PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 11 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 16

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Nyonya Jung akan naik taksi, Dong Baek bertanya kemana ibunya akan pergi. Nyonya Jung pikir Dong Baek yang memintanya pergi. Dong Baek hanya bisa terdiam. Nyonya Jung langsung menyindir apakah Dong Baek takut kalau ia akan pergi sekarang.
“Maksudku, jika kau pergi, setidaknya beri tahu aku. Kau juga sedang tidak sehat.” Kata Dong Baek
“Aku akan kembali besok malam. Aku Jemput Dongbaek nanti.” kata Ibu Dong Baek lalu masuk taksi
“Ibu, kau pergi ke mana belakangan ini?” tanya Dong Baek heran. 

Dong Baek sampai didepan bar, tatapanya terlihat gugup dan ketakutan untuk masuk. Ia menatap lama seperti mengumpulkan keberanian untuk masuk ke dalam bar.
“Kenapa Ibu harus pergi hari ini? Hyang-mi juga bilang akan terlambat.” Keluh Dong Baek. 

Jessica membawa selembar kertas memberitahu Ini juga disahkan notaris Jung Ryul membawa dua box besar mengeluh pada Jessica agar mampir pada rumahnya letakkan paket di dalam tapi Jessica tak bisa melakukannya padahal ini rumahnya juga.
“Ibuku tak minta kau tulis ini dan Kau menulis janji ini sendiri.” Kata Jessica.
“Ibumu membawakannya. Dia menulis semuanya dan aku hanya mengecapnya.” Jelas Jong Ryul
“Terserah, itu tetap stempelmu. Katamu akan biarkan aku kuliah jika aku ingin.” Kata Jessica
“Waktu itu, Ibu berkata, "Park Sang-mi kini istrimu, bukan putriku, jadi, urus studinya atau apa pun keinginannya." Tapi kau nyaris bukan istriku. Kau putrinya.” Keluh Jung Ryul
“Lalu kenapa? Apa Kau mau bayar tunjangan?” ejek Jessica. Jung Ryul akhirnya menyetujuinya.
“Kau bisa pergi ke Milan. Tapi, setelah kau menyapih Ji-seon.” Kata Jung Ryul. Jessica menegaskan Rebecca minum susu formula.
“Lupakan saja. Kau bisa ambil satu kotak dan bawa pulang.” Kata Jong Ryul. Jessica mengaku tak makan itu.
“Kenapa penggemarmu norak sekali? Mereka seharusnya memberi barang, bukan boga bahari dan abalone asin.” Keluh Jessica.
“Harganya minimal 100.000 won di restoran Jepang kesukaanmu di Cheongdam-dong. Kau Ambil saja satu kotak dan pulang.” Ucap Jong Ryul menahan emosi.
“Berapa kalorinya?” tanya Jessica. Jong Ryul akhirnya memutuskan tak akan memberikan pada takkan dapat apa pun darinya.
“Kalau begitu, kita cerai saja.” Tegas Jessica lalu mengikuti Jong Ryul. 



Dong Baek melihat dinding yang sebelumnya ada tulisan sudah menghilang,  lalu mencoba tenang dengan memotong bahan makanan. Tapi ia panik saat mendengar bunyi suara rice cook yang mendesis keras. Ia pun meminta agar Jangan berlebihan saat itu bel pintu berbunyi.
“Aku suka mendengar suara bel itu.”gumam Dong Baek seperti akan memiliki teman.
“Apa Kau bisa layani makan?” tanya seseorang datang dengan kayu ditanganya.
“Tapi aku menjadi takut.” Gumam Dong Baek melihat sosok pria yang tak terlihat namanya.
“Kau buka, kan?” kata Si Pria. Dong Baek mengaku Tidak saat ini. Tapi pria itu menunjuk pengumuman kalau Dong Baek melayani makan siang.
“Ini tempatku yang berharga.” Gumam Dong Baek mencoba menyakin diri kalau bisa melawan ketakutanya.
“Ya, tapi aku belum siap. Apa Bisa kembali nanti?” ucap Dong Baek tapi kembali menjadi takut lagi. 


Jessica duduk di sofa sambil menonton TV lalu mengeluh berpikir tinggal dengan Seok-han saja. Ibunya langsung berteriak marah agar Jessica Jangan pernah sebut namanya bahkan dalam tidur karena Akan jadi masalah.
“Berkasku bersih, bukan? Jika tak ada di kertas, itu bukan pernikahan.” Kata Jessica.
“Kau tinggal dua tahun dengannya setelah menikah. Apa Itu bukan pernikahan?” ucap ibunya.
“Bagaimana dengan Jong-ryeol? Dia kencan dengan bintang idola, pembawa acara, dan lain-lain.” Keluh Jessica.
“Lalu kenapa? Apa Kau tak bersalah karena dia banyak pacar?” kata Ibunya.
“Ya, aku tak apa. Aku memaklumi masa lalunya juga. Aku tak berurusan dengan masa laluku sebelum menikah. Jadi, aku tak bersalah.” Ucap Jessica.
“Kau mungkin benar, tapi ini tetap penipuan. Bagaimana bisa kau tak bersalah?” balas ibunya. Saat itu terdengar suara batuk seperti terganggu dari tidurnya. Akhirnya keduanya terdiam. 


Didepan ATM, Jong Ryul menelp sambil mengomel kalau  butuh semua yang bisa dicairkan diam-diam. Ia menegaskan  tak berjudi tapi hanya ingin membeli gedung di perdesaan jadi meminta agar managernya mencari tahu yang bisa dilakukan dan segera menghubunginya.
Jong Ryul melihat layar ATM [KAU MENCAPAI BATAS TARIK TUNAI] Ia pun makin kesal padahal hanya ingin ambil uangnya, akhirnya mengeluarkan semua kartu untuk mengambil uang sebanyak mungkin.
Setelah itu Jong Ryul menaruh uang didalam box tapi berpikir kalau akan basah nanti. Ia tahu Dong Baek takkan pernah mengambil uang jika diberikan jadi menyelipkan pada box makanan laut. Ia lalu mengeluh harus seperti ini hanya untuk memberinya uang.
“Tapi Aku harus... Setidaknya itu yang bisa kulakukan.” Ucap Jong Ryul menyakinkan dengan menaruh uang di box. 

Di dalam mobil
Nyonya Hong sibuk melihat ponselnya, sopirnya bertanya apakah sedang baca laporan rekening. Nyonya Hong ingin tahuke mana perginya krim mata dan Tuan No ke Yangpyeong dengan siapa. Sopirnya yakin Tuan No D ke sana dengan wanita dari perusahaannya.
“Apa ini? “Chungdae MT"?” kata Nyonya Hong terus melihat pengeluaran suamianya.
“Jujur saja, klien kita membahas isu perwalian agar tak perlu beri tunjangan.” Kata Sopirnya.
“Kenapa dia membayar kegiatan orang lain? Dia suka ikut campur urusan orang lain.” Keluh Nyonya Hong
“Kita mendapat nafkah karena orang berselingkuh, tapi terkadang, ini agak payah.” Kata Sopirnya. Nyonya Hong ingn tahu Apa rencananya
“Mungkin selingkuh membuatmu pintar.Saat seseorang selingkuh, dia jadi lebih tajam.” Kata sopirnya. Nyonya Hong mengumpat marah.


Mobil Nyonya Hong pun melewati MOTEL CHUNGDAE saat itu seorang mengambil banyak kopi di meja receptionist yang kosong. Hyang Mi kaget melihat sosok wanita berjalan di lorong, Nyonya Hong semakin mendekat dan Hyang Mi memilih bersembunyi.
“Halo... Sungguh aneh melihatmu di sini. Aku sangat terkejut.” Ucap Hyang Mi menyapa dengan wajah santai.
“Apa kau Ingat aku, siapa kau? Aku kemari untuk memeriksa.” Kata Nyonya Hong sedikit panik. 

Si bibi tempat penyewa gedung memberitahu Dong Baek kalau butuh setidaknya 40 hingga 50 juta sebagai deposit untuk ke Daejeon dan bertanya apakah punya uang. Dong Baek mengaku Ada banyak rumah di sana.
“Dia kemari lagi. Apa Kau sungguh ingin membeli gedung di Ongsan? Kau pasti kaya dari bermain bisbol.” Ucap si bibi melihat seseorang yang datang.
“Kapan gedung itu akan siap...” kata Jong Ryul kaget melihat Dong Baek ada ada didalam ruangan.
“Camellia? Dia penyewanya.” Kata Si bibi. Dong Baek menatap Jong Ryul kaget melihatnya. 

Hyang Mi mencoba santa bertanya apakah Nyonya Hong tak mengenalnya. Nyonya Hong balik bertanya apakah Hyang Mi mengenal diirnya. Hyang Mi mengetahui kalau ia adalah Nyonya Hong, Istri Tuan No dan  pernah bertemu beberapa kali. Nyonya Hong kaget mendengarnya.
“Di Camellia... Aku kerja di sana. Kurasa aku pernah melihatmu di sana beberapa kali. Tapi Kenapa pengacara berada di motel di tengah hari?” ucap Hyang Mi sengaja menuduh.
“Aku ada urusan.” Kata Nyonya Hong, Hyang Mi mengaku Dulu tinggal di sini. Nyonya Hong mengerti dan tak peduli.
“Aku tak punya tempat tinggal, jadi, pacarku inapkanku di sini.” Kata Hyang Mi menekannya.
“Begitu rupanya... Tampaknya kau akan pergi.” kata Nyonya Hong seperti tak curiga.
Hyang Mi pun memastikan apakah memang boleh pergi, Nyonya Hong mempersilahkan. Hyang Mi akan pergi tapi malah berbalik badan berbicara dengan Nyonya Hong.
“Semua selalu berkata aku harus ikuti jalanku. Mereka mengira aku hanya lihat dari luar. Itu membuatku ingin berbuat jahat.” Ucap Hyang Mi memberikan kode. Nyonya Hong tak mengerti maksud ucapanya. 

Jong Ryul akhirnya duduk disofa menunggu. Dong Baek berbicara dengan si bibi. Bibi tahu kalau Dong Baek  mungkin ingin pindah karena pendidikan Pil-gu, tapi  menurutnya Dong Baek akan sulit bertahan di kotadengan uangnya saat ini, kecuali ada orang yang bisa memberikanya uang.
“Tak ada orang seperti itu.” Ucap Dong Baek sedikit gugup takut Jong Ryul mendengarnya.
“Aku yakin dia masih hidup. Jujur saja, kau membesarkan anak itu sendirian hampir sepuluh tahun. Jika kau buat dia bayar tunjangan anak sepuluh tahun ini, maka kau mungkin dapat jalan keluar.” Komentar si bibi
“Itu murahan.” Komentar Dong Baek. Si bibi pikir ayah Pil Goo yang murahan karena kabur setelah punya anak.
“Itu utangnya. Itu bukan murahan. Apa Itu yang kau sebut harga diri? Kau masih anak-anak.” Ejek  Si bibi sambil mengeluh. Dong Baek hanya diam saja. 

Dong Baek berjalan lebih dulu bertanya ada apa Jong Ryul yang mengikutinya. Jong Ryul langsung mengira Dong Baek itu anak kecil, karena harus pindah jadi apakah mereka mau tinggal di jalan.  Ia kesal Dong Baek itu peduli jika tampak murahan saat ini seperti anak kecil.
“Bukan itu sebabnya. Aku tak mau kau bisa seenaknya dengan hidup anakku setelah memberiku uang. Berhenti datang ke Ongsan. Dan jangan tatap Pil-gu dengan mata itu.” Ucap Dong Baek 


“Jika aku tak perlu melihatnya, maka aku sungguh tak ingin.” Ucap Jong Ryul sudah ada di depan sekolah menatap spanduk  [LIGA BISBOL ANAK NASIONAL KE-52: SD ONGSAN PERINGKAT DU]
“Aku seharusnya beri abalone, tapi malah bicara omong kosong. Kenapa sulit bicara baik-baik dengannya? Kenapa tak bisa jujur dan bilang aku merindukannya?” keluh Jong Ryul menatap kotak dikursi belakang. Tiba-tiba terdengar bunyi sirine dan langsung berlari.
Beberapa anak pemain baseball terbatuk-batuk karena asap dari kebakaran keluar. Beberapa petugas berusaha memadamkan api, Jong Ryul langsung memarahi Seung Yup padahal ini sekolah dan membiarkan ada api menyala di sekolah. 

“Apa seseorang merokok di sana? Kenapa api menyala di gudang? Bagaimana jika anakku terluka? Bagaimana jika ada anak terluka?” teriak Jong Ryul
“Untungnya, tak ada yang terluka.” Ucap Seung Yup. Pil Goo menatap Jung Ryul seperti merasa aneh karena sangat marah.
“Mereka anak delapan tahun! Apa kau tahu betapa bahaya bagi mereka menghirup gas beracun? Kenapa bilang tak ada yang terluka? Jujur saja, aku tak paham kenapa harus menjelaskan ini padamu. “teriak Jung Ryul
 “Astaga, orang bisa berpikir kau ketua komite orang tua.” Keluh Seung Yup heran.

Pil Goo berjalan dengan Jun Gi di lapangan, Jong Ryul langsung berteriak memanggil Pil Goo memastikan apakah menghirup asa, apakah Hidungnya tersumbat apakah merasa tercekik, lalu mengangkat tanganya dan menyuruh agar menarik napas panjang.
“Lepaskan aku.” Kata Pil Goo kesal. Jung Gi ingin memastikan apakah Pil Goo yakin tak terluka
“Astaga, lepaskan aku. Aku sibuk.” Ucap Pil Goo kesal. Jun Gi pun heran Jong Ryulselalu mengganggu Pil-gu.
“Kenapa anak delapan tahun sibuk? Latihan sudah usai.”kata Jung Ryul heran. 

Jung Ryul akhirnya mengikuti Pil Goo bertaya apakah mau bermain. Jun Gi menjawab kalau ada les privat. Jong Ryul senang mendengarnya, lalu bertanya apakah mereka les bersama. Pil Goo menjawab kalau tidak les privat.
“Kenapa tidak? Kenapa tak les privat?” ucap Pil Goo. Jong Ryul heran Pil Goo harus pergi ke bar.
“Kenapa pergi ke sana? Apa Kau melayani pelanggan?” keluh Jong Ryul marah
“Aku makan dengan Ibu!”teriak Pil Goo. Jong Ryul mengingatkan Pil Goo itu  masih anak delapan tahun dan kenapa harus habiskan waktu di bar
“Kenapa kau terus meneriakiku?  Kau harus kembali ke Seoul dan latihan! Semua temanku pikir kau dipecat dari timmu!” teriak Pil Goo marah.
“Pil Goo... Kau akan makan apa di sana?” ucap Jong Ryul berlari mengejar Pil Goo. 

Tuan No memperlihatkan ponselnya kalau harga tiket pesawat ke Kopenhagen 787.000 won, Hyang Mi melihatnya dan memberitahu kalau  itu yang paling murah. Tuan No pikir akan anggap ini donasi dan memberinya 800.000 won.
“Kau Ambil dan pergilah.” Ucap Tuan No lalu terdiam melihat Hyang Mi seperti sering membuatnya panik.
Flash Back
Hyang Mi tiba-tiba datang ke dekat rumahnya sambil melambaikan tangan. Tuan No baru saja keluar panik melihat Hyang Mi bertanya Sedang apa di sini. Hyang Mi mengaku sudah melihat istrinya berangkat kerja tadi. Tuan No pun heran dengan Hyang Mi bukanya harus bekerja
“Kau harus cari 100 juta won. Kau butuh untuk pergi dari Ongsan.” Ucap Tuan No kesal.
“Aku bisa pergi lebih cepat jika kau pinjamkan uang untuk tiket pesawat. Jika kau terus pinjamkan aku uang, lama-lama akan terkumpul 100 juta won.” Kata Hyang Mi santai
“Apa Kau akan mencuri dariku untuk mendapat uang itu? Kenapa kau lakukan ini padaku?” keluh Tuan No kesal 


Akhirnya Hyang Mi naik mobil dan mengambil selfie. Tuan No meminta Hyang Mi agar menghentikan karena tak berbuat apa pun hingga pantas dapat ini  dan Ini hanya omong kosong. Hyang Mi mengeluh Tuan No Jangan sok tak bersalah.
“Kau sudah memikirkan tidur denganku. Yang penting adalah fakta bahwa kau tergoda selingkuh. Orang hanya peduli kau selingkuh atau tidak. Mereka tak peduli seberapa jauh kau berbuat.” Ucap Hyang Mi
“Hei, ayolah... Apa Kau pikir aku takkan membela diri? Siapa yang dipercaya? Kau? Atau aku, yang bersiap jadi calon gubernur?” kata Tuan No merasa tak ada yang bisa membelanya.
“Orang hanya percaya fakta dan Tak percaya alasan.” Ucap Hyang Mi memasang foto dengan Tuan No.
“Apa Kau memasang foto itu sebagai latar belakang layar?” kata Tuan No panik
“Kau calon gubernur yang bagian dalamnya sebersih kepiting Ongsan. Jika orang tahu kau dibutakan gadis sepertiku,maka mereka akan amat kecewa. Kau takkan jadi kepala desa, apalagi gubernur.” Ucap Hyang Mi mengejek Tuan No pasti tak bodoh. 



Tuan No hanya bisa melamun tak percaya dengan nasibnya. Hyang Mi menerima uang dan berpikir akan mengunakan dengan baik untuk saat ini. Tuan No tak percaya Hyang Mi mengatakan "Untuk saat ini" dan menyuruhnya agar memakai itu untuk pergi ke Kopenhagen.
“Kau Pergi saja dari sini.” Ucap Tuan No marah, Hyang Mi memberitahu Tuan No kalau bertemu istrinya dan menyapa.
“Dia datang ke motelku tadi.” Ucap Hyang Mi. Tuan No kaget mendengarnya dan bertanya untuk apa istrinya kesana.
“Kenapa wanita datang ke motel di siang hari? Satu antara dua alasan. Entah datang untuk selingkuh atau menangkapmu selingkuh. Pastikan dia tak periksa ponsel atau kartumu. Istrimu pengacara perceraian. Jika kau bangkrut, siapa yang akan mengirimku ke Kopenhagen?” jelas Hyang Mi. 


Seung Yeop membersihkan ruangan yang menghitam sambil mengeluh kalau  Ini tidak besar dan hanya api kecil. Tapi seseorang meributkan soal bahayanya gas beracun. Jadi menghentikan latihan dan memulangkan anak-anak.
“Lalu di mana Pil-gu?” tanya Dong Baek yang menjemput. Seung Yup memberitahu anaknya pergi ke barnya.
“Katanya dia akan pergi sendiri karena neneknya tak datang hari ini.” Kata Seung Yup. Dong Baek kaget anaknya pergi Pil-gu di bar sendirian dan langsung berlari keluar ruangan.
“Kau di sini, jadi, dia mungkin...” ucap Seung Yup tapi Dong Baek sudah berlari cepat.
“Saat kulihat pesan yang berkata dia mengawasiku setiap hari, orang pertama yang kupikirkan adalah Pil-gu.” Gumam Dong Baek terus berlari.
Saat dibar, Dong Baek berlari masuk memanggil Pil Goo tapi tak ada bahkan diruang atas pun kosong. Ia mencoba menep Bibi Park, Bibi Park memberitahu Jun-gi sedang les privat jadi tak tahu dimana Pil Goo. Dong Baek panik karena ponsel Pil Goo pun tak bisa menyambung.
“Karena artinya dia juga mengawasi Pil-gu. Jadi, aku bahkan lebih takut daripada lima tahun lalu.” Gumam Dong Baek. 


Yong Sik masih sibuk dengan melihat rekaman CCTV, Tuan Byun mengeluh Yong Sik memeriksa berkas lima tahun lalu padahal sudah periksa semua kamera yang ada di depan Camellia tapi sekarang memeriksa ini lagi padahal ia tak menemukan apa pun.
“Pria ini jelas tahu area di lingkungan ini.” Kata Yong Sik yakin. Tuan Byun pikir Yong Sik tak mendapatkan apapun dengan terus menonton ini
“Kenapa menonton ini berulang-ulang?” keluh Tuan Byun.  Yong Sik yakin Video selalu memberi tahu kebenaran.
“Ini mungkin berteriak, "Lihat kemari!" Kau sungguh menjalani hidupmu dengan kegigihan. Harusnya kau juga terus menggoda Dongbaek. Siapa tahu? Mungkin dia biarkan kau pacari dia.”goda Tuan Byun. 

Saat itu Dong Baek datang dengan wajah panik memberitahu kalau Pil Goo hilang. Tuan Byun dan Yong Sik langsung terlonjak kaget,  Dong Baek memberitahu kalau Pil Gootak ada di arkade atau tempat les bahkan ia juga tak memperbolehkan Pil goo sendiri di bar, tapi  juga tak di sana.
“Bagaimana ini? Dia hilang.” Ucap Dong Baek panik. Yong Sik meminta Dong Baek agar tenang.
“Pil-gu mungkin kembali ke bar. Mari ke bar bersama. Kepala, periksa jika ada laporan anak hilang.” Ucap Yong Sik lalu bergegas pergi. Sementara di layar terlihat Dong Baek yang sedang memeriksa CCTV didepan KLINIK KULIT OK

Pil Goo sedang sibuk makan hidangan laut ditepi pantai dengan tanganya. Jong Ryul datang membawakan bangku agar anaknya makan dengan nyaman, lalu dengan bangga bertanya apakah  kenal Koki Kwon di Desa Seorae, karekan ia sendiri yang minta dia masak abalone ini.
“Abalone ini jadi sangat mahal saat Koki Kwon mengirisnya dibanding saat diiris oleh pemilik restoran biasa. Apa Kau pernah makan ini sebelumnya?” ucap Jong Ryul bangga.
“Rasanya mirip bekicot. Rasanya sama semua, Tak ada yang spesial..” Komentar Pil Goo yang makan tanpa henti.
“Lalu kenapa kau menikmatinya?” ejek Jong Ryul. Pil Goo pun ingin tahu kenapa Jong Ryul membiarkan makanan menu ini. Jong Ryul terlihat bingung.
“Kau suruh Jun-gi pulang, aku tidak.” Komentar Pil Goo. Jong Ryul beralasan Pil Goo harus pergi les privat dan perlu diet.
“Kau juga lebih kecil darinya. Jadi, kurasa kau perlu makan abalone agar cepat besar.” Ucap Jong Ryul
“Aku tampaknya akan tinggi karena keturunan ayahku.” Kata Pil Goo. Jong Ryul kaget berpikir Dong Baek memberitahu itu.
“Aku akan mengirim sekotak penuh abalone sangat mahal ke bar ibumu. Jangan berikan pada pelanggan. Hanya untukmu dan ibumu, oke?” kata Jong Ryul.
“Jadi ini Seberapa mahal?” tanya Pil Goo ingin tahu. Jong Ryul pikir anaknya takkan tahu. Pil Goo bertanya apa Sekitar 100.000 won.
“Semahal menarik semua uang yang bisa ditarik dari lima ATM berbeda.” Jawab Jong Ryul. 



Dong Baek akhirnya kembali ke bar dengan Yong Sik mencoba menelp temanya kalau Pil Gooo takkan ada di sana jadi harus masuk. Ia yakin kalau Pil-gu tak ada di taman tapi Ada arkade di belakang Taman Ongsan jadi  harus periksa di sana,
“Dongbaek.” Ucap Yong Sik masuk dan hanya bisa melonggo melihat Pil Goo dengan Jong Ryul sedang menonton siaran dengan gaya yang sama.
“Pil-gu... Kau dari mana?” tanya Dong Baek dengan wajah sedih, Pil Goo mengaku makan abalone dengan Jong Ryul. 

Dong Baek berjalan dan langsung jatuh lemas karena berpikir sesuatu yang terjadi pada anaknya. Semua pun berlari menolong Dong Baek. Dong Baek akhirnya duduk sambil diberi minum, lalu meminta agar Dong Baek jangan pernah ke bar sendirian.
“Kau mengerti ? Kau tak boleh di sini sendiri.” Kata Dong Baek lalu berusaha bangun tapi tubuhnya masih lemah.
Yong Sik dan Jong Ryul menahanya agar tak terjatuh. Dong Baek mendorong tangan Jong Ryul agar tak menyentuhnya dan membiarkan berpegangan pada Yong Sik untuk membantunya. Pil Goo menatap tak percaya ibunya membiarkan Yong Sik memegangnya.
“Aku mau kau berhenti main gim. Ponselmu mati karena kau main gim seharian. Dan Satu lagi... Pil-gu, telepon aku segera setelah latihan.” Ucap Dong Baek memberitahu anaknya.
“Jika kau begitu cemas, kenapa tak tinggal saja di bar? Kau bertingkah seakan mencemaskannya, tapi tampaknya kau sibuk habiskan waktu dengan...” komentar Jong Ryul dan langsung ditutup mulutnya oleh Yong Sik.
“Astaga, ini masih siang, tapi kau sudah mabuk. Pil-gu, aku yakin kau tahu ini, tapi sebagian orang cenderung kasar saat mabuk.” ucap Yong Sik lalu mendorong Jong Ryul keluar bar. 


Jong Ryul terlihat kesal didepan mobil. Yong Sik membawa kotak dan dimasukan kembali ke dalam mobil. Jong Ryul mengeluh Yong Sik mengembalikan itu dan meminta agar berhenti ikut campur dengan nada menyindir sudah berapa lama Yong Sik kenal Dongbaek.
“Kami bersama sepuluh tahun. Aku juga ayah Pil-gu. Aku tahu dia keturunanku. Kau akan selalu jadi orang asing baginya. Tapi di sisi lain, aku ayahnya.” Ucap Jong Ryul bangga.
“Apa Kau sebut dirimu ayah? Silakan beri tahu dia. Beri tahu putramu kata-katamu tadi. Katakan kau menghilang delapan tahun. Katakan kau menikah dengan model dan punya putri meski sudah sepuluh tahun bersama dengan ibunya.” Sindir Yong Sik.
“Kau mau sebut dirimu ayah, tapi kau tak peduli soal lukanya. Sebaiknya kau berhenti berpura-pura. Jadi kau Pergi dan rekam saja acaramu.” Ucap Yong Sik sinis.
“Apa Kau sungguh pikir bisa menjaga Dongbaek dan Pil-gu? Kau baru menyukainya, jadi berhenti pura-pura penting. Jantungmu mungkin berdebar sekarang, tapi kami lama bersama dan punya anak. Jangan sok berani dan mengira perasaanmu bisa taklukkan semua.” Tegas Jong Ryul. Yong Sik hanya diam saja. 


Pil Goo dilantai atas menonton pertandingan. Dong Baek bertanya pada anaknya apakah tak lapar. Dong Baek meminta ibunya pergi saja karena sedang asik menonton.  Dong Baek pun menyuruh anaknya turun jika lapar.
Pil Goo menonton pertandingan dengan mata berkaca-kaca seperti merasakan sesuatu.
**
Di depan pintu, ditempel pengumuman [KAMI LIBUR KARENA ALASAN PRIBADI] Dong Baek menemami Yong Sik yang sedang memperbaiki kunci dibagian belakang. Yong Sik yakin kalau Dong Baek takut bar itu dan sudah memberitahu kalau meminta agar tak membukanya.
“Kau harus libur beberapa hari.” Jelas Yong Sik. Dong Baek bertanya apakah Yong Sik  pikir akan membaik jika libur beberapa hari. Yong Sik terlihat bingung.
“Jujur saja, aku terus merasa ngeri. Dia menulis dia mengawasiku tiap hari. Artinya dia ada di antara tamu yang tertawa dan bergembira. Bagaimana jika aku masih takut bekerja di barku walau setelah beberapa bulan?” ucap Dong Baek. Yong Sik hanya bisa terdiam.
“Aku tahu ini tempat norak tanpa jendela, tapi ini bisnis pertamaku. Ini tadinya duniaku.” Kata Dong Baek menatap ke arah dapur. 
Flash Back
Dong Baek bersama Pil Goo yang masih kecil memberitahu kalau Mulai hari ini, Pil Goo adalah anak pemilik bisnis. Pil Goo yang masih kecil terus memainkan mainannya. Dong Baek dengan bangga memberitahu kalau Pil Goo adalah putra pemilik bisnis.
“Mari buka waralaba di Pulau Jeju jika sukses dan jadi kaya... Oke?” ucap Dong Baek terlihat bahagia. 


“Tapi kini, aku merinding tiap kali seseorang membuka pintu. Apa yang harus kulakukan?” ucap Dong Baek dengan bertopang dagu.
“Dongbaek, kau janji takkan terintimidasi. Kita akan pukuli dia seperti saat menangkap serangga. Oke?” kata Yong Sik menyakinkan.
“Aku sadar keadaan berbeda saat aku sendiri. Artinya dia mengawasi Pil-gu selama lima tahun ini juga.” Kata Dong Baek sedih. 

Jong Ryul masih ada didalam mobil menerima pesan tautan berita [PARK SANG-MI - PEMAIN SEPAK BOLA KIM JIN-HYEOK BERCERAI] lalu pesan dari istrinya “Hal yang sama juga akan segera menimpamu.” Yang sudah siap bercerai.
“Astaga, aku merasa kacau.”keluh Jung Ryul frutasi melihat banyak kekacauan dalam hidupnya lalu mengingat saat Dong Baek menolak tanganya disentuh dan lebih memilih Yong Sik
“Lelucon macam apa itu.” Keluh Jong Ryul lalu dikagetkan dengan Hyang Mi tiba-tiba sudah ada dijendela mobilnya lalu bertanya apa yang diinginkanya. 

“Apa masalahmu? Kenapa mengintip mobilku?” keluh Jong Ryul kesal membuka jendela mobilnya.
“Jong-ryeol, boleh minta nomor ponselmu? Beri aku nomormu.” Kata Hyang Mi. Jong Ryul menolak dan hanya akan memberikan tanda tangan saja.
“Setidaknya beri aku ID layanan bincangmu?” kata Hyang Mi memaksa. Jong Ryul tetap menolak hanya ingin tanda tangan saja.
“Jong-ryeol, kurasa lebih baik beri aku nomormu.” Kata Hyang Mi. Jong Ryul menahan amarah bertanya berapa usia Hyang Mi
“Kau tampak lebih tua dari Dongbaek.” Ejek Jong Ryul. Hyang Mi tetap meminta nomor telpnya. Jong Ryul tetap menolak.
“Ini karena aku perlu mengirimimu foto. Saat melihatnya, kau akan ingin menghubungiku.” Ucap Hyang Mi. Jong Ryul mengaku tak tertarik lalu pergi dengan mobilnya.
“Haruskah kukirim ke paparazi? Aku penasaran berapa yang bisa kudapat.” Kata Hyang Mi penuh mata liciknya. 


“Mungkin seseorang yang selalu disapa Pil-gu di lingkungan ini. Itu buruk sekali... Sungguh mengerikan. Bagaimana aku membesarkannya di sini?” ucap Dong Baek khawatir.
“Dongbaek runtuh.” Guman Yong Sik sedih, Dong Baek mengaku  tak punya nyali juga tidak kuat.
“Apa Kau tahu bahwa aku pecundang? Kemarin, aku memikirkan hal yang sama seperti lima tahun lalu. "Kenapa aku? Kenapa aku lagi? Kenapa harus aku lagi?" keluh Dong Baek sedih
“Dongbaek berusaha keras untuk kuat, tapi akhirnya runtuh.”gumam Yong Sik sedih
“Aku hanya mau hidup normal dengan Pil-gu. Apa itu terlalu berlebihan?” keluh Dong Baek
“Aku pun jadi lebih marah.” Gumam Yong Sik. Dong Baek pikir dirinya  bukan pahlawan dan tak punya apa-apa.
“Aku...Aku hanya sangat lelah. Kurasa aku berusaha terlalu keras. Aku tak bisa begini lagi.” Ucap Dong Baek sedih. Yong Sik merasa sedih melihat Dong Baek.
“Aku tak butuh berpura-pura aku baik, 'kan? Tidak apa-apa jika aku pergi saja, bukan?” kata Dong Baek. Yong Sik berjongkok didepan Dong Beak.
“Ya, tentu saja. Tak apa-apa... Dongbaek, tak apa-apa.” Kata Yong Sik menyakinkan.
“Yong-sik... Aku muak pura-pura baik. Aku tak mau jadi Sirasoni.  Aku hanya mau sembunyi. Aku hanya mau... Aku mau pergi dari Ongsan.” Ucap Dong Baek dengan mata berkaca-kaca. Yong Sin telihat kaget. 




Yong Sik memeriksa TKP kebakaran lalu bertanya  Dari mana serbuk gergaji ini dan Kenapa timbul api. Seung Yup merasa seseorang merokok di gudang ini. Yong Sik mengelu dengan alasan Seung Yup karean Itu tak masuk akal kalau Anak SD merokok
“Tidak ada puntung rokok, tapi aku dapat ini.” Kata Seung Yup memperlihatkan sebuah korek api.
“Ini juga berbau terpentin... Entah apa aku harus laporkan ini. Tapi Aku pernah lihat ini. Seseorang biasa membawa ini.” Kata Yong Sik melihat korek api berwarna hijau.

Bersambung ke episode 17

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar