PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[3 MEI 2013 - CAMELLIA: PERMULAAN]
Dong Baek
terlihat bahagia saat membuka pertama kali barnya, dengan membersihkan karpet
merah bertuliskan “SELAMAT DATANG” Ia
terlihat penuh semangat.
Tapi saat
malam tiba, pengunjung belum juga datang. Pil Goo yang masih bayi sudah
tertidur lelap. Dong Baek gelisah belum juga ada yang datang sampai akhirnya
seorang pria masuk.
“Kau
buka, 'kan?”ucap Tuan Song, Dong Baek menganguk dengan senyuman lalu Tuan Han
pun ikut masuk dibelakangnya.
Dong Baek
membawakan pesanan diatas kompor. Tuan Han bingung karena hanya memesan satu porsi. Dong Baek mengaku
kalau itu memang satu porsi. Kedua pria itu hanya bisa melonggo karena porsinya
sangat besar untuk satu porsi.
“Karena
kalian pelanggan pertamaku...” ucap Dong Baek. Tuan Han mengerti tapi berpikir
Dong Baek salah menakar porsi.
“Tidak,
hanya kutambahkan karena perasaanku baik. Silakan dinikmati.” Kata Dong Baek.
Dong Baek
pagi hari berbelanja mengajak Pil Goo dalam stroller, lalu akhirnya Pil Goo
yang bisa berjalan dan mengukur tinggi badan di pintu. Dong Baek terus mengukur tinggi Pil Goo di
pintu, mereka selalu menempelkan stiker
setelah mengukur tinggi.
Saat Pil
Goo bisa mengayuh sepeda, Pil Goo bisa mengukur tingginya sendiri sampai tahun
2019, Pil Goo sudah sekolah masih mengukur tingginya sendiri dengan menuliskan
[ULANG TAHUN KE-7.. 2019, UPACARA MASUK SEKOLAH.. AGUSTUS 2019]
[DESEMBER
2014, AGUSTUS 2015, ULANG TAHUN KE-4 2015 APRIL 2016, JUNI 2016, ULANG TAHUN
KE-5 2016, APRIL 2017 DESEMBER 2017, DESEMBER 2018, 2019, UPACARA MASUK SEKOLAH
AGUSTUS 2019]
Lalu
didepan pintu tertulis [TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN SELAMA ENAM TAHUN INI,
DONGBAEK]
Dong Baek
melihat kertas pengumuman, Hyang Mi mengeluh pada Dong Baek karena selalu
berterima kasih tapi Seharusnya tulis, "Nikmati hidupmu, Berengsek."
Lalu membawa botol soju keluar dari bar. Dong Baek mengaku bersyukur.
“Aku
membesarkan Pil-gu di sini dan bisa mengirimnya ke tempat les.” Kata Dong Baek
masih bisa tersenyum
“Mereka
selalu merundungmu dan mencari masalah. Apa yang kau syukuri?” keluh Hyang Mi.
Ibu Dong Baek melirik sinis mendengarnya.
“Para
wanita di lingkungan ini memang aneh. Walau sangat membenciku, mereka selalu
memberiku kimchi buatan mereka. Mereka selalu melakukannya seakan-akan itu hal
yang alami.” Cerita Dong Baek
“Mereka
selalu berkata, "Hei, kapan kau ambil kimchi-mu?" Mereka meneriakiku
begitu. Ini lingkungan yang aneh. Jujur, kurasa aku cukup suka tinggal di sini.
Mungkin aku tak dibenci di tempat lain, tapi aku tak diberi kimchi. Itu perbedaan
besar.” Ungkap Dong Baek. Hyang Mi hanya bisa menatap heran.
Para bibi
berkumpul sambil main Go Stop, Bibi Kim meminta Bibi Park jual beberapa kartunya. Bibi Park mengeluh
temanya itu selalu mementingkan diri sendiri. Bibi Kim kesal dan merasa tak
senang jadi tak mau bermain lagi.Bibi Jung juga tak ingin main karena semua
kartunya payah.
“Gadis
itu menyebalkan. Aku tak mau main kartu karena dia.” Keluh Bibi Kim
“Kubilang
kita harus mengundangnya ke kelompok kumpul sore kita.” Ucap Bibi Jung
“Apa dia
pindah karena kita tak mengundang?” ejek Bibi Park. Bibi Kim pkir Dongbaek tak punya suami atau siapa pun
untuk bergaul.
“Dia
butuh bergembira. Dia bertahan lama sekali. Jika jadi dia, aku takkan bertahan
setahun. Sekalipun kita menaikkan harga tahu dan kue beras serta menatap kejam,
dia selalu menyapa kita setiap bertemu.” Ucap Bibi Kim merasa tak enak hati.
“Kenapa
kau menatapnya kejam?” ejek Bibi Park. Bibi Kim pun bertanya Siapa yang menatap paling kejam. Bibi Park
mengeluh kesal mendengarnya.
“Yong-sik
peluang terakhirnya. Dia kehilangan teman satu-satunya karena pria. Tak heran
dia tak bertahan.” Kata Bibi Jung.
Nyonya
Kwak sedang sibuk membersihkan kepiting, merasa kalau Semua ini salahnya. Ia merasa sudah
menelannya tanpa tahu akan tersedak.
“Kenapa
aku membuka diri padanya dan menjadi dekat?” kata Nyonya Kwak kesal.
Hyang Mi
pergi ke pasar memilih pijama, Nyonya Jung heran karean anaknya ingin
tinggalkan lingkungan ini. Hyang Mi ingin tahu pendapat Nyonya Jung tentang
ini, lalu memberitahu kalau semua Jelas karena Yong-sik.
“Dia kabur
karena tak bisa menghadapi Nyonya Kwak, kau tahu karakternya.” Kata Hyang Mi
“Apa yang
dia lakukan? Apa Dia mengajak berkelahi? Apa dia mengamuk?” kata Nyonya Jung
“Astaga,
dia tak boleh kasar pada ibu tunggal. Lagi pula, dia pada dasarnya anak yatim.
Sudah kubilang... Semua memandangmu rendah saat tak punya ibu. Kenapa pindah
saat tak punya uang? Harusnya dia mengincar ayah Pil-gu. Itu tambang emasnya. .”
Jelas Hyang Mi
“Hei,
sudah kubilang jangan usil.” Kata Nyonya Jung meliring sinis dan dingin. Hyang
Mi kaget karena Nyonya Jung itu menakutinya.
“Semua
orang usil. Sungguh membuatku kesal.” Ucap Nyonya Jung sinis.
“Omong-omong,
apa pekerjaanmu dahulu?” tanya Hyang Mi penasaran. Nyonya Jung hanya diam saja.
Nyonya
Jung meminta Hyang Mi memberitahu alasan
membeli piama kembara. Hyang Mi sudah bilang kalau akan ke Kopenhagen.
Nyonya Jung bertanya apakah Bosnya tak mengajak pergi. Hyang Mi bertanya apakah
yang dimaksud Dongbaek.
Flash Back
Dong Baek
membereskan barang di dalam kardus, lalu melepaskan gelang yang biada dipakai
dan memasukan kedalam kotak. Hyang Mi bertanya apakah takkan memakainya lagi.
Dong Baek megaku kalau ini hanya kebiasaan alu
memasukan barang-barang ke dalam kardus.
“Ini
milikku. Kenapa kau membawa ini?” ucap Hyang Mi melihat sepatu heels masuk ke
kardus.
“Karena
kau ikut denganku. Jangan pikirkan tempat asing aneh dan ikut saja denganku. Aku
akan membayar birmu seumur hidup.” Tegas Dong Baek.
Hyang Mi
dan Nyonya Jung berjalan pulang bersama. Hyang Mi menceritakan Semua bosku
menutup bisnis mereka dan kabur tanpa membayarnya bahkan ditinggalkan tanpa apa pun dan tak satu pun
peduli padanya.
“Namun,
mendengarnya berkata aku harus ikut dan dia akan menjagaku membuatku merasa
aneh. Aku tak yakin apa sebaiknya ikut. Omong-omong, Dongbaek punya bakat membuat
orang merasa tak nyaman.” Ucap Hyang Mi.
Dong Baek
pergi menemui Bibi Kim yang sedang merapihkan dagangan memberitahu sedang mulai
berkemas jadi butuh kardus lebih. Ia pun bertanya apakah Bibi Kim punya kardus
kosong. Bibi Kim hanya diam saja lalu masuk ke dalam. Dong Baek pun memilih
pergi.
“Hei, kau
mau ke mana?” teriak Bibi Kim. Dong Baek bingung sampai akhirnya Bibi Kim
keluar dengan kardus bekas dan juga beberapa kue beras.
“Ada
banyak barang di dalamnya. Apa ini?” tanya Dong Baek merasa tak enak hati. Bibi
Kim mengaku Tak ada apa pu.
“Kau Bawa
saja... Biji kesumba baik untuk sendimu.” Ucap Bibi Kim seolah tak peduli lalu
masuk ke dalam tokonya.
Bibi Oh
memanggil Dong Baek Dongbaek menyuruh agar mengambil kardus kosong di tempatnya
juga. Bibi Park pun memanggilnya memberikan kardus kosong karena Kardus untuk
kubis biasanya yang paling besar. Dong Baek berjalan pulang dan beberapa bibi
yang lainya sudah menyiapkan kardus bekas.
Nyonya
Kwak melihat tulisan didepan pintu bar [TERIMA
KASIH ATAS DUKUNGAN SELAMA ENAM TAHUN INI, DONGBAEK] lalu mengeluh si bodoh itu yang selalu berterima kasih. Ia
membawa trolly dengan banyak barang-barang. Dong Baek datang memanggil Nyonya
Kwak dengan banyak kardus bekas.
“Kenapa
kau kabur? Seharusnya kau hadapi saja.” Keluh Nyonya Kwak. Dong Baek hanya diam
saja sambil tersenyum.
Semua
barang sudah ada dalam kardus, Nyonya Kwak merasa Dong Baek berpikir dirinya
orang baik akan menyambutnya dengan
terbuka jika pindah ke kota lain. Ia memberitahu kalau Semua berjuang dan
mengalami kesulitan ke mana pun mereka pergi.
“Ohh
Begitu? Kukira hanya aku yang terus mendapat kesulitan.” Ucap Dong Baek
“Jika kau
terus kabur, takkan ada akhirnya. Orang yang bertahan hingga akhir adalah
pemenang sesungguhnya.” Jelas Nyonya Kwak
“Maksudmu,
kau tak ingin aku pergi, 'kan?” goda Dong Bae. Nyonya Kwak mengeluh kalau Dong
Baek membuatnya frustrasi.
“Dengan
kepribadianmu, bagaimana kau menetap di tempat baru? Tak akan ada orang
sepertiku.” Kata Nyonya Kwak
“Harus
kukatakan, aku senang. Aku tinggal di Ongsan enam tahun dan aku senang
setidaknya ada satu orang yang mencegahku pergi.” kata Dong Baek.
“Semua pasti
sedih saat kau pergi.” ungkap Nyonya
Kwak. Dong Bae pikir dirinya bagai samsak semua orang di sini.
“Semua
mengira bisa melangkahiku, tapi kau selalu perlakukan aku dengan hormat, aku
syukuri itu, Nyonya Kwak. Berkat kau, aku menikmati enam tahun di sini.” Ungkap
Dong Baek.
“Aku tak
mau mendengarnya..” kata Nyonya Kwak. Tapi Dong Baek mengaku Entah kenapa, selalu menginginkan ini.
“Tapi setiap
kau menggandeng tanganku saat berjalan bersama, aku merasa sangat Kekosongan
itu sirna setiap kali kau melakukannya. Aku berpikir, "Mungkin ini rasanya
punya ibu." Ungkap Dong Baek tak bisa menahan rasa harunya.
“Astaga.
Karena ini pemuda dan pemudi tak boleh dibiarkan sendirian. Kalian saling jatuh
cinta cepat sekali tanpa peringatan. Lalu Aku harus apa sekarang? Apa Kini kau
kabur setelah membuatku sangat tertekan? Aku sangat marah karenamu.” Kata
Nyonya Kwak berdiri.
“Aku
menusukmu dari belakang, 'kan? Aku akan berusaha keras. Katanya, "Akan
lupa jika tak melihat." Ini tak mudah, tapi aku akan berusaha. Aku akan
melupakannya. Lalu Yong-sik juga akan...” ucap Dong Baek.
Yong Sik
sibuk pergi mengamati KLINIK KULIT OK sambil bergumma Aku harus tangkap
Pengusil agar Dongbaek tetap di sini.” Ia pun pergi makan di minimarket terus bergumam “Aku
harus menangkap Pengusil agar Dongbaek tetap di sini.”
“Aku
harus tangkap Pengusil untuk mencegah Dongbaek pergi.” gumam Yong Sik sambil
melihat rekaman CCTV di depan KLINIK
KULIT OK
Tuan Byun
mendekati Yong Sik memberikan lembaran PENGADUAN kalau Yeong-sim kirim
pengaduan, karean Buang air besarnya terganggu karena stres jadi kirim tagihan berobat. Yong Sik tak peduli
mengesernya lalu melihat suatu yang aneh dari rekaman CCTV.
Nyonya
Hong melihat ponselnya, dengan pesan [RIWAYAT TRANSAKSI KARTU TIGA KALI GAGAL
MASUK] Dengan wajah penuh amarah karena suaminya tahu kalau tak ingin dilihat
lagi transaksi kartu kreditnya.
Akhirnya
Sek-nya menelp kala mengiriminya surel
video dari Motel Chungdae” Nyonya Hong terlihat penuh amarah karena melihat
suaminya dengan Hyang Mi di motel. Tuan No gelisah tidur disofa luar dan
langsung pura-pura tidur saat melihat istrinya keluar kamar
“Aku merinding.
Aku bisa merasakan tatapan kejamnya di keningku. Tapi jangan cemas. Aku pastikan
mengganti kata sandinya.” Gumam Tuan No sambil berpura-pura tidur. Nyonya Hong
hanya diam menatap sinis pada Suaminya.
Tuan Byun
melihat rekaman CCTV dari KLINIK KULIT OK ke gedung TRANSPORTASI ONGSAN. Yong
Sik bertanya apakah bisa melihat bedanya. Tuan Byun bingung Apa yang beda. Yong Sik mengeluh dan meminta
agar melihat dengan jelas.
“Jika
dari arah sini, kau lihat jendela ini terbuka. Namun saat dilihat
dari arah lain, tertutup.” Jelas Yong Sik
“Kenapa...
Tempat ini sudah kosong lama sekali.” ucap Tuan Byun bingung.
“Kurasa
seseorang mengawasiku. Bisakah kita awasi pemilik gedungnya ?” kata Yong Sik.
“Mengawasi?
Kau saja.” Ucap Tuan Byun, Yong Sik akhirnya keluar dari kantor polisi
sendirin. Tuan Byun mengikutinya.
“Si bodoh
itu... Aku merasa berandal itu bisa sungguh mencapai sesuatu. Hei! Kau tak
boleh menendang orang, ya?” teriak Tuan Byun. Yong Sik sudah bersiap-siap
pemanasan.
Dong Baek
pergi ke gedung disamping KLINIK KULIT OK yaitu TRANSPORTASI ONGSAN. Ia pun
memeriksa bagian gembok yang masih terpasang dan tak bisa terbuka, lalu
berpikir kalau orang ini hantu karena bisa masuk gedung tapi tak membuka
gembok.
“Sepertinya
tak ada orang di dalam.” Ucap Yong Sik mencoba menari petunjuk lain dan melihat
selembaran didepan gedung.
“Orang
yang meminta jasa kebersihanmu. Dia pasti pemiliki gedungnya, Jadi, tolong periksa telepon lamamu dan
kirimkan nomor telepon orang itu.” Ucap Yong Sik menelp petugas kebersihan
gedung lama.
Yong Sik
berjalan mundur, tak sengaja menyentuh sebuah mangkuk plastik dan berisi
makanan kucing. Ia pun yakin kalau Jelas ada sesuatu di sana. Dan didepan bar
juga ada mangkuk makanan kucing seperti sengaja ditaruh agar bisa mengamatinya.
Di dalam
bar, Dong Baek melihat semua brosur [PINJAMAN, UANG CEPAT] . Ia sedang
berbicara di telp ingin tahu alasan orang itu
menawarkan pinjaman uang tanpa jaminan barang atau penjamin kepadanya.
Si Pria seperti heran Dong Baek menanyakan hal itu.
“Tidak,
aku hanya penasaran... Kau takkan meminta ginjalku alih-alih bunga, 'kan?” ucap
Dong Baek.
“Astaga,
tutup saja.” Keluh Hyang Mi yang mendengarnya, Dong Baek pun akhinya menutup
telp dengan beralasan akan menghubungi lagi nanti.
“Apa
Mereka meminjamkan uang? Kenapa kau selalu berterima kasih?” keluh Hyang Mi
“Astaga,
deposit sewa selalu di atas sepuluh juta won. Apa itu berarti kebanyakan orang punya
uang sebanyak itu di rekening? Apa hanya aku yang tak mampu?” keluh Pil Goo
“Minta
saja ayah Pil-gu membayar tunjangan anak. Kudengar gajinya 1,2 miliar setahun. Keturunannya
jelas. Dia putra Kang Jong-ryeol, jadi, dia pandai main bisbol.” Kata Hyang Mi.
Dong Baek kaget mendengarnya.
“Jangan
beri tahu siapa pun, oke?” ucap Dong Baek memohon. Hyang Mi pikir kalau Dong
Baek tahu kalau ia itu senang dapat kerja di sini.
Saat itu
Yong Sik datang dengan wajah bahagia, Dong Baek menutupi semua brosur mencoba
tersenyum menyambut Yong Sik. Yong Sik dengan wajah sumringah memberitahu ingin
makan Ramyun untuk makan siang. Dong
Baek bingung tapi menganguk mengerti.
“Kau bisa
Tinggal bersama saja.” Ejek Hyang Mi lalu melangkah pergi dari bar.
“Hei.. Apa
Kau minum bir lagi? Kenapa bicaramu tak masuk akal seharian?” teriak Dong Bae
terlihat gugup.
Jessica
mengikuti Jong Ryul keluar rumah membawa kotak ke dalam mobilnya, sambil
berkata kalau dirinya itu Jessica dan Bagaimanapu harus pergi ke Milan jadi Jong Ryul punya dua
pilihan yaitu mengirim dengan senang atau bayar tunjangan, dipakai untuk pergi.
“Sang-mi,
aku bukan ibumu.” Tegas Jong Ryul. Jessica bingung apa maksudnya.
“Kau
bilang kepada Ibu saat SMA kau takkan belajar jika dia tak membayar operasi
hidungmu.” Ucap Jong Ryul.
“Astaga...
Aku dioperasi karena dahulu mendengkur. Itu salah satu alasannya.”tegas
Jessica.
“Aku yakin
ibumu membelikanmu barang saat kau mengancamnya tak belajar jika tidak, tapi
jika terus pakai taktik yang sama padaku, berkata akan bercerai... Jika kau
membuatku muak dan bosan kepadamu...” ucap Jong Ryul yang langsung disela oleh
Jessica.
“Lalu
apa? Kau akan menceraikanku? Silakan, lakukan. Mari kita bercerai.” Kata
Jessica mengancam.
“Baiklah,
ayo... Kau tak mau menjadi istri atau ibu anakku, kenapa aku harus bertahan
denganmu?” kata Jong Ryul. Jessica sempat kaget tapi akhirnya hanya bisa diam
saja.
Yong Sik
membuka panci ramyun dan kaget melihat hiasan diatasnya, lalu mengaku suka
lobster mutiara merah. Ia pun mengupas kulit lobster sambl bertanya pada Dong
Baek Apa ada area spesifik tujuan kepindahannya dan memberikan daging lobster
untuk Dong Baek.
“Aku tak
terikat area. Aku bahkan tak tahu lahir di mana. Aku tak peduli hal lain, tapi
aku ingin tempat berjendela.” Ucap Dong Baek melihat gedung yang tak memiliki
kaca.
“Kurasa
yang di atas tak bisa melihatku karena tak ada jendela di sini. Aku juga ingin
perhatian. Dia bahkan membebaniku dengan Pengusil.” Ucap Dong Baek
“Dia
mengawasimu. Aku yakin.. Dia punya rencana khusus untukmu.” Kata Yong Sik.
“Kurasa
tidak. Dia mungkin sama sekali melupakanku saat tiba giliranku.” Kata Dong Baek
“Dongbaek,
yang di atas sana jelas tak bodoh soal menyelesaikan pekerjaannya. Aku yakin
dia sudah menerima semua data. Dia tahu sekarang giliranmu mendapat untung.
Tunggu saja... Banyak hal baik akan terjadi padamu.” Kata Yong Sik menyakinna.
Dong Baek
seperti masih tak begitu yakin, tapi
Yong Sik menyakinka kalau seratus persen
jadi menyimpulkan kalau Dong Baek jelas
pantas untuk menjadi sangat bahagia. Dong Baek berkomentar kalau Yong Sik tampak
meyakinkan.
“Baiklah...
Tapi apa kau tahu? Aku sudah sangat beruntung. Ini kali pertamaku makan lobster
yang dikupaskan untukku.” Ungkap Dong Baek bahagia sedari tadi hanya makan
daging yang dikupas Yong Sik.
“Astaga,
kau tak bisa berkata makan lobster itu beruntung.” Ucap Yong Sk tersipu malu.
“Aku tak
bicara soal lobster. Begini... Yong-sik, kau... Aku tak bisa ambil pinjaman,
tapi kau seperti bonus yang mencerahkan hidupku.” Ungkap Dong Baek. Yong Sik
makin tak bisa menahan rasa bahagia dan terus tersenyum.
“Harus
kukatakan, aku tahu bergaul denganku, akhirnya membuatmu pandai bicara.” Ucap Yong
Sik bangga.
“Kau
lihat, kau hanya perlu tetap di jalur yang benar. Ibumu luar biasa dan kau
sangat baik. Kau juga pegawai negeri. Ada kehidupan luar biasa menantimu, jadi,
kau harus dengarkan ibumu dan nikmati hidupmu.”ucap Dong Baek.
Yong Sik
hanya terdiam dan terlihat kecewa akhirnya langsung makan mie dengan cepat
tanpa mengupas lagi. Dong Baek pun hanya bisa diam saja.
Yok Sik
akhirnya mencuci piring dengan wajah kecewa, Dong Baek datang membawakan piring
kotor sambil menatapnya. Yong Sik membahas . Lobster itu jelaskan semua dan Harga ramyun hanya 3.500 won, tapi Dong
Baek malah masukkan banyak lobster. Dong Baek malah membahas Yong Sik yang
berpura-pura kuat.
“Aku
hanya ingin menyingkirkannya. Coba Lihat semua lobster ini. Ini memberi tahu
perasaan kita. Sekalipun kau pindah ke Pulau Mara, kukunjungi kau tiap hari
untuk babi tumis. Jadi, berhentilah bicara omong kosong.” Tegas Yong Sik
“Kau yang
harus berhenti pura-pura kuat.” Siapa tahu? Dongbaek lain mungkin pindah
kemari.” Komentar Dong Baek.
“Astaga...
Sekalipun Lim Soo-jung pindah kemari dan membuka kedai pangsit, aku takkan jatuh
hati.” Tegas Yong Sik.
“Jadi,
kau penggemar Lim Soo-jung. Kau suka dia seperti pangsit.” Ejek Dong Baek
“Tidak,
aku lebih suka kau.. Aku tergila-gila padamu” ucap Yong Sik. Dong Baek seperti
cemburu menyuruh Yong Sik agar Kupas lobster itu untuk Lim Soo-jung saja.
Jong Ryul
menunggu didepan bar melihat Dong Baek akhirnya datang, Dong Baek membaca
kardus dengan wajah sinis melihat ayah Pil Goo. Jong Ryul mengeluh Dong
Baek harus jelas menunjukkan kalau muak
dan lelah dengannya.
“Apa
lagi? Kenapa kau kemari?” tanya Dong Baek. Jong Ryul mengaku ingin memberikan Abalone.
“Jika
tidak, aku takkan kemari.” Jelas Jong Ryul. Dong Baek akhirnya membawa ke dalam
bar mengeluh Jong Ryul ribut ingin memberinya.
“Apa Kau
buka sekarang?” tanya Jong Ryul panik melihat Dong Baek pergi masuk ke dalam
dapur.
“Ya, akan
kutaruh di kulkas.” Kata Dong Baek. Jong Ryul pikir sdudah dikemas dengan
pendingin styrofoam jadi yakin berfungsi baik.
Dong Baek
membuka kotak dan mengangkat dibawah abalone lalu melihat ada uang dalam amplop
yang disembunyikan. Jong Ryul merasa tak enak hati memberitahu kalau itu mahal,
jadi, jangan dijual dan makan saja lalu bergegass pamit pergi.
“Abalone
itu sangat mahal.” Komentar Dong Baek keluar dari dapur. Jong Ryul membernarkan
kalau itu dari Pulau Wan.
“Benar,
abalone terkenal dari Pulau Wan... Harganya 30 juta won.” Sindir Dong Baek.
“Apa Kau
tak bisa mengambilnya saja? Pikirkan dari sudut pandangku. Sekalipun hidup
anakmu luar biasa, kau tetap khawatir. Membuatku gila melihat hidupnya malang.Apa
Harga dirimu penting hingga ayahnya tak berarti? Tak bisakah kau menerimanya
saja?” Kata Jong Ryul
“Aku akan
menerimanya.” Ucap Dong Baek. Jong Ryul kaget mendengarnya.
“Aku
mencuci, berbenah, dan memberimu makan saat tinggal denganmu. Jika aku dibayar
melakukannya, aku mungkin bisa menerima uang ini, 'kan?” kata Dong Bae. Jong
Ryul makin tak percaya mendengarnya.
“Benar,
kau kaya, dan rumahmu di Seoul sangat besar. Kurasa ini sama saja dengan
pernikahan. Dan biaya membesarkan anak sekitar beberapa ratus juta won, tapi...”
ucap Dong Baek tiba-tiba menangis
“Hei... Kenapa
kau menangis?” kata Jong Ryul bingung. Dong Baek mengeluh kalau ini sangat
memalukan
“Ingin
kutampar wajahmu dengan amplop penuh uang seperti dalam drama.” Ungkap Dong
Baek.
“Kau
punya anak, Jadi Berhenti bicara soal menampar.” Kata Jong Ryul
Aku ingin pura-pura kuat dan berkata tak butuh
ini. Namun... ibu tak bisa punya harga diri. Aku harus membesarkan anakku.” Ungadp
Dong Baek terus menangis.
“ Hei,
berhenti menangis. Kau tak tahu lagu Candy itu? Lirik lagu “Aku tak peduli kesepian
atau kesedihan” kata Jong Ryul
“Si
berengsek itu. Apa Menurutmu Candy tidak absurd? Kenapa dia tak menangis jika
dia kesepian dan sedih? Dia pasti psikopat.” Keluh Dong Baek.
Didepan
bar, Hyang Mi sibuk mematikan rokok. Yong Sik datang dengan wajah bahagia
membawakan buket bunga. Hyang Mi menyindir Apa setiap hari ulang tahunnya, karena Yong Sik
yang selalu bawakan bunga. Yong Sik mengeluh mendengarnya.
“Aku bisa
membawakannya bunga setiap saat... Tidak perlu hari bermakna.” Kata Yong Sik dengan wajah bahagia.
“Waktunya
tidak pas membawa bunga ke dalam.” Ucap Hyang Mi. Yong Sik bingung apa
maksudnya
“Kau
harus biarkan mereka bicara. Dia akan mendapatkan yang pantas dan menyelesaikan
urusan.” Kata Hyang Mi
"Mereka?"
kata Dong Baek lalu melihat mobil Jong Ryul jadi artinya Dong Baek dengan ayah
Pil Goo dan terlihat sinis.
Dong Baek
akhirnya memutuskan akan kembali uangnya nantik Sekalipun harian atau triwulan,
maka akan kembalikan dengan bunga. Jong Ryul mengeluh dengan sikap Dong Baek yang keras kepala lalu
bergumam “Aku terpaksa bercerai lebih awa dan kini, aku
harus mengungkapkan perasaanku.”
“Tinggalkan
nomor rekeningmu sebelum pergi.” kata Dong Baek akan pergi.
“Kenapa
kau membuatku ingin berhenti dari segalanya?” ucap Jong Ryul sambil bergumam “Hidupku
terus mengalir spontan.”
“Jika
kutinggalkan semua, bisbol, iklan TV, gelarku, dan semuanya, lalu...” kata Jong
Ryul yang langsung disela oleh Dong Baek.
“Jangan.
Aku takkan menerimamu.” Tegas Dong Baek. Jong Ryul memohon agar menerimanya
kembali dengan menahan tangan Dong Baek.
“Aku Mohon
terima aku.” Kata Jong Ryul. Dong Baek terdiam melihat Jong Ryul memegang
tanganya.
Tiba-tiba
Yong Sik masuk melihat tangan Dong Baek dipegang oleh Jong Ryul. Dong Baek
terlihat bingung dengan posisinya.
Bersambung ke episode 18
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar