah kesana sekitar jam 9 sampai 11 malam. Hanya itu yang kuminta.” Ucap Yool Moo
“Jika aku
melakukannya, Apakah kamu tidak akan melakukan apapun?” tanya Dong Joo
“Apakah
kau membicarakan tentang dia?” komentar Yool Moo, Dong Joo membenarkan.
“Berjanjilah
bahwa kau tidak akan pernah menyakitinya.” Pinta Dong Joo. Yool Moo
mengingatkan Dong Joo bilang jika tidak
menyukainya.
“Walaupun
aku menyukainya, aku akan menyembunyikan
perasaanku. Aku akan pergi tanpa mengatakan apapun dan menyakitinya. dengan
begitu, dia akan membenciku. Itu lebih baik daripada aku mati dan menghilang
darinya.” Ucap Dong Joo sambil menangis.
“Aku tahu
dengan baik bagaimana rasanya kehilangan orang yang kau cintai. dan terus
menjalani hidupku. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. jadi jangan
khawatirkan tentang...” ucap Dong Joo dan tiba-tiba Yool Moo langsung menghapus
air matanya
“ kau menangis...
itu semua karena dia... kamu tidak memperingatkanku. Tapi kau mengakui
perasaanmu padanya.” Kata Yool Moo
“Tolong
bayar semua yang aku lakukan untukmu.” Ucap Dong Joo. Yool Moo menolak.
“Aku akan
membayarmu di Hanyang. .. Jangan terlambat.” Kata Yool Mo memperingati lalu
pergi.
Tuan Yeon
keluar dari kamar raja, setelah kasim menutup pintu lulutnya langsung lemas dan
mengucapkan terima kasih karena masih hidup. Raja memberitahu panglima Rumah
gisaeng membantu desa agar membawakan bosnya dan janda yang dekat dengannya.
“Jika
tidak ada bukti maka bawakan saksinya.”perintah Raja. Panglima mengerti.
Kim Sook
melihat dari bukit tempat desanya dahulu, lalu bertanya apakah mereka semua
sudah melarikan diri. Yeon Boon menganguk kalau mereka sudah melarikan diri
yaitu Nyonya Kim sudah pergi bersama Nyonya Chun jadi mereka yang terakhir.
“Rumahku.
dan semua temanku ada disana. Aku melakukan perbuatan kejam supaya bisa hidup disana dengan damai.”
Komentar Joon Sook sedih
“Kita
harus pergi supaya teman kita tetap aman. Mari kita pergi.” kata Kim Sook
mengajak mereka semua pergi.
Di sebuah
hutan
Beberapa
pria seperti perampok sedang makan dan minum bersama, Seorang pria datang
memberikan sekantung uang mengajk mereka untuk segera bergerak. Semua pun
setuju kalau akan segera pergi. saat itu Yool Moo tersenyum dingin, sebagai
orang yang memerintahkanya.
Nyonya
Chun bertemu dengan Tuan Heo ingin tahu alasanya tidak menerima tawaran Yool Moo karena berjanji akan menjaga orang-orang seperti mereka yang tidak punya
kekuasaan. Ia pikir Yool Mooo lebih baikdaripada Raja saat ini.
“Aku ingin
tahu jika kau masih berpikir sama setelah melihatnya.” Ucap Tuan Heo
memperlihatkan sebuah pakaian.
“Ini
milik Nyonya Min... “ ucap Nyonya Chun kaget. Tuan Heo memberitahu kalau menemukan mayatnya di gunung belakang desa dan sudah tahu siapa
yang membunuhnya.
“Apa maksudmu
Pangeran Agung Neungyang yang
melakukannya? Kenapa?” tanya Nyonya Chun kaget.
“Supaya
dia bisa menggali apapun yang ingin dia ketahui tentang aku, menemukan
kelemahanku, dan akhirnya mengancamku dengan itu. Apa menurutmu dia perduli
dengan kelemahan?” komentar Tuan Heo.
“Dia pria
yang bisa membunuh siapapun dalam rangka untuk mendapatkan keinginannya. Jelas
Tuan Heo.
Nyonya
Chun keluar dari ruangan dengan wajah tegang, Tuan Heo pun menyusul saat itu
Nok Du diam-diam mengikutinya. Tuan Hwang keluar dari kamar seperti bosan dan
sempat melihat dari belakang Nok Du tapi tak mengenalinya karena mengunakan
pakaian wanita.
“Pangeran
Agung Neungyang memprovokasi kita sebagai langkah pertamanya.. Dia penuh
persiapan, jadi kau harus berhati-hati” ucap Tuan Heo pada anak buahnya. Nok Du
terus mendengarkanya.
“Haruskah
kita mencarinya dan membunuhnya?” tanya anak buahnay. Taun Heo pikir Dia tidak
melakukan kesalahan apapun.
“Dia
harus bersembunyi dan hidup dipulau karena Ayahnya. Bawa dia kembali
hidup-hidup.” Kata Tuan Heo.
“Dia
bilang "pulau"? Apakah mereka membicarakan tentang kakakku?” gumam
Nok Du panik.
Beberapa
prajurit mulai bergerak, Nok Du memberikan pelajaran pada salah satu pria dan
menyamar menjari prajurit. Mereka masuk ke rumah Yool Moo, Sementara Nok Du
mengintip dari atas genteng. Sementara di dalam rumah Yool Moo menjamu Hwang
Tae.
“Apakah
kurang nyaman untuk menjadi teman? Kupikir akan lebih baik jika kita bisa
berteman.” Kata Yool Moo
“Aku
yakin kita bisa pelan-pelan menjadi teman.” Ucap Hwang Tae. Yool Moo pikir
mereka akan bekerjasama dalam waktu yang lama.
“Apakah
aku bisa membantu rencanamu?” tanya HwangTae sedikit ragu.
“Aku
tidak akan mempertahankanmu jika kamu tidak berguna. Ada sesuatu yang harus...
Kau lakukan untukku, tapi itu bukan bagian dari rencanaku. Adikmu...
maksudku... aku harus menemukan putra Raja.” Ucap Yool Moo
Saat itu
prajurit sudah siap menyerang kamar Yool Moo, tap anak buah Yool Moo sudah
lebih dulu menghadangnya. Nok Du hanya melihat dari atas genting, Di kamar Nam
tae bertanya Apakah Yool Moo akan membunuhnya jika berhasil menemukannya.
“Begini...
Aku berpikir untuk membunuhnya karena dia tidak berguna untukku.tapi, bagaimana
menurutmu? Aku juga bersedia mengikuti pendapatmu.” Kata Yool Moo Saat itu terjadi keributan diluar, Yool Mo
menatap sinis.
Nok Du
masuk ke kamar dan kaget melihat Hwang Tae dan langsung bertanya bagaimana bisa
tertangkap, lalu memeriksa apakah ada yang terluka dan baik-baik saja. Nok Du
pikir Hwang Tae sudah melalui banyak hal.
“Aku
merindukanmu, Hwang Tae.” Ucap Nok Du memeluk kakaknya. Hwang Tae kaget
bertanya bagaimana adiknya bisa ada dirumah Yool Moo.
“Begini,
ceritanya sangat panjang. tapi aku datang untuk menyelamatkanmu. Mari kita keluar dari sini.” Kata Nok Du. Hwang
Tae menolaknya.
“Aku
tidak disini karena tertangkap.” Akui Hwang Tae. Nok Du kaget mendengarnya.
“Kupikir
kau ditangkap oleh Pangeran Agung Neungyang. kupikir kau melarikan diri dari
orang yang mencoba membunuh kita...” kata Nok Du
“kami
hampir mati di pulau. karena kau.” Tegas Hwang Tae marah. Nok du tak percaya
kakaknya mengatakan hal itu.
“Pangeran
Agung Neungyang menyelamatkanku saat aku hampir
dibunuh lagi karenamu.” Kata Hwang Tae. Nok Du terlihat tak mengerti.
“Alasan
kenapa kita harus bersembunyi, alasan kenapa Ibu harus mati dengan menyedihkan,
dan alasan kenapa kita dikejar sepanjang waktu, aku sudah tahu alasannya.” Tegas
Hwang Tae.
“Apakah
itu karena aku?” tanya Nok Du, Hwang Tae membenarkan kalau semua karena Nok Du.
“Lupakan
saja... Lupakan itu. kau harus pergi. Aku tidak akan bilang pada siapapun jika melihatmu
hari ini, jadi pergilah.” Kata HwangTae menyuruh Nok Du pergi.
“Kenapa
bisa salahku? Kenapa? Katakan padaku. Katakan padaku!”terak Nok Du marah
“Apakah
kamu benar-benar mau mendengarnya? Apakah kau yakin bisa mengatasinya? katakan
padaku.” Tegas Nok Du
“Baiklah...
Ini semua karena kau... Ini semua karena... Ini semua karena... kau adalah
putra... dari Raja.” Kata Hwang Tae. Nok Du menangis mengetahuinya.
Anak buah
Yool Moo akan membunuh satu prajurit lagi. Yool Moo datang menyuruh agar jangan
membunuhnya karena mereka membutuhkan seseorang untuk kembali dan memberitahu
Tuan Heo agar tidak membuang-buang tenaganya.
Sementara
di ruangan, Nok Du pikir ini tidak masuk akal dan berpikir Yool Moo berharap mempercayainya kalau ia
adalah putra Raja. Hwang Tae pikir jika
Nok Du tidak mempercayainya maka bisa bertanya langsung kepada Raja.
“Ada apa
denganmu? Aku adikmu. Aku putra Ayah.” Ucap Nok Du sambil menangis.
“Itu juga
yang kupikirkan! Itulah sebabnya Aku menjalani hidup yang sulit.” Ungkap Hwang
Tae.
Flash Back
Hwang Tae
membawakan obat untuk ibunya, saat itu terdengar suara dari dalam kamar Nok Du
memanggilnya. Ia bergegas masuk tapi mendengar suara ibunya. Ibunya berkata “Itu
semua salahmu. Jika bukan karena kau, putraku akan... Keluargaku akan...”
“Aku
tidak mau lagi menjalani hidup seperti itu. Aku akan mengambil semua yang
hilang karena kau.”tegas Hwang Tae.
“Hyung..
Kumohon jangan lakukan ini. Mari kita pergi bersama. Kau tidak bisa membuangku seperti
ini. Apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Nok Du
“Larilah
sendiri. Hanya ini yang kutahu, jadi jangan
lagi mencariku. Jangan mencoba untuk mengetahui apapun. bersembunyilah dan jalani
hidupmu seolah-olah kamu tidak ada. Jika kamu tidak melakukannya,maka kau pasti
akan mati.” Ucap Hwang Tae
“Keluar
dari sini. pergilah.. pergi sekarang juga!” kata Hwang Tae mendorong Nok Du
pergi. Nok Du tak percaya kakaknya tega melakukan itu.
“Jangan
lagi memanggilku seperti itu.” Tegas Hwang Tae lalu menutup pintu dan menangis.
Saat itu
Yool Moo masuk melihat Hwang Tae menangis bertanya Apakah ada sesuatu yang
terjadi. Hwang Tae mengaku Alkohol membuatku merasa sedikit emosional dan
bertanya balik apa yang terjadi diluar. Yool Moo mengaku bukan apa-apa.
“Itu
sudah diurus. jangan khawatir dan beristirahatlah. Aku punya janji lain.
Selamat malam.” Ucap Yool Moo.
Nyonya
Chun datang ke rumah Yool Moo, mengaku bingung karena tidak bisa menemukan
Nyonya Kim, jadi datang kesini sendirian dan mengaku ingin menanyakan sesuatu
padanya. Yool Moo heran Nyonya Chun tidak bisa menemukannya
“Baiklah,
masuklah kedalam... Aku mau keluar sebentar.” Kata Yool Moo
“Apakah
kamu membunuh Nyonya Min?” tanya Nyonya Chun. Yool Moo membenarkan
“Aku
membunuhnya untuk menjaga rahasiaku. Aku menyingkirkan segala kemungkinan yang bisa
menyebabkan masalah nanti. Apakah ada masalah dengan itu?” komentar Yool Moo
santai.
“Aalam
rangka untuk mencegah masalah di masa depan, Apa kamu membunuh wanita yang
membahayakan dirinya dalam melakukan tugasnya?” komentar Nyonya Chun tak
percaya.
“Itu
wajar bagi orang yang melayaniku untuk menghilang. Bukan begitu?” komentar Yool Moo
“Jika
begitu alasannya, Apa kau mungkin akan membuang Pasukan Muweol. dan desa janda
kapanpun kamu mau.” Kata Nyonya Chun.
“kau bisa
memastikan bahwa aku tidak akan membuang mereka. dan untuk desa janda, aku
sudah membuangnya.” Komentr Yool Moo. Nyonya Chun kaget mendengarnya.
Para
pria-pria beringas mengajak semua masuk ke desa janda. Yool Moo pikir kalau
Nyona Chun butuh desa, maka bisa membangun yang lain. Jika mau rumah gisaeng,
maka akan membuat yang paling besar dan mewah di Hanyang.
“Tolong
jangan bilang jika kau pikir mengeluarkan Pasukan Muweol dari desa bisa menyelesaikan
hal ini. Kau pasti tidak terlalu memikirkan Raja.” Sindir Yool Moo
“Harap
berikan aku sedikit waktu. aku pasti akan memastikan tidak ada yang akan
menjadi bukti untuk Raja. Aku bisa
memindahkan seluruh desa ke tempat lain jika perlu.” Pinta Nyonya Chun.
“Kenapa?
Kenapa aku harus melakukannya? Itu merepotkan. saat aku tahu cara paling mudah yang
bisa menjamin keinginanku.” Kata Yool Moo. Nyonya Chun menganguk mengerti.
“Syukurlah.
tunggu aku didalam kamar. dan suruh Dan Ho untuk mencari Nyonya Kim.” perintah Yool Moo.
Nyonya Chun pun tak bisa melawan.
Nok Du
terlihat sangat marah masih dengan pakaian wanitanya. Tuan Heo ada didalam
ruangan berpikir anak buahnya datang lalu bertanya apakah menangkapnya. Tapi
pedang malah ada didepanya, Tuan Heo bertanya siapa pria itu.
“Ayahku,
kakakku dan aku.. kenapa kamu mencoba membunuh kami? Siapa aku sebenarnya? jawab
aku.” Ucap Nok Du penasaran. Tuan Heo kaget berpikir kalau itu adalah Nok Du
“Tuan!
Tuan Heo! Desa janda dalam bahaya.” Teriak Nyonya Chun panik masuk kamar dan
melihat Tuan Heo sedang diancam dengan pedang. Nok Du kaget mendengarnya.
Para pria
masuk ke desa janda yang sunyi, lalu berteriak agar mereka memulainya. Semua langsung melempar obor
membakar semuanya, beberap wanita keluar rumah panik karena desa mereka
dibakar. Para pria langsung membunuh para wanita.
“Jangan
melepaskan siapapun.” Teriak Para pria. Semua wanita menjerit ketakutan. Tiga wanita
tambun bingung melihat desa mereka sudah dibakar. Yool Moo sudah menunggu didekat ayunan tapi
Dong Joo belum juga datang, lalu menduga sesuatu dan bergegas pergi dengan
kudanya.
Dong Joo
bersiap-siap pergi menyiapkan semua barangnya dalam kotak lalu berjalan sambil
menghapus air matanya. Sementara Aeng Du pergi ke pasa memberitahu Ada kue
beras dan daging didalamnya dan itu sangat enak.
“Aku
tidak pernah mendengar ada tempat yang menjual makanan itu.”komentar seorang
wanita.
“Ya ampun,
ini sangat menjengkelkan...Aku yakin ini tempatnya. Aku yakin itu.” Kata Aeng
Du
“Hei,
makan saja makanannya dan pergi. Kau bisa bertemu harimau nanti jika terus
berada diluar.” Keluh Tuan Hwang yang sudah mengantuk. Aeng Du pikir tak
masalah.
“Kita
bisa menghabiskan malam disini.Dengan ini, kita bisa menghabiskan 10 malam
disini.” Kata Aeng Du memperlihatkan banyak uang dikantungnya Tuan Hwang
mengeluh Aeng Du bicara omong kosong.
“Kenapa
dia menyuruhnya makan sesuatu yang tidak ada? Astaga, ini sangat menjengkelkan.
Tapi dia membawa banyak uang.” Kata Tuan Hwang mengikuti Aeng Du pergi.
Semua
pria membunuh wanita dengan pedang dan tak ada belas kasihan. Tempat pembuatan
bir dibakar. Dong Joo akan pergi tapi dari kejauahan desanya seperti sangat
terang karena dibakar. Nok Du menyusuri hutan dengan kudanya.
Soo Yeon
mencoba melawan semua pria, Dong Joo membantu dengan panahnya dan bertanya apa
yang terjadi. Soo Yeon mengaku tak tahu. Dong Joo akan kabur tapi seorang pria
sudah mengangkapnya dan langsung mencekiknya.
Yool Moo
masuk desa janda mencoba mencari Dong Joo, lalu dengan kobaran api melihat
kalau Dong Joo sedang dicekik. Ia berteriak agar menghentikan sekarang juga
tapi suara jeritan para janda menutupi suara Yool Moo. Dong Joo sudah
kehilangan nafasnya.
Flash Back
Aeng Du
melihat barang yang dibawa Dong Joo bertanya akan kemana. Dong Joo meminta Aeng
Du agar mengatakan padanya bahwa ia menyesal. Aeng Du bertanya kepada siapa. Dong
Joo menjawab kakak Aeng Du lalu ingin tahu siapa namanya.
Dong Joo
sudah kehabisa nafas lalu menyebut nama “Nok Du.” Sambil menangis. Si pria
sudah siap mengayuhkan kampaknya. Saat itu tubuh Dong Joo jatuh lemas, sebuah
pedang menebas si pria. Nok Du langsung memeluk tubuh Dong Joo yang lemas.
Bersambung
ke episode 15
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar