PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya
Jung akan naik taksi, Dong Baek bertanya kemana ibunya akan pergi. Nyonya Jung
pikir Dong Baek yang memintanya pergi. Dong Baek hanya bisa terdiam. Nyonya
Jung langsung menyindir apakah Dong Baek takut kalau ia akan pergi sekarang.
“Maksudku,
jika kau pergi, setidaknya beri tahu aku. Kau juga sedang tidak sehat.” Kata
Dong Baek
“Aku akan
kembali besok malam. Aku Jemput Dongbaek nanti.” kata Ibu Dong Baek lalu masuk
taksi
“Ibu, kau
pergi ke mana belakangan ini?” tanya Dong Baek heran.
Dong Baek
sampai didepan bar, tatapanya terlihat gugup dan ketakutan untuk masuk. Ia
menatap lama seperti mengumpulkan keberanian untuk masuk ke dalam bar.
“Kenapa
Ibu harus pergi hari ini? Hyang-mi juga bilang akan terlambat.” Keluh Dong
Baek.
Jessica
membawa selembar kertas memberitahu Ini juga disahkan notaris Jung Ryul membawa
dua box besar mengeluh pada Jessica agar mampir pada rumahnya letakkan paket di
dalam tapi Jessica tak bisa melakukannya padahal ini rumahnya juga.
“Ibuku
tak minta kau tulis ini dan Kau menulis janji ini sendiri.” Kata Jessica.
“Ibumu
membawakannya. Dia menulis semuanya dan aku hanya mengecapnya.” Jelas Jong Ryul
“Terserah,
itu tetap stempelmu. Katamu akan biarkan aku kuliah jika aku ingin.” Kata
Jessica
“Waktu
itu, Ibu berkata, "Park Sang-mi kini istrimu, bukan putriku, jadi, urus
studinya atau apa pun keinginannya." Tapi kau nyaris bukan istriku. Kau
putrinya.” Keluh Jung Ryul
“Lalu
kenapa? Apa Kau mau bayar tunjangan?” ejek Jessica. Jung Ryul akhirnya
menyetujuinya.
“Kau bisa
pergi ke Milan. Tapi, setelah kau menyapih Ji-seon.” Kata Jung Ryul. Jessica
menegaskan Rebecca minum susu formula.
“Lupakan
saja. Kau bisa ambil satu kotak dan bawa pulang.” Kata Jong Ryul. Jessica
mengaku tak makan itu.
“Kenapa
penggemarmu norak sekali? Mereka seharusnya memberi barang, bukan boga bahari
dan abalone asin.” Keluh Jessica.
“Harganya
minimal 100.000 won di restoran Jepang kesukaanmu di Cheongdam-dong. Kau Ambil
saja satu kotak dan pulang.” Ucap Jong Ryul menahan emosi.
“Berapa
kalorinya?” tanya Jessica. Jong Ryul akhirnya memutuskan tak akan memberikan
pada takkan dapat apa pun darinya.
“Kalau
begitu, kita cerai saja.” Tegas Jessica lalu mengikuti Jong Ryul.
Dong Baek
melihat dinding yang sebelumnya ada tulisan sudah menghilang, lalu mencoba tenang dengan memotong bahan
makanan. Tapi ia panik saat mendengar bunyi suara rice cook yang mendesis
keras. Ia pun meminta agar Jangan berlebihan saat itu bel pintu berbunyi.
“Aku suka
mendengar suara bel itu.”gumam Dong Baek seperti akan memiliki teman.
“Apa Kau
bisa layani makan?” tanya seseorang datang dengan kayu ditanganya.
“Tapi aku
menjadi takut.” Gumam Dong Baek melihat sosok pria yang tak terlihat namanya.
“Kau
buka, kan?” kata Si Pria. Dong Baek mengaku Tidak saat ini. Tapi pria itu
menunjuk pengumuman kalau Dong Baek melayani makan siang.
“Ini
tempatku yang berharga.” Gumam Dong Baek mencoba menyakin diri kalau bisa
melawan ketakutanya.
“Ya, tapi
aku belum siap. Apa Bisa kembali nanti?” ucap Dong Baek tapi kembali menjadi
takut lagi.
Jessica
duduk di sofa sambil menonton TV lalu mengeluh berpikir tinggal dengan Seok-han
saja. Ibunya langsung berteriak marah agar Jessica Jangan pernah sebut namanya bahkan
dalam tidur karena Akan jadi masalah.
“Berkasku
bersih, bukan? Jika tak ada di kertas, itu bukan pernikahan.” Kata Jessica.
“Kau
tinggal dua tahun dengannya setelah menikah. Apa Itu bukan pernikahan?” ucap
ibunya.
“Bagaimana
dengan Jong-ryeol? Dia kencan dengan bintang idola, pembawa acara, dan
lain-lain.” Keluh Jessica.
“Lalu
kenapa? Apa Kau tak bersalah karena dia banyak pacar?” kata Ibunya.
“Ya, aku
tak apa. Aku memaklumi masa lalunya juga. Aku tak berurusan dengan masa laluku
sebelum menikah. Jadi, aku tak bersalah.” Ucap Jessica.
“Kau
mungkin benar, tapi ini tetap penipuan. Bagaimana bisa kau tak bersalah?” balas
ibunya. Saat itu terdengar suara batuk seperti terganggu dari tidurnya.
Akhirnya keduanya terdiam.
Didepan
ATM, Jong Ryul menelp sambil mengomel kalau
butuh semua yang bisa dicairkan diam-diam. Ia menegaskan tak berjudi tapi hanya ingin membeli gedung
di perdesaan jadi meminta agar managernya mencari tahu yang bisa dilakukan dan
segera menghubunginya.
Jong Ryul
melihat layar ATM [KAU MENCAPAI BATAS TARIK TUNAI] Ia pun makin kesal padahal hanya
ingin ambil uangnya, akhirnya mengeluarkan semua kartu untuk mengambil uang
sebanyak mungkin.
Setelah
itu Jong Ryul menaruh uang didalam box tapi berpikir kalau akan basah nanti. Ia
tahu Dong Baek takkan pernah mengambil uang jika diberikan jadi menyelipkan
pada box makanan laut. Ia lalu mengeluh harus seperti ini hanya untuk
memberinya uang.
“Tapi Aku
harus... Setidaknya itu yang bisa kulakukan.” Ucap Jong Ryul menyakinkan dengan
menaruh uang di box.
Di dalam
mobil
Nyonya
Hong sibuk melihat ponselnya, sopirnya bertanya apakah sedang baca laporan
rekening. Nyonya Hong ingin tahuke mana perginya krim mata dan Tuan No ke
Yangpyeong dengan siapa. Sopirnya yakin Tuan No D ke sana dengan wanita dari
perusahaannya.
“Apa ini?
“Chungdae MT"?” kata Nyonya Hong terus melihat pengeluaran suamianya.
“Jujur
saja, klien kita membahas isu perwalian agar tak perlu beri tunjangan.” Kata
Sopirnya.
“Kenapa
dia membayar kegiatan orang lain? Dia suka ikut campur urusan orang lain.”
Keluh Nyonya Hong
“Kita
mendapat nafkah karena orang berselingkuh, tapi terkadang, ini agak payah.”
Kata Sopirnya. Nyonya Hong ingn tahu Apa rencananya
“Mungkin
selingkuh membuatmu pintar.Saat seseorang selingkuh, dia jadi lebih tajam.”
Kata sopirnya. Nyonya Hong mengumpat marah.
Mobil
Nyonya Hong pun melewati MOTEL CHUNGDAE saat itu seorang mengambil banyak kopi
di meja receptionist yang kosong. Hyang Mi kaget melihat sosok wanita berjalan
di lorong, Nyonya Hong semakin mendekat dan Hyang Mi memilih bersembunyi.
“Halo... Sungguh
aneh melihatmu di sini. Aku sangat terkejut.” Ucap Hyang Mi menyapa dengan
wajah santai.
“Apa kau
Ingat aku, siapa kau? Aku kemari untuk memeriksa.” Kata Nyonya Hong sedikit
panik.
Si bibi
tempat penyewa gedung memberitahu Dong Baek kalau butuh setidaknya 40 hingga 50
juta sebagai deposit untuk ke Daejeon dan bertanya apakah punya uang. Dong Baek
mengaku Ada banyak rumah di sana.
“Dia
kemari lagi. Apa Kau sungguh ingin membeli gedung di Ongsan? Kau pasti kaya
dari bermain bisbol.” Ucap si bibi melihat seseorang yang datang.
“Kapan
gedung itu akan siap...” kata Jong Ryul kaget melihat Dong Baek ada ada didalam
ruangan.
“Camellia?
Dia penyewanya.” Kata Si bibi. Dong Baek menatap Jong Ryul kaget melihatnya.
Hyang Mi
mencoba santa bertanya apakah Nyonya Hong tak mengenalnya. Nyonya Hong balik
bertanya apakah Hyang Mi mengenal diirnya. Hyang Mi mengetahui kalau ia adalah
Nyonya Hong, Istri Tuan No dan pernah
bertemu beberapa kali. Nyonya Hong kaget mendengarnya.
“Di
Camellia... Aku kerja di sana. Kurasa aku pernah melihatmu di sana beberapa
kali. Tapi Kenapa pengacara berada di motel di tengah hari?” ucap Hyang Mi
sengaja menuduh.
“Aku ada
urusan.” Kata Nyonya Hong, Hyang Mi mengaku Dulu tinggal di sini. Nyonya Hong
mengerti dan tak peduli.
“Aku tak
punya tempat tinggal, jadi, pacarku inapkanku di sini.” Kata Hyang Mi
menekannya.
“Begitu
rupanya... Tampaknya kau akan pergi.” kata Nyonya Hong seperti tak curiga.
Hyang Mi
pun memastikan apakah memang boleh pergi, Nyonya Hong mempersilahkan. Hyang Mi
akan pergi tapi malah berbalik badan berbicara dengan Nyonya Hong.
“Semua
selalu berkata aku harus ikuti jalanku. Mereka mengira aku hanya lihat dari
luar. Itu membuatku ingin berbuat jahat.” Ucap Hyang Mi memberikan kode. Nyonya
Hong tak mengerti maksud ucapanya.
Jong Ryul
akhirnya duduk disofa menunggu. Dong Baek berbicara dengan si bibi. Bibi tahu
kalau Dong Baek mungkin ingin pindah karena
pendidikan Pil-gu, tapi menurutnya Dong
Baek akan sulit bertahan di kotadengan uangnya saat ini, kecuali ada orang yang
bisa memberikanya uang.
“Tak ada
orang seperti itu.” Ucap Dong Baek sedikit gugup takut Jong Ryul mendengarnya.
“Aku
yakin dia masih hidup. Jujur saja, kau membesarkan anak itu sendirian hampir
sepuluh tahun. Jika kau buat dia bayar tunjangan anak sepuluh tahun ini, maka kau
mungkin dapat jalan keluar.” Komentar si bibi
“Itu
murahan.” Komentar Dong Baek. Si bibi pikir ayah Pil Goo yang murahan karena
kabur setelah punya anak.
“Itu
utangnya. Itu bukan murahan. Apa Itu yang kau sebut harga diri? Kau masih
anak-anak.” Ejek Si bibi sambil
mengeluh. Dong Baek hanya diam saja.
Dong Baek
berjalan lebih dulu bertanya ada apa Jong Ryul yang mengikutinya. Jong Ryul
langsung mengira Dong Baek itu anak kecil, karena harus pindah jadi apakah
mereka mau tinggal di jalan. Ia kesal
Dong Baek itu peduli jika tampak murahan saat ini seperti anak kecil.
“Bukan
itu sebabnya. Aku tak mau kau bisa seenaknya dengan hidup anakku setelah
memberiku uang. Berhenti datang ke Ongsan. Dan jangan tatap Pil-gu dengan mata
itu.” Ucap Dong Baek
“Jika aku
tak perlu melihatnya, maka aku sungguh tak ingin.” Ucap Jong Ryul sudah ada di
depan sekolah menatap spanduk [LIGA
BISBOL ANAK NASIONAL KE-52: SD ONGSAN PERINGKAT DU]
“Aku
seharusnya beri abalone, tapi malah bicara omong kosong. Kenapa sulit bicara
baik-baik dengannya? Kenapa tak bisa jujur dan bilang aku merindukannya?” keluh
Jong Ryul menatap kotak dikursi belakang. Tiba-tiba terdengar bunyi sirine dan
langsung berlari.
Beberapa
anak pemain baseball terbatuk-batuk karena asap dari kebakaran keluar. Beberapa
petugas berusaha memadamkan api, Jong Ryul langsung memarahi Seung Yup padahal
ini sekolah dan membiarkan ada api menyala di sekolah.
“Apa
seseorang merokok di sana? Kenapa api menyala di gudang? Bagaimana jika anakku
terluka? Bagaimana jika ada anak terluka?” teriak Jong Ryul
“Untungnya,
tak ada yang terluka.” Ucap Seung Yup. Pil Goo menatap Jung Ryul seperti merasa
aneh karena sangat marah.
“Mereka anak
delapan tahun! Apa kau tahu betapa bahaya bagi mereka menghirup gas beracun? Kenapa
bilang tak ada yang terluka? Jujur saja, aku tak paham kenapa harus menjelaskan
ini padamu. “teriak Jung Ryul
“Astaga, orang bisa berpikir kau ketua komite
orang tua.” Keluh Seung Yup heran.
Pil Goo
berjalan dengan Jun Gi di lapangan, Jong Ryul langsung berteriak memanggil Pil
Goo memastikan apakah menghirup asa, apakah Hidungnya tersumbat apakah merasa tercekik,
lalu mengangkat tanganya dan menyuruh agar menarik napas panjang.
“Lepaskan
aku.” Kata Pil Goo kesal. Jung Gi ingin memastikan apakah Pil Goo yakin tak
terluka
“Astaga,
lepaskan aku. Aku sibuk.” Ucap Pil Goo kesal. Jun Gi pun heran Jong Ryulselalu
mengganggu Pil-gu.
“Kenapa
anak delapan tahun sibuk? Latihan sudah usai.”kata Jung Ryul heran.
Jung Ryul
akhirnya mengikuti Pil Goo bertaya apakah mau bermain. Jun Gi menjawab kalau ada
les privat. Jong Ryul senang mendengarnya, lalu bertanya apakah mereka les
bersama. Pil Goo menjawab kalau tidak les privat.
“Kenapa
tidak? Kenapa tak les privat?” ucap Pil Goo. Jong Ryul heran Pil Goo harus
pergi ke bar.
“Kenapa
pergi ke sana? Apa Kau melayani pelanggan?” keluh Jong Ryul marah
“Aku
makan dengan Ibu!”teriak Pil Goo. Jong Ryul mengingatkan Pil Goo itu masih anak delapan tahun dan kenapa harus
habiskan waktu di bar
“Kenapa
kau terus meneriakiku? Kau harus kembali
ke Seoul dan latihan! Semua temanku pikir kau dipecat dari timmu!” teriak Pil
Goo marah.
“Pil
Goo... Kau akan makan apa di sana?” ucap Jong Ryul berlari mengejar Pil Goo.
Tuan No
memperlihatkan ponselnya kalau harga tiket pesawat ke Kopenhagen 787.000 won, Hyang
Mi melihatnya dan memberitahu kalau itu
yang paling murah. Tuan No pikir akan anggap ini donasi dan memberinya 800.000
won.
“Kau Ambil
dan pergilah.” Ucap Tuan No lalu terdiam melihat Hyang Mi seperti sering
membuatnya panik.
Flash Back
Hyang Mi
tiba-tiba datang ke dekat rumahnya sambil melambaikan tangan. Tuan No baru saja
keluar panik melihat Hyang Mi bertanya Sedang apa di sini. Hyang Mi mengaku
sudah melihat istrinya berangkat kerja tadi. Tuan No pun heran dengan Hyang Mi
bukanya harus bekerja
“Kau
harus cari 100 juta won. Kau butuh untuk pergi dari Ongsan.” Ucap Tuan No
kesal.
“Aku bisa
pergi lebih cepat jika kau pinjamkan uang untuk tiket pesawat. Jika kau terus
pinjamkan aku uang, lama-lama akan terkumpul 100 juta won.” Kata Hyang Mi
santai
“Apa Kau
akan mencuri dariku untuk mendapat uang itu? Kenapa kau lakukan ini padaku?”
keluh Tuan No kesal
Akhirnya
Hyang Mi naik mobil dan mengambil selfie. Tuan No meminta Hyang Mi agar
menghentikan karena tak berbuat apa pun hingga pantas dapat ini dan Ini hanya omong kosong. Hyang Mi mengeluh
Tuan No Jangan sok tak bersalah.
“Kau
sudah memikirkan tidur denganku. Yang penting adalah fakta bahwa kau tergoda
selingkuh. Orang hanya peduli kau selingkuh atau tidak. Mereka tak peduli
seberapa jauh kau berbuat.” Ucap Hyang Mi
“Hei,
ayolah... Apa Kau pikir aku takkan membela diri? Siapa yang dipercaya? Kau?
Atau aku, yang bersiap jadi calon gubernur?” kata Tuan No merasa tak ada yang
bisa membelanya.
“Orang
hanya percaya fakta dan Tak percaya alasan.” Ucap Hyang Mi memasang foto dengan
Tuan No.
“Apa Kau
memasang foto itu sebagai latar belakang layar?” kata Tuan No panik
“Kau calon
gubernur yang bagian dalamnya sebersih kepiting Ongsan. Jika orang tahu kau
dibutakan gadis sepertiku,maka mereka akan amat kecewa. Kau takkan jadi kepala
desa, apalagi gubernur.” Ucap Hyang Mi mengejek Tuan No pasti tak bodoh.
Tuan No
hanya bisa melamun tak percaya dengan nasibnya. Hyang Mi menerima uang dan berpikir
akan mengunakan dengan baik untuk saat ini. Tuan No tak percaya Hyang Mi
mengatakan "Untuk saat ini" dan menyuruhnya agar memakai itu untuk
pergi ke Kopenhagen.
“Kau Pergi
saja dari sini.” Ucap Tuan No marah, Hyang Mi memberitahu Tuan No kalau bertemu
istrinya dan menyapa.
“Dia
datang ke motelku tadi.” Ucap Hyang Mi. Tuan No kaget mendengarnya dan bertanya
untuk apa istrinya kesana.
“Kenapa
wanita datang ke motel di siang hari? Satu antara dua alasan. Entah datang
untuk selingkuh atau menangkapmu selingkuh. Pastikan dia tak periksa ponsel atau
kartumu. Istrimu pengacara perceraian. Jika kau bangkrut, siapa yang akan
mengirimku ke Kopenhagen?” jelas Hyang Mi.
Seung Yeop
membersihkan ruangan yang menghitam sambil mengeluh kalau Ini tidak besar dan hanya api kecil. Tapi
seseorang meributkan soal bahayanya gas beracun. Jadi menghentikan latihan dan
memulangkan anak-anak.
“Lalu di
mana Pil-gu?” tanya Dong Baek yang menjemput. Seung Yup memberitahu anaknya
pergi ke barnya.
“Katanya
dia akan pergi sendiri karena neneknya tak datang hari ini.” Kata Seung Yup.
Dong Baek kaget anaknya pergi Pil-gu di bar sendirian dan langsung berlari
keluar ruangan.
“Kau di
sini, jadi, dia mungkin...” ucap Seung Yup tapi Dong Baek sudah berlari cepat.
“Saat
kulihat pesan yang berkata dia mengawasiku setiap hari, orang pertama yang
kupikirkan adalah Pil-gu.” Gumam Dong Baek terus berlari.
Saat
dibar, Dong Baek berlari masuk memanggil Pil Goo tapi tak ada bahkan diruang atas
pun kosong. Ia mencoba menep Bibi Park, Bibi Park memberitahu Jun-gi sedang les
privat jadi tak tahu dimana Pil Goo. Dong Baek panik karena ponsel Pil Goo pun
tak bisa menyambung.
“Karena
artinya dia juga mengawasi Pil-gu. Jadi, aku bahkan lebih takut daripada lima
tahun lalu.” Gumam Dong Baek.
Yong Sik masih
sibuk dengan melihat rekaman CCTV, Tuan Byun mengeluh Yong Sik memeriksa berkas
lima tahun lalu padahal sudah periksa semua kamera yang ada di depan Camellia tapi
sekarang memeriksa ini lagi padahal ia tak menemukan apa pun.
“Pria ini
jelas tahu area di lingkungan ini.” Kata Yong Sik yakin. Tuan Byun pikir Yong
Sik tak mendapatkan apapun dengan terus menonton ini
“Kenapa
menonton ini berulang-ulang?” keluh Tuan Byun. Yong Sik yakin Video selalu memberi tahu
kebenaran.
“Ini mungkin
berteriak, "Lihat kemari!" Kau sungguh menjalani hidupmu dengan
kegigihan. Harusnya kau juga terus menggoda Dongbaek. Siapa tahu? Mungkin dia
biarkan kau pacari dia.”goda Tuan Byun.
Saat itu
Dong Baek datang dengan wajah panik memberitahu kalau Pil Goo hilang. Tuan Byun
dan Yong Sik langsung terlonjak kaget,
Dong Baek memberitahu kalau Pil Gootak ada di arkade atau tempat les
bahkan ia juga tak memperbolehkan Pil goo sendiri di bar, tapi juga tak di sana.
“Bagaimana
ini? Dia hilang.” Ucap Dong Baek panik. Yong Sik meminta Dong Baek agar tenang.
“Pil-gu
mungkin kembali ke bar. Mari ke bar bersama. Kepala, periksa jika ada laporan anak
hilang.” Ucap Yong Sik lalu bergegas pergi. Sementara di layar terlihat Dong
Baek yang sedang memeriksa CCTV didepan KLINIK KULIT OK
Pil Goo
sedang sibuk makan hidangan laut ditepi pantai dengan tanganya. Jong Ryul
datang membawakan bangku agar anaknya makan dengan nyaman, lalu dengan bangga
bertanya apakah kenal Koki Kwon di Desa
Seorae, karekan ia sendiri yang minta dia masak abalone ini.
“Abalone
ini jadi sangat mahal saat Koki Kwon mengirisnya dibanding saat diiris oleh
pemilik restoran biasa. Apa Kau pernah makan ini sebelumnya?” ucap Jong Ryul
bangga.
“Rasanya
mirip bekicot. Rasanya sama semua, Tak ada yang spesial..” Komentar Pil Goo
yang makan tanpa henti.
“Lalu
kenapa kau menikmatinya?” ejek Jong Ryul. Pil Goo pun ingin tahu kenapa Jong
Ryul membiarkan makanan menu ini. Jong Ryul terlihat bingung.
“Kau
suruh Jun-gi pulang, aku tidak.” Komentar Pil Goo. Jong Ryul beralasan Pil Goo harus
pergi les privat dan perlu diet.
“Kau juga
lebih kecil darinya. Jadi, kurasa kau perlu makan abalone agar cepat besar.” Ucap
Jong Ryul
“Aku
tampaknya akan tinggi karena keturunan ayahku.” Kata Pil Goo. Jong Ryul kaget
berpikir Dong Baek memberitahu itu.
“Aku akan
mengirim sekotak penuh abalone sangat mahal ke bar ibumu. Jangan berikan pada
pelanggan. Hanya untukmu dan ibumu, oke?” kata Jong Ryul.
“Jadi ini
Seberapa mahal?” tanya Pil Goo ingin tahu. Jong Ryul pikir anaknya takkan tahu.
Pil Goo bertanya apa Sekitar 100.000 won.
“Semahal
menarik semua uang yang bisa ditarik dari lima ATM berbeda.” Jawab Jong Ryul.
Dong Baek
akhirnya kembali ke bar dengan Yong Sik mencoba menelp temanya kalau Pil Gooo
takkan ada di sana jadi harus masuk. Ia yakin kalau Pil-gu tak ada di taman
tapi Ada arkade di belakang Taman Ongsan jadi
harus periksa di sana,
“Dongbaek.”
Ucap Yong Sik masuk dan hanya bisa melonggo melihat Pil Goo dengan Jong Ryul
sedang menonton siaran dengan gaya yang sama.
“Pil-gu...
Kau dari mana?” tanya Dong Baek dengan wajah sedih, Pil Goo mengaku makan
abalone dengan Jong Ryul.
Dong Baek
berjalan dan langsung jatuh lemas karena berpikir sesuatu yang terjadi pada
anaknya. Semua pun berlari menolong Dong Baek. Dong Baek akhirnya duduk sambil
diberi minum, lalu meminta agar Dong Baek jangan pernah ke bar sendirian.
“Kau
mengerti ? Kau tak boleh di sini sendiri.” Kata Dong Baek lalu berusaha bangun
tapi tubuhnya masih lemah.
Yong Sik
dan Jong Ryul menahanya agar tak terjatuh. Dong Baek mendorong tangan Jong Ryul
agar tak menyentuhnya dan membiarkan berpegangan pada Yong Sik untuk
membantunya. Pil Goo menatap tak percaya ibunya membiarkan Yong Sik
memegangnya.
“Aku mau
kau berhenti main gim. Ponselmu mati karena kau main gim seharian. Dan Satu
lagi... Pil-gu, telepon aku segera setelah latihan.” Ucap Dong Baek memberitahu
anaknya.
“Jika kau
begitu cemas, kenapa tak tinggal saja di bar? Kau bertingkah seakan
mencemaskannya, tapi tampaknya kau sibuk habiskan waktu dengan...” komentar
Jong Ryul dan langsung ditutup mulutnya oleh Yong Sik.
“Astaga,
ini masih siang, tapi kau sudah mabuk. Pil-gu, aku yakin kau tahu ini, tapi
sebagian orang cenderung kasar saat mabuk.” ucap Yong Sik lalu mendorong Jong
Ryul keluar bar.
Jong Ryul
terlihat kesal didepan mobil. Yong Sik membawa kotak dan dimasukan kembali ke
dalam mobil. Jong Ryul mengeluh Yong Sik mengembalikan itu dan meminta agar
berhenti ikut campur dengan nada menyindir sudah berapa lama Yong Sik kenal
Dongbaek.
“Kami
bersama sepuluh tahun. Aku juga ayah Pil-gu. Aku tahu dia keturunanku. Kau akan
selalu jadi orang asing baginya. Tapi di sisi lain, aku ayahnya.” Ucap Jong
Ryul bangga.
“Apa Kau
sebut dirimu ayah? Silakan beri tahu dia. Beri tahu putramu kata-katamu tadi. Katakan
kau menghilang delapan tahun. Katakan kau menikah dengan model dan punya putri meski
sudah sepuluh tahun bersama dengan ibunya.” Sindir Yong Sik.
“Kau mau
sebut dirimu ayah, tapi kau tak peduli soal lukanya. Sebaiknya kau berhenti
berpura-pura. Jadi kau Pergi dan rekam saja acaramu.” Ucap Yong Sik sinis.
“Apa Kau
sungguh pikir bisa menjaga Dongbaek dan Pil-gu? Kau baru menyukainya, jadi berhenti
pura-pura penting. Jantungmu mungkin berdebar sekarang, tapi kami lama bersama
dan punya anak. Jangan sok berani dan mengira perasaanmu bisa taklukkan semua.”
Tegas Jong Ryul. Yong Sik hanya diam saja.
Pil Goo
dilantai atas menonton pertandingan. Dong Baek bertanya pada anaknya apakah tak
lapar. Dong Baek meminta ibunya pergi saja karena sedang asik menonton. Dong Baek pun menyuruh anaknya turun jika lapar.
Pil Goo
menonton pertandingan dengan mata berkaca-kaca seperti merasakan sesuatu.
**
Di depan
pintu, ditempel pengumuman [KAMI LIBUR KARENA ALASAN PRIBADI] Dong Baek
menemami Yong Sik yang sedang memperbaiki kunci dibagian belakang. Yong Sik
yakin kalau Dong Baek takut bar itu dan sudah memberitahu kalau meminta agar tak
membukanya.
“Kau
harus libur beberapa hari.” Jelas Yong Sik. Dong Baek bertanya apakah Yong
Sik pikir akan membaik jika libur
beberapa hari. Yong Sik terlihat bingung.
“Jujur
saja, aku terus merasa ngeri. Dia menulis dia mengawasiku tiap hari. Artinya
dia ada di antara tamu yang tertawa dan bergembira. Bagaimana jika aku masih
takut bekerja di barku walau setelah beberapa bulan?” ucap Dong Baek. Yong Sik
hanya bisa terdiam.
“Aku tahu
ini tempat norak tanpa jendela, tapi ini bisnis pertamaku. Ini tadinya duniaku.”
Kata Dong Baek menatap ke arah dapur.
Flash Back
Dong Baek
bersama Pil Goo yang masih kecil memberitahu kalau Mulai hari ini, Pil Goo
adalah anak pemilik bisnis. Pil Goo yang masih kecil terus memainkan mainannya.
Dong Baek dengan bangga memberitahu kalau Pil Goo adalah putra pemilik bisnis.
“Mari
buka waralaba di Pulau Jeju jika sukses dan jadi kaya... Oke?” ucap Dong Baek
terlihat bahagia.
“Tapi
kini, aku merinding tiap kali seseorang membuka pintu. Apa yang harus
kulakukan?” ucap Dong Baek dengan bertopang dagu.
“Dongbaek,
kau janji takkan terintimidasi. Kita akan pukuli dia seperti saat menangkap
serangga. Oke?” kata Yong Sik menyakinkan.
“Aku
sadar keadaan berbeda saat aku sendiri. Artinya dia mengawasi Pil-gu selama
lima tahun ini juga.” Kata Dong Baek sedih.
Jong Ryul
masih ada didalam mobil menerima pesan tautan berita [PARK SANG-MI - PEMAIN
SEPAK BOLA KIM JIN-HYEOK BERCERAI] lalu pesan dari istrinya “Hal yang sama juga
akan segera menimpamu.” Yang sudah siap bercerai.
“Astaga,
aku merasa kacau.”keluh Jung Ryul frutasi melihat banyak kekacauan dalam
hidupnya lalu mengingat saat Dong Baek menolak tanganya disentuh dan lebih
memilih Yong Sik
“Lelucon
macam apa itu.” Keluh Jong Ryul lalu dikagetkan dengan Hyang Mi tiba-tiba sudah
ada dijendela mobilnya lalu bertanya apa yang diinginkanya.
“Apa
masalahmu? Kenapa mengintip mobilku?” keluh Jong Ryul kesal membuka jendela
mobilnya.
“Jong-ryeol,
boleh minta nomor ponselmu? Beri aku nomormu.” Kata Hyang Mi. Jong Ryul menolak
dan hanya akan memberikan tanda tangan saja.
“Setidaknya
beri aku ID layanan bincangmu?” kata Hyang Mi memaksa. Jong Ryul tetap menolak
hanya ingin tanda tangan saja.
“Jong-ryeol,
kurasa lebih baik beri aku nomormu.” Kata Hyang Mi. Jong Ryul menahan amarah
bertanya berapa usia Hyang Mi
“Kau tampak
lebih tua dari Dongbaek.” Ejek Jong Ryul. Hyang Mi tetap meminta nomor telpnya.
Jong Ryul tetap menolak.
“Ini karena
aku perlu mengirimimu foto. Saat melihatnya, kau akan ingin menghubungiku.” Ucap
Hyang Mi. Jong Ryul mengaku tak tertarik lalu pergi dengan mobilnya.
“Haruskah
kukirim ke paparazi? Aku penasaran berapa yang bisa kudapat.” Kata Hyang Mi
penuh mata liciknya.
“Mungkin
seseorang yang selalu disapa Pil-gu di lingkungan ini. Itu buruk sekali... Sungguh
mengerikan. Bagaimana aku membesarkannya di sini?” ucap Dong Baek khawatir.
“Dongbaek
runtuh.” Guman Yong Sik sedih, Dong Baek mengaku tak punya nyali juga tidak kuat.
“Apa Kau
tahu bahwa aku pecundang? Kemarin, aku memikirkan hal yang sama seperti lima
tahun lalu. "Kenapa aku? Kenapa aku lagi? Kenapa harus aku lagi?"
keluh Dong Baek sedih
“Dongbaek
berusaha keras untuk kuat, tapi akhirnya runtuh.”gumam Yong Sik sedih
“Aku
hanya mau hidup normal dengan Pil-gu. Apa itu terlalu berlebihan?” keluh Dong
Baek
“Aku pun
jadi lebih marah.” Gumam Yong Sik. Dong Baek pikir dirinya bukan pahlawan dan tak punya apa-apa.
“Aku...Aku
hanya sangat lelah. Kurasa aku berusaha terlalu keras. Aku tak bisa begini
lagi.” Ucap Dong Baek sedih. Yong Sik merasa sedih melihat Dong Baek.
“Aku tak
butuh berpura-pura aku baik, 'kan? Tidak apa-apa jika aku pergi saja, bukan?”
kata Dong Baek. Yong Sik berjongkok didepan Dong Beak.
“Ya,
tentu saja. Tak apa-apa... Dongbaek, tak apa-apa.” Kata Yong Sik menyakinkan.
“Yong-sik...
Aku muak pura-pura baik. Aku tak mau jadi Sirasoni. Aku hanya mau sembunyi. Aku hanya mau... Aku
mau pergi dari Ongsan.” Ucap Dong Baek dengan mata berkaca-kaca. Yong Sin telihat
kaget.
Yong Sik
memeriksa TKP kebakaran lalu bertanya
Dari mana serbuk gergaji ini dan Kenapa timbul api. Seung Yup merasa seseorang
merokok di gudang ini. Yong Sik mengelu dengan alasan Seung Yup karean Itu tak
masuk akal kalau Anak SD merokok
“Tidak
ada puntung rokok, tapi aku dapat ini.” Kata Seung Yup memperlihatkan sebuah
korek api.
“Ini juga
berbau terpentin... Entah apa aku harus laporkan ini. Tapi Aku pernah lihat
ini. Seseorang biasa membawa ini.” Kata Yong Sik melihat korek api berwarna
hijau.
Bersambung
ke episode 17
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar