PS
: All images credit and content copyright : SBS
Woo Tak
seperti tak percaya temanya melakukan hal yang melanggar hukum. Hak-young mengancam Jika keputusan hakim,
menyatakannya bersalah, maka akan mengungkap rahasiamu kepada polisi. Woo Tak
hanya diam seperti merasa dirinya terancam oleh temanya sendiri.
“Kau tak
mau, 'kan? Jadi, lakukan semua yang kau bisa, untuk membuatku tak bersalah.”
Tegas Hak Young.
Hong Joo
keluar dari rumah terlihat kebingungan, teringat kembali dengan pembicaran di
telp kalau Woo Tak sebenarnya mengenal Hak Young tapi berpura-pura tak mengenalnya. Woo Tak mengaku
kalau sungguh tak mengenalnya. Tapi Ia mengingat saat berita Hak Young di TV,
Woo Tak tak bisa mengalihkan pandanganya.
Woo Tak
mengambil sebuah amplop lalu mengajak Hak Young agar menyerahkan diri dan ia akan
mengundurkan diri. Hak Young tak percaya melihat temanya memberikan surat
pengunduran diri. Woo Tak tahu kalau itu yang Hak Young inginkan.
“Hei!
Berengsek! Dasar gila! Aku tak bermaksud melakukan itu... Dasar kau Teganya..
Aku hanya frustrasi...Tak bisakah katakan saja, kalau kau mempercayaiku?
Dasar... Kau tak berperasaan.” Ucap Hak Young berteriak histeris sambil
mengumpat marah.
Hong Joo
akhirnya pergi naik taksi masih gelisah, meminta supir taksi agar lebih cepat
mengemudikan mobilnya. Di depan rumah Woo Tak, Hak Young sudah dibawa oleh dua
polisi untuk menaiki mobil. Beberapa orang mulai melihat Hak Young dan
mengumpat kalau Kejam dan tega sekali. Hak Young menatap Woo Tak saat akan naik
ke dalam mobil.
Flash Back
Woo Tak
mengaku belum bisa mempercayainya, jadi meminta agar mengatakan padanya.
Menurutnya jika ia percaya pada Hak Young setelah mendengar semuanya, maka
orang-orang juga, akan percaya kepadanya.
Hak Young
di dorong masuk ke dalam mobil dan Woo Tak terus melihat dari kejauhan.
Hong Joo
akhirnya datang dengan menuruni taksi, dengan wajah panik menanyakan keadaanya
dan apakah ada yang terluka. Woo Tak mengaku baik-baik saja. Hong Joo bisa
bernafas lega mendengarnya, lalu mengomel kalau yang dikatakan tadi memang
terjadi.
“Sudah
kubilang pria itu akan masuk ke rumahmu. Bukankah aku menyuruhmu untuk mengunci
pintu? Kenapa kau tak mendengarkanku?” ucap Hong Joo memukulnya. Woo Tak
terlihat akan marah tapi ia hanya mengatakan kalau itu sakit
“Woo
Tak.. Apa Kau menangis?” ucap Hong Joo melihat Woo Tak seperti berkaca-kaca.
Woo Tak seperti sedih melihat kepergiaan temanya dan mengaku pada Hong Joo
kalau pukulan Hong Joo sangat keras dan membuatnya sakit sampai menangis.
Hong Joo
sudah ada di dalam mobil menelp Doo Hyun untuk melaporkan bahwa Do Hak-young
dipindahkan ke Kantor Polisi Hangang. Doo Hyun ingin tahu alasan Hak Young
tiba-tiba menyerahkan diri. Hong Joo menatap Woo Tak yang sedang mengemudi dan
menjawab kalau Ada yang meyakinkannya. Doo Hyun ingin tahu siapa orangnya, Hong
Joo menjawab kalau akan melaporkan itu dan memberitahu nanti lalu menutup
telpnya.
“Kau
pintar menahan diri padahal dirimu sangat penasaran.” Komentar Woo Tak
“Banyak
yang ingin kutanyakan, tapi kutahan. Apa Kau akan menjawab pertanyaanku? Apa Kau
bisa diwawancarai?” kata Hong Joo. Woo Tak mengatakan Tidak.
“Berapa
banyak yang kau lihat di mimpimu?” tanya Woo Tak
“Do
Hak-young masuk ke rumahmu. Dia memintamu memihaknya karena ia pikir itu tak
adil.” Cerita Hong Joo
Woo Tak
memastikan apakah hanya itu saja, Hong
Joo mengangguk dan ingin tahu apakah Ada yang lebih penting setelah itu. Woo
Tak mengaku tak ada dan hanya seperti yang ada dalam mimpi Hong Joo.
Woo Tak
menarik tangan Hong Joo sebelum masuk, membahas tentang hari ini dan memeluknya
sambil mengucapkan Terima kasih sudah mencemaskannya. Hong Joo pun seperti nyaman ada di pelukan
Woo Tak.
Jae Chan
terbangun dari tidurnya, panik karena Woo Tak memeluknya dan langsung pergi ke
kamar adiknya.
Hong Joo
bertanya pada adiknya yang masih tertidur alasan seorang memeluk untuk
berterima kasih dan apakah adiknya memeluk semua orang yang membantunya.
Adiknya pikir semua orang bisa berpelukan kalau memang mengingikanya, seperti
orang Amerika. Jae Chan tak bisa terima begitu saja dengan menyamakan dengan
Orang Amerika
“Kau bisa
memeluk Hee-min atau Jaksa Moon jika berterima kasih...” kata Seung Won.
“Ini Tak
masuk akal! Kau takkan melakukan itu. Takkan mungkin meskipun ada yang menyelamatkanmu
atau negara ini. Karena Kenapa? Karena ini Korea.” Ucap Jae Chan marah.
“Anggap
saja mereka berpelukan karena saling menyukai.” Kata Seung Woo.
“Hei! Itu
tak boleh terjadi.” Ucap Jae Chan makin panik. Adiknya pun langsung bertanya
memangnya Jae Chan itu siapa. Jae Chan terlihat kebingungan karena memang tak
memiliki status apapun dengan Hong Joo
“Aku
seharusnya berhenti mengurus hal yang tak penting.” Kata Jae Chan keluar dari
kamar dan melihat kearah jendela, Hong Joo baru turun dari mobil Woo Tak.
Hong Joo
mengajak Woo Tak untuk sarapan bersama. Woo Tak menolaknya karena sudah terlalu
sering dan akan merasa bersalah. Hong Joo menganguk mengerti mengucapkan
terimakasih karena sudah mengantar dan pamit masuk dulu.
“Hong
Joo.... Soal hari ini...” ucap Woo Tak sudah menarik tangan Hong Joo dan saat
itu Jae Chan keluar rumah memanggil Woo Tak.
“Apa Kau
mau sarapan? Aku juga mau.”ucap Hong Joo mencegah keduanya berpelukan. Woo Tak
hanya menatap Jae Chan seperti bisa melihat dari mimpinya. Hong Joo binggung
melihat Jae Chan keluar hanya mengunakan satu sandal.
Woo Tak
mengingat dalam mimpinya, Jae Chan bertanya dalam interogasi “Apa Kau juga
berpikir Do Hak-young pelakunya, saat kau melihat kasus ini?” Mengingat semua itu akhirnya Woo Tak mengaku datang
pagi kemari untuk sarapan. Woo Tak pikir mereka harus segera masuk karena
sangat lapar.
Di depan
kantor polisi
Wartawan
banyak berkumpul di depanya, sampai sebuah mobil datang membawa Hak Young. Hak
Young keluar dari mobil dengan dua polisi, Doo Hyun dalam kerumunan wartawan
langsung bertanya Ada yang ingin disampaikan kepada keluarga yang berduka dan
Bagaimana perasaanya sekarang.
“Aku tak
membunuhnya!” ucap Hak Young menegaskan. Doo Hyun ingin tahu kenapa Woo Tak
membunuhnya.
“Aku
difitnah!” teriak Hak Young. Doo Hyun ingin tahu alasan Hak Young menyerahkan
diri jika tak mengakui tuduhan itu.
“Temanku
memintaku, menyerahkan diri karena hukum akan melindungiku. Dia berkata hukum
akan melindungiku yang tak bersalah! Aku percaya kepadanya, jadi, aku
menyerahkan diri.” Teriak Hak Young
Nyonya
Yoon melihat berita mengeluh Hak Young banyak bicara seolah-olah sudah
melakukan hal baik. Hak Young menegaskan kalau hanya masuk dan memperbaiki
Internet dan sungguh tak membunuhnya. Nyonya Yoon meminta agar mematikan TV dan
fokus untuk sarapan saja.
“Senang
kau sarapan bersama kami, Seringlah datang dan Setiap hari lebih baik” ungkap
Ibu Hong Joo senang karena ada banyak yang menemaninya sarapan.
“Haruskah
kubicarakan soal mimpi? Tapi Kenapa aku sangat ragu? Kenapa ia tak mengatakan
apa-apa?” gumam Jae Chan menatap Hong Joo dan Woo Tak
“Jae
chan... Ada yang ingin kukatakan.” Kata Woo Tak. Jae Chan kaget berpikir kalau
Woo Tak bisa mendengar suara hatinya. Woo Tak pun binggung. Jae Chan tak ingin
membahasanya dan bertanya apa yang ingin dikatakan.
“Do
Hak-young yang ada di berita tadi adalah temanku.” Akui Woo Tak. Ibu Hong Joo
dan Jae Chan kaget mendengarnya.
“Kami
satu SMA dan Dulu ia tinggal bersamaku.” Ungkap Woo Tak. Ibu Hong Joo benar-benar
tak yakin mendengarnya.
“Jadi,
teman yang meyakinkannya untuk menyerahkan diri...” kata Ibu Hong Joo
“Benar.
Dia ke rumahku pagi hari, jadi, aku membujuknya, untuk menyerahkan diri. Kasusnya
akan diserahkan kepadamu. Aku melihatnya di dalam mimpi. Jadi Itu sebabnya aku
meyakinkannya. Kupikir kau bisa membuktikannya tak bersalah.” Jelas Woo Tak
“Bagaimana
kau tahu kalau ia tak bersalah? Apa Kau juga melihatnya di dalam mimpi?” tanya
Jae Chan.
“Tidak,
tapi aku tahu karena sudah lama mengenalnya. Hak-young takkan pernah...” kata
Woo Tak sempat terhenti
“Apa
Maksudmu Membunuh? Bagaimana kau bisa sangat yakin? Andai aku bisa mengenal
teman lamaku sebaik itu Maka, sidang tak perlu di adakan. Andai semudah itu
menyelesaikannya antara teman dan keluarga.” Ungkap Jae Chan
“ Lalu Apa
Menurutmu ia bersalah?” kata Woo Tak
“Tidak...
Tapi aku tak bisa mengatakan ia tak bersalah juga. Aku belum yakin sebelum
menyelidikinya. Jadi Kita lihat saja, ia bersalah atau tidak.” Tegas Jae Chan
yang tak ingin gegabah.
Keduanya
berdiri menunggu antrian di kedai kopi, Hong Jo kaget mengetahui kalau Woo-tak
memeluknya di mimpi Jae Chan dan ingin tahu alasan apa. Jae Chan menceritakan
kalau Woo Tak ingin berterima kasih kepadanya. Hong Joo pikir itu tak mungkin.
“Selain
itu, aku tak memeluk orang hanya karena ia memelukku.” Kata Hong Joo
“Tidak,
kau memeluknya erat, bahkan bukan hanya berpelukan, kau juga menepuk
punggungnya. Apa Kau memeluk sembarang orang?”ejek Jae Chan. Hong Joo
menegaskan kalau bukan itu
“Woo-tak
bukan sembarang orang. Apa hebatnya ia? Aku juga ingin tahu.” Kata Jae Chan
dengan nada tinggi.
“Katakan
saja ia tak hebat... Kurasa Kepiting Youngdeok cemburu.” Bisik Cho Hee melihat
keduanya sudah ada di depan meja kasir.
“Kau
salah. Aku tak cemburu. Jangan salah paham.” Tegas Jae Chan. Cho Hee pun hanya
bisa tertunduk meminta maaf.
“Apa
hebatnya Han Woo-tak? Dan kau bilang Kepiting Youngdeok ?” kata Jae Chan yang
membuat Hong Joo dan Cho Hee tersenyum.
Jae Chan
pikir kalau itu karena seragam. Hong Joo mengaku sedikit menyukai pria berseragam, seperti
polisi, Angkatan Laut, pilot. Jadi Terkadang menyukai Woo-tak, saat memakai
seragam. Jae Chan pikir Jaksa juga memakai jubah.
“Kenapa
kau biasa saja saat aku memakai jubah jaksa?”keluh Jae Chan. Hong Joo
pikir Jubah itu bukan apa-apa.
“Kau
seperti anggota paduan suara. Aku tak suka.” Kata Hong Joo lalu bergegas pergi
mencari bangku.
Jae Chan
mendengar kata Paduan suara, membayangkan dalam ruangan sidang dengan satu timnya menyanyi koor, seperti dalam gereja.
Terlihat sangat bersemangat. Ia akhirnya kesal sendiri karena membayangkannya.
Hong Joo
duduk lebih dulu mengaku merasa itu agak tak adil dan kenapa harus membuat
alasan pada Jae Chan padahal belum terjadi. Jae Chan pikir Itu akan terjadi
jika sebelumnya tak keluar pagi tadi lalu menegaskan kembali kalau ini bukan
cemburu tapi Hanya penasaran. Hong Joo mengejek Jae Chan mengaku Penasaran
“Woo-tak
adalah teman tersangka. Aku menanyakan ini karena ingin tahu kenapa kau
terkesan melindungi. Aku bertanya sebagai jaksa.” Kata Jae Chan.
“Aku tak
memihak Woo-tak. Aku juga tak melindunginya. Aku sangat yakin Do Hak-young
bersalah.” Ucap Hong Joo
“Kau Bilang
Sangat yakin? Berdasarkan apa?” tanya Jae Chan heran
“Hanya Do
Hak-young yang terekam kamera CCTV. Dia juga mencurigakan karena kabur dari
polisi. Selain itu...” ucap Hong Joo teringat dalam mimpinya Hak Young
mengancam Woo Tak. “Jika keputusan hakim menyatakanku bersalah, maka akan kuungkap
rahasiamu kepada polisi.
“Woo-tak
hanya berkata ia percaya kepada pembunuh itu karena teman,... Bukan karena
Woo-tak sungguh berpikir ia tak bersalah.” Jelas Hong Joo
“Apa Kau
memihak Woo-tak?” keluh Jae Chan mulai kesal
“Benar...
Jika harus memilih, aku akan ada di pihakmu, bukan padanya. Kuharap Do Hak-young
menebus perbuatannya. Aku juga tak ingin melihatnya bebas seperti Kang Dae-hee.
Aku yakin kau bisa membuktikan bersalah.” Kata Hong Joo
Jae Chan
tahu kalau ini bukan dukungan. Hong Joo
membenarkan kalau yang dikatakan ancaman, karena kalau Jae Chan tak bisa, maka
ia akan kecewa.
Flash back
Hong Joo
melihat Jae Chan sedang berbicara dengan seorang paman kalau yang membunuh
ayahnya adalah adik dari teman ayahnya.
Paman mengaku tak menyangka adiknya akan melakukan hal semacam itu lalu
keluar dari ruangan. Hong Joo keluar
dari rumah duka. Jae Chan menahannya bertanya mau kemana.
“Lepaskan!
Ada yang ingin kukatakan kepadanya dan Bukan urusanmu. “ kata Hong Joo. Jae
Chan menatap Hong Joo mengajak untuk pergi bersama saja karena Ada yang ingin
dikatakan kepadanya juga.
[BAGIAN 8: KEANGKUHAN DAN PRASANGKA]
Di depan
restoran, tulisan umptan "Kau membunuh pahlawan nasional kita." Ibu
Hak Young dibantu oleh Woo Tak menghapus tulisan yang ada didepan restoran, Ibu
Hak Young tak percaya kalau Orang-orang bisa sangat rajin bahkan menulis
isetiap hari padahal kita selalu menghapusnya.
“Ibu,
bagaimana jika kau menutup kedai selama beberapa hari atau Sampai persidangan
berakhir?” kata Woo Tak merasa khawatir.
“Woo-tak,
apa Hak-young psikopat? Dia adalah Psikopat tak punya emosi. Bagaimana mungkin
putraku psikopat? Dia menangis kencang saat Putri Duyung menjadi busa laut.
Bagaimana mungkin ia psikopat?” kata Ibu Hak Young menghapus tulisan.
“Ya, tak
mungkin.” Kata Woo Tak menenangkan ibu Hak Young.
“Aku tahu
ia tak sebaik itu.. Dia mencuri uangmu saat kalian masih kecil, dan sangat
membuatku cemas. Tapi ia tak mungkin membunuh orang, 'kan?” ucap Ibu Hak Young.
Woo Tak
pikir itu benar, dan saat itu dua orang pengantar makanan lewat melempar telur
busuk. Ia langsung melindungi Ibu Hak Young agar tak terkena lemparan, lalu
mengumpat kesal pada dua orang yang bertingkah kasar.
Foto
Atlet dengan ibunya terlihat di dalam rumah, Seorang wanita mengeluh kalau Do
Hak-young sudah lama menyerahkan diri dan ingin tahu kapan akan membuktikannya
bersalah dan mengeluh karena Jaksa Jung sangat lamban dengan kasus ini. Seorang
pria terlihat sudah sangat tua, duduk didekat Yoo Bum.
“Dia yang
paling kurang berpengalaman di departemennya. Dia belum pernah menangani kasus
sebesar itu. Jadi, ia menyelidikinya berulang kali. Setiap hari pasti sangat menyakitkan
bagi kalian.” Kata Yoo Bum. Ibu Si Atlet pikir Jae Chan tak pengertian.
“Pengacara
Lee... Aku terkena kanker pankreas. Dokter bilang, hidupku tinggal beberapa
hari. Aku harus melihat Do Hak-young, di penjara sebelum aku mati. Jika hukum,
membebaskannya, mungkin aku akan...” ucap Ayah Si atlet dan Yoo Bum memegang
tangan klienya.
“Jangan
khawatir! Aku akan memastikannya dituntut dalam sepekan.” Kata Yoo Bum
menyakinkan.
Keduanya
keluar dari rumah, Sek Yoo Bum melihat Yoo Bum tak melepas jam tangan atau
menggulung kertas hari ini. Yoo Bum seperti baru menyadarinya. Sek Yoo Bum
bertanya apakah takkan menuntut mereka.
“Tidak.
Aku juga penggemar Nona Yoo Su-kyung, jadi Kuanggap itu penghormatan.” Ungkap
Yoo Bum.
“Sepertinya
suasana hatimu sedang bagus.” Komentar Sek Yoo Bum.
“Tentu
saja. Aku selalu melawan hukum, tapi kali ini tidak. Jadi Aku merasa seperti
pemain hebat, yang dulunya pemain kecil. Dan Tolong siapkan berkas pengaduan.”
Kata Yoo Bum. Sek Yoo Bum mengerti lalu masuk ke dalam mobil.
Jae Chan
pergi ke sebuah toko perhiasan, Pegawai
bertanya Berapa ukuran cincin kekasih.
Jae Chan mengaku tidak tahu ukurannya sambil melihat-lihat cincing dengan wajah
binggung, setelah itu berlatih untuk memberikan cincin. Saat itu juga Hong Joo
terbangun dari mimpinya.
“Apa Aku
memimpikan hal seperti itu juga?” ucap Hong Joo terlihat bahagia, lalu
merasakan jantungnya yang berdegup dengan kencang karena menurutnya Cincin
terasa berlebihan untuk sekarang.
Ibu Hong
Joo membuat Menu spesial untuk sarapan adalah masakan Vietnam, Mereka menikmati
masakan ibu Hong Joo, Seung Won memuji Pho buatan Ibu Hong Joo enak sekali
danbertanya apakah pernah membuka
restoran Vietnam.
“Yah,
sekitar tiga tahun lalu, tapi tak berjalan lancar. Ada restoran Vietnam lain di
samping restoranku, dan chef-nya dari Vietnam.” Kata Ibu Hong. Jae Chan
terlihat binggung melihat Hong Joo seperti menatapnya penuh
arti.
“Hong
Joo.. Apa Kau demam? Wajahmu merah sekali.”kata Ibunya panik. Hong Joo mengaku
kalau itu hanya karena makan sup panas.
“Jam
berapa aku harus ada di Kantor Jaksa?” tanya Woo Tak. Jae Chan mengatakan jam
dua siang. Hong Joo binggung kenapa Woo Tak datang kesana.
“Untuk
menghadiri pemeriksaan saksi.” Kata Woo Tak.
“Kau tak
boleh memihak temanmu dan juga harus jujur.” Tegas Jae Chan. Woo Tak pikir itu sudah pasti.
“Tapi,
apa jaksa bisa tahu jika seorang saksi berbohong?” tanya Ibu Hong Joo. Jae Chan
pikir itu sudah pasti.
“Ini
sulit dipercaya, tapi ia dikenal sebagai detektor kebohongan” kata Seung Won.
Ibu Hong
Joo menanyakan komentar Woo Tak dengan sarapannya hari ini. Woo Tak mengatakan
rasanya enak sekali. Nyonya Yoon pun bertanya pada Jae Chan apakah Woo Tak
berkata jujur. Jae Chan menjawab kalau Woo Tak berkata jujur.
“Letnan
Han, apa menurutmu dirimu tampan?” tanya Nyonya Yoon. Woo Tak mengaku Tidak
sama sekali.
“Dia
berbohong.” Kata Seung Won. Hong Joo juga takin kalau Woo Tak merendah. Jae
Chan merasa kalau Woo Tak itu benar-benar pembohong. Woo Tak mengejek semuanya
sangat hebat.
“Letnan
Han, Apa ada seseorang yang kau suka?” tanya Ibu Hong Joo. Woo Tak mengaku
kalau memang menyukai seseorang. Jae Chan mengakui kalau itu jawaban jujur.
“Apa itu
Hong-joo?” kata Ibu Hong Joo. Semua langsung terdiam. Hong Joo mengeluh ibunya
yang menanyakan hal itu.
“Tak apa.
Ibu hanya menggodanya. Jadi Apa benar Hong-joo?” kata Ibu Hong Joo. Woo Tak
mengaku bukan. Jae Chan dengan gugup mengatakan kalau Woo Tak berkata Jujur
padahal ia tahu kalau Woo Tak memeluk Hong Joo sebelumnya.
“Ah...
Kau benar... Aku tak sabar untuk pemeriksaan hari ini.” Ungkap Woo Tak penuh
semangat.
“Ya.
Kuharap kau jujur seperti sekarang.” Kata Jae Chan. Ibu Hong Joo menyuruh
anaknya juga memakai lipstik, sebelum berangkat ke kantor.
Hong Joo
sudah duduk didepan meja. Doo Hyun melihat Hong Joo memerintahkan agar jangan
keluarkan barang-barangny dan segera pergi karena mendapat masalah. Hong Joo
binggung apa maksud ucapan seniornya itu.
“Keluarga
Yoo Soo-yung menggugat Do Hak-young atas pembunuhannya.” Kata Doo Hyun
“Tapi ia
sudah diselidiki, Apa Mereka bisa menggugatnya lagi?” kata Hong Joo heran.
“Mereka
pasti frustrasi karena penuntutan sangat lamban. Jadi Cepat dengarkan pendapat
wakil penggugat.” Kata Doo Hyun. Hong Joo ingin tahu Siapa wakilnya.
“Pengacara
Lee Yoo-Bum dari Haegang. Apa Kau mau nomor ponselnya?” ucap Doo Hyun. Hong Joo
dengan malas mengaku sudah punya.
Woo-tak
datang menemui temanya. Hak Young berkata kalau
Sudah melakukan semua permintaannya bahkan mengakui semuanya kepada
Jaksa Jung dan juga sudah melakukan deteksi kebohongan. Tapi ia tetap masih ada
dalam penjara.
“Itu Karena
Jaksa Jung sangat berhati-hati.” Kata Woo Tak
“Kehati-hatiannya
akan membunuhku. Mereka hanya akan memberiku pengacara publik saat sidang. Lalu
Apa kata jaksa itu? Apa ia mencari pelaku sebenarnya?” tanya Hak Young
“Akan
kutanyakan itu kepadanya dan Aku sedang diperiksa sebagai saksi. Saat sekolah
di akademi polisi, aku paling unggul di hukum pidana. Jadi Aku akan berusaha
yang terbaik dan membelamu saat sidang.” Kata Woo Tak menyakinkan. Temanya pun
menganguk mengerti dan mengucapkan terima kasih banyak.
“Aku
sungguh, tak punya siapa-siapa lagi selain dirimu. Dan Woo-tak, kau sudah
menemui ibuku? Apa ia baik-baik saja?” kata Hak Young khawatir.
“Dia
baik-baik saja dan Kau juga harus baik-baik saja.” Kata Woo Tak mencoba agar
temanya bisa bersadar dan tabah.
KANTOR
POLISI
Polwan
dan atasnya masuk sambil berkomentar Mie soba restoran itu yang terbaik, lalu
mengajak Tuan Oh agar bisa bertukar tugas untuk makan siang. Atasanya bertanya
kemana Woo Tak sekarang. Tuan Oh memberitahu Woo Tak pergi ke Kantor Jaksa
untuk diperiksa, sebagai saksi kasus Do Hak-young.
“Woo-tak
sangat berhati lembut. Dia harus kuat menghadapi jaksa, tak seperti dirimu.”
Ejek atasanya.
“Woo-tak...
Dia berbeda denganku. Dia pintar karena lulus akademi polisi dan juga berani.
Dia bukan tipe orang yang takut kepada jaksa.” Kata Tuan Oh lalu berjalan pergi
tapi berhenti didepan pintu.
“Itu Bukan
berarti aku tak pintar, tapi ia sedikit lebih pintar dariku. Dan Bukan berarti
juga aku pengecut, tapi ia sangat berani.” Kata Tuan Oh.
“Hei.. Pergilah!
Aku mengerti maksudmu.” Ungkap atasanya. Tuan Oh tetap membanggakan diri kalau
Badannya juga besar.Atasanya mendorong Tuan Oh keluar dibanding terus
membanggakan dirinya.
Restoran
Daging
Tuan Choi
mendengar Han Woo-tak punya latar belakang hebat, lulus dari akademi polisi dengan nilai tinggi
dan juga mendapat penghargaan dari Perdana Menteri saat lulus. Jae Chan hanya
diam. Tuan Choi mengaku sempat berbicara dengannya.
“Dia
sangat pandai bicara. Dia bisa meyakinkan kita jika tak fokus.” Kata Tuan Choi
lalu melihat Jae Chan makan daging yang gosong dan melarangnya karena tak baik
untuk kesehatan.
“Penyidik
Choi.. Bagaimana jika aku tak bisa menangani kasus ini?” tanya Jae Chan
terlihat ragu.
“Kau akan
mendapat masalah. Kau akan disalahkan oleh Kepala Park... Maksudku, oleh semua
warga. Kenapa? Apa Kau tak yakin?” kata Tuan Choi
“Tidak,
bukan begitu... Penyidik Choi, ada yang ingin kutanyakan.” Kata Jae Chan dengan
wajah serius.
Dua
sekertaris masuk ruangan, melihat Hyang Mi bertanya apa yang sedang
dikerjakan. Hyang Mi dengan wajah lesu
mengaku kalau ia Sedang menua, karena Ada 7.000 halaman kasus Do Hak-young
menunjukan tumpukan kertas diatas mejanya.
“Kepala
Park akan memeriksa ulang, jadi, jumlahnya 14.000 halaman. Aku menyalinnya,
memberi lubang, dan menjepitnya. Itu sebabnya aku hanya menua disini.” Kata
Hyang Mi, Temanya menaruh bunga diatas meja.
“Kami
membeli bunga ini karena indah. Beberapa hari ini, bunga musim semi sedang
mekar.” Ucap teman Hyang Mi
“Ah..
Benarkah? Aku bahkan tak sempat melihat bunga karena Do Hak-young. Aku belum
melihat musim semi.” Keluh Hyang Mi.
Temanya pikir Masih banyak hari
tersisa.
“Kapan?
Dokumen ini takkan segera pergi. Kapan aku bisa pergi?” keluh Hyang Mi.
Terdengar
suara ketukan pintu, Hyang Mi dengan malas menyuruh masuk. Woo Tak masuk
ruangan bertanya apakah Jaksa Jung ada diruangan. Semua langsung melonggo
terpana dengan ketampanan Woo Tak. Hyang Mi bertanya siapa yang datang.
“Aku Han
Woo-tak. Aku kemari untuk diperiksa sebagai saksi.”ucap Woo Tak
“Ahh..
Benar, Han Woo-tak. Silakan tunggu disana!” kata Hyang Mi akan keluar dari
ruangan mengantar Woo Tak.
Ia
bertanya pada temanya apakah mereka membawa parfum, keduanya mengeleng. Hyang
Mi kebingungan, tapi keluar ruangan dengan gaya lincah dan penuh semangat Dua
temanya pikir musim semi Hyang Mi sudah datang.
Hong Joo
datang ke kantor Yoo Bum, Yoo Bum mengulurkan tangan untuk berjabat tangan tapi
Hong Joo tak mengubrisnya dan langsung duduk. Yoo Bum mengaku kecewa karena
reporte yang dihubunginya ternyata punya masa lalu. Hong Joo mengucapkan Terima
kasih dan sangat tersanjung. Yoo Bum
melihat Hong Joo itu masih sama.
“Kau mau
minum apa?” tanya sek Yoo Bum. Hong Joo tanpa sungkan minta Cola dingin.
“Tak biasanya
ada wakil untuk penggugat. Apa yang kau lakukan sebagai penggugat?” kata Hong
Joo tak ingin berlama-lama.
“Kau sangat
mengenal Jaksa Jung, 'kan? Dia baru. Jadi, sangat lamban dan juga keras kepala.
Dia mengikuti keyakinannya dan berhati-hati. Bukti akan tercemar dan bahkan
hilang jika Jae-chan, terus mendengarkan ucapan tersangka, dan menoleransi hak tersangka
untuk tetap diam....” kata Yoo Bom dan disela oleh Hong Joo.
“Apa
bergosip tentang jaksa adalah pekerjaanmu sebagai wakil?” sindir Hong Joo.
“Bagaimana
jika pelakunya hilang? Keluarga korban akan menderita. Itu sebabnya aku
menggugatnya mewakili keluarga korban.” Kata Yoo Bum.
“Pengacara
Lee Yoo Bum. Apa yang ingin kau katakan?” ucap Hong Joo tak ingin berlama-lama.
“Apa Kau
tak mengerti? Jae-chan takkan menang dengan bukti yang ia miliki. Do Hak-young
takkan dituntut, dan ia bisa bebas. Artinya jaksa yang menangani kasus akan
disalahkan. Aku disini untuk menghentikan itu.” Ucap Yoo Bum
Saat itu
Jae Chan baru kembali makan siang dengan Tuan Choi melihat ada beberapa pengunjuk rasa didepan kantor jaksa
seperti ingin pelaku segera di adili.
“Kali ini,
aku akan memihak Jae-chan. Jadi, kau juga bisa membantuku, 'kan?” kata Yoo Bum.
Hong Joo terdiam dan terlihat sangat tegang.
Jae Chan
memanggil Hee Mi dengan panggil Senior Shin, untuk melihat pemeriksaan karena tak mau membuat
kesalahan. Hee Mi mengaku itu harus melihatnya saat juniornya meminta senyuman
pun terlihat bahagia. Jae Chan memanggil Jaksa Lee, Jaksa Son dan juga Jaksa
Park agar bisa melihat interogasinya.
Jaksa Park pikir , ini kasus
terpenting di departemen jadi harus melihatnya.
Para
Sekertaris melihat Woo Tak dari kejauhan yang sedang berbicara dengan Tuan
Choi. Hyang Mi terpana kalau seragam polisi
terlihat sangat bagus, menurutnya Woo Tak itu Pria yang tampan untuk polisi.
“Kenapa
jaksa tak terlihat tampan sepertinya?” komentar Hyang Mi
“Jaksa
Jung juga tampan. Kau menyukainya, 'kan?”ungkap Sek lain. Hyang Mi menegaskan
kalau itu Hanya sesaat.
“Kalian
harus membaca emailnya. Dia benar-benar membosankan. Sebenarnya, ia bukan
apa-apa tanpa pekerjaannya sebagai jaksa.”kata Hyang Mi
“Apa
Wajah tampan dan tinggi?” sindir Jae Chan sudah ada disampaing Hyang Mi lalu
berjalan pergi.
Hyang Mi
panik bertanya pada temanya apakah Jae Chan mendengar perkataannya dari tadi.
Temanya pikir Jae Chan mendengar dari awal sampai akhir. Hyang Mi panik apa
yang akan dilakukan nanti.
Jae Chan
masuk ruangan melihat Woo Tak datang lebih awal lalu berbasa basi bertanya
apakah sudah makan siang. Woo Tak mengaku sudah makan n dan berpikir kalau Ada
beberapa jaksa yang menyaksikan.
Di ruang kontrol, Jaksa Lee kaget kalau Woo
Tak itu bisa melihatnya. Hyang Mi mengeluh pada Jaksa Lee yang berpikiran
seperti itu karena Jae Chan saja tak sadar kalau mereka ada diruang kontrol.
“Pria itu
membuat Do Hak-young mengaku, 'kan?” kata Jaksa Park
“Ya.
Semoga ia tak membuat Jaksa Jung teperdaya.” Kata Hyang Mi.
“Kasus
ini terlalu berat untuk junior seperti Jaksa Jung.” Komentar Jaksa Lee.
“Jangan
memanggilnya junior disini. Jaksa Jung terlihat lebih dapat diandalkan,
daripada orang sepertimu yang tak melakukan autopsi. Jangan sampai kasus ini
seperti kasus Kang Dae-hee,. yang dianggap tak bersalah. Siapa yang memperbaiki
kesalahanmu? Siapa yang kembali menuntut Kang Dae-hee setelah ia bebas?” ucap
Jaksa Park. Keduanya menjawab itu Jaksa Jung
“Apa
Kalian masih berpikir ia tak bisa menangani ini?” kata Tuan Park. Keduanya
menjawab tidak.
“Kasus
ini sangat mirip kasus Kang Dae-hee. Dia jelas pelakunya, tapi hanya ada bukti
tak langsung. Aku yakin kepada Jaksa Jung. Dia akan menemukan bukti penting dan
langsung dari pemeriksaan ini.” Kata Jaksa Park. Keduanya pun memberikan
semangat.
Ruang
interogasi
“Bagaimana
kau bisa mengenal Do Hak-young?” tanya Jae Chan mulai penyedilikan.
“Kami
satu SMA... Kami tinggal bersama sampai 1,5 tahun lalu.” Kata Woo Tak sama
seperti yang ada dalam mimpinya.
Bersambung
ke episode 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar