Nyonya
Han berada di ruangan dokter menceritakan
terkadang merasa sedih Tapi tidak merasa tertekan dan juga tidak
kesepian. Ia berpikir melakukannya dengan cukup baik. Dokter menyarankan agar
Nyonya Han bisa berbicara dengan nyaman. Nyonya Han mengaku merasa nyaman.
“Kau
tidak perlu khawatir tentang apa yang orang lain akan pikirkan jika mereka
mendengarmu. Dan Kau harus jujur disini.” Ucap Dokter. Nyonya Han mengaku sudah
jujur.
“Permasalahannya
adalah... Aku ingin mati. Jika aku mati, maka Aku tidak harus hidup lagi. Apa
gunanya hidup?” ucap Nyonya Han lalu mendenagr bunyi ponselnya.
Ia
mengangkat dengan mengaku dari Taman Gapyeong kalau ada yang ingin melakukan
reservasi sebanyak 32 orang dan menunya adalah bebek diasinkan. Ia berbicara di
telp akalu akan memberikanselimut, tapi harus
membawa kartu Go Stop sendiri.
“Jadi
Sampai mana kita tadi?” ucap Nyonya Han seperti terlupa. Dokter mengulang
Nyonya Han yang ingin mati.
“Aku
benar-benar ingin mati.” Kata Nyonya Han dan telp kembali berhenti dan langsung
diangkat olehnya lalu meminta maaf pada Dokter karena mendapatkan banyak
reservasi pada akhir pekan dan memberitahu kalau memiliki sebuah restoran.
Flash Back
[Taman
Gapyeong]
Nyonya
Han sibuk melayani pelanggan yang datang ke restoranya, salah satu pelanggan
yang datang adalah Ma Roo dan juga Nyonya Oh berserta teman satu Timnya
“Demi
dunia farmasi kita, yang tersebar di seluruh dunia.” Kata Kepala Yoon
“Ini
untuk Kepala, yang memberi waktu untuk kita pada akhir pekan demi kesatuan tim
kita!” ucap Maknae. Semua pun bersulang termasuk Ma Roo.
Si Maknae
meminta agar memberikan gelas bir lagi dan soju. Nyonya Han yang ada didapur
bergegas mengambilkanya dan memberikan pada Ma Roo dkk. Saat itu Ma Roo dengan
Nyonya Han belum saling mengenal.
“Kami
ditipu, dan uang sewa kami meningkat pesat. Kami tidak bisa menghemat banyak
uang. Suamiku bekerja keras selama bertahun-tahun. Wanita merasa senang meski
pria itu tetap di sisinya tanpa melakukan apapun.”
Nyonya
Han sibuk melayani tamu akan kembali ke dapur dan melihat suaminya hanya
tertidur dimeja kasir tanpa membantunya.
“Tapi
sebenarnya, Aku merasa tidak nyaman saat berada bersama suamiku. Dia memiliki
kepribadian yang sulit Bahkan saat dia mengatakan sesuatu yang benar. Dia tahu
bagaimana membuat pendengar merasa tidak enak.” Ungkap Nyonya Han tentang
suaminya.
Flash Back
Ma Roo
memapah seniornya yang mabuk keluar dari restoran. Tuan Oh menghitung tagihan makan merekan
650.000 won. Kepala Yoon memberikan kartu kreditnya meminta agar membayar 1
juta Won dan memberikan uang tunai 300.000 won saja dan Tuan Oh bisa mengambil
50.000 won.
“Ini
adalah kartu perusahaan. Kau tidak dapat melakukannya dengan kartu perusahaan.”
Ucap Tuan Oh
“Tidak
ada yang tidak bisa kita lakukan di Korea.” Kata Kepala Yoon yang licik
“Aku
tidak akan menerima kartu perusahaanmu.” Tegas Tuan Oh
“Kau
pasti menjalankan bisnismu dengan cara yang aneh. Jadi Cepat dan bayar.” Kata
Kepala Yoon
“Aku
sudah bilang tidak akan menerimanya! Dari
mana kau belajar sopan santunmu itu?” ucap Tuan Oh dengan nada tinggi.
“Hei,
bawa atasanmu keluar. Aku ingin berbicara dengan atasanmu!” ucap Kepala Yoon
melawan.
Tuan Oh
keluar dari meja kasir memberitahu kalau orang yang dicari sudah ada
didepanya. Nyonya Han keluar dari dapur
panik melihat suaminya kembali marah. Tuan Oh memberitahu kalau Kepala Yoon
sedang bermain curang dengan kartu perusahaannya
“Inilah
sebabnya kenapa negara kita tidak bisa bersatu kembali!” ucap Tuan Oh marah.
Nyonya Han meminta suaminya berhenti saja.
“Apa itu?
Kenapa kita tidak bisa bersatu kembali?” keluh Kepala Yoon. Tuan Oh hanya ingin
agar dibayar dengan uang Tunai saja.
“Aku
membayar dengan kartuku karena aku tidak punya uang tunai!” tegas Kepala Yoon
“Dimana
atasanmu? Berapa nomornya?” ucap Tuan Oh marah
Nyonya Oh
pikir sudah cukup sering mengatakan “Tolong hentikan pada suaminya saat tinggal
bersama. Saat suaminya marah-marah dibandara, ia meminta suaminya berhenti
bicara. Lalu ia meminta agar Tuan Oh berhenti saat Tuan Oh marah-marah karena
So So yang tak juga datang,
“Kau
selalu menyuruhku berhenti, wanita ini.” Keluh Tuan Oh saat mendengarnya di
Paris
“Dan
ketika aku melakukannya, dia menjadi marah. Dia membuatku merasa tidak enak.”
Cerita Nyonya Han pada suaminya.
“Apa kau
ingin mati karena suamimu?” tanya Dokter. Nyonya Han mengatakan tidak seperti
itu.
Di dalam
bus
Tuan Oh
marah meminta So So agar memanggil atasanya, karena tak suka dengan berlibur
seperti ini bahkan Orang tidak pergi jalan-jalan seperti ini. Nyonya Han
melihat suaminya marah-marah hanya bisa bergumam dalam hati kalau harusnya mati
saja.
Flash Back
“Lalu
kenapa kau mau mati?” tanya Dokter, Nyonya Han menatap ke arah luar jendela
ruangan praktek.
“Semuanya
cantik,, Pegunungannya cantik, dan pepohonannya cantik, Langit juga cantik. Aku merasa seperti
satu-satunya yang tidak hidup cantik.” Ungkap Nyonya Han.
[Episode
3- Jangan menangis, atau seekor ular akan keluar.]
Ma Roo
berlari mengejar bus agar tak meninggalkanya dan akhirnya berhenti karena
kelelahan, Si PM ikut berhenti lalu memastikan kalau Ma Roo mengenal So So. Ma
Roo tersadar kalau Si PM ikut berlari bersama dibelakangnya dan ingin
menjawabanya. Si PM mengancam akan membunuhnya Jika berbicara bahasa Jepang, Ma
Roo akhirnya hanya bisa kabur dari PM melewati jalanan kecil dan PM
mengikutinya.
“Kau
menelantarkan kami di bandara pada hari pertama! Lalu Kau membuat kami berlari
maraton hari ini! Kami di sini untuk bersenang-senang, bukan untuk latihan
nasional!” ucap Tuan Oh sangat marah dan kelelahan.
“Aku
minta maaf. Kita terlambat makan siang. Di
Perancis, mereka sangat ketat dalam pemesanan, jadi kita bisa melewatkan makan
siang.” Ucap So So mencari alasanan.
“Kalau
begitu kita harus bertemu lebih awal!” kata Tuan Oh marah
“Ahjushi!
.Tidak bisakah kau berbicara dengan tenang?” keluh Ho Ran tak tahan melihat
sikap Tuan Oh yang selalu bicara dengan nada tinggi.
“Nona,
jangan bosan dengan ini!” kata Tuan Oh. Nyonya Han ingin bicara tapi Ho Ran
lebih dulu mengeluh Tuan Oh yang terlalu
berisik.
“Aku
punya alasan untuk berisik! Apa kita datang ke sini untuk ini?”kata Tuan Oh.
Keduanya terus ada mulut sampai akhirnya Nyonya Han berteriak.
“Aku
sudah bilang untuk diam saja!” teriak Nyonya Han. Semua terlihat kaget karena
Nyonya Han yang terlihat penyabar tiba-tiba berteriak
“Aku pikir
kita melupakan seseorang.” Ucap Nyonya Han. Mereka lalu tersadar kalau Ma Roo
tak ada ditempat duduknya. So So pun mulai panik. Ma Roo masih saja
kejar-kejara dengan Si PM.
“Astaga,
selamat bekerja, Nona pemandu... Kau akan ada di berita!” ucap sindir Tuan Oh.
“Permisi,
bukankah seharusnya kita balik?” kata Yeon Jung.
“Kenapa
kau tidak memanggilnya dulu? Dia pasti terkejut bahwa dia tertinggal.” Kata
Nyonya Han.
“Aku
minta maaf. Aku akan mencoba memanggilnya.” Kata So So duduk dibangku depan
mencoba menelp Ma Roo.
Ma Roo
masih berlari sambil mengangkat ponselnya. Tapi itu telp dari Kepala Yoon yang
mengumpat marah karena Ma Roo yang belum mengirim filenya. Ma Roo mengatakan
kalau Ada masalah mendesak. Kepala Yoon ingin tahu Apa yang lebih mendesak dari
pekerjaannya.
“Aku
minta maaf! Aku akan mengirimkannya segera!” kata Ma Roo. So So bingung karena
telp Ma Roo yang sibuk.
“Permintaan
liburanmu belum disetujui. Kau tidak hadir tanpa pemberitahuan.” Kata Kepala
Yoon. Ma Roo kesal karena terus dikejar oleh PM dan sempat mengumpat
“Kau
bilang "Sialan"?” ucap Kepala Yoon marah. Ma Roo menjelaskan kalau
tidak mengatakan itu pad atasan dan punya alasan. So So tetap tak bisa menelp
Ma Roo akhirnya kembali berdiri diatas bus.
“Telponnya
sibuk. Restorannya sudah dekat. Jadi kalian bisa makan sementara Aku akan
membawanya kembali.” Ucap SoSo
“Apa akan
baik-baik saja? Kau bilang Perancis tidak memberi makan kita jika kita
terlambat.” Kata Nyonya Han khawatir
“Tidak
apa-apa. Di Perancis, ada pepatah, "ça dépend." Misalnya, jika kalian
pergi ke suatu tempat dan mereka menolak untuk melayani. Ada kalanya tempat
sebelah akan melakukannya untukmu. Hasilnya berbeda tergantung orang dan
situasinya. "Ça dépend." Jadi Ulangi setelah aku, "ça dépend."”
Kata So So dan hanya Nyonya Han ikut mengulangi ucapan So So
“Itu
omong kosong. Kau bilang kita tidak bisa terlambat, tapi sekarang kita bisa.
Ini Tidak konsisten!” keluh Tuan Oh dengan nada tinggi
“Aku
harap kau bisa berhenti.” Ucap Nyonya Han kesekiaan kalinya. Tuan Oh menyuruh
istrinya diam saja.
Flash Back
Dokter
memberikan sebuah permen dari topless. Nyonya Han menolaknya. Dokter menasehati
kalau Nyonya Han sedih, sedih atau
marah,m maka Makan sesuatu yang manis dan tutup mata lalu akan merasa jauh
lebih baik. Nyonya Han akhirnya makan permen pemberian dari Dokter dan melakukan hal yang sama saat di
dalam bus.
“Kenapa
kau makan permen? Kau akan kehilangan nafsu makan. Cepat Muntahkan!” kata Tuan
Oh memarahi istrinya. Nyonya Han pun menurun dengan mengeluarkan kembali permen
dari mulutnya.
Semua
sudah sampai di dalam restoran, dengan duduk di meja masing-masing. Kyung Jae
terlihat senang melihat makanan mereka yang lebih dulu datang di meja.
Ma Roo
berlari cukup jauh dan masuk ke dalam parkiran, seperti sudah tak bisa menahan
amarah memilih untuk berhenti saja. Si PM siap melayani Ma Roo untuk berkelahi.
Saat itu So So akhirnya bisa menelp Ma Roo yang sedari tadi sibuk. Ma Roo
memberitahu kalau ketinggalan bus.
“Aku
tahu. Kenapa telponmu sibuk?” ucap So So. Ma Roo mengatakan Ada masalah mendesak.
Apa yang
lebih mendesak dari ini?” kata So So heran. Ma Roo pun bertanya Apa orang itu baik dalam berkelahi.
“Kenapa?
Apa dia masih mengejarmu? Jangan melawan dia. Dia adalah petarung yang sangat
baik.” Pesan So So. Ma Roo merasa kalau sering
bertengkar.
“Dia adalah
seorang petinju profesional.” Kata So So. Ma Roo kaget membalikan badanya,
tanpa sengaja bisa menghindari pukulan PM dan membuatnya terjatuh.
So So
ingin tahu keberadan Ma Roo sekarang. Ma Roo memberitahu kalau sedang ada di
Tempat parkir. So So menyuruh Ma Roo untuk naik taksi dan akan berbicara dengan
supir jadi bisa memberikan petunjuknya. Ma Roo mengambil tas dan jaket yang
sempat dilepas lalu kabur meninggalkan PM yang terjatuh.
Nyonya
Han berjalan mendekati meja Kyung Jae dan So Ran, lalu bertanya apakah ia
seorang Nona atau Nyonya. So Ran binggung tiba-tiba Nyonya Han mengatakan hal
itu. Nyonya Ha memberikan kotak makanan dengan memberitahu bahwa memiliki
restoran, dan itu adalah lauk yangpaling terkenal direstoranya.
“Ah...
Anda tidak perlu melakukannya. Anda sudah membawanya selama ini. Anda harus
memakannya.” Ucap Kyung Jae
“Tidak
apa-apa. Kami sudah makan beberapa, Bebek diasinkan. Ini bagus untuk kulit dan
sirkulasimu. Ini sangat sehat.” Kata Nyonya Han.
“Apa Anda
bisa memasak bebek seperti ini?” kata Kyung Jae terlihat senang.
“Aku
tidak tahu apa kalian akan menyukainya. Tadi pasti berisik karena suamiku, kan?”
kata Nyonya Han. Kyung Jae mengaku tak sama sekali tapi pacarnya berkata dengan
jujur.
“Ya, itu
sangat bising.” Kata So Ran. Kyung Jae meminta So Ran tak membicara jujur
karena tak enak
“Aku
minta maaf, tapi dia tidak punya hak untuk berteriak hanya karena dia lebih
tua.” Ucap So Ran kesal
“Dia
selalu seperti ini, tapi dia lebih buruk akhir-akhir ini. Aku minta maaf. Aku
akan membuatnya lebih berhati-hati. Tolong makan makananmu.” Kata Nyonya Han
lalu pindah ke meja Yeon Jung.
So Ran
berbisik kalau tidak akan bisa hidup bersama dengan orang seperti Tuan Oh yang
suka marah-marah. Kyung Jae membela kalau
pria paruh baya itu memang seperti itu. So Ran pikir Wanita itu
mengalami depresi, karena terlihat sedih saat tersenyum.
“Pasti
karena suaminya... Wah.. Aku merasa tidak enak.” Ungkap So Ran merasa bersalah.
“Bisakah
aku makan ini? Apa bau ?” ucap Kyung Jae seperti tak peduli dengan ucapan
pacarnya.
“Aku
tidak bisa makan bebek.” Kata So Ran. Kyung Jae mengaku sangat suka.
Nyonya
Han pindah ke meja Yeon Jung memberikan kotak makan yang sama minta mereka agar
bisa memakanya juga, karena Ini bagus untuk kulit dan pencernaan bahkan makanan
kesehatan terbaik. Yeon Jung melihat kalau itu sangat berharga.
“Aku
bertanya-tanya bagaimana Kau memiliki kulit yang bagus.” Ungkap Yeon Jung
memuji. Nyonya Han merasa kalau kulit Yeon Jung lebih baik.
“Apa
kalian belum menikah?” kata Nyonya Han. Hyun meminta agar Nyonya Han menebak
saja.
“Dia
adalah seorang yang berpura-pura menjadi Papa. Dia adalah penipu.” Kata Hyun
blak-blakan. Yeon Jung langsung menutup mulut Hyun dan mengucapkan terimakasih
pada Nyonya Han.
Nyonya
Han kembali duduk didepan suaminya dan melihat belum mulai makan. Tuan Oh
kembali mengomel kalau banyak orang berbicara
tentang makanan Perancis, tapi menurutnya tidak ada yang bisa dimakan dan Tidak
enak rasanya. Nyonya Han pikir suaminya sedang sakit.
“Kenapa
kau memberi mereka makanan? Dia adalah Bajingan muda itu kasar dan Dan apa
hubungan mereka?” ucap Tuan Oh sinis melihat pasangan yang diberikan makanan
oleh istrinya.
“Tolong
hentikan. Mereka akan mendengarmu.” Kata Nyonya Han.
So So
masuk ke dalam restoran memberitahu kalau Ma Roo akhirnya datang dan memberikan
sebotol minuman karena pasti haus. Ma Roo langsung meminum satu botol dan
langsung habis semua melonggo karena terlihat Ma Roo seperti baru saja pergi
jauh.
Ma Roo
tersadar semua hanya menatapnya, lalu meminta merkea agar bisa menikmati
makanannya. Tuan Oh menjawab sinis kalau sudah selesai. Ma Roo pun hanya bisa
membungkuk karena telah selesai menikmati makan mereka.
Semua
kembali ke dalam bus dan memasukan seperti jalan pedesaan. Ma Roo menatap foto
PM dan So So yang terjatuh dan sempat diambil olehnya.
“Auvers-sur-Oise
adalah sebuah desa kecil dimana ada kuburan pelukis besar. Yaitu Vincent van
Gogh. Potret dari Dr. Gachet dari Van Gogh, Bernilai 58 miliar won.” Ucap So So
memberikan penjelasan. Tuan Oh kaget mendengarnya.
“Sebenarnya,
dia hanya bisa menjual satu lukisan saat dia masih hidup. Dia adalah pelukis
yang malang. Dia hanya diakui setelah meninggal.” Jelas So So.
“Aku ingin tahu apa artinya diingat setelah
kematian.” Gumam Nyonya Han melamun seperti mengingat pertemuanya dengan
dokter.
Flash Back
“Aku tahu
tidak ada gunanya Tapi aku merasa serakah. Aku ingin foto pemakamanku menjadi
indah. Aku tidak ingin menjadi generik dari studio foto.” Kata Nyonya Han.
Saat di
depan menara Eiffel, Nyonya Han meminta suaminya agar mengambil gambar dari
pinggang ke atas karena ingin foto untuk kematianya nanti.
“Aku
pikir "Orang itu pasti menjalani kehidupan yang indah." Sebuah gambar
yang akan membuat orang berpikir seperti itu.” Ungkap Nyonya Han.
“Banyak
paket perjalanan tidak termasuk Auvers-sur-Oise karena tidak begitu
menyenangkan. Tapi aku pastikan untuk memasukkannya.” Kata So So. Tuan Oh pun
bertanya kenapa mereka harus pergi kesana.
“Ini akan
menjadi saat yang tepat untuk meditasi. Dan Ini adalah buku harian. Aku akan
memberikannya kepadamu sebagai hadiah.” Kata So So membagikan buku harian pada
semua anggota turnya. Ma Roo buru-buru menyembunyikan foto di dalam saku
jaketnya.
“Kita
harus menghabiskan waktu perjalanan selama satu jam lagi, jadi ayo istirahat.”
Kata So So dan semua mengangguk mengerti. Ma Roo menatap So So seperti
merasakan kepedihan yang dialami oleh So So.
PM
kembali ke kantor melihat jadwal kalau Orang-orang yang berada di Montmartre
berpisah dan membaca semua tempat dengan nama “Rouen, Auvers-sur-Oise, Mont
Saint-Michel lalu ingin tahu kemana So So pergi. Direktur memberitahu kalau itu
adalah situs yang paling terkenal di
Pegunungan Alpen Perancis dan meminta PM membaca tulisan yang diberikanya.
“Apa ini Mont
Blanc?” ucap PM seperti mengucap bahasa korea.
“Hei.. Aku
tidak merendahkanmu sekarang. Tapi jika kau ada di sini untuk menemukan
seseorang, bukankah seharusnya kau bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas? Bukan
Mont Blanc, tapi Mont Blanc.”kata Direktu dengan lidah seperti ada di
langit-langit.
PM
seperti kesusahan mengatakan “Mont Saint-Michel.” Dengan logat orang Prancis.
Direktur mencoba mengajarkanya, sampai akhirnya PM mengaku sudah mengerti
menyebutkan nama “Mont Saint-Michel.” Dan ingin tahu apakah So So pergi kesana.
“Aku
tidak mengatakan itu” kata Direktur. PM terlihat kesal karena seperti
dipermainkan oleh Direktur.
“Kau
seharusnya tidak memperlakukan sesama orang Korea seperti itu.” Ucap Direktur.
“ Aku tidak
peduli keluargaku terkoyak dan aku dipenjara karena dia! “kata PM marah
“Begitu
juga dengan karyawan dan anggota keluargaku.Jika kau datang ke sini dan menakut-nakutiku
dan mengancamku. Apa kau pikir aku akan memberitahumu di mana dia berada? Dalam
hidupku, aku juga telah dipukuli, apa kau tahu itu? Jadi Keluar dari sini!”
ucap Direktur berusaha untuk melawan.
Si PM
berteriak marah, Direktur sedang minum kopi terlihat gemetar ketakutan. Si PM
mengejek Direktur gemetar dan ingin tahu keberadaan So So sekarang. Direktur
kembali mengajarkan untuk bisa mengatakan “Mont Saint-Michel.” Dengan benar. Si
PM melotot kalau Direktur sedang bermain main dengannya.
So So
mengajak mereka semua keluar dari bus dengan melewati sebuah bangunan dan
memberitahu kalau itu adalah Église Notre-Dame d'Auvers dan Van Gogh melukis
gereja jadi kalau mereka masuk akan melihat
buku catatan.
“Mereka
mengatakan jika kalian menulis keinginan, itu akan menjadi kenyataan. Tolong tuliskan
sebuah harapan dalam perjalanan kita saat kembali.” Ucap So So kembali berjalan
menyusuri jalan pedesaan.
“Tidak
ada yang mencintai atau mengakui Van Gogh. Tidak ada wanita yang mencintainya
juga. Bahkan Tidak ada yang membeli lukisannya. Van Gogh sangat kesepian sampai
dia meninggal. Itulah hidupnya.” Ucap So So
“Seberapa
bagusnya untuk mati? Aku tidak akan kesepian, atau takut.” Gumam Nyonya Han.
So So
akhirnya mengajak mereka ke tempat pemakaman,
menjelaskan Van Goghadalah pelukis terkenal di dunia, tapi makamnya
lusuh dan menunjuk sebuah gedung kalau bisa melihat lukisan Van Gogh di sana.
Ia pun memperbolehkan mereka jalan-jalan dan berkumpul di bus dalam satu jam.
“Kita
tidak butuh satu jam. Mereka bukan nenek moyang kita.” Keluh Tuan Oh, Ma Roo
sedikit menjauh karena ponselnya kembali berdering. Ia berbicara pada Kepala Yoon kalau hampir selesai dan hanya perlu
menyelesaikannya jadi butuh waktu lima menit.
Nyonya
Han melihat tempat Van Gogh di makamkan, berkomentar kalau tempatnya itu sangat
bagusnya jadi meminta suaminya agar menguburkan juga kalau nanti mati.
“Apa yang
kau katakan? Kenapa kau mengatakan itu seusiamu? Ayo turun saja” kata Tuan Oh
dengan nada tinggi. Nyonya Han meminta agar mereka menunggu saja.
“Ayo
turun. Ini kuburannya sama.” Keluh Tuan Oh. Nyonya Han akhirnya menyuruh Tuan
Oh pergi lebih dulu saja.
“Kenapa
kau seperti itu?” kata Tuan Oh kesal. Nyonya Han melihat suaminya sangat keras
kepala. Tuan Oh pun pergi lebih dulu meninggalkan istrinya.
Hyun
mengambil gambar dari ponselnya, Yeon Jung melihatnya mengambil Hyun agar tak
mengambil video orang lain. Hyun meminta
agar Yeon Jung mengembalikan. Yeon Jung ingin tahu apa yang direkam oleh Hyun,
Hyun meminta agar Yeon Jung segera mengembalikanya.
“Kau
memfilmkanku di bak mandi, kan?” ejek Yeon Jung bangga. Hyun dengan gaya imut
meminta agar bisa dikembalikan ponselnya. Yeon Jung pun mengembalikanya.
“Aku
peringatkan Jika kau melakukannya lagi, Aku akan membunuhmu. Mari saling menghormati
privasi masing-masing.”ucap Hyun lalu bergegas pergi. Yeon Jung bertanya kemana
Hyun pergi dan memberitahu kalau akan tetapn tinggal lebih lama.
Tuan Oh
keluar lebih dulu dari pemakaman, dan menoleh kebelakang ternyata istrinya tak
mengikutinya. Hyun kelua dari pemakaman, Tuan Oh pun mau tak mau terus berjalan
sendirian.
Kyung Jae
dan So Ran berjalan menuruni pemakaman, Kyung Jae pikir So Ran ingin melihatnya
karena menyukai Van Gogh. So Ran
menegaskan aklau suka lukisannya, bukan kuburannya. Kyung Jae mengeluh So Ran
itu selalu terus terang tentang kehidupan dan kematiannya.
“Hidup dan
kematiannya berdampak baik.” Kata So Ran lalu mengeluh kedinginan.
“Silangkan
lenganmu.” Kata Kyung Jae dengan memberikan lenganya. Tapi So Ran melipat
tangan di dada dan Kyung Jae mengikutinya sambil menuruni jalanan.
So So
menerima telp dari bosnya. Direktur mengatakan kalau tidak memberitahunya bahwa
So So pergi kesana. So So terus mendengarnya dengan wajah gelisah. Direktur
pikir PM sangat sopan dan dibesarkan
dengan baik.
Flash Back
PM
menngaku kalau dirinya adalah mantan narapidana. Direktu seperti tak peduli
menyuruh PM agar Hiduplah dengan baik. PM mengaku hampir membunuh seseorang. Direktur menyuruh
agar PM Hiduplah sebagai manusia yang baik. PM meminta agar Direktur bisa menolongnya.
“Aku
membantumu dengan tidak melaporkanmu ke polisi. Jadi Keluar dari sini.” Ucap
Direktur
“Tolong
bantu aku, Bos.... Aku benar-benar perlu mencarinya.” Kata PM. Direktur
binggung karena tak melihat PM tapi bisa mendengar suaranya.
“Astaga,
Kenapa kau melakukan ini padaku?” keluh Direktur melihat PM sudah berlutut
memohon padanya.
“Aku datang
ke sini karena aku sangat membencinya sehingga ingin membunuhnya. Tapi jika aku
tidak menemukannya, Aku mungkin akan mati. Aku perlu tahu apa dia tersenyum
atau menangis. Aku harus melihatnya sebelum aku pergi.” Ucap PM.
Direktur
pikir kalau PM sangat masuk akal. So So seperti tak mau mendengarnya lagi milih
untuk segera menutup telp saja. Direktur
kembali menasehati So So kalau Dengan keluarga, bahkan jika melarikan diri maka
tetap tidak bisa melarikan diri.
“Dan
itulah sebabnya keluarga, lebih kuat dari apapun.” Ucap Direktur
“Aku
tidak punya keluarga.” Tegas So So lalu menutup telpnya dengan penuh amarah.
Ma Roo
berbicara di telp mengeluh aklau Tidak adil
kalau liburanku dibatalkan bahkaan sudah ada di tempat tujuan jadi sebaiknya jangan
menyebutnya tanpa pemberitahuan. Kepala Yoon bertanya apakah Ma Roo membenci
kerja di kantornya sekarang. Ma Roo
mengaku tidak.
“Lalu apa
yang harus kau lakukan?” kata Kepala Yoon. Ma Roo menjawab Kerja yang bagus.
Kepala Yoon ingin tahu apa artinya.
“Itu
berarti aku harus mendengarkan dengan baik dan melakukan apa yang
diperintahkan. Dengan referensi.” Kata Ma Roo
“Lalu kenapa
kau tidak melakukan itu? Aku tidak akan meneleponmu lagi. Ayo mulai bekerja
besok, saat aku meminta dengan baik.” Ucap Kepala Yoon menutup ponselnya.
“Hei.. Apa?
Apa kesalahan yang ku perbuat? Baiklah, lakukan apa yang kau mau!” teriak Ma
Roo kesal dan tanpa sadar So So sudah ada dibelakangnya. Ketika membalikan
badan mencoba menyapa dengan santai.
“Ini
tempatnya. Lapangan Barley dengan Crows.” Kata Ma Roo. So So memperbaiki kalau
namanya “Wheatfield dengan Crows.” Ma Roo menganguk mengerti.
“Aku
minta maaf sebelumnya. Aku tidak tahu kau ketinggalan bis. Aku minta maaf.”
Ucap So So. Ma Roo pikir tak masalah.
“Berkelilinglah
dan kembali. Kami akan menunggu bahkan jika kau terlambat.” Kata So So akan
pergi meninggalkan Ma Roo.
“Tunggu,
saat orang itu jatuh...” kata Ma Roo ingin memberikan foto So So tapi So So
lebih dulu menyela pembicaraanya.
“Tolong
jangan bicara tentang dia. Aku minta maaf. Aku tidak ingin mendengarkan atau
mengetahuinya.” Kata So So. Ma Roo mengerti menaruh kembali foto dalam saku
jaketnya dan mengajak pergi.
Keduanya
berjalan bersama, So So bertanya apakah pria itu terjatuh. Ma Roo membenarkan.
So So kembali bertanya apakah pria itu terluka. Ma Roo pikir kakinya terlihat
sakit. So So ingin tahu apakah terluka cukup parah. Ma Roo merasa hanya sedikit
“Apa dia
berdarah?” tanya So So. Ma Roo mengelengkan kepala, seperti melihat So So tak
ingin tahu tapi khawatir.
“Aku
sering menjerit di sini.” Cerita So So. Ma Roo pikir tempat itu memang bagus
untuk menjerit, karena Tidak ada orang di sekitar sini.
“Kadang-kadang,
Aku berharap orang-orang ada di sekitar. Aku ingin mereka bertanya kepadaku apa
ada yang tidak beres.” Cerita So So. Ma Roo bertanya apakah maksudnya siapa
saja orang itu. So So membenarkan.
“Mereka bilang
orang yang datang sendiri itu menyedihkan karena mereka sendiri. Tidakkah kau
merasa seperti itu?” kata So So
“Aku
tidak pernah merasa seperti itu.” Ungkap Ma Roo
So So
mengingat saat naik komidi putar Ma Roo menangis sendirian, jadi ia merasa Ma
Roo itu pasti memiliki rasa seperti itu.
Ma Roo pikir So So terdengar seperti sudah mengenalnya sejak lama.
“Pemandu
mengetahui banyak hal tanpa melihat. Kau melewatkan segalanya karena tadi
sedang berbicara di telepon. Aku akan menunjukkannya padamu.” Ucap So So. Ma
Roo pun menyetujuinya.
Yeon Jung
melihat sebuah pemakaman didepanya lalu berkata kalau seharusnya menguburnya di
tempat seperti ini yaitu di tempat yang cantik. Nyonya Han kembali mendatangi
tempat Van Gogh lalu berjongkok sambil berbicara didepan makam.
“Kenapa
kau bunuh diri? Kau melukis begitu indah.” Ungkap Nyonya Han.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar