PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yong Sik
memeluk Dong Baek sambil menatap tulisan di dinding [SUDAH KUBILANG JANGAN
USIL, AKU MENGAWASIMU TIAP HARI SEJAK HARI ITU] Dong Baek bingung merasa Ini terlalu tiba-tiba, Yong-sik mencoba
menjelaskan dan saat itu Dong Baek melihat tulisan dinding.
Tangan
Dong Baek langsung meremas baju Yong Si
karena kaget. Yong Sik pun tak bisa berkata-kata melihat CCTV yang sudah tak
berfungsi.
Pada jam
2 dini hari, seseorang masuk dari pintu belakang lalu mengendap-ngendap ke arah
samping CCTV, lalu menutup kamera dengan pilox.
Yong Sik
mencoba mendorong kunci pintu belakang dengan sumpit dan bisa masuk dengan
mudah. Tuan Byun yang didepanya seperti tak percaya ada yang berani masuk ke
bar. Yong Sik yakin Ini seseorang yang tahu dan Si pelaku jelas tahu tempat
ini.
“Dari
pintu samping itu hingga tata letak, cara bergerak di dalam... Bahkan
kameranya. Dia bahkan tahu letak kamera pengawasnya. Karena itu dia bisa
bergerak di titik buta dan melakukan ini pada dinding tanpa tersasar dalam
gelap.” Jelas Yong Sik yakin
“Masalahnya...
Kameranya baru dipasang kemarin.” Kata Tuan Byun bingung. Yong Sik pikir pelakunya hantu.
“Bagaimana
bisa orang tahu dalam sehari?” ucap Tuan Byun. Yong Sik mengartikan kalau
hantunya pasti salah satu orang yang ada di sini kemarin.
“Bedebah
ini pasti tertangkap kamera Harusnya kita bisa menemukannya dalam video dari
sebelum kejadian ini.” Ucap Yong Sik kesal.
“Jika
begitu... Kita harus... Kita harus laporkan ke atasan terlebih dahulu.
Begini... Entah ini dilakukan oleh Pengusil atau psikopat, kita harus jaga TKP
dahulu.” Kata Tuan Byun memutuskanya sebagai kepala polisi.
“Astaga,
banyak orang datang ke restoran ini. Kau pikir bisa temukan apa di sini? Apa
Kau kira bisa dapat sidik jari atau rambutnya di sini?” keluh Yong Sik.
“Mari
hubungi Forensik lebih dahulu.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik mengeluh meminta Tuan
Byun agar memelankan suaranya.
“Apa Kau
ingin panggil Forensik? Apa Perlu kita pasang garis polisi? Atau Apa Perlu kita
panggil seluruh reporter dan detektif dan biarkan mereka memberi tahu seluruh
negeri soal ini?” keluh Yong Sik marah
“Kau
sadar di sini tempat Pil-gu makan dan belajar, kan?” tegas Yong Sik. Dong Baek
dilantai atas hanya bisa terdiam mendengar pembicaraan kedua polisi.
Ia
akhirnya membuka kotak yang disimpanya selama dan melihat artikel di sebuah
koran [SAKSI MUNGKIN SEORANG PELACUR]
Tuan Byun
menghela nafas. Yong Sik pikir yang mereka harus lakukan... lalu merasa kalau butuh
berpikir juga. Dong Baek turun memberikan kotak yang selama ini disimpanya,
lalu memberitahu Mereka memanggilnya
pelacur dan a hanya pelacur kotor yang menjadi korban pembunuh berantai
“Lalu aku
harus menjaga sikapku karena aku berhasil selamat.” Ucap Dong Baek
“Siapa
bedebah yang mengatakan itu tanpa tahu apa pun?” kata Yong Sik marah
“Tak ada
yang ingin tahu kebenaran. Yang mereka percaya menjadi kebenaran.” Ucap Dong
Baek
“Dongbaek,
kenapa kau terus menyimpan artikel bodoh itu selama ini? Lalu kenapa kau masih
ingat semua komentar di internet?” kata Yong Sik marah
“Kau benar.
Aku masih ingat semua komentar itu walau lima tahun sudah berlalu. Pengusil tak
membunuhku, tapi orang-orang terus menikamku berulang kali. Aku tak ingin
mengalaminya lagi.” Ucap Dong Baek
“Dongbaek,
akan kupastikan kau takkan pernah mengalaminya lagi.” Tegas Yong Sik
menyakinkan.
“Aku
mencemaskan Pil-gu, bukan aku. Dia meramban internet setiap hari. Jika dia menemukan
komentar-komentar itu, dia akan mengingatnya seumur hidup. Aku tak ingin dia
membawa luka emosional semacam itu.” Jelas Dong Baek menahan tangisnya.
“Kami bisa
persempit daftar tersangka saat lihat rekaman video pengawas, dan akan
kutangkap dia. Kau takkan terluka sama sekali. Tak ada yang akan menimpamu karena
akan kutangkap bedebah itu.” Tegas Yong Sik yakin bisa menangkapnya.
“Dasar
Bodoh. Kau takkan bisa ungkap kasus dengan tekad.” Keluh Tuan Byun melihat
anaknya.
“Lalu
bagaimana dengan mereka? Mereka bahkan tak punya tekad. Mereka minta kita cari
orang berukuran sepatu sama. Kau berharap apa? Forensik hingga Unit Investigasi
Area Besar, mereka coba semua tapi tetap tak bisa menangkap pelakunya.” Keluh Yong
Sik kesal
“Ini
membuatku gila.” Ungkap Tuan Byun. Yong Sik makin kesal ingin tahu Tuan Byun
itu memihak siapa
“Apa Kita
perlu buat laporan? Apa Pasang garis polisi?” ucap Yong Sik kesal. Dong Baek
kebingungan melihat tulisan di dinding.
“Hei,
Hyang-mi akan datang sebentar lagi... Itu. Bagaimana dengan itu?” tanya Tuan
Byun menunjuk ke tulisan AKU MENGAWASIMU TIAP HARI SEJAK HARI ITU
Yong Sik
mengejar Dong Baek keluar bar bertanya mau ke mana. Don Baek mengaku cemas jadi
merasa harus periksa Pil-gu. Yong Sik setuju Dong Baek harus periksa dan akan mengantarnya pulang
segera. Dong Baek pikir Hyang-mi akan segera kemari.
“Bisakah
kau di sini dan selesaikan mengecatnya untukku?” kata Dong Baek merasa khawati
Hyang Mi bisa tahu.
“Aku tak
bisa biarkan kau sendiri setelah itu tadi.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pikir Yong
Sik akan mengikutinya seharian?
“Bagaimana
pun, aku harus berjalan di gang ini sendirian. Sejauh ini aku baik.” Kata Dong
Baek
“Lalu aku
ini apa? Jika kau ingin terus pergi sendirian, apa gunanya aku?” keluh Yong Sik
marah
“Masalahnya,
seluruh negeri akan dengar ini jika Hyang-mi tahu. Mengecatnya lebih penting
bagiku sekarang, jadi, tolong lakukan untukku, Yong-sik.” Pinta Dong Baek. Yong
Sik menghela nafas akhirnya menyetujui pilihan Dong Baek.
“Kalau
begitu akan kuselesaikan lalu meneleponmu. Tetaplah di rumah. Lalu Kenapa tak
tutup bar beberapa hari? Katakan kau merenovasinya atau liburan.” Saran Yong
Sik
“Kenapa
tak kubuka? Dia mungkin ingin lihat apa yang terjadi setelah ulahnya semalam,
dan juga raut wajahku. Kurasa dia akan datang hari ini.” Kata Dong Baek merasa
berani. Yong Sik mengeluh mendengarnya.
“Katanya
dia mengawasiku tiap hari. Dia ingin melihatku hari ini.” Kata Dong Baek yakin.
Dong Baek
akhirnya berjalan di lorong yang terlihat gelap dan menyeramkan. Ia berusaha
berjalan dengan penuh keberanian, tapi ketakutan saat berjalan. Tiba-tiba
terdengar teriakan memanggil namanya. Yong Sik berlai memanggil Dongbaek.
“Kubilang
aku bisa pulang sendiri.” Keluh Dong Baek. Yong Sik mengaku akan mengantarnya.
“Apa Kau
cemas aku tak bisa temukan tempatku?” ejek Dong Baek. Yong Sik mengaku hanya
tak mau melepas Dong Baek.
“Aku ini
juga cenderung lengket... Ayo.” Goda Yong Sik. Dong Baek kaget melihat sosok
pria yang duduk sendirian seperti akan menyerangnya.
“Aku akan
menangkap psikopat itu. Kau tak perlu takut.” Ucap Yong Sik menenangkan melihat
pria yang minum banyak
Yong Sik
berjalan dengan Dong Baek berpikir diam saja di rumah hari ini dan istirahat.
Dong Baek mengingat Dahulu saat terbiasa
sendirian dan melihat serangga berkaki banyak. Ia dahulu kaget tiap melihatnya,
tapi akhirnya belajar kalu harus menindihnya segera jika sungguh takut. Yong Sik bingung.
“Jika mereka
sembunyi saat kau teriak, maka kau akan lebih takut karena kau harus hidup
dengan mereka. Mirip bedebah yang mengawasiku selama lima tahun. Jadi, mari
tindih dia segera.” Ucap Dong Baek.
‘Apa Kau
sungguh tak apa-apa?” tanya Yong Sik khawati. Dong Baek ingat Yong Sik
mengatakan dirinya tangguh dan berani dan orang-orang merundungnya tanpa tahu
cakar yang dimilikinya.
“ Benar.
Ini Dongbaek yang kukenal. Aku suka padamu karena kau bisa sangat bernyali.”
Kata Yong Sik mencoba agar bisa tenang.
Flash
Back
Dong Baek
berani melawan Tuan No memberitahu harga Bekicotnya 15.000 won, tumis babi
12.000 won, dan kerang 8.000 won. Dan Tapi harga itu tak termasuk hak menyentuh
atau senyumnya. Saat itu Tuan No terlihat kaget mendengarnya.
“Aku
menjual alkohol. Di sini kau hanya bisa membeli alkohol. Itu saja.”tegas Dong
Baek.
“Begitulah
awalnya.” Gumam Yong Sik menatap Dong Baek langsung terkesima.
“Lalu Kenapa
menutup bar? Aku bahkan beli halibut hari ini.cBedebah itu bisa bercanda semaunya.
Aku ikuti jalanku.” Kata Dong Baek yakin.
“Saat pertama,
aku jatuh hati padanya karena dia bernyali, tapi tenang.” Gumam Yong Sik
menatap Dong Baek
“Setelah
mengantar Pil-gu sekolah, maka aku akan rendam halibut yang kubeli. Akan kupotong,
buat sup, lalu menjualnya. Itu targetku hari ini.” Ungkap Dong Baek.
“Tapi sekarang,
itu yang membuatku marah.” Gumam Yong Sik mencoba menutupi amarahnya.
“Sudah
kubilang. Bar tak pernah tutup selama lima tahun untuk tunjukkan pada Pengusil.”
Kata Dong Baek
“Marah
karena merasa bersalah.cAku lebih marah karena merasa bersalah tanpa alasan.”
Gumam Dong Baek
“Tidak
akan kubiarkan jika dia bertingkah sekarang.” Tegas Dong Baek. Yong Sik
tiba-tiba berhenti dan langsung memegang tangan Dong Baek. Dong Baek binggung.
“Tanganmu
berkeringat. Kenapa kau selalu mengepal erat tanganmu?” kata Yong Sik lalu
mengelapnya. Dong Baek seperti baru sadar kalau Tangannya berkeringat...
“Ini
karena kau kepalkan tanganmu terlalu lama.” Kata Yong Sik mencoba
mengeringkannya. Yong Sik hanya bisa terdiam.
Flash Back
Dong Baek
terus mengengam tanganya untuk melawan rasa takutnya, diam-diam Yong Sik
mengikuti Dong Baek dan melihat dari kejauhan seperti hanya ingin memastikan.
Saat melihat Dong Baek sangat ketakutan akhirnya berlari memanggilnya.
“Dongbaek,
ada yang berkata Sirasoni sebenarnyapetarung yang lebih baik dari Du-han,tapi
tak punya kekuatan lebihkarena tanpa pengikut. Kau seperti Sirasoni. Kau bisa
sangat kuat tanpa bantuan, tapi kini kau punya pengikut yang selalu ada untukmu.”
Tegas Yong Sik.
“Tak
peduli di mana pun, jika kau tampak ragu atau kesulitan, aku akan segera datang
untukmu. Jadi, lepaskan kepalanmu, oke? Lalu berdiri tegak. Kini, mari jalan
bersama.” Kata Yong Sik
Dong Baek
tersenyum mendengarnya, Yong Sik pun bisa tersenyum lalu mengajak mereka pergi
bersama. Terlihat ada tulisan “LYNX DI DAERAH INI”
Tuan Byun
mengecek dinding lalu mengeluh tak bisa berhenti berpikir kalau ia lakukan
semua kerja kasar, sementara Yong Sik menyelidiki kasus. Yong Sik terus memastikan
CCTV. Tuan Byun memberi perintah
Pertama, identifikasi semua yang dilihat di video.
“Lihat
jika kau bisa dapat salah satu yang terus melihat ke kamera.” Udap Tuan Byun.
“Sial.
Apa orang-orang ini tak pernah melihat kamera pengawas?” keluh Dong Baek kesal.
Flash Back
Saat
kamera pertama kali dipasang, semua pria menatapnya. Mereka bertanya-tanya
alasan Dong Baek memasang kamera ini.
Disana ada Hyang Mi hanya duduk tak diam. Mereka merasa Dong Baek jadi
mengerikan lalu dibagian depan tertulis peringatan "Jika kau kasar padaku,
aku juga akan begitu."
Yong Sik
menuliskan semua nama “KANG BYEONG-DU, GONG JIN-BAE, KIM BEOM-RYONG, IBU” Tuan
Byun akhirnya selesai mengecet mengeluh
lelah lalu bingung bertanya "Ibu" siapa yang dimaksud. Yong
Sik memberitahu Ibu Dongbaek ada di dapur saat kamera pengawas dipasang.
“Aku hanya
membuat daftar semua orang yang berada di sini hari itu.” Jelas Yong Sik. Tuan
Byun baru tahu Ibu Dong Baek ada direstoran.
“Dia
bekerja paruh waktu.” Jelas Yong Sik. Tuan Byun tak percaya mendengarnya.
“Astaga,
tunggu. Siapa lagi yang tahu soal kamera pengawas dipasang?” ucap Yong Sik
mencoba mengingat-ingat.
“Tapi
harus kukatakan, hal-hal ini terjadi sejak dia datang kemari.” Komentar Tuan
Byun.
“Apa? Itu
tak masuk akal. Itu teori yang tak masuk akal. Aku paham dia demensia, tapi
kenapa berbuat begitu pada putri sendiri? Siapa tahu? Mungkin ada motif
tersembunyi.” Kata Tuan Byun curiga. Yong Sik tak percaya mendengarnya.
“Tapi Apa
kau yakin ibu Dongbaek mengidap demensia? Nenekku juga menderita demensia. Tapi
sikapnya sangat berbeda.” Jelas Tuan Byun curiga.
“Dia
memakai gelang yang itu. Kita semua
lihat perbuatannya di kantor.” Kata Yong Sik.
“Tapi jika
kau sungguh memikirkannya...Dia tak membuat masalah. Dia membantu putrinya,
'kan?” ucap Tuan Byun curiga.
Di rumah
Ibu Dong Baek membuatkan makanan, Dong
Baek akhirnya pulang memberitahu anaknya kalau Mulai hari ini, akan
mengantarnya pergi les dan memperingatakan Pil Goo Jangan pergi sendirian. Pil
Goo mengaku tak pernah pergi sendirian.
“Nenek
mengantarku pergi tiap hari.” Kata Pil Goo. Dong Baek kaget mendengarnya.
“Dia
bahkan mengantarku ke arkade.” Kata Dong Baek dan meminta ibunya Ibu juga
jangan berjalan sendirian.
“Jika kau
hilang kendali...” ucap Dong Baek yang langsung disela oleh ibunya agar jangan
mencemaskan dirinya.
“Aku tak
bilang begitu.” Keluh Dong Baek. Ibunya meminta agar Dong Baek saja mencemasan
dirinya. Dong Baek akan mengambil telur gulung.
“Jangan
makan telur gulung yang kubuat untuk Dongbaek.” Kata Ibu Dong Baek menahan
sumpit anaknya.
“Ibu,
kenapa kau terus memanggilnya Dongbaek? Kau tak pernah buatkan untukku saat
kecil.” Keluh Dong Baek kesal
“Wanita
itu rakus sekali.” komentar Ibu Dong Baek pada Pil Goo yang dianggap sebagai
Dong Baek.
Dong Baek
akhirnya mengantar anaknya ke sekolah dengan ibunya, lalu bertanya pada Pil Goo apakah ada sekolah
lain dengan tim bisbol bagus. Pil Goo sambil bermain games, menjawab SD
Dongjung di Seoul. Dong Baek pikir Semua mahal di Seoul.
“Hanseung
di Daejeon juga bagus.” Ucap Dong Baek. Pil Goo pun balik bertanya kenapa
ibunya membahas itu.
“Apa Kita
harus pindah, Pil-gu?” tanya Dong Baek. Pil Goo ingin tahu kenapa.
“Aku
hanya ingin besarkan kau di tempat aman. Kurasa kota ini tak aman.” Kata Dong
Baek khawatir.
“Ibu, aku
akan jadi remaja tanpa kau sadari. Lalu Nenek berkata anak-anak tak mendengar
saat besar.” Kata Pil Goo. Dong Baek menatap ibunya merasa bersalah.
“Dongbaek,
kubilang aku tak bisa menjemputmu hari ini, 'kan?” kata Ibu Dong Baek pada Pil
Goo.
“ Jadi Bu,
bisa tolong jemput Dongbaek hari ini?” kata Ibu Dong Baek pada Dong Baek.
“Namanya
Pil-gu, bukan Dongbaek.” Keluh Dong Baek kesal. Ibu Dong Baek seolah tak peduli
memberitahu Pil Goo kalau Dong Baek akan menjemputnya nanti. Dong Baek hanya
bisa menghela nafas merasa tak bisa dipercaya
“Berhenti
memanggilnya "Dongbaek" dan pura-pura jadi ibu paling baik di dunia.
Kau punya penyesalan, Kan? Jujur saja. Kurasa kau tak menyesali apa pun. Kau
cukup dingin meninggalkan anakmu sendiri. Aku yang sangat menyesal.”ucap Dong
Baek merapihkan rambutnya didepan jendela mobil.
“Kenapa
kau pergi ke bank?” tanya Ibu Dong Baek. Dong Baek pikir harus tampak cantik.
Akhirnya
Dong Baek seperti baru melihat syarat pengajuan pinjaman dan pegawai
memberitahu kalau tak memenuhi syarat sama sekali dan bertanya Apa ada yang
bisa digunakan sebagai jaminan atau orang yang bisa menjamin?
“Aku
berpenghasilan rendah, jadi, aku tak punya semua itu.” Kata Dong Baek. Si
pegawai bingung. Ibu Dong Baek hanya menatap anaknya dari kejauhan sambil
meminum botol penyegar.
“Ini
pinjaman pendapatan rendah, tapi aku tak bisa dapat.” Keluh Dong Baek melihat
formulir PINJAMAN BISNIS KECIL
Akhirnya
Dong Baek pergi ke ATM setelah mengprint bukunya, dan melihat kalau Saldo
rekening yang sangat kecil. Ia pun mengeluh bahkan tak punya beberapa juta won
walau bekerja tiap hari lalu memperlihatkan pada ibunya kalau anaknya sangat
miskin.
“Mereka
yang terlahir kaya hidup di dunia berbeda. Orang sepertiku yang terlahir tak
punya apa-apa tak bisa dapat apa pun gratis.” Keluh Dong Baek sedih. Ibu Dong
Baek hanya bisa diam saja.
[KEPOLISIAN
ONGSAN]
Yong Sik
terus menatap komputer tanpa berkedip, Oh Joon bertanya pada Tuan Byun yang
baru saja selesai mandi apa yang dilakukan Yong Sik. Tuan Byun membertahu Tampaknya
pencuri membobol Camellia. Sung Min tak percaya kalau Yong Sik sungguh menyukai Dongbaek.
“Kau bercanda?
Dia tergila-gila padanya.” Ungkap Tuan Byun. Lalu Yong Sik bertanya pemilik penggilingan operasi kelopak mata
“Ini
mirip dia, tapi aku tak yakin.” Kata Yong Sik. Tuan Byun memberitahu Yong Sik
harus menulis nama orang-orang yang tak ada di video.
“Tulis
nama orang-orang yang tahu soal pemasangan kamera pengawas di Camellia. Semua
yang kau lihat saat kau membeli kamera hingga saat selesai memasangnya. Jika
kau memberi tahu orang soal memasang kamera, tuliskan juga namanya.” Kata Tuan
Byun.
“Semua
orang dari awal?” ucap Yong Sik bingung. Tuan Byun membenarkan kalau Toko itu
kecil, jadi, siapa pun bisa menebak letak kamera dipasang.
“Jelas
salah satu dari empat sudut. Kau tak perlu lihat untuk tahu.” Kata Tuan Byun.
Yong Sik masih memikirkan Semua orang dari awal?
Flash Back
Jam 5.05
PM, Yong Sik ada di toko dengan Tuan No ada disana juga dengan saling menatap
dingin. Ia mengingat bertemu dia di sana. Heung Sik bertanya pada ayahnya Apa kamera
pengawas baru ada di atas. Heung Sik melihat Tuan No datang terlihat ketakutan.
“Heung-sik minta maaf pada pemilik
gedung Camellia karena memaku dinding, itu menggangguku.”
“Astaga,
dia membuatku gila.”kata Tuan No marah sambil memakai alat-alat. Yong Sik ingat Tuan No yang mulai mengoceh.
“Pemilik
gedung mencoba dapatkan benda seperti ini karena dia tak mau gunakan paku dan
merusak dinding. Aku tak percaya penyewa menancapkan paku di dinding.” Kata Tuan
No marah
“Orang
dengan fetis pundak terus datang ke tempat itu.” Sindir Yong Sik. Tuan No tak
percaya Yong Sik memanggilnya Fetis pundak.
“Dia
terus meminta kacang sambil menepuk belakang pundaknya. Kami butuh kamera itu untuk
memenjarakannya. Minggir.” Sindir Yong Sik lalu keluar dari toko
“Apa Boleh
pasang ini?” ucap Heung Sik. Tuan No marah menyuruh agar jangan bicara
dengannya karena Perasaannya sangat terluka.
“Dia yang pertama kulihat. Tapi Aku
harus katakan sesuatu di situasi penuh intimidasi ini.”
Yong Sik
menatap para bibi yang terlihat sinis kearahnya, lalu mencoba menjelaskan kalau
Dong Baek biasanya bekerja hingga larut malam, jadi... Nyonya Kwak merasa tak
berkomentar jadi Yong Sik boleh pergi sekarang dan ikuti jalanya. Yong Sik pun
berjalan pergi.
“Aku terkejut
dia membiarkanku pergi. Tapi dia membuktikan dia agresif. Dia mengubah masa
depanku, tepat di sana”
“Hei.. Soal
restoranku... Tak akan kuberikan padamu.” Kata Nyonya Kwak. Yong Sik mengeluh ibunya
tiba-tiba membicarakannya
“Aku
hanya beri tahu kau tak mendapatkannya. Saudaramu bisa membaginya, tapi kau tak
dapat bagian.” Kata Nyonya Kwak.
“Terserah.
Tapi kenapa tiba-tiba membahasnya?” keluh Yong Sik heran. Nyonya Kwak menyuru
Yong Sik Pasang saja kamera pengawas itu.
“Kamera
pengawas di restoranku tertutup kotoran burung, tapi kau bahkan tak peduli. Tapi
kau harus pasang kamera itu di barnya secepat mungkin.” Sindir Nyonya Kwak
“Kenapa
kau biarkan burung membuang kotoran di kamera itu?” komentar Yong Sik.
“Apa dia
perlu menutup bokong burung?” kata Bibi Park membela. Yong Sik tak peduli milih untuk pergi.
“Hal
terakhir yang kudengar saat kabur adalah burung pun buang air di Rumah Biru.
Tapi kejutan lain menantiku.”
Jam 5.30
PM
Nyonya
Hong melonggo didepan bar, Yong Sik menyapanya
bertanya alasan datang dan berpikir kalau dan melihat gedung dan
memberitahu kalau Dong Baek akan pindah.
“Aku ingin dapat izinnya karena
bertemu dia. Aku ingin memasang kamera pengawas. Sebenarnya, mungkin dua atau
tiga kamera.” Nyonya
Hong pun mempersilahkan.
“Katanya, Tuan No takkan bisa
katakan apa pun sekalipun Dongbaek mengukir dinding itu, dan kuberi tahu posisi
politikku.
“Jika
seseorang dari keluargamu harus menjadi gubernur Ongsan, kurasa orang itu
seharusnya kau. Aku jelas akan memilihmu. Apa Kau mau pergi ke sana? Sebaiknya
kau pergi.” ucap Yong Sik.
“Lalu aku berpamitan kepada calon
gubernur sibuk.”
“Seharusnya
gubernur seperti itu. Tapi Aku hanya kemari untuk minum. Suamiku sedang
berselingkuh bahkan aku tak punya teman minum.” Keluh Nyonya Hong melangkah
pergi.
Yong Sik
akhirnya mengajak Heung-sik masuk dan memanggil Dong Baek dengan wajah bahagia,
tapi melihat sosok Jong Ryul juga ada di dalam bar.
“Lalu aku bertemu dia yang tak
ingin kulihat. Mereka tersangka yang kutemui sepanjang jalan.”
***
Yong Sik
menulsikan nama HEUNG-SIK, WANITA KUE BERAS, AYAH JUN-GI, IBU, IBU Dong Baek ,
NYONYA HONG, KANG JONG-RYEOL, HYANG-MI, DONGBAEK. Ia memberitahu Tuan Byun
sudah menuliskannya, tapi merasa bingung dengan daftar ini.
“Kenapa? Apa
Kau merasa lelah memikirkan menyelidiki semuanya?” tanya Tuan Byun.
“Tidak,
memeriksa semua tak masalah. Tapi Ini... Ini agak...” kata Yong Sik seperti merasakan
ada sesuatu.
Dong Baek
menaruh selembaran “PINJAMAN UNTUK IBU RUMAH TANGGA” lalu makan toppoki dengan
ibunya. Ia menceritakan Pengusil mengamuk,
lalu Para tetangga menatapnya dan pemilk gedung mengusir jadi tak tahu nasibnya
sekarang.
“Kue
beras tusuk masih 500 won di sekitar sini.” Ucap Dong Baek , sementara Nyonya
Jung melihat LAPORAN REKENING
“Kenapa
semua murah di sini? Aku tak bisa pindah karena rumah juga murah.” Keluh Dong
Baek.
“Apa Ini
untuk asuransi jiwamu?” tanya Nyonya Jung. Dong Baek pikir ibunya harus ikuti
jalannya.
“Kau harus
ingat apa punya anak lain Atau mungkin kau bisa ke panti jompo. Takkan terjadi
hal baik jika tinggal denganku. Kita bertiga akan menderita. Bukankah lebih
baik jika kau menderita sendirian dengan damai?” kata Dong Baek frustasi.
“Kau buat
masalah jika menderita sendirian. Orang bodoh akan memikirkan hal bodoh, orang
jahat akan memikirkan hal jahat. Jika kau menderita sendirian, maka menjadi
marah dan putus asa, monster bisa muncul dari cermin.” Ucap Nyonya Jung menatap
dingin.
“Kau
membuatku takut. Apa maksudmu?” kata Dong Baek terlihat ketakutan.
Yong Sik melihat
kalau Ini sedikit menakutkan. Tuan Byun
pun mengartikan kalau Yong Sik ketakutan dan menyindir Pengusil sedikit
menakutinya. Yong Sik mengatakan bukan seperti itu, lalu menjelaskan Hanya saja
ia mengenal baik semua orang.
“Tak seorang
pun di daftar ini bisa membunuh.” Kata Yong Sik. Tuan Byun yakn Tak ada yang
berbuat begitu di sini dan Pasti itu orang luar.
“Bagaimana
jika tidak? Aku takkan terlalu takut jika pelakunya memiliki tanduk di kepala.
Saat kita menangkapnya, maka aku takut dia mungkin sungguh biasa. Aku takut dia
mungkin ternyata orang yang kita kenal. Ini menakutkan.” Ucap Yong Sik
“Semua
tampak baik di luar. Jangan mudah percaya.” Kata Nyonya Hong menatap anaknya
seperti penuh makna. Dong Baek menatap ibunya dengan wajah bingung.
Bersambung ke EPISODE 16
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar