So Yoon
berkata akan berhenti bermain piano dan melepaskan segalanya, bahkan tak
mengharapkan bantuan darinya. Yoo Bum duduk didepan keduanya. Nyonya Do
menyakinkan anaknya kalau dirinya tak masalah jadi meminta agar jangan menyerah
main piano.
“Ibu akan
bicara dengan jaksa besok dan menuntaskan segalanya.” Kata Nyonya Joo
“Tolong
jangan memohon!” teriak So Yoon ingin menusukan sumpit ketanganya, tapi saat
itu Hong Joo mencegahnya.
Ibu Hong
Joo kaget melihat ternyata tangan anaknya yang berdarah, mereka pun panik
melihat melihat ada darah yang mengalir di lantai. Saatitu juga Woo Tak terbangun dari tidurnya,
seperti bermimpi dan itu sesuatu yang nyata.
Woo Tak
menceritakan pada Tuan Oh, kalau Ada yang terus muncul dalam mimpinya tapi tak
bisa menceritakan dengan jelas. Tuan Oh
pikir Hanya ada satu cara menjelaskannya dan merasa kalau Woo Tak pasti mabuk cinta, lalu ingin tahu
Siapa gadis itu. Woo Tak mengingat saat pertama kali melihat Jae Chan panik
memanggil Seung Won didepan mobil.
“Bukan
gadis. Tapi dia itu pria.” Ucap Woo Tak. Tuan Oh kaget berpikir kalau Woo Tak
menyukai sesamsa jenis dan langsung ketakutan.
“Bukan,
bukan seperti yang kau kira.” Jelas Woo Tak. Tuan Oh pun bisa bernafas lega
mendengarnya.
“Lalu
kenapa pria itu terus muncul dalam mimpimu?” tanya Tuan Oh. Woo Tak juga tak
tahu.
“Tapi apa
kau tahu yang lebih aneh? Rasanya mimpi itu seperti akan jadi kenyataan.”ungkap
Woo Tak
Tuan Oh
pikir Woo Tak sudah gila dan sedang dalam kondisi yang tak baik, lalu mengajak
untuk mentraktir makan daging nanti. Woo Tak menolak, karena merasa akan bertemu seseorang. Tuan Oh
seperti tak yakin. Woo Tak mengaku penasaran.
“Aku penasaran
dengan satu pilihan kecil yang aku ubah ini. Apakah itu bisa mencegah saat
terkejam yang akan segera terjadi?” gumam Woo Tak sengaja pergi dengan Jae Chan
bukan dengan Tuan Oh.
Seung Won
membawakan makanan dengan cara dibanting. Yoo Bum melihat keduanya agak
ketakutan meminta Jangan khawatir karena
tidak memberitahu Tuan Park kalau bertemu mereka. So Yoon langsung
menanyakan alasan ingin bertemu. Jae Chan diam-diam sengaja untuk mendengarkan
percakapan mereka.
“Aku
jujur saja, Aku mantan jaksa yang
menjadi pengacara. Aku menangani banyak kasus serupa saat masih menjadi jaksa. Awalnya,
aku ingin mendapat penilaian lebih baik, jadi aku selalu menuntut pelakunya. Seperti
Jaksa Jung Jae Chan.” Ungkap Yoo Bum seperti sengaja ingin mengejek Jae Chan.
“Tapi aku
sudah berubah. Aku tidak peduli Park Jun Mo masuk penjara atau tidak. Sementara
aku ini mengkhawatirkan kalian. Kalau
kasus ini disidangkan..., Park Jun Mo akan langsung berhenti menafkahi kalian.
Lalu Karier So Yoon sebagai pianis dan kompetisi besar akan lenyap. Putri Anda
akan kehilangan bakat, masa depan, dan segalanya.” Kata Yoo Bum berusaha
menyakinkan.
“Aku
tidak tahan mendengar omong kosongmu. Apa Kau pikir dia tidak bisa bertahan
tanpa suaminya?” ucap Ibu Hong Joo akhirnya turun tangan mendengar Yoo Bum
berusaha merayu Nyonya Do.
“Jangan
takut.. Setelah bercerai, pasti ada hak rumah dan hak asuh anak darinya.” Kata
Ibu Hong Joo menyakinkan Nyonya Do.
Nyonya Do
pun yakin kalau Dokumennya juga sudah siap. Yoo Bum dengan mulut busuknya
berkata kalau Tuan Park siap untuk itu, walaupun ia tak tahu tapi dia pasti sudah
menyembunyikan semuanya atas nama orang lain atau mengalihkan semuanya ke luar
negeri dan mungkin bersiap untuk tidak memberi secuil uang pun saat bercerai.
Nyonya Do mulai panik.
“Dengan
Park Jun Mo dan reputasi So Yoon..., persidangan kalian akan langsung tersebar
ke media. Setiap kali orang menonton penampilan So Yoon..., maka mereka akan teringat
ayahnya yang terpidana. Jadi Bukan Park Jun Mo yang akan kehilangan segalanya
setelah sidang nanti. Tapi malah kalian
berdua.” Ucap Yoo Bum.
“Itu
sebabnya aku layangkan surat persetujuan agar dia tidak diadili.” Kata Nyonya
Do
“Apa lagi
yang bisa kulakukan? Jaksa Jang akan mengadilinya, mengabaikan surat
persetujuan itu. Anda harus melakukan lebih dengan harus memohon kalau perlu.
Demi putri Anda.” Kata Yoo Bum
“Lalu apa
lagi setelah itu ? Ayahku akan dibebaskan dan saat-saat terkejam akan kembali.”
Kata So Yoon marah. Yoo Bum mengatakan kalau kali ini beda.
“Ini surat permintaan maaf yang ayahmu tulis
dan Kau akan lihat perubahannya setelah membaca ini.” Kata Yoo Bum memberikan
selembar kertas yang sudah ditulis tanganya.
“Aku akan
berhenti bermain piano dan melepaskan segalanya dan tidak memerlukan bantuan
darinya, selain juga tidak membutuhkan ini.” Kata So Yoon.
“Aku akan
bicara pada jaksa.” Kata Nyonya Do. So Yoon kaget mendengar ucapan ibunya.
Nyonya
Yoo mengaku pada anaknya kalau tak masalah jadi meminta agar jangan menyerah main piano dan akan bicara
dengan jaksa besok jadi menuntaskan segalanya. So Yoon berteriak agar jangan
memohon dan siap untuk menancapkan sumpitnya. Saat itu Jae Chan mengebrak meja
membuat suasana hening.
“Itu
tidak perlu.” Ucap Jae Chan. Yoo Bum kaget melihat Jae Chan ternyata ada di
tempat yang sama.
“Kurasa
ini kasus serangan dan Walau Anda menangis tersedu-sedu, maka aku tetap akan
mendakwanya. Aku akan memastikannya.” Tegas Jae Chan. Nyonya Do pun hanya diam
saja.
“Aku
sudah membaca surat permintaan maaf Park Jun Mo tapi isinya sama saja dengan surat sebelumnya. Aku Tak tahu apa dia
tidak kreatif, atau mungkin tidak pernah berubah. Dia menuliskan "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi
kalau kau melepasku." Itu sama dengan empat bulan lalu.Tapi hal yang sama
terjadi lagi.” Ungkap Jae Chan dengan nada mengejek.
Ia juga
menemukan kalimat yang sama lagi yaitu "Aku akan berubah dan menjadi pria
sejati." Jae Chan pikir kalau manusia itu tidak berganti kulit dan Hanya
ular saja yang bisa, lalu Ular akan membesar dan menakutkan setelah berganti
kulit.
“Tolong
enyah dari meja ini, Jaksa Jung. Aku kemari untuk memberi mereka saran.”.” Kata
Yoo Bum membela diri
“Itu bukan
saran namanya, tapi ancaman. Kalau bisa beri Park Jun Mo saran karena hanya dia
yang kau pedulikan. Katakan padanya untuk mengaku, pasti akan aku maafkan.”
Kata Jae Chan memegang tangan So Yoon untuk menguatkan.
“Jangan
menangis Dan jangan takut juga. Aku kenal pria ini. Dia pasti tahu dia kalah
kalau kami taat hukum jadi dia datang untuk bicara seperti harimau, padahal dia
itu hanya kucing. Itu sebabnya, kita taati saja hukum. Kalian harus tegas
padanya, supaya tidak diganggu lagi. Dan Jangan khawatir. Aku akan pastikan
melindungi ibumu.” Ucap Jae Chan dengan gaya menghibur seperti anak tk
membentuk tanganya seperti harimau.
So Yoon
melihat Jae Chan mengejek seperti anak-anak, karena dirinya bukan anak-anak dan
kenapa bawa-bawa harimau dan kucing. Jae Chan binggung ingin menjelaskanya. So
Yoon pikir tak perlu karena sudah mengerti maksudnya.
Woo Tak
melihat sesuatu perubahan yang terjadi, dalam mimpinya bersama dengan Tuan Oh
makan di restoran dan Hong Joo terluka karena berusaha menyelamatkan So
Yoon membuat ibunya panik. Sementara
didepanya sekarang tak ada yang terluka dan membuat Yoo Bum seperti mati kutu
tak bisa berbuat apa-apa, karena ia datang dengan Jae Chan. “Pilihan kecil yang
kuubah ini akhirnya mencegah kejadian buruk itu.” Gumam Wo Tak bangga.
So Yoon
mencuci bekas panggangan, Hong Joo melihatnya menyuruh So Yoon masuk saja
karena ia yang akan mencucinya karena Tangannya bisa terluka. So Yoon
berkomentar kalau Itu lebih baik jadi tidak perlu bermain piano dan ibunya juga
tidak akan dipukuli serta menangis. Diam-diam Nyonya Do mendengar pembicaraan
anaknya.
“Itu
Bagus, Lalu Apa Kau akan menusuk tanganmu dengan sumpit?” kata Hong Joo. So
Yoon membenarkan.
“Aku bisa
hidup tanpa piano, tapi tanpa ibuku, aku tak bisa hidup.” Kata So Yoon. Hong Joo mengaku kalau tahu dengan
perasaanya.
So Yoon
mengejek Hong Joo itu tak tahu apapun
Hong Joo mengaku Sangat tahu. So Yoon terus mendorong kalau tidak tahu.
Keduanya saling mendorong tapi setelah itu langsung tertawa.
Jae Chan
berdiri sambil makan timun menatap adiknya yang hanya diam saja. Seung Won
mengaku harus membantu mereka di saat jam sibuk begini. Jae Chan tahu saat
adiknya memberi tetangga kue beras waktu
pindah kemari.
“Aku tahu
kau itu sangat menyayangi tetanggamu. Kau itu pria yang amat baik.” Ejek Jae
Chan
“Itu
karena aku mirip denganmu.” Balas Seung Won. Jae Chan pun bertanya kenapa harus
dirinya.
“Kau
sebaiknya menepati janji pada So Yoon. Aku mempercayaimu dan Tolong lepaskan
celemek itu.” Ucap Seung Won lalu beranjak pergi ke dapur.
Woo Tak
membayar makanan Dua porsi daging babi dan doenjang jjigae. Hong Joo
memberitahu Total 32 ribu Won, Woo Tak pun memberikan kartunya, lalu melihat
tangan Hong Joo masih baik-baik saja dan berkata “Baguslah.” Hong Joo binggung
apa maksudnya.
“Maksudku...
semuanya.” Ungkap Woo Tak sedikit gugup.
“Han Woo
Tak , pasti ini bukan kebetulan. Saat kau bertemu denganku dan mengajakku ke
sini. Lalu Yoo Bum tiba-tiba datang. Kau tahu semuanya, 'kan?” ucap Jae Chan datang
berdiri di meja kasir.
“Aku akan
menjawabnya dan Kalau mau ronde kedua.” Kata Woo Tak.
Woo Tak
melihat makanan yang dibeli Jae Chan menurutanya seharusnya kesepakatan yang
adil, karena sebelumnya ia mentraktir daging babi dan doenjang jjigae, tapi Jae
Chan hanya membelikan snack menurutnya
ini tidak akan menganggap ronde kedua.
“Jangan
bicara omong kosong dan jawablah aku. Bagaimana kau akan menjelaskan yang
terjadi hari ini?” ucap Jae Chan.
“Kau
mungkin berpikir aku gila kalau mendengar ini. Dan Sebenarnya, aku juga tidak
memercayai situasi ini. Sebenarnya itu..., aku sudah melihat kejadian ini di
dalam mimpiku.” Ungkap Woo Tak. Jae Chan kaget mendengarnya.
“Hei. Apa
Kau juga memimpikan hal seperti itu?” kata Jae Chan. Woo Tak menelaah ucapan
Jae Chan kalau itu artinya ia juga mendapatkan hal yang sama.
“Aku juga
memimpikan hal itu. Aku memimpikan hal yang akan terjadi di dunia nyata.” Akui
Jae Chan. Woo Tak pikir kalau itu Tidak mungkin.
“Aku
memimpikan kejadian pada Hari Valentine..., jadi aku bisa menghentikan
kecelakaan itu.” Cerita Jae Chan.
Woo Tak
benar-benar tak bisa mempercayainya dan menurutnya kalau seperti ini sudah jadi
hal umum. Jae Chan juga tak mengerti lalu menunjuk ke arah luar jendela kalau
ada yang sama juga dengan mereka. Hong Joo sudah ada diluar jendela dengan gaya
imutnya pura-pura tak tahu.
(#4:
Beberapa Pria Baik)
Ketiganya
duduk di minimarket, Woo Tak piki kalau ini seperti penyakit menular. Jae Chan juga tidak tahu
kenapa ini bisa terjadi. Woo Tak bertanya Apa ada orang lain yang bermimpi
seperti mereka. Hong Joo pikir tidak karena ia
Aku sudah lama memimpikan hal seperti itu.
“Tidak
ada lagi yang bermimpi selain kalian.” Jelas Hong Joo.
“Berarti
kita ini ada kesamaan dan Tahun lahir kita sama.” Pikir WooTak. Jae Chan pikir Banyak
orang yang lahir di tahun itu.
“Apa
golongan darah kalian?” tanya Hong Joo. Keduanya menjawab bergantian yaitu B
dan O.
“Kalian
lahir bulan apa?” tanya Hong Joo.Woo Tak
mengatakan April dan Jae Chan menjawab September. Hong Joo pikir itu benar.
Mereka
membuka youghurt bersama-sama dan menjilat bagian tutup lebih dulu sebelum
membuangnya. Hong Joo melihatnya langsung menghentikan keduanya, menurutnya itu
karena alasan ini yaitu mereka sama-sama menjilat bagian tutupnya.
“Semua orang
itu bisa begini, kecuali orang kaya.” Keluh Jae Chan. Hong Joo seperti tak
yakin.
“Sebentar.
Kalau semua ini benar..., berarti kita seperti pahlawan. Kita menghentikan
adikmu melakukan hal bodoh karena Park Jun Mo dan Kita juga menyelamatkan
tanganmu. Cobalah berpikir sebaliknya. Kalau kita tak menghentikannya, maka hal
buruk akan terjadi.” Ucap Woo Tak bangga
“Kasus Park
Jun Mo juga belum berakhir.” Kata Hong Joo
“ Kasus
itu akan berakhir begitu Jaksa Jung menuntutnya. Kau akan pegang janjimu itu? Aku
akan tunggu.” Kata Woo Tak memegang pundak Jae Chan seperti memberikan beban
ditubuhnya. Jae Chan pikir Tidak usah menunggu begitu.
Jae Chan
berjalan pulang ingin tahu alasan Hong Joo yang mengikuti mereka ke minimarket.
Hong Joo mengaku Ada yang ingin dikatakan. Jae Chan pikir kalau Hong Joo akan
mengatakan menunggunya, akan percaya atau ia akan tepati janji, menurutnya tak
perlu karena sudah cukup mendengarnya.
“Aku
tidak mau mendengarnya darimu.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengatakan bukan itu.
“Buka
jasmu untuk mempromosikan kedai kami, supaya orang bisa melihat celemeknya.”
Kata Hong Joo. Jae Chan membuka jaket dan tersadar kalau celemeknya belum
dilepas.
“Kenapa
kau tidak ingin dengar orang-orang akan menunggunya? Itu cara mereka
mendukungmu.” Kata Hong Joo.
“Itu
lebih seperti ancaman. Artinya mereka akan kecewa kalau aku gagal menyelamatkan
seseorang. Jadi, kau tidak mau mengecewakan seseorang.” Jelas Jae Chan.
Hong Joo
mengerti lalu dengan mengoda Hong Joo bertanya kenapa Jae Chan tidak mau mengecewakannya.
Jae Chan mengeluh Hong Joo kembali bersikap seperti itu lagi, kalau ia tidak
mau mengecewakan siapa pun, bahkan anjing di jalanan sambil memberikan
celemeknya.
“Kurasa
aku mengerti maksudmu. Aku punya kemampuan untuk memahaminya bahkan hal-hal yang paling rumit sekalipun.”
Goda Hong Joo lalu masuk ke dalam rumah. Jae chan hanya bisa mengumpat pada
Hong Joo percaya diri berpikir kalau ini rumit.
“Kenapa
dia memahaminya dengan baik?” keluh Hong Joo lalu akhirnya pergi menjauh dari
rumahnya.
Seung Won
dan So Yoon keluar dari persembunyian setelah Jae Chan pergi. So Yoon pikir kenapa mereka harus
bersembunyi, padahal mereka tidak melakukan apa-apa. Seung Woo pikir kalau ia hanya
tidak ingin kakaknya salah paham.
“Lalu Dia
itu mau ke mana jam segini?” tanya So Yoon. Seung Won pikir kakaknya akan
berkerja. So Yoon kaget karena Jae Chan akan berkerja walaupun sudah larut
malam dan ingin tahu alasany.
“Entahlah,
mungkin Dia bisa saja tidak mau mengecewakan siapa pun.” Kata Seung Won yang
sudah mengenal sifat kakaknya.
Jae Chan
pergi ke kantor dan mulai membuka kembali kasus Tuan Park, bahkan tanpa sadar
sinar matahari masuk ke dalam ruanganya. Hyang Mi masuk lebih dulu lalu Tuan
Choi binggung karena Jae Chan sudah ada didalam ruangan, lalu Tuan Choi pun
bertanya apa yang dilakukan Jae Chan.
“Kalau
aku tahu, pasti aku akan jalan terus, tanpa berhenti” kata Hyang Mi lalu mereka
pun menyapa Jae Chan dan bertanya apakah lembur lagi.
“Tentu
saja, apa lagi yang mau kulakukan di sini? Dan Hyang Mi.. Bisa tolong pinjamkan
rekaman Park Jun Mo sebelumnya?” ucap Jae Chan.
“Apa Park
Jun Mo lagi? Kurasa kalau begini, aku pasti sudah jadi sahabat Park Jun Mo.”
Keluh Hwang Mi
“Tuan
Choi, ayo ikut ke tempat kejadian
bersamaku.”kata Jae Chan, Tuan Choi kaget kalau harus pergi Tempat kejadian.
“Aku juga
ingin pergi sendiri tapi kita harus pergi bersama. Biar aku yang akan
memeriksanya.” Kata Jae Chan sudah siap dengan jaketnya. Tuan Choi hanya bisa
mengeluh Jae Chan yang harus periksa
tempat kejadian.
“Aku bahkan
melepaskan pakaian dalamku dan Tolong pinjam lotionmu.” Kata Tuan Choi karena
tahu kalau diluar sangat dingin. Hyang Mi hanya merasa kalau muak denga
keduanya.
Jae Chan
pergi ke apartement saat Nyonya Do tinggal bersama dengan Tuan Park, Tuan Choi
hanya berjongkok saja sambil bermain sendiri. Setelah itu pergi ke tempat So
Yoon melakukan pageleran, Tuan Choi melihat Jae Chan sibuk mengambar denah dan
mengeluarkan ponselnya kalau itu bisa di ambil fotonya bahkan terlihat dengan
jelas.
Jae Chan
melihat rekam medis pasien, Tuan Choi sibuk bersama dengan pasien lain,
ternyata ia sedang menunggu pengumuman lotre. Sementara Jae Chan sibuk minta
agar bisa memeriksa data pasien masuk tanggal 10 Februari. Tuan Choi kesal karena nomor lotrenya kalah,
dan yang keluar Angka 45, 15, 35, 43, 27, 33, dan 16. Itu adalah nomor yang Jae
Chan pilih, tapi sudah dirobek.
Jae Chan
pulang ke rumah dengan wajah lelah dan langsung tidur tanpa membuka baju, alarm
berbunyi sudah pukul 7 pagi. Seung Won membuat makanan di microwave dan
menyuruh kakaknya makan karena sudah membuatkan sarapan, tapi Jae Chan yang
masih mengantuk langsung keluar mengatakan kalau terlalu sibuk jadi tak akan
sempat sarapan.
Seung Won
pun hanya makan sendiri, di rumah Woo Tak juga makan sendiri seperti tak
bergairah. Lalu menyap anjingnya yang bernama Woo Bin, dan berusaha mencicipi
makanan Woo Bin. Woo Bin seperti tak suka makananya diminta oleh majikan,
langsung mengonggong. Woo Tak pikir Rasanya akan lebih enak kalau diberi bumbu.
Ibu Hong
Joo menaruh panci besar diatas meja.Nyonya Do tak percaya kalau Ibu Hong Joo membuat
masakan ikan jjim di rumah. Ibu Hong Joo pikir sudah lama ingin membuat masakan
ini di rumah tapi karena hanya ada mereka berdua, jadi aku belum sempat.
“Tapi aku
membuatnya karena sekarang kita berempat” kata Ibu Hong Joo
“ Ada
yang harus dirayakan juga.” Ucap Nyonya Do. Ibu Hong Joo bertanya Dirayakan Apa
maksudnya.
“Hari
ini, kami mendapat telepon dari Yayasan Evan. Mereka ingin membiayai So Yoon.”
Kata Nyonya Do, Keduanya terlihat ikut bahagia.
“Benarkah?
Jadi kau akan sekolah di luar negeri?” tanya Hong Joo
“Itu, aku
bisa pergi kalau semuanya sudah tuntas.”kata So Yoon bangga
Nyonya Do
pikir mereka bisa pulang ke rumah pekan ini. Ibu Hong Joo tahu kalau penyelidikannya akan berakhir pekan ini.
Nyonya Jo menceritaakn kalau Jaksa Jung tadi menelepon dan bilang Jun Mo tidak
akan dibebaskan dengan mudah kali ini dan meminta untuk tidak khawatir.
“Omo. Dia
baik sekali. Apa Dia bahkan menghubungimu?” kata Ibu Hong Joo tak percaya.
Nyonya Jo pikir kalau kalau Jae Chan bisa
dipercaya.
“Dia itu
pria baik dan juga sangat tampan.” Kata ibu Hong Joo menuliskan catatan seperti
ingin menilai calon mantunya.
Jae Chan
terlihat mengantuk sambil menunggu bus, lalu saat di dalam bus kantuknya tak
hilang bahkan tertidur walaupun sesekali bangun karena tak ada sandaran.
Tiba-tiba Hong Joo sudah duduk disampingnya dan sengaja menyandarkan kepala Jae
Chan di pundaknya.
Hong Joo
sengaja menutupi wajah Jae Chan dengan tangan agar tak terkena sinar matahari,
Jae Chan seperti tidur dengan nyenyak sampai akhirnya mengigau mengucapkan Terima
kasih. Hong Joo binggung dan menepuk tangan Jae Chan kalau mereka sudah sampai.
Jae Chan kembali mengucapkan Terima kasih.
“Kalau
kau mau berterima kasih, bangunlah. Cepat.” Ucap Hong Joo. Jae Chan terbangun
dan kaget melihat Hong Joo sudah ada disampingnya, bahkan tertidur di bahunya.
“Jung Jae
Chan... Kau pasti bermimpi. Apa yang kau
mimpikan?Apa Kau memimpikan kejadian yang akan datang?” ucap Hong Joo. Jae Chan
mengaku tidak. Hong Joo ingin tahu apa itu dan menyuruh segera menekan bel
karena harus turun. Jae Chan buru-buru menekan bel walaupun wajahnya terlihat
binggung.
Jae Chan
heran dengan Hong Joo apa yang biasanya dilakukan karena seperti tidak punya
pekerjaan. Hong Joo dengan gaya percaya dirinya merasa kalau Jae Chan akhirnya
tertarik padanya, menurutnya akalau Ketertarikan itu akan mengarah pada rasa
suka danJae chan akan melakukan PDKT.
“Kalau
begitu, aku ingin menjadi bagiannya.” Kata Hong Joo mengoda. Jae Chan heran
dengan ucapan Hong Joo menurutnya Menjadi bagian apa.
“Aku
bertanya karena kau selalu mengikutiku setiap hari.” Keluh Jae Jae Chan.
“Tapi ini
baru yang kedua kalinya. Apa Kau mau setiap hari begini?” ucap Hong Joo.
“Tidak.
Aku tidak mau sama sekali, tapi kau
selalu mengikutiku.” Kata Jae Chan.
“Ada
alasan yang harus kulakukan. Aku memimpikanmu, dan kau tertidur di perhentian
terakhir. Kau sangat terlambat, jadi, dimarahi bosmu.” Cerita Hong Joo
Dalam
mimpinya, Jae Chan tertidur lalu terlambat dan masuk ruangan Tuan Park, lalu
kena omelan dan Jae Chan menyuruh pergi dan tak perlu ikut rapat karena sudah
hampir jam makan siang.
“Harimu
akan berat karena kasus Park Jun Mo. Aku mengikutimu untuk menyelamatkanmu dari
masalah.” Ucap Hong Joo
“Kau
bilang Hari yang berat? Aku tidak akan membiarkannya. Aku tidak bisa tidur
lebih dari lima jam empat hari ini karena harus mengurus kasus yang tidak bisa
kuurus. Kalau kasusnya kuselesaikan hari ini, maka kami bisa menuntutnya. Dalam
istilah baseball, namanya "cold game".” Kata Jae Chan yakin .
Dalam
mimpi Hong Joo, Yoo Bum dan Tuan Park berjalan melewati ruangan lalu Ia sedang
bertemu dengan saksi terlihat sangat marah. Hong Joo seperti berpikir kalau Jae
Chan tak bisa menang melawan Yoo Bum. Jae Chan melihat wajah Hong Joo ingin
tahu kenapa ekspresinya malah seperti itu.
“Apa Kau
bermimpi buruk lagi?” tanya Jae Chan. Hong Joo mengaku tak ada.
“Kalau
begitu, jangan memasang ekspresi serius. Itu membuatku gelisah. Aku pergi
dulu.” Kata Jae Chan.
“Hei..
Jung Jae Chan... Semangat!” kata Hong Joo dengan gaya imut. Jae Chan mengeluh
agar Hong Joo Jangan beri semangat padanya. Hong Joo melihat Jae Chan seperti
memiliki kegelisahan.
Di kantor
Yoo Bum.
Tuan Park
mengeluh karena Sepertinya aku tidak perlu ke Kejaksaan untuk diberi
pertanyaan, dan masalah ini jadi begitu besar. Yoo Bum mengaku tidak bisa apa-apa karena istri Tuan Park
ingin suaminya dihuku, jadi harus menjawab yang ditanyakan jaksa.
“Kurasa
satu saja sudah cukup, Anda lebih lemah dari yang kukira.” Ucap Yoo Bum
memberikan obat anti panik.
“Ini
pertama kalinya aku berada di Kantor Kejaksaan.” Kata Tuan park
“Kami punya
berkas asli rekaman CCTV dan juga menyuap dokter yang menuliskan catatan medis.
Jadi Kami siap untuk segalanya. Kenapa Anda begitu cemas? Pengacara lain bahkan
tidak bisa berkata-kata saat di Kejaksaan. Tapi Aku berbeda. Kalau terjadi sesuatu,
aku bisa membela Anda. Jadi jangan khawatir.” Kata Yoo Bum bangga lalu mengajak
Tuan Choi untuk pergi.
Tuan Park
mengelak kalau dirinya tak cemas, karena tahu cara kerja Yoo Bum itu sangat
teliti. Yoo Bum masih melihat Tuan Park gelisah, lalu menyakinkan kalau klienya
bisa tenang dan tidak bersalah. Tuan Park juga tahu, tapi Yoo Bum pikir Tuan
Park Jangan tenang karena terlihat tidak tahu malu.
Woo Tak
di kantor polisi mencoba mencari tahu apa kesamaan dari merkea bertiga, mulai
dari Faktor tunggal di antara kami adalah lahir tahun 1988, lalu Ulang tahun
dan golongan darah tidak sama, tampan dan juga cantik. Dua orang polisi masuk
membahas Japchae di tempat itu enak.
“Han Woo
Tak, pergilah makan siang.” Kata seniornya. Woo Tak mengangguk mengerti.
Seniornya bertanya dimana keberadaan Petugas Oh
“Dia
pergi ke Kantor Kejaksaan sebagai saksi kasus Park Jun Mo.”kata Woo Tak
“Petugas
Oh sangat lemah. Dia pasti berani di sana.” Ungkap senior pria
“Kalau
begitu, Letnan Han, kau harus makan siang sendiri. Apa aku Mau bergabung juga? Tadi
makanku sedikit, jadi...” kata polisi wanita
“Tidak
usah. Sepertinya aku akan menemui seseorang.” Kata Woo tak lalu bergegas pergi.
Si wanita seperti kesal karena Woo Tak meninggalkanya.
Woo Tak
mengintip dari depan jendela restoran seperti mencari Hong Joo. Ibu Hong Joo
mendekat lalu sengaja menyapanya. Woo Tak kaget melihat ternyata ada orang
didekatnya. Ibu Hong Joo ingat dengan Woo Tak yang mengembalikan ponselnya. Woo
Tak pun menyapa ibu Hong Joo lebih dulu.
“Kau Sedang
apa? Kenapa tidak masuk?” ucap Ibu Hong Joo. Woo Tak gugup merasa kalau hanya
ingin.. Ibu Hong Joo langsung menarik Woo Tak untuk masuk ke dalam restoran.
“Kudengar
level tertinggi makan sendiri adalah membakar daging?” kata Ibu Hong Joo
membakarkan daging untuk Woo Tak
“Ya. Aku
suka daging yang terakhir kali kumakan di sini. Rasanya seperti daging yang
dimasak ibuku.” Ungkap Woo Tak seperti memiliki maksud lainya.
“Baik,
aku mengerti... Jangan memujiku.” Ungkap Ibu Hong Joo seperti mengetahuinya.
Saat itu
Hong Joo datang melihat Woo Tak dan langsung bertanya kenapa datang ke
restoran. Woo tak mengaku hanya suka dengan makanan di restoran. Ibu Hong Joo
seperti bisa tahu alibi Woo Tak
“Apa Kau
kemari untuk makan siang? Apa Kau makan daging babi sendirian?” tanya Hong Joo
“Ya, aku
suka makan daging babi sendirian saat makan siang.” Kata Woo Tak. Hong Joo
memuji Woo Tak punya selera makan yang bagus. Ibu Hong Joo lalu menyuruh
anaknya membakar daging setelah itu menulis pada buku catatan kalau Woo Tak
bisa menjadi calon menantunya.
“Ayo
makan bersama... Aku memesan dua porsi dan Bagaimana kalau kita mengadakan
pesta malam ini? Lalu Suruh Jaksa Jung mentraktir kita.” Kata Woo Tak penuh
semangat
“Tidak
bisa. Dia pasti merasa bersalah nanti.” Kata Hong Joo .
“Kenapa?
Bukankah ini hari terakhir penyelidikan Park Jun Mo?” kata Woo Tak
“Aku
memimpikan itu, dan penyelidikannya kacau. Orang itu tidak akan diadili. Jadi,
kita tidak bisa berpesta, tapi kita akan menghiburnya.” Jelas Hong Joo
“Aku
memimpikan hal sebaliknya. Dalam mimpiku, Jaksa Jung berhasil menuntut Park Jun
Mo Dan Park Jun Mo juga memohon padanya.” Kata Woo Tak. Hong Joo kaget karena
Woo Tak memimpikan yang sebaliknya.
“Park Jun
Mo.. Anda mengatakan ini dalam penyelidikan tahun lalu. "Semua terjadi
karena istriku yang pantas dipukuli." Kalau benar begitu..., berarti
wanita bersalah saat orang mesum memotretnya?” ucap Jae Chan dengan wajah
serius layaknya jaksa.
“Apa
salah korban kalau uang mereka dicuri? Kalau benar begitu..., Anda bertanggung
jawab atas semua hal yang kulakukan di sini... karena telah mengatakan hal yang
salah. Semua ini salah Anda.” Kata Jae Chan menunjuk ke arah depannya.
Tapi
ternyata Jae Chan hanya sendirian dalam ruang interogasi berpikir kalau
perkataanya Terlalu kasar dan mulai berlatih kembali. Ia merasa untuk yang
kedua kalinya kalau terlalu canggung dan berpikir kalimat yang lebih
mengesankan sambil berlatih dan melihat ke arah jendela.
Sementara
di ruang kontrol sudah berkumpul jaksa senior melihat tingkah Jae Chan heran
dengan yang dilakukanya karena Tidak biasanya. Jaksa Lee pikir Jae chan itu
seperti inspektur kerajaan. Jak-sa Park bertanya-tanya apakah Jae Chan tak tahu
kalau mereka semua ada di ruang kontrol.
“Dia
tidak akan melakukannya kalau dia tahu. Dia berlatih karena ingin melakukannya
dengan baik.” Ucap Hee Min
Kita
pura-pura saja tidak melihat apa pun.” Ucap Jaksa Lee
“Meskipun
dia melakukan itu, Park Jun Mo tetap tidak akan mengaku. Angkat tangan kalau
kalian berpikir demikian” kata Jaksa Park lalu melihat Jae Chan sibuk
merapihkan rambutnya.
Bersambung
ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar