Si pria penjual
ayam sedang ada di depan atm, terlihat dalam tasnya tumpukan uang 50ribu won yang baru
diambilnya. Cho Hee sedang berkerja berusaha menelp, tapi diangkat oleh
kakaknya. Polisi pikir kakak Cho Hee tahu kalau mereka sedang mengejarnya.
“Lacak
semua panggilan dan catatan kartu kreditnya. Kalau tidak bisa, buat dia sebagai
DPO.” Ucap pria.
“Kau
bilang DPO? Kakakku tidak bersalah atas apa pun.” Kata Cho Hee panik.
Yoo Bum
baru datang , Sekertarisnya memberitahu kalau ada yang menunggunya. Yoo Bum
bertanya siapa karena tak ada rencana hari ini. Sekertarisnya memberitahu kalau
ada tamu yang datang hari ini. Yoo Bum masuk dan sedikit kaget melihat kakak
Cho Hee lalu kembali keluar ruangan.
“Apa Dia
itu profesional?” ucap Yoo Bum. Sekertarisnya mengatakan tidak
“Atau apa
aku sudah jatuh ke bawah, Cuma karena aku kalah dalam kasus Park Joon Mo?” kata
Yoo Bum melihat calon klienya. Seketarisnya pikir Tidak mungkin.
“Kenapa
pula aku dijebak dengan klien itu?” keluh Yoo Bum. Sekertarinya pikir Lebih
baik Yoo Bum bicara dengannya dulu, karena Pasti ada alasannya ingin menemuiya.
Yoo Bum mengangguk mengerti.
Yoo Bum
masuk ke dalam ruangan memperkenalkan namanya lebih dulu dan ingin tahu nama
klienya. Pria itu mmberitahu kalau namanya Kang Dae Hee dan meminta seorang
pengacara yang dulunya juga jaksa jadi ada yang menyuruhnya untuk datang ke
kantor Yoo Bum. Yoo Bum membenarkan lalu menyuruh Dae Hee duduk lebih dulu.
“Tapi aku
tidak menerima apa pun. Aku ingin dengar kasusmu dulu dan kuputuskan apa aku
bisa menanganinya?” ucap Yoo Bum melepaskan jam tanganya.
“Aku bisa
bayar sesuai keinginan Anda.” Kata Dae Hee memperlihatkan uang yang dibawa
dalam tasnya.
“Aku
tidak bertaruh pada uang, tapi Aku bertaruh pada peluang. Jadi Beri tahu saja.
Apa yang bisa kubantu?” ucap Yoo Bum
“Aku
berada di bawah tuduhan palsu. Baru-baru ini, aku mengalami kecelakaan mobil
karena kesalahan Dan aku kehilangan adikku. Polisi menuduhku kalau aku memalsukan
semuanya demi asuransinya. Mereka bahkan melayangkan surat perintah penahanan
untukku.” Cerita Dae Hee.
“Apa
surat perintah menyatakan kalau Anda sengaja membunuhnya?” tanya Yoo Bum
“Tidak, Aku bahkan belum melihat surat perintah itu. Aku
pergi saat polisi baru saja tiba.” Kata Dae Hee.
“Berarti
Anda tidak tahu apa isi surat perintah itu.” Ucap Yoo Bum. Dae Hee mengatakan
kalau bukan seperti itu.
“Kalau
aku masih jadi jaksa, Anda mungkin melakukan kesalahan besar. Tapi jangan
khawatir. Sekarang aku jadi pengecara. Menjaga etika pengacara, aku tidak bisa
mengatakan sepatah kata pun tentang yang dikatakan oleh klienku.” Ucap Yoo Bum
menutup pintu ruanganya.
“Kalau
Anda ingin hidup, berbohonglah pada jaksa. Tapi padaku, katakan apa yang Anda
inginkan. Yang Anda lakukan sekarang adalah menyekop pasir melawan air pasang.
Jadi Maksudku, Anda harus jujur padaku. Jadi aku bisa memperbaiki kesalahan
itu. Apa Anda membunuh adik Anda sendiri?” ucap Yoo Bum. Dae Hee sempat gugup
dan akhirnya mengakuinya.
“Yang
kuinginkan dari Anda dalam persidangan nanti..., tolong buat aku tidak
bersalah.” Kata Dae Hee.
Jae Chan
tertidur pulas dikamarnya, kembali bermimpi duduk bersama dengan Hong Joo
menonton siara berita. Diawali dengan Laporan Cuaca di bulan September ini,
lalu Penjahat yang membunuh saudaranya sendiri setelah asuransinya. Jae Chan
inin tahu kapan Hong Joo ada di TV. Saat itu Hong Joo sebagai reporter
melaporkan beritanya
“Reporter
Nam Hong Joo melaporkan dari TKP. Kantor Kejaksaan Distrik Hangang Seoul
mempidanakan penjara seumur hidup untuk Kang, terdakwa berusia 37 tahun karena
pembunuhan dan penipuan dalam sidang terakhir. Terduga Kang sengaja membunuh
kedua adiknya demi kemanfaatan dirinya yang ditetapkan sejak Juni 2015. Kang
dipenjara dan dipidanakan atas pembunuhan tersebut. SBC News, Nam Hong Joo.”
“Kantor
Kejaksaan Hangang tidak melakukan apa pun. Jaksa Jung Jae Chan yang
menuntutnya. komentar Jae Chan setelah melihat berita yang dibawakan Hong Joo.
“Jadi Apa
Menurutmu itu adil?” ejek Hong Joo. Jae Chan merasa bukannya berpikir ini adil.
“Aku akan
menghiburmu kalau merasa ini tidak adil.” Ucap Hong Joo merajuk sambil duduk
menjauh. Jae Chan menariknya mengaku kalau sudah berpikir lagi ternyata ini
tidak adil dengan bersandar ke pundak Hong Joo.
“Katakan
padaku... Apa yang menurutmu tidak adil?” ucap Hong Joo.
Jae Chan
mengigau dalam pelukan adiknya yang dalam mimpinya itu Hong Joo. Seung Won
ingin tahu apa yang tidak adil sambil nempuk bahu kakaknya. Jae Chan tersadar
dan langsung mendorong adiknya. Seung Won kaget melihat kakaknya tiba-tiba
terbangun.
“Kenapa
kau di tempat tidurku?” kata Jae Chan marah
“Aku
datang untuk membangunkanmu, tapi kau malah menarikku. Lenganku kau tarik
dengan kencang, dan bilang itu tidak adil.” Ucap Seung Won. Jae Chan pikir
seharusnya Seung Won bisa melepaskanya.
“Kau ini
gampangan juga! Apa pula yang kukatakan?” kata Jae Chan marah
“Benar.
Kau juga tidak tahu yang kau katakan. Karena kau yang salah dan merasa malu.”
Ejek Seun Won. Jae Chan menyuruh adiknya diam saja.
“Apa Mau
kubuatkan sarapan, Sereal atau mie?” ucap Seung Won.
Jae Chan
teringat kemarin saat bertanya alasan Nyonya Yoon yang ingin membuatkan sarapan. Ibu Hong Joo merasa
tidak tahu apakah ini berutang pada Jae Chan, jadi meminta Kalau sesuatu yang
buruk terjadi, agar tolong lindungi putrinya.
“Sudahlah.
Aku mau sarapan di rumah sebelah mulai sekarang.” Ucap Jae Chan. Seung Won
kaget apakah maksudnya itu setiap hari.
“Bibi di
rumah sebelah ingin membuat sarapan untuk kita.” Jae Chan lalu keluar dari
kamar. Seung Won tersenyum bahagia mendengarnya.
Jae Chan
mengambil sebotol air minum, Seung Won menceritakan kalau Sarapan di rumah
sebelah sangat enak. Jae Chan mengejek adiknya Seolah-olah pernah mencoba
sebelumnya. Seung Won mengaku kalau sudah
coba.
“Kapan?
Apa kau Tidak bilang-bilang?” ucap Jae Chan. Seung Won mengatakan kalau itu
saat Jae Chan sedang pergi.
“Kau ini
memang menyebalkan” komentar Jae Chan lalu meluarkan tiga jarinya. Seung Won
melihat memohon pada kakaknya. Jae Chan mengoda adiknya dengan memberikan jari
Wolverine dengan menusuk-nusuknya.
Di kamar
mandi
Hong Joo
baru saja selesai mandi sambil menyanyikan lagi Bigbang, Fantastic Baby mengerikan rambutnya dengan hairdryer.
Setelah itu mematikan speaker dan berteriak menanyakan pisau cukurnya, sambil
mengeluh kalau sudah banyak bulu di kakinya.
“Kemarin
baru saja kucukur, dan sekarang malah tumbuh lagi. Ini Tumbuh cepat seperti
secepat kilat., bahkan Bagian ketiak malah parah.” Ucap Hong Joo mengeluh
keluar dari kamar mandi, matanya melotot kaget melihat ada Jae Chan beserta adiknya
sedang menyiapkan sarapan.
“Hei,
Hong Joo. Sapalah... Mereka akan sarapan bersama kita mulai sekarang.... Dan
untuk ketiak. Bukan maksudku, pisau cukur ada di samping bagian shampo jadi Carilah
lagi.” Ucap Nyonya Joon.
Hong Joo
mengerti dan menyapa Jae Chan berusaha tak terjadi apapun dan masuk kembali ke
dalam kamar mandi. Ibunya melihat anaknya masih basah karena mengunakan
jubahnya. Hong Joo panik melihat di cermin kalau Alisku lenyap setengah,
seperti Mona Lisa.
Nyonya
Yoon memberikan lauk pada mangkuk Jae Chan sambil memuji anaknya yang sangat
bersih sekali, jadi tidak mau ada satu pun bulu di kakinya. Jae Chan menganguk
mengerti, dan bertanya apakah mereka selalu sarapan seperti ini setiap hari.
“Hyung,
ini hanya makanan biasa. Sebelum ini, dia bahkan membuat Lima Bumbu Irisan Babi
Kukus. Dan Shabu-shabu yang Anda buat sebelumnya sangat enak sekali.” Ucap
Seung Won memuji
“Baguslah.
Ke depannya, aku akan coba memasaknya lagi” kata Nyonya Yoon. Hong Joo sudah
memakai baju menyapa dua tamunya dan duduk disamping ibunya.
“Ibu,
harusnya tadi bilang kalau ada tamu.” Kata Hong Joo terlihat sedikit kesal.
Nyonya Yoon mengatakan kalau sudah memberitahu tapi Hong Joo memutar lagunya
keras sekali.
“Tidak apa-apa.
Orang seperti Hong Joo sudah biasa kalau di rumah, jadi Anggap ini rumah
sendiri.” Ucap Nyonya Yoon. Jae Chan pikir tak perlu sampai sejauh ini.
“Jangan
bohong... Kadang kakakku tidak seperti manusia kalau di rumah.” Ucap Seung Won.
Jae Chan langsung menginjak kaki adiknya.
“Aku
tahu, apa yang biasanya kakakmu lakukan di rumah.” Kata Hong Joo. Seung Won
pikir Hong Joo melihatnya. Jae Chan penasaran darimana Hong Joo mengetahuinya.
“Aku
sering melihat rumahmu dalam mimpiku. Kau tak keramas selama beberapa hari dan
langsung pergi bekerja, kan?” ucap Hong Joo
“Benar.
Aku takut kalau rambutnya ada kutu.” Kata Seung Won.
“Kau
selalu melepas kaus kaki dan celanamu sembarangan lalu kau tak memasukkannya
dalam mesin cuci. Kenapa kau buka pintu kamar mandi dan mengambil tempat
sampah?” kata Hong Joo
“Benar.
Itu benar sekali. Dan lebih parahnya lagi...” kata Seung Won dan keduanya
mengatakan kalau Jae Chan yang tidak mandi.
“Bagus
juga ingatanmu. Kenapa kau bisa tahu semua ini?” kata Seung Won
“Akhir-akhir
ini, aku sering bermimpi tentang kakakmu. Aku tak bermaksud ingin melihat
rumahmu, tapi aku terlanjur memimpikannya.” Kata Hong Joo
Dalam
mimpi Hong Joo, Jae Chan terlihat sangat pemalas membuat berantakan semua
rumah. Seung Won memarahinya karena tak yang membersihkannya. Jae Chan kesal
memiting adiknya karena memukul. Jae
Chan juga tak menutup pintu kamar mandi saat sedang pup dan minta tissue pada
adiknya. Jae Chan juga makan snack diatas tempat tidur sambil membaca buku.
“Ini adegan
yang tidak boleh dilewatkan. Jangan malu-malu begitu. Aku belum berkata-kata
demi harga dirimu. Haruskah aku mengatakannya lagi?” ucap Hong Joo
“Hei, Nam
Hong Joo.” Teriak Jae Chan. Hong Joo pun ikut berteriak untuk melawanya.
“Aku
mengakuinya.Jadi jangan dibahas lagi dan Lebih baik kita makan.” Kata Jae Chan
mulai makan dengan wajah kesal.
Keduanya
sudah ada di halte bus, Hong Joo menceritakan
terlalu sering melihat Jae Chan dalam rumah jadi menurutnya Lebih baik
sadari saja dan Jangan bertingkah seolah dirinya yang bersih dan Adik Jae Chan
akan mengatakan semuanya. Jae Chan hanya diam saja dengan wajah cemberut.
“Apa Kau
marah?” ucap Hong Joo. Jae Chan hanya diam saja dan saat itu bus Jae Chan lewat
tapi tak menaikinya.
“Apa ini?
Harusnya naik bus. Apa Kau tidak mau naik?” kata Hong Joo. Jae Chan mengatakan
tak mau. Hong Joo ingin tahu alasanya.
“Aku
harus mengantarmu ke tempat kerja dulu. Kau yang minta untuk melindungimu,
menggangguku, mengantarmu pulang, dan mengantarmu pergi bekerja. Aku akan
mencobanya. Kalau itu membuatku lega, aku akan mencobanya.” Kata Jae Chan
dengan mengingat saat ada didepan kantor SBC.
“Jadi,
ini sungguhan.” Ucap Hong Joo terlihat bahagia. Jae Chan mengatakan memang yang
dikatakan serius.
Hong Joo
menatap Jae Chan yang ada disampingnya, menatap tanganya seperti ingin memegangnya.
Tapi saat itu bus datang dan Jae Chan berjalan pergi. Hong Joo cemberut karena
kesempatanya hilang. Jae Chan melihat Hong Joo hanya diam saja, dengan meraih
tanganya untuk naiki bus karena nanti terlambat. Hong Joo tak bisa menutupi
rasa bahagia saat Jae Chan duduk disampingnya untk mengantarnya ke kantor. Jae
Chan juga bisa tersenyum bisa melindungi Hong Joo.
(#6:
Kota Buta)
Doo Hyun
memberikan kartu nama pada Hong Joo diatas meja. Hong Joo heran karena Doo Hyun
yang memberikan Dua kotak kartu namanya. Doo Hyun memberitahu Semua orang di kantor kejaksaan pasti
berganti selama Hong Joo cuti, jadi harus menyapa mereka dan menurutnya Dua
kotak mungkin tidak cukup.
“ Ya... Aku
sungguh-sungguh memulainya.” Ucap Hong Joo dengan bersemangat.
“Aku akan
mengawasi setiap barang yang kau bawa. Polisi, jaksa, petugas pemadam
kebakaran, dan patroli.Apa yang mereka selidiki dan apa daftar yang mereka
buat, jadi harus kau cek setiap detailnya. Mengerti?” kata Doo Hyun
“Kau
bilang Bahkan patroli?” kata Hong Joo heran. Doo Hyun pikir Hong Joo tak
menyukainya, Hong Joo mengaku menyukainya.
“Aku
merasa jauh lebih muda sebagai anak baru di sini. Jadi Haruskah aku melapor pada
Anda tiap dua jam?” ejek Hong Joo. Doo Hyun pikir itu bagus, Hong Joo hanya bisa mengeluh dengan mulutnya
dan bergegas pergi karena dirinya sudah menyerah.
Nyonya
Yoon sendirian di restoran, Woo Tak menyapa Nyonya Yoon kalau datang lagi.
Nyonya Yoon memberitahu kalau anaknya sudah tak ada di restoran. Woo Tak
mengatakan tidak datang menemui Hong Joo tapi memang ingin makan samgyeopsal.
“Aku
belum sarapan, jadi aku harus makan yang berat, supaya tidak makan siang lagi.”
Kata Woo Tak
“Dan kami
tidak akan meminta karcis pembayaran. Seorang pria tangguh tidak akan meminta
tagihan atau kupon. Kami tidak akan meminta hal-hal seperti itu.” Kata Tuan Oh. Woo Tak pikir akan selesai
masalahnya.
“Apa yang
salah dengan meminta karcis pembayaran? Ini etika yang harus dilakukan oleh
seorang polisi dan Polisi harusnya bilang begitu.” Kata Nyonya Yoon sinis.
Tuan Oh
panik berpikir kalau baru saja berbuat salah lagi. Woo Tak mengeluh dengan yang
dilakukan Tuan Oh karena membuat Ibu Hong Joo marah lagi. Nyonya Yoon hanya
bisa menahan senyuman karena mereka salah paham.
Woo Tak
kembali ke kantor polisi, Hong Joo melihat Woo Tak langsung memanggilnya, saat
sedang berbicara dengan polisi wanita, lalu mengubah panggilan yang sopan,
Letnan Han. Woo Tak ingin tahu apa tujuan Hong Joo datang ke kantor patroli.
“Apa Kalian
saling kenal?” kata si wanita melihat keduanya terlihat akrab. Hong Joo
akhirnya berjalan mendekati Woo Tak.
“Apa Kau
dapat pekerjaan?” tanya Woo Tak. Hong Joo mengatakan sudah kembali ke pekerjaan lamany dengan
memberikan kartu namanya.
“Aku
tidak bisa cantik sepanjang hidupku, Jadi aku harus bekerja.” Kata Hong Joo
mengibaskan rambutnya. Woo Tak kaget mengetahui Hong Joo adalah Reporter SBC
dan meminta maaf karena tak mengetahuinya.
Tuan Oh
berdiri bersama polisi wanita, si Polwan ingin tahu Bagaimana mereka saling mengenal . Tuan Oh
pikir Kesamaan mereka tidak banyak. Tapi Si polwan merasa Mereka sepertinya
saling mengenal.
Hong Joo
keluar dari kantor ingin tahu apakah Woo Tak tak memiliki daftar penting di kantornya dan harus melapor
pada seniornya. Saat itu Ponsel Hong Joo langsung berdering, Hong Joo panik
karena Seniornya itu sudah menelp padahal belum tahu apa yang harus diberitahu.
“Di sini
Distrik Hangang, Nam Hong Joo. Aku di patroli ketiga.” Ucap Hong Joo lalu
berbisik meminta Woo Tak memberitahu tentang laporan di kantor patroli
“Kasus
kucing terbunuh. Kasus pembunuhan berantai.” Ucap Woo Tak. Dan Hong Joo
memberitahukan hal yang sama pada Seniornya.
“Jumlah
kucing yang terbunuh sejauh ini...” kata Hong Joo meminta bantuan. Woo Tak
memberitahu Sekitar 100 ekor. Hong Joo sempat kaget setelah itu menutup telp
kalau akan kembali kantor.
Semua
berkumpul di ruangan Jaksa Park. Jaksa Son masuk melhat tak ada Hee Mi
diruangan. Jaksa Lee memberitahu kalau Hee Mi pergi memantau kasus penipuan
asuransi kematian. Jae Chan kaget mendengar Kasus penipuan asuransi
kematian. Jaksa Lee mengatakan iu sama
juga dengan Jae Chan, Jae Chan terlihat binggung.
“Tadi
malam aku terjaga karena tugasmu. Ada kecelakaan mobil malam itu, dan aku pergi
mengecek korban meninggal itu.” Kata Jaksa Lee. Jae Chan mengetahuinya.
“Bukan
kecelakaan mobil biasa.” Kata Jaksa Lee mengingat ketika akan mengotopsi
korban. Dae Hee menolak untuk diotopsi.
“Kakak
korban menentang otopsi. Jadi aku diperintah menyerahkan korban pada
keluarganya. Tapi ketika aku menyelidikinya, ternyata kakaknya itu mendaftarkan
korban untuk asuransi kematian sekitar 2,7 miliar Won.” Kata Jaksa Lee merasa
merinding mendengarnya.
“Itu
sebabnya kakaknya itu menangis tersedu-sedu malam itu. Tapi dia membunuh
adiknya sendiri dan ikut menangis waktu itu.
Tapi Dia berpura-pura demi 2.7 miliar Won.” Jelas Jaksa Lee.
“Bagaimana
bisa dia membunuh seseorang dengan uang? Terlebih lagi pada adiknya.” Komentar
Jaksa Son tak percaya.
Jae Chan
terdiam mengingat dengan mimpinya, berita yang dibawakan Hong Joo “Kang,
terduga, telah mendaftarkan kedua adiknya, pada asuransi dan memalsukan kasus
kecelakaan mobil.”
Lalu Ia
bertanya Apa terdakwa itu bernama Kang. Jaksa Park heran karena Jae Chan
mengetahui dan nama panjangnya Kang Dae Hee. Jae Chan memastikn kalau Kasus itu
Dae Hee membunuh adik laki-lakinya dan adik perempuannya.
“Tidak,
dia baru saja membunuh adik laki-lakinya. Adik perempuannya masih hidup.”
Kata Jaksa Park. Jae Chan memastikan
kalau Adik perempuannya masih hidup.
Jaksa Park membernakan.
“Tapi
bagaimana kau tahu dia punya adik perempuan? Apa Kau melihat catatannya?” ucap
Jaksa Lee.
“Tidak,
aku kebingungan karena kasus lainnya. Apa menurutmu ada kemungkinan dia tidak
bersalah?” kata Jae Chan panik. Jaksa Lee menegaskan kalau itu tak mungkin.
“Dia
mengaku membunuhnya saat kami selidiki. Ini Bukan penyangkalan melainkan
pengakuan.” Kata Jaksa Lee.
“Tapi
kenapa kau melakukan penyelidikan lagi?” tanya Jae Chan. Jaksa Lee memberitahu
kalau Pengacaranya adalah Lee Yoo Bum. Jae Chan kaget karena kembali bertemu
dengan temanya yang licik.
Yoo Bum
melihat Hee Mi dengan Sekertarisnya dengan banyak berkas saat akan membeli
minum lalu melihat mereka yang mempersiapkan
segalanya untuk persidangan. Hee Mi dengan bangga kalau persiapannya banyak.
Yoo Bum mengejek Hee Mi kalau harus bilang "Tidak" sebagai cara.
“Ini
adalah cara untuk bersiap ketika aku harus melawanmu.” Balas Hee Mi tak takut
“Sidang
hari ini nampak unik” kata Yoo Bum menawarkan minuman Colla. Hee Mi pikir
seperti itu karena Hakim dan panelis wanita.
“Kurasa ini
baru pertama ada dua wanita yang jadi panelis untuk sidang kali ini.” Komentar
Yoo Bum dengan nada sinis.
“Memang
tidak nyaman, tapi setidaknya ini adil, kan? Apa yang membuatmu tidak nyaman?”
ucap seorang wanita itu berkomentar. Ketiganya kaget melihat sosok wanita
dengan tatanan rambut rapih dibelakang mereka.
“Apa yang
salah dengan juri wanita?” ucap si wanita. Hee Mi memastikan kalau wanita itu
Kim Joo Young, Asisten Kepala Hakim dan mulai menyapa dengan hormat.
Yoo Bum
terlihat panik mengaku kalau tidak
nyaman. Tapi ini agak unik, karena Biasanya, pria yang jadi hakim. Hakim Kim pikir Bila semua juri adalah pria,
maka Yoo Bum tidak pernah berucap untuk jadi adil jadi Sekarang menyebutkan
tentang bersikap adil karena semua hakimnya wanita.
“Bukankah
hakim pria lebih cenderung tidak adil daripada hakim wanita? Aku tidak
memahamimu.” Kata Hakim Kim lalu beranjak pergi dengan sengaja membuka minuman
dan hampir mengenai baju Pengacara Lee
“Benar. Kalau
semua hakimnya itu pria..., bersikap adil harusnya tidak hanya berlaku untuk
wanita.” Komentar Sek Hee Mi
“Maaf,
Pengacara Lee, Hakim pasti tidak menyukaimu.” Komentar Hee Mi. Yoo Bum merasa
kalau akan kalah dari Jaksa Shin hari ini, tapi menurutnya Kasus juga berbeda.
Di ruang
sidang
Dae Hee
sudah mengunakan baju tahan membahsa Yoo Bum bilang bertaruh pada peluang dan ingin tahu Berapa
besar kesempatannya. Yoo Bum mengatakan kalau itu Sekitar 99 persen. Dae Hee
binggung apa sisanya dari 1 persen. Hakim Kim masuk ruangan dan semua pun
berdiri untuk memberikan hormat.
“Luruskan
bahu Anda. Kita ini adalah 99 persen. “ ucap Yoo Bum menyakinkan. Dae Hee masih
tampak tegang, Hee Mi terlihat sangat yakin akan menang.
Jaksa Lee
mengatakan kalau Kemungkinan bersalah adalah 99 persen dan Kurang 1 persen
karena pengacara kali ini Lee Yoo Bum. Tapi faktanya, dia 100 persen bersalah.
Jae Chan bertanya apakah menurut Jaksa
Lee tidak ada kemungkinan Dae Hee tidak bersalah?.
“Kenapa
kau mengharapkan dia bersalah? Apa ada yang kau ketahui?” kata Jaksa Lee
curiga.
“Tidak,
tapi kita harus tetap berhati-hati” ucap Jae Chan khawatir.
“Kau tak
pernah menjaga hatimu, jadi Sebaiknya hati-hati saja. Kalau dia tidak bersalah,
aku akan mati. Aku bahkan belum membedah mayat juga” ucap Jaksa Lee berjalan
pergi. Jae Chan hanya bisa menghela nafas. Jakas Lee bisa mendengarnya menyuruh
agar jangan mendesah dan menyakinkan kalau mereka Pasti bisa.
Hakim
meminta Jaksa Penuntut memberikan pendapatnya
pada tuduhan tersebut. Hee Mi
berdiri dari bangkunya memberitahu
Terdakwa Kang Dae Hee, pada bulan Juni 2015, telah mendaftarkan asuransi
pada kedua adiknya. Adik prianya tanpa curiga memberikan tanda tangan pada
surat perjanjian asuranis.
“Dia juga
terdaftar sebagai penerima santunan untuk 31 lebih asuransi. Tuan Kang telah
membayar lebih dari 400 ribu Won per bulan untuk asuransi Sumber pendapatannya
mengalami masalah saat investasi sahamnya bermasalah dan demi mendapat santunan
kematian dari asuransi, maka dia memutuskan untuk memalsukan kecelakaan mobil hingga
membuat adiknya terbunuh.” Ucap Hee Mi. Yoo Bum mendengar dengan wajah serius.
“Pada
tanggal 28 Maret pukul 9 malam, terdakwa sedang dalam perjalanan untuk mengantar
adiknya pulang ke rumah dan sengaja menabrak gerbang. Lalu akhirnya membuat
adiknya terbunuh. Selain itu, terdakwa telah melaporkan informasi palsu tentang
kasus kecelakaan mobil palsu ke tujuh perusahaan asuransi dan totalnya mencapai
27 miliar Won.” Ucap Hee Mi bisa tahu tentang tabrakan yang dilakukan Dae Hee.
“Untuk
itu, terdakwa, berdasarkan Hukum Pidana Pasal 250, dituduh melakukan
pembunuhan. Hukum Pidana Pasal 347-1 menambahkan kecurangan atas kejahatannya dan
akan disidangkan.”kata Hee Mi
Hakim Kim
ingin tahu apakah Yoo Bum sebagai pengacara akan mengakui tuduhan itu. Yoo Bum
berdiri dari tempat duduknya, berkata kalau mengaku tidak bersalah atas tuduhan
tersebut. Hee Mi kaget mendengarnya.
“Terdakwa
mengklaim tidak bersalah terhadap semua tuduhan itu.” Ucap Yoo Bum.
Semua
jaksa makan dikantin kejaksaan, Jaksa Park ingin tahu apakah Kang Dae Hee
mengaku tidak bersalah atas dakwaannya. Hee Mi membenarkan kalau ia sekarang
khawatir Dae hee akan meminta ampunan tapi menurutnya itu lebih baik karena
akan Lebih mudah untuk diadili.
“Lee Yoo
Bum lagi-lagi berbuat nekat, padahal Sudah jelas ini kasus pengakuan. Kenapa
malah membalikkannya?” ucap Jaksa Lee sambik menamburkan lada.
“Apa
menurutmu Pengacara Lee membuatnya mengaku karena suatu alasan? Ketika ada
pengakuan, pasti akan diselidiki dulu.” Kata Jae Chan dengan wajah khawatir.
“Jung
Pro, kau ini kenapa? Mulut besarmu itu mengatakan hal serupa terakhir kali.” Ejek
Jaksa Lee.
“Entahlah.
Mulutnya yang besar itu mungkin kedengaran masuk akal. Pengakuan bisa menjadi
strategi cerdas. Mereka akan menyelidikinya lagi dan bisa terbukti lebih baik
dalam persidangan.” Kata Jaksa Son. Jaksa Lee memberikan tanda cinta pada
seniornya.
“Kenapa
kau membelanya? Turunkan hatimu itu.” Kata Jaksa Lee lalu mengomel melihat
Jaksa Park yang berdoa sendiri.,
“Lebih
baik berdoa secara terpisah. Dan juga, Jaksa Shin. Jangan abaikan nasihatnya.” Ucap
Jaksa Park selesai berdoa. Hee Mi mengaku mengerti.
“Jaksa
Jung, terima kasih banyak dengan saranmu itu. Kurasa saran itu hanya bisa
dilakukan oleh mereka yang berpengalaman selama lebih dari 20 tahun. Tapi kau
baru beberapa bulan. Bagaimana bisa kau memberiku nasihat berpengalaman seperti
itu? Aku juga ingin belajar.” kata Hee Mi menyindir dengan menaburkan banyak
lada diatas makananya.
Jaksa Lee
pikir Itu pujian. Jaksa Son hanya meliriknya. Jae Chan terlihat menatap sinis
pada Hee Mi
Seung Won
pikir kalau itu malah memalukan dan mengeluh pada Jaea Chan yang membalikkan
kata-katanya menurutnya Mungkin Hee Min
juga ingin belajar.
“Yang dia
maksudkan itu, aku sudah kelewatan dan harus berhenti bertingkah. Apa Kau tak
bisa membedakan sarkasme? Jadi Berapa nilai sastramu?” ejek Jae Chan kesal.
Seung Won ikut kesal kakaknya selalu membawa masalah nilai.
Jae Chan
lalu beringat Hong Joo sebelumnya “Aku bermimpi tentang kakakmu. Jadi aku bisa
melihat apa yang terjadi dalam rumahmu.” Lalu ia berubah sikap manis pada
adiknya kalau tak perlu membawa masalah itu. Seung Won binggung melihat tingkah
kakaknya berpikir kalau ada orang disekitar mereka jadi menjaga image.
“Angkat
kakimu... Aku harus sapu di bagian sini.”
Ucap Jae Chan tak mengubrisnya untuk membersihkan rumah saja.
“Rambutmu
kenapa? Padahal Kalau di rumah, rambutmu berantakan. Apa Kau juga memakai BB
Cream?” kata Seung Won. Jae Chan mengelak.
“Kau
pasti pakai. Kenapa kau memakai BB Cream di rumah? Apa karena dia bisa
melihatmu dalam mimpinya?” kata Seung Won curiga. Jae Chan menyuruh adiknya
menutup mulut saja.
“Ini
Memang benar. Kau bersih-bersih dan mengenakan pakaian bagus karena dia bisa
melihatmu. Kau sudah banyak bertingkah..” Ucap Seung Won yakin.
Jae Chan
akan marah memukul adiknya, tapi kembali lagi mengingat ucapan Hong Joo saat
ada di halte “Aku juga lihat bagaimana dirimu di rumah. Jangan bertingkah
seolah kau bersih, Adikmu beri tahu semuanya padaku.”
“Oh, dia
juga memimpikan itu.... Dia seperti CCTV manusia... Aku bisa gila!” rengek Jae
Chan kesal membanting tubuhnya disamping adiknya karena Hong Joo itu membuatnya takut.
Rapat
redaksi
Doo Hyun
ingin tahu apa yang terjadi dengan pembunuhan
kucing jalanan di Sangbu-dong meminta agar meLaporkan perkembangannya padanya.
Hong Joo memberitahu Ketika memeriksanya,
hanya 1 atau 2 kucing beberapa bulan lalu Tapi sekarang skala pembunuhannya
semakin besar yaitu Lebih dari 100 kucing mati sejauh ini. Semua dalam ruangan
tak percaya mendengarnya.
“Siapa
yang membunuh semua kucingnya?” tanya Ketua Tim
“Semua
kucing mati karena racun. Tak satu pun dari mereka mengalami memar eksternal. Polisi
berpikir kalau ada pelakunya.” Kata Hong Joo
“Tetap
laporkan sampai pelakunya ditangkap.” Ucap Doo Hyun
“Apa aku
tetap melaporkan kasus ini? Kurasa acara TV "Animal Farm" juga
melaporkan itu.” Kata Hong Joo
“Kenapa? Kurasa
itu hanya rekayasa saja. Ini seperti peringatan sebelum pembunuhan berantai. Salah
satu ciri khasnya adalah penyalahgunaan hewan. Ini seperti latihan sebelum
pembunuhan berantai yang sebenarnya terjadi pada orang-orang. Dia membunuh lebih
dari 100 kucing. Siapa pelakunya? Sifat apa yang dia miliki? Apa hanya aku saja
yang peduli?”kata Doo Hyun
Semua
mengaku tidak, kalau mereka semua peduli dan memang masuk akal. Hong Joo mengeluh
pada semua temanya kalau hanya mau meliput manusia, bukan kucing.
Seorang
berlari di tangga dengan tangan penuh darah, lalu Hong Joo terlihat duduk
bersama seeorang dengan satu kakinya tanpa sepatu berkata “Jae Chan.. Kalau kau
melihat ini dalam mimpimu...” lalu menjerit ketakutan dan sepertinya sebelumnya
ada yang mengejarnya.
Jae Chan terbangun
dengan mata melotot, suara petir terdengar dan bisa mengingat kalau Kang Dae
Hee dan bertanya-tanya Kenapa dia ada di sana, dengan wajah kebingungan.
Bersambung
ke episode 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar