PS
: All images credit and content copyright : KBS
Tuan Park
dan Yoo Bum sampai ke kantor kejaksaan dan masuk lebih dulu setelah itu Tuan Oh
juga akan masuk dan terlihat gugup, lalu menerima telp dari Woo Tak dan
mengatakan akan segera kesana. Wartawan datang pergi ke meja receptionist
memberitahu namanya Bong Doo Hyun da datang jadi saksi. Sementara di ruangan
“Apa Kau
sudah cek apa Park Jun Mo dan saksi sudah ada di jalan?” tanya Jae Chan.
“Ya,
kudengar mereka tidak akan terlambat.”kata Tuan Choi
Saat itu
Tuan Oh masuk ruangan sambil berbicara di telp kalau baru sampai dan menurutnya
tidak mudah masuknya. Hyang Mi binggung melihat Tuan Oh tiba-tiba masuk ruangan
lalu bertanya apakah ada yang bisa dibantu.
“Aku
Letnan Oh Kyung Hwan. Aku saksi.” Kata Tuan Oh sambil memberikan hormat. Hyang
Mi pikir Tuan Oh terlalu cepat datangnya dan meminta agar menunggu diluar.
“Ya. Oh,
tapi ada orang yang ingin bicara dengan Jaksa Jung. Ini dari Letnan Han Woo
Tak, Dia bilang sangat mendesak.”kata Tuan Oh.
Jae Chan
pun mengambil ponsel dari tangan Tuan Oh,
Woo Tak mengaku kalau tak sempat menyimpan nomor teleponnya dan
memastikan kalau belum menyelidiki Park
Jun Mo, Jae Chan mengaku belum. Woo Tak memberitahu Saat menyelidikinya nanti,
jangan lakukan itu sendiri. Tapi Buatl penyidik melakukannya.
Jae Chan kaget mendengarnya.
“Kenapa
aku harus melakukan itu?”kata Jae Chan. Hong Joo yang duduk disamping Woo Tak
menyuruh agar mendengarkan saja.
“Aku juga
tidak tahu sebabnya..., tapi kami berdua memimpikanmu menyelidiki Park Jun Mo. Dalam
mimpiku, Park Jun Mo tidak dipidana apa pun...,tapi di mimpi Woo Tak, dia
dipidana.” Ucap Hong Joo. Jae Chan pikir Itu omong kosong
“Jadi
kita membandingkannya dan kami menyadari semuanya sama, kecuali satu. Dalam
mimpi Hong Joo, kau menyelidiki Park Jun Mo sementara Dalam mimpiku, penyidik yang
menyelidikinya. Kau tahukan, orang yang terlihat seperti ikan.” Kata Woo Tak.
Jae Chan melihat ke arah Tuan Choi.
“Aigh, Apa
kau yakin? Mungkin dugaanmu salah.”kata Jae Chan dan saat itu Yoo Bum dengan
gayanya mencari perhatian menyapa semua orang dan memuji dengan bangga kalau
mereka tak datang terlambat. Tuan Choi pun menyapa Yoo Bum dengan ramah, kalau tidak
pernah terlambat.
“Aku
tanya padanya apa kami bisa mengerjakan dokumen itu, tapi dia tidak mau dengar.”
Bisik Yoo Bum kesal
“Dia ingin
melakukannya secara langsung.”kata Tuan Choi merasa tak enak hati. Yoo Bum
pikir tak masalah.
“Asisten
Choi itu dekat dengan Yoo Beom. Mereka seperti keluarga. Dia benar-benar dekat.”
Ungkap Jae Chan merasa tak yakin
“Tidak
ada pilihan lain. Mimpi itulah yang memberitahu kami. Park Jun Mo dengan
polosnya memohon.” Kata Wook Tak
“Apa Kau
gila? Itu benar-benar omong kosong!” teriak Jae Chan yang membuat semua orang
menatapnya.
Jae Chan
berbisik menurutnya tidak masuk akal kalau Tuan Park dengan polosnya memohon
bila ada banyak bukti. Hong Joo menegaskan Meski begitu, Jae Chan tidak akan
menang oleh Yoo Bum Jadi, biarkan saja Asisten Choi melakukan pekerjaan itu.
Jae Chan terlihat kesal.
“Jaksa
Jung... Apa Kau akan segera selesai?” sindir Yoo Bum. Jae Chan pun akhirnya
menutup telpnya.
“Kalau
aku melakukan penyelidikan, dia akan bebas. Apa Kalau Asisten Choi melakukan
penyelidikan, maka Park Jun Mo akan teraniaya? Arghh.. Itu omong kosong.... Aku
tidak bisa mempercayai Pak Choi.” Gumam Jae Chan kebingungan dengan memegang
ponsel menatap Tuan Choi.
Tuan Oh
ikut binggung dengan sikap Tuan Choi lalu meminta agar mengembalikan ponselnya,
Jae Chan sadar lalu mengembalikanya. Tuan Choi pikir Jae Chan yang akan
menyelidiki mereka. Jae Chan memanggil Tuan Choi menyuruh agar melakukan
penyelidikan. Tuan Choi kaget tiba-tiba ditunjuk untuk menyelediki
Hong Joo
binggung memikirkan Kenapa mimpi mereka berbeda, menurutnya Ada salah satu yang
salah. Woo Tak bertanya Apa mimpi Hong
pernah salah. Hong Joo mengaku Tidak, sampai bertemu Jae Chan. Woo Tak ingin tahu Bagaimana
saat bertemu dengan Jae Chan.
“Mimpiku
berubah, berkat dirinya.” Ucap Hong Joo. Woo Tak menuliskan dalam buku
catatanya (Mimpi Hong Joo mulai
berubah.)
“Kuharap saat ini juga
begitu.” Ungkap Woo Tak. Hong Joo juga berharap agar mimpi Woo Tak benar dengan
wajah gelisah
Tuan Park
duduk bersama saksi Tuan Oh dan juga Tuan Bong.
Tuan Choi berbasa basi dulu pada Tuan Park dengan menanyakan apa akan
sudah makan siang. Tuan Park mengaku kalau makan seadanya saja. Tuan Choi mulai
membahas kalau Pihak korban, Do Geum Sook, ingin Tuan Park dihukum, jadi
keadaan malah tambah rumit.
“Seperti
yang Anda ketahui, meskipun ini adalah kasus cedera..., kalau korban
menginginkan...” ucap Tuan Choi langsung disela oleh Tuan Park
“Aku
tidak pernah memukul istriku sendiri.” Kata Tuan Park. Jae Chn melihat Tuan
Park mengingat ucapan Woo Tak “Dia benar-benar memohon secara polos.”
“Apa ini
seperti mimpi Woo Tak?” gumam Jae Chan dan saat itu Tuan Bong terlihat marah
mendengar ucapan Tuan Park. Tuan Choi menahan meminta Tuan Bong tenang.
“Apa Anda
tidak mengaku kalau Anda memukul istri Anda?” tanya Tuan Choi
“Sebenarnya,
aku yang menyuruh untuk mengakuinya. Dengan Menimbang kasus sebelumnya..., maka
aku ingin dia mengakuinya dulu. Tapi ketika aku melihat kasus ini..., ternyata dia
baru saja tertangkap dalam skema istrinya.” Ungkap Yoo Bum mulai mengambil
kertas untuk membuat jadi serpihan.
Tuan Choi
bingung apa maksudnya Skema. Yoo Bum memperlihatkan perjanjian yang dibuat Tuan
Park pada kasus sebelumnya, yang Dikatakan bahwa kalau memukuli istrinya lagi
maka akan memberinya 100 juta Won. Tuan Choi pin mengartikan kalau istri Tuan Park membuat dirinya terluka untuk
menerima uang itu.
“Benar.
Aku juga tidak ingin memercayainya.” Kata Yoo Bum lalu memberikan rekaman
suara.
Jae Chan
mendengar suara Ibu Hong Joo “Apa Kau pikir dia tidak bisa bertahan tanpa
suaminya? Jangan takut. Setelah Anda bercerai, pasti ada hak rumah dan hak asuh
anak juga.” Lalu Nyonya Do mengatakan kalau Dokumen juga sudah siap. Jae Chan
kaget ternyata Yoo Bum membuat rekaman suara saat bertemu dengan keduanya.
“Jadi
seperti itu, Sekarang aku mengerti. Aku selalu bertemu dengan kasus seperti
ini, jadi aku tahu betul itu. Ini bukan sekadar cerita yang bisa Anda tonton di
drama. Ini pun juga terjadi dalam kenyataan. Anda memukuli istri Anda dan
menuliskan janji bahwa itu akan memakan Anda.” Ungkap Tuan Choi.
“Penyelidikan
macam apa ini? Bagaimana Anda bisa menyimpulkannya setelah mendengarkan
kesaksian pelaku? Aku melihatnya tepat di depanku. Blus istrinya penuh dengan jejak
kakinya dari dia menginjaknya.” Kata Tuan Bong marah
“Ada yang
ingin kukatakan. Itu bukan jejak kaki Tuan Park” kata Yoo Bum. Semua kaget dan
binggung.
“Dalam
laporan, ukuran jejak kaki itu sebesar 285mm.” Kata Yoo Bum. Tuan Choi melihat
ukuran dalam penyelidikan
“Dan
ukuran kaki Tuan Park adalah 260mm.”
Ucap Yoo Bum membawakan pengaris ketika memeriksa kaki Tuan Park tanpa
mengunakan sepatu. Tuan Oh kali ini yang dibuat binggung
“Apa Anda
menangkapnya bahkan tanpa memeriksa ukuran kakinya?” kata Tuan Choi
memarahinya.
“Aku
terlalu sibuk mengendalikan banyak orang sehingga tidak punya kesempatan untuk
melakukannya.” Kata Tuan Oh. Tuan Choi pikir tetap saja harusnya sudah melakukan pekerjaan dengan baik karena
Ukuran kaki saja bisa menentukan kalimat seseorang.
“Hal pertama
bagiku adalah menangkapnya. Lalu, penyelidik TKP yang bertanggung jawab
berikutnya.” Kata Tuan Oh. Tuan Choi menyuruh Tuan Oh diam saja. Yoo Bum senang ada orang yang mempercayai ucapanya.
“Pengacara
Lee... Bagaimana kami bisa menangani kasus ini?” kata Tuan Choi. Jae Chan
seperti menahan rasa gelisah karena takut dugaan Woo Tak salah.
“Aku
takut kalau itu harus ditangani dengan cara ini. Do Geum Sook membuat janji yang
dia dapatkan dari kasus sebelumnya dan dia akan mendapatkan uang. Dia mencari
kesempatan dan dia mematahkan tulang rusuknya di sebuah resor ski.” Cerita Yoo
Bum mulai mengarang dengan tentang Nyonya Do dengan memilin kertas
“Dia
membuat itu sebagai kasus penyerangan. Itu sebabnya tanggal laporan medis itu
salah. Dan pada hari resital, dia diam-diam mencap jejak kaki pada blusnya. Dia
memutuskan untuk pingsan saat ada banyak orang yang menonton.” Cerita Yoo Bum
menyakinkan dengan Nyonya Do membuat cap sendiri di dada dalam toilet lalu
pura-pura pingsan.
“Dia
melakukan pekerjaan itu dengan cermat.” Ungkap Yoo Bum.
Jae Chan
terus melihat mengeluh pada Tuan Choi yang hanya diam saja dan hanya
mendengarkan si sampah Yoo Bum dan berpikir haruskan ia mempercayai mimpi Woo Tak. Tuan Park mengaku
kalau sangat mencintai istrinya.
“Setelah
mendengar Pengacara Lee, semuanya sudah jatuh pada tempatnya.” Kata Tuan Choi
“Seperti
yang bisa Anda lihat dalam laporan..., Tuan park tidak pernah melakukan kekerasan.
Bahkan tidak sekali.” Kata Yoo Bum.
“Lalu
Anda menangkapnya berdasarkan keadaannya ketika dia menyangkal menyerangnya?”
kata Tuan Choi menyudutkan Tuan Bong
“Siapa
yang mau mengakui di situasi seperti itu? Apa Anda pernah lihat ada orang yang
mengakui kejahatannya sendiri?” kata Tuan Bong kesal
“Hei,
harusnya jangan marah-marah karena itu.” Keluh Tuan Choi. Tuan Bong pun meminta
maaf.
“Apa yang
dikatakan Park Jun Moo saat istrinya pingsan?” tanya Tuan Choi. Tuan Bong
menjawab kalau Tuan park mengatakan
kalau tidak melakukannya.
“Bagaimana
saat dia ditangkap?” tanya Tuan Choi. Tuan Oh juga mengatakan hal yang sama
bahwa Tuan Park tidak melakukannya.
“Sudah
kuduga... Semua potongan itu datang ke tempat mereka. Anda pasti mengira itu tidak adil setelah
dikhianati oleh istri Anda. Kenapa istri Anda melakukan itu? Coba lihat... Istri
tercinta Anda tiba-tiba pingsan. Begitu dia pingsan, Anda menolak menyiksanya. Kemudian
Anda ditangkap. Benarkan?” kata Tuan Choi sambil mengangkat tiga jarinya dan
memanggil Jae Chan.
“Jaksa
Jung.. Apa hanya aku yang dianggap aneh? Bagiku..., aku tidak mengerti bagian
kedua, Aku tidak mengerti kenapa Anda bersikeras
Anda tidak memukulnya. Itu sangat aneh.” Kata Tuan Choi. Jae Chan sedikit
berpikir kalau membenarkan kalau ia juga merasa aneh.
“Park Jun
Mo . Apa hal pertama yang Anda katakan saat istri Anda pingsan?” tanya Jae
Chan. Tuan Choi mengatakan kalau tidak melakukannya.
“Apa Anda
benar mencintai istri Anda?” tanya Jae Chan. Tuan Park mengatakan kalau
mencintainya. Yoo Bum mulai gelisah dan memperingatkan Tuan Park. Jae Chan
menyuruh Yoo Bum diam,
“Istri
tercinta Anda tiba-tiba pingsan dan Apa
hal pertama yang Anda katakan adalah, "Aku tidak melakukannya"? Anda
harusnya bertanya apa dia baik-baik saja atau berteriak minta tolong. Bukankah seharusnya
Anda mengatakan itu?” ucap Jae Chan. Tuan Bong pikir benar kalau seharusnya
mengatakan itu.
“Kau
harus khawatirkan itu dulu sebelum membuat alasan.” Kata Tuan Bong. Yoo Bum
mulai tegang.
“Ketika
polisi tiba, Anda seharusnya meminta mereka untuk menangkapnya, tidak membuat
alasan.” Kata Ja Chan.
“Tentu
saja benar. Itu yang biasa dilakukan orang biasa. Dan Itu juga yang paling
mencurigakan saat aku menangkapnya.” Kata Tuan Oh bisa mengerti.
“Tidak,
aku bilang begitu karena semua orang menganggap kalau aku yang memukulnya.”
Kata Tuan Park membela diri.
Jae Chan
meminta sesuatu pada Tuan Choi. Tuan Choi memperlihatkan Ini rekaman yang
direkam oleh Pak Bong saat hari kejadian itu. So Yoon sedang melakukan
wawancara, lalu Nyonya Do jatuh. Tuan Park panik langsung menutupi baju
istrinya dan mengatakan kalau tidak melakukannya.
“Tidak ada
yang menuduh Anda memukulnya, tapi Anda malah sibuk menutup jejak kaki itu. Seolah-olah
Anda-lah yang menginjaknya.” Kata Jae Chan
“Itu...
itu bukan milikku. Ukuran kakiku sudah kuukur.”kata Tuan Park membela diri
“Kenapa
Anda melepas sepatu saat sedang mengukur? Pengacara Lee pasti tahu kalau sepatu
dan kakinya berbeda ukuran. Jadi Pakai sepatu Anda. Biar kami ukur lagi.” Kata
Jae Chan. Tuan Oh pun akan menarik Tuan Park agar berdiri. Tuan Park menolak
seperti mengakuinya.
“Apa
jejak kaki, surat, dan rekamannya semua ini harus membuktikan ketidakbersalahan
Anda? Hyang Mi , bisa bawa kereta dorong itu ke sini?” ucap Jae Chan.
Hyang Mi
memperlihatkan banyak bukti di atas trolly yang banyak. Jae Chan pikir Tuan Park mengambil jalan yang
salah, jadi kalau memang tetap berbohong dengan bukti palsu maka jaksa mungkin
akan melawannya. Tuan Park ingin
menjawab, Yoo Bum langsung menahan agar Tuan Park tak menjawab dan meminta agar mengakhiri
penyidikan.
“Kau
Pilihlah... Apa Anda hanya akan pergi atau Anda akan mengakuinya?” kata Jae
Chan.
“Aku...
aku akan mengakuinya, tapi...” kata Tuan Park terbata-bata. Yoo Bum mulai marah
menyuruh agar Tuan park jangan menjawab.
“Sikapmu menjawab
pertanyaan di sini, fabrikasi rekam medis dan rekaman CCTV sudah membuat kasus
ini lebih besar lagi. Kurasa ini sudah cukup untuk mempidanakannya. Sikap Anda
selama penyelidikan akan menentukan., apa Anda akan dijatuhi hukuman dan berapa
lama Anda akan dijatuhi hukuman?” kata Jae Chan.
“Apa Kau
ini sedang mengancamnya?” kata Yoo Bum dengan wajah marah
“Aku
hanya memberi nasihat. Aku memberinya pilihan untuk melompat dari mobil yang
rusak atau bunuh diri saja.” Kata Jae Chan.
“Aku
bersikeras untuk mengakui kejahatanku tapi pengacaraku bilang sebaliknya. Surat
persetujuan dan laporan medis semuanya dibuat olehnya. Aku bahkan tidak tahu
sebabnya.” Kata Tuan Park
Yoo Bum
terlihat marah, Jae Chan pun juga tak mau kalah dengan berteriak pada Yoo Bum,
dengan memperingatakan akan membatasi partisipasi kalau terus ikut campur
karena Itu sama saja kalau mencoba, menghancurkan, membuat, atau menyembunyikan
bukti.
“Jaksa
Jung, mohon maafkan aku. Kalau aku memukuli istriku lagi, maka aku akan makan
topiku sendiri. Kasihanilah aku.” Ucap Tuan Park memohon.
“Mari
kita lihat kejahatan apa yang telah Anda lakukan. Lalu aku akan
mempertimbangkan hukuman Anda.”kata Jae Chan. Tuan Choi pun memberikan kursinya
untuk Jae Chan.
Jae Chan
pun mulai menyelidikinya, Yoo Bum terlihat gelisah sementara Tuan Park pun
mengaku semua kesalahan yang dibuatnya.
Di
restoran, Nyonya Do menerima telp dari Jae Chan. Wajahnya terharu karena bisa
menghukum suaminya yang selama ini memukulinya.
Woo Tak melihat ponselnya terlihat bahagia karena ternyata mimpinya
memang Berhasil, beberapa polisi binggung melihat tingkah Woo Tak.
Sementara
disekolah, So Yoon berlari pada Seung Woon memberitahu kalau kasusnya kali ini
selesai. Seung Won pun ikut senang dengan mengendong So Yoon lalu memutarnya,
beberapa anak pun langsung bergemuruh melihatnya.
Tuan Choi
baru saja membeli kopi dan melihat Cuaca sangat bagus, lalu bertemu dengan Yoo
Bum di pintu masuk dengan memujinya sebagai orang yang beruntung dan memberikan
segelas kopi. Yoo Bum pikir kalau mengambilnya nanti Tuan Choi kekurangan, Tuan
Choi mengakutidak perlu memberikan ini pada Jae Chan.
“Tapi,
Asisten Choi, aku merasa agak kecewa hari ini. Harusnya beri tahu aku kalau kau
punya banyak bukti.” Kata Yoo Bum.
“Aku juga
tidak tahu kalau Jaksa Jung ternyata mempersiapkannya dengan baik. Dia itu
pura-pura bodoh.” Kata Tuan Choi merendahkan Jae Chan.
“Kupikir
kau akan selalu berada di pihakku Tapi kau berubah.” Ungkap Yoo Bum kecewa
“Aku tidak
berada di pihak siapa pun. Aku tidak pernah bekerja sama denganmu dan bahkan
sekarang. Tapi kalau kau merasa berubah bukankah itu berarti kalau kau yang
telah berubah?” kata Tuan Choi. Yoo Bum mengingat ucapan itu memilih untuk
membuang kopi yang diberikan Tuan Choi dengan wajah penuh dendam.
Tuan Choi
bertemu dengan Jae Chan bersama dengan Hyang Mi memuji kalau kerja bagus hari
ini dan Tadi keren sekali. Jae Chan mengaku kalau ternyata salah menduga pada
Tuan Choi tentang sesuatu hal. Tuan Choi binggung.
“Kurasa
kau memperlakukan Pengacara Lee dengan baik karena dia dulu pernah jadi jaksa
penuntut.Aku bahkan meragukan apa kau pernah menerima suap darinya. Aku
penasaran apa kau minum bersamanya saat pulang kerja lebih awal. Aku penasaran
apa kau banyak minum saat telat masuk kerja.” Ucap Jae Chan. Saat itu Tuan Park
dkk sudah ada dibelakang Ja Chan.
“Hei, aku
tidak pulang cepat dan juga selalu pulang telat.” Kata Tuan Choi membela diri.
“Kau
selalu SMS-an dengannya selama jam kantor, kurasa kau dekat dengannya.” Kata
Jae Chan.
“SMS itu
dari bank, menyuruhku membayar kembali pinjaman.” Kata Tuan Choi
“Maaf
karena berpikir yang tidak-tidak tentangmu.” Kata Jae Chan lalu pamit pergi.
Tuan Park
mendengar semua ucapan Jae Cha meminta agar Tuan Choi kurangi kebiasaan SMS
saat jam kerja. Tuan Choi membela diri bukan seperti itu, lalu Jaksa Son mengejek Asisten Choi sudah
berubah, pun menyampaikan pesan klau
harus menggunakan waktunya dengan benar.
“Itu
tidak benar, Jaksa Lee.” Ucap Tuan Choi menyakinkan.
“Kudengar
jantungmu tidak sehat... Jangan kebanyakan minum!” kata Jaksa Son
“Itu
semua salah paham! Semua yang dia katakan itu salah!” kata Tuan Choi tak bisa
berkata apa-apa lagi.
Jae Chan
baru saja akan kembali ke ruangan, Hee Min langsung mendatanginya lalu meminta
waktu untuk bicara. Mereka pun pergi di ruangan interogasi. Hee Mi memberikan
kartu nama, Jae Chan binggung. Hee Min memberitahu kalau orang itu dulu bekerja dengannya di divisi lain.
“Julukannya
adalah Deoksa. Dan Baru-baru ini, dia membuka kantor pengacara sendiri setelah
berhenti sebagai jaksa penuntut. Deoksa akan menjadi satu-satunya yang bisa
menjaga Park Jun Mo dan menyembunyikan propertinya dengan baik. Deoksa punya tingkat
kemenangan yang tinggi. Jadi Telepon Do Geum Sook dan Itu akan sangat
membantu.” Kata Hee Mi
“Woah, aku
belum pernah memikirkan ini.” Ungkap Jae Chan.
“Tentu
saja belum. Kau terlalu fokus menangkap Park Jun Mo.” Kata Hee Min
“Terima
kasih. Berkat ini, aku dapat banyak pengalaman.” Komentar Jae Chan.
Hee Min
pikir itu pasti, dengan memperagakan
gaya Jae Chan kalau bisa meninggalkan kesan bagus. Jae Chan tak percaya kalau
Hee Min melihatnya melakukan itu. Hee Min membenarkan karena banyak orang dalam
ruangan saat Jae Chan dalam ruang interogasi. Jae Chan hanya bisa melongg malu.
Semua
berkumpul direstoran, tanpa Jae Chan dan Hong Joo . Mereka terlihat gembira dan
mengajak bersulang. Seung Won berpura-pura sedang minum alkohol, padahal mereka
sedang minum cola. So Yoon bahkan sempat menegurnya
“Jaksa
Jung sangat pintar dengan semuanya. Dia juga hemat biaya dan yang lainnya dan juga
menyuruh suamiku menjauh dari kami.” Ucap Nyonya Do memuji. Saat itu Ibu Hong
Joo pun memberikan nilai pada Jae chan.
“Apa Kau
masih menganggap kakakku jaksa yang bodoh?” tanya Seung Won mengejek. So Yoon
mengaku tidak lalu melihat Jae Chan sudah ada didepan restoran seperti mencari
seseorang. Woo Tak melihatnya berpikir akan menariknya masuk.
“Apa Kau
tak berpikir mereka berdua sering-sering datang?” bisik So Yoon heran.
“Itu
karena makanan di sini sangat enak.” Pikir Nyonya Do. Woo Tak berusaha menarik
Jae Chan untuk masuk ke dalam restoran.
“Aku Tak
tahu. Kurasa karena alasan lain.” Kata So Yoon. Seung Won ingin tahu Alasan
lain apa maksudnya.
Sementara
Hong Joo sedang memberikan bersikap imut dengan memuji Jae Chan karena sudah
bisa menuntut Park Jun Mo. Lalu bersikap acuh menurutnya Tidak peduli kau
menuntutnya, tapi itu memang pekerjaan Jae Chan.
“Ahh.. Benarkah?
Kau menuntutnya? Daebak! Aku tidak menyangkanya. Kemarilah. Aku akan memelukmu.”kata
Hong Joo dengan gaya genitnya membuka lebar-lebar tanganya.
Hong Joo
ternyata sedang berada di halte sendirian berlatih nanti akan bertemu dengan
Jae Chan. Semua orang yang melihatnya mencoba untuk menyingkir. Hong Joo melonggo mencari Jae Chan yang lama
sekali, lalu berpikir sedang acara makan malam tim atau kerja lembur.
Jae Chan
sampai di halte melihat sosok yang sudah menunggu lalu menepuk bahunya. Tapi
ternyata bukan Hong Joo yang berdiri
menunggu, ia pun segera meminta maaf. Hong Joo sudah pergi ke kedai kopi, lalu
bertanya pada kasir apakah mengingat pria tinggi dengan lengan panjang yang
sebelumnya.
“Apa Dia
kebetulan datang ke sini?” tanya Hong Joo. Si kasir mengatakan kalau Jae Chan
hari ini tak datang. Setelah Hong Joo
pergi Jae Chan pun masuk kedai kopi.
“Aku
ingin Americano dengan gula tambahan dan sirup hazelnut.” Kata
Jae Chan.
“Apa Anda
ingat gadis yang datang setiap pagi? Dia tadi di sini mencari Anda. Apa Kalian
belum menanyakan nomor telepon masing-masing?” kata si kasir. Jae Chan mengaku
kalau memang belum lalu berjalan keluar dari kedai.
“Dasar
wanita itu. Aku tidak bisa melihatnya saat
membutuhkannya.” Keluh Jae Chan lalu melihat sosok yang dicarinya.
Hong Joo
mencoba mengintip dari depan jendela restoran dan Akhirnya Jae Chan mendekat
dan bertanya sedang mencari siapa. Hong Joo kaget lalu tersenyum melihat Jae
Chan sudah ada didepanya.
Keduanya
pun berjalan pulang, Jae Chan meminta Hong Joo memberitahu nomornya karena
hampir bunuh diri karena tidak bisa menghubunginya. Hong Joo memberikan kartu
nama. Jae Chan binggung karena Hong Joo seperti penganguran memberikan kartu
nama.
“Aku cuti
kerja, tapi nomor yang kupakai masih sama. Jadi Telepon aku pakai nomor itu.” Jelas
Hong Joo
“ Apa Kau
sudah dengar yang terjadi dengan kasus Park Jun Mo?” tanya Jae Chan. Hong Joo
mengaku sudah
“Kudengar
kau menuntutnya bahkan dengan tuduhan kasus-kasus sebelumnya. Aku sangat lega
karena mimpiku itu salah.” Kata Hong Joo
“Kenapa
kau tidak memberitahuku tentang itu pagi tadi?” keluh Jae Chan. Hong Joo mengaku
kalau hanya ingin mendukungnya.
“Aku
menolak dukungan darimu.” Ejek Jae Chan. Hong Joo pun bertanya kenapa
mencarinya dan berpikir kalau ia mau pamer.
Jae Chan
menyangkal kalau tak mencarinya karena datang dari kantornya Hong Joo bisa tahu
kalau dari celemek yang dipakai Jae Chan karena pasti pergi ke restorannya,
lalu mengejek kalau itu seperti fashionya atau untuk menghangatkan diri. Jae
Chan mengumpat kesal dan ingin membukanya.
“Kau
bilang dukunganku seperti ancaman bagimu karena aku mungkin akan kecewa kalau
gagal, kan?” kata Hong Joo. Jae Chan membenarkan kalau tidak suka. Hong Joo pun membantu Jae Chan
yang kesusahan membuka celemek.
“Aku
tidak akan kecewa. Kalau kau berusaha dengan baik, maka aku akan berterima
kasih. Kalau kau gagal, makaaku akan bersyukur
karena kau mencobanya. Lalu Kenapa aku harus kecewa? Jadi, jangan menolak
dukunganku. Ayo Semangat.” Kata Hong
Joo.
Keduanya saling
bertatapan, lalu Jae Chan pun mengucapkan terimakasih. Hong Joo menutup matanya
dan mulai berjinjit seperti sudah siap menciumnya. Jae Chan menatap binggung
dan ikut juga berjinjit. Hong Joo binggung karena tak bisa menyentuh bibir Jae
Chan.
“Kau
sedang apa?” kata Jae Chan. Hong Joo membuka matanya dengan wajah malu
mengatakan kalau sedang melepas celemeknya lalu bergegas pergi mengumpat kesal
pada dirinya karena harus menutup mata.
Hong Joo
baru saja akan duduk di meja makan, melihat Seung Won ada dirumahnya. So Yoon
mengaku kalau mengundangnya. Hong Joo pikir itu bagus. Seung Won melonggo
melihat menu makanan diatas meja dan bertanya apakah mereka Biasa setiap hari sarapannya seperti itu.
“Ya,
kemarin saja kami makan lima porsi daging babi untuk sarapan.” Kata Hong Joo
bangga
“Oh ya,
bagaimana dengan belajar luar negeri So Yoon?” tanya Ibu Hong Joo
“Kami
mendapat telepon dari Yayasan Evan dan sudah dikonfirmasi. Mereka akan
membiayai uang sekolah.” Kata Nyonya Do. Ibu Hong Joo pun ikut senang
mendengarnya.
“Apa Kau
akan tinggal di asrama saat kau pergi ke luar negeri?” tanya Seung Won
khawatir. So Yoon membenarkan lalu meminta Seung Won untuk tak perlu khawatir.
“Wi-Fi di
sana pasti bagus, jadi aku bisa mengirim SMS setiap hari.” Kata So Yoon. Seung
Won kaget karena So Yoon akan mengirim
pesan Setiap hari. So Yoon pikir Seung Won tak suka. Seung Won dengan senyuman
lebar mengaku sangat menyukainya.
“Apa Kau
akan memeriksa tekanan air di asrama? Bagimu, mereka membutuhkan tekanan air
yang sangat kuat.” Kata Hong Joo mengejek. Seung Woon binggung. So Yoon meminta
Hong Joo untuk diam saja karena malu.
“Kalau
toilet tersumbat seperti waktu itu, kau mungkin harus kembali.” Kata Hong Joo.
So Yoon meminta agar Hong Joo menutup mulutnya.
“Itu
milikku.” Akui Nyonya Do. So Yoon mengeluh ibunya baru mengatakanya. Nyonya Do
berdalih kalau waktu itu terlalu sibuk. So Yoon tetap saja merasa kesal.
Ibu Hong
Joo mencoba tenang mengajak mereka untuk mulai makan, suasana kembali ceria. Lalu
bertanya pada Seung Won yang datang sendirian dan tak mengajak kakaknya. Seung Won memberitahu kalau kakaknya ingin ke
suatu tempat. Hong Joo ingin tahu kemana Jae Chan akan pergi.
Jae Chan
pergi ke tempat ayahnya dan sengaja menaruh foto saat berkumpul dengan semua
teman barunya, mulai dari So Yoon sampai Woo Tak. Lalu mengingat kembali saat
terakhir kali bertemu dengan ayahnya.
“Bagaimana
kalau jadi jaksa? Ayah ingin melihatmu jadi jaksa penuntut.” Ucap Tuan Jung.
Jae Chan pun menyanggupinya kalau akan mencobanya.
“Ayah... Aku
menjadi jaksa seperti yang Ayah harapkan. Aku takut mengecewakan Ayah, jadi aku
berusaha sangat keras. Terkadang, aku ingin kabur karena terlalu sulit.
Begitulah,... aku pasti mencintai Ayah.” Ungkap Jae Cha.
Lalu Ia
keluar menuliskan nama Hong Joo di ponsel untuk menyimpan nomo telpnya.
“Sekarang
aku punya seseorang di mana dia menginginkan yang terbaik untuk diriku. Aku
tidak akan kecewa.” Ungkap Jae Chan melihat sinar matahari yang menyinarinya.
Tangan
Hong Joo menutupi wajah Jae Chan yang tertidur di pundakanya. Saat itu juga Jae
Chan bermimpi dalam tidurnya.
“Kalau
kau berusaha dengan baik, mak aku akan berterima kasih. Kalau kau gagal, maka aku
akan bersyukur karena kau mencobanya. Kenapa aku harus kecewa?” ucap Hong Joo
“Walaupun aku bisa atau tidak
melakukanya..., dia akan bilang tidak apa-apa.” Gumam Jae Chan.
“Jadi,
jangan menolak dukunganku. AyoSemangat.” Kata Hong Joo
“Tapi aku selalu ingin berusaha
dengan baik. Terima kasih.” Dan saat itu juga Jae Chan
mengingau mengucapkan Terima kasih dengan kepala bersandar.
“Sekarang aku takut semua akan
berubah.”
Hong Joo
memejamkan mata dan menjijitkan kakinya, Jae Chan menatapnya dan langsung tanpa
ragu menciumnya. Mereka berciuman dibawa pohon sakura.
Saat itu
Hong Joo membangunkan Jae Chan dan Jae Chan kaget melihat Hong Joo ada
disampingnya karena dalam mimpinya mereka berciuman. Hong Joo yakin Jae Chan
pasti bermimpi dan ingin tahu apa yang
diimpikan dan apakah memimpikan kejadian yang akan datang.
“Sebelum pikiran itu membuatku
lelah dan sebelum pikiran itu menjadi lebih besar, maka aku ingin lari dari
pikiran itu.”
Seung Won
memasukan semua buku ke dalam tas, lalu terlihat foto-foto yang ditempelkan,
mulai dari bersama keluar dan juga bersama ibunya waktu kecil Ada juga foto So
Yoon dan saat berhasil menyelesaikan kasus Tuan Park. Lalu foto bersama dengan
kakaknya seperti foto kelulusan.
Saat itu
Seung Won sempat menoleh melihat ke arah sampingnya, ternyata ada So Yoon
seperti sudah mengugah hatinya.
Bersambung
ke episode 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar