Yoo Bum masuk ke dalam gedung bertanya pada Sek,
apakah sudah ada repoter. Sek mengataka Mereka sudah datang. Yoo bum bertanya
apakah Jurnalis foto juga datang. Sek mengangguk. Yo Bum berhenti melangkah,
bertanya apakah Sek memiliki benda itu.
“Apa
namanya? Benda yang bisa membuatmu menangis.” Ucap Yoo Bum. Sek tahu kalau
maksudnya Pasta air mata. Yoo Bum
membenarkan lalu masuk ke dalam ruangan.
Di depan
podium sudah ada logo "Firma Hukum Hae Kwang" Doo Hyun sudah menunggu
dengan wartawan lainya. Yoo Bum dengan wajah sedih masuk ruangan meminta maaf
karena terlambat, sebelumnya harus menjenguk ayah Nn. Yoo di rumah sakit.
Wartawan bertanya apakah Ayahnya sakit
“Ya. Dia
mengidap kanker pankreas stadium akhir. Dia jatuh sakit saat mendengar bahwa Do
Hak-Young dibebaskan. Seperti yang kalian ketahui, dia adalah satu-satunya
saksi dalam kasus pembunuhan Nn. Yoo. Bahkan aku tidak mengerti kenapa mereka
menyidiknya tanpa menahannya. Bayangkan perasaan mereka yang berduka.” Ucap Yoo
Bum memberikan pernyataanya.
“Kudengar,
kejaksaan berpendapat, bahwa itu mungkin saja kecelakaan, bukan pembunuhan. Tak
ada luka pertahanan diri atau tanda-tanda pembunuhan.” Kata Doo Hyun
“Apa Kau
pikir tak ada luka pertahanan berarti bukan pembunuhan? Banyak laporan kasus
pembunuhan tanpa adanya luka pertahanan diri. Itu disebut Bleach Attack. Jika
serangannya mendadak, tidak mungkin ada luka pertahanan.” Kata Yoo Bum
“Berarti,
menurutmu itu mungkin bahwa pelaku bisa membuat, pola darah itu di lantai dalam
13 menit?” tanya Do hyun
“Itu
sulit. Aku telah mencoba menyimulasikan situasinya, tapi itu memang sulit. Tapi
tahukah kau, Jurnalis Bong? Mana yang terdengar lebih logis? Membuat pola darah
itu di lantai dalam 13 menit Atau gambar itu muncul sendiri tanpa ada siapapun
disana?” kata Yoo Bum berusaha menyakinkan wartawan
“Jelas,
penyidikan ini tidak diselesaikan dengan benar. Aku tahu yang akan terjadi saat
ketertarikan masyarakat pudar. Kejaksaan akan memutuskan untuk tidak
mendakwanya. Untuk memastikan bahwa pembunuhnya pantas mendapatkan ganjarannya,
kalian semua harus terus menunjukkan ketertarikan kalian dalam kasus ini, dan
mendesak kejaksaan untuk menyidiknya dengan benar.” Tegas Yoo Bum.
Seung Won
keluar dari kamar melihat kakaknya malah tertidur pulas di sofa, merasa kalau kakaknya sudah terlalu
lelah setelah bergadang beberapa malam.
Ia mencoba membangunkan kakaknya agar bisa pindah dan tidur dikamarnya.
Jae Chan
yang tetap terdiam karena sangat lelah, Seung Won ingin mengendong kakaknya
tapi tak kuat akhirnya membiarkan untuk
tidur disofa. Hong Joo terbangun dari tidurnya setelah mimpi buru dan langsung
menangis.
Bel rumah
Jae Chan berbunyi, Seung Won keluar dari rumah mengeluh karena jam 3 pagi ada
orang yang datang kerumah. Lalu berteriak memanggil kakaknya kalau Hong Joo
yang datang. Jae Chan terbangun dengan setengah sadar.
Hong Joo
terus menekan bel rumah sampai akhirnya Jae Chan keluar dari rumah bertanya ada
apa dinihari kerumahnya. Hong Joo dengan mata berkaca-kaca langsung masuk ke
dalam rumah dan bertanya pada Seung Won, dimana kamar Jae Chan. Seung Won
menunjuk ada disebelah kamarnya.
“Hei,
dimana Hong-Joo?” tanya Jae Chan masuk rumah. Seung Won mengatakan kalau masuk
ke kamarnya. Jae Chan bertanya apa yang terjadi. Seung Won juga merasa tak tahu.
Dalam
kamar, Hong Joo mengeluarkan semua baju yang ada di lemari Jae Chan. Dua kakak
beradik dibuat binggung oleh tingkah Hong Joo. Jae Chan pun memegang pundak
Hong Joo bertanya apa yang sedang dilakukanya.
“Ada
masalah apa? Kenapa sikapmu seperti ini?” tanya Jae Chan. Hong Joo menangis.
“Jae-Chan...
Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan, Jae-Chan? Di dalam
mimpiku,...Kau... Aku melihatmu berdarah,...akibat luka serius. Apa yang harus
kita lakukan sekarang?” ucap Hong Joo menangis. Jae Chan memeluk Hong Joo
menenangkanya. Seung Won terdiam seperti tak percaya mendengar kalau kakaknya
akan terluka.
Hong Joo
duduk di sofa terus berbicara sambil menangis meminta agar Lakukan apapun
sebisa Jae Chan agar tidak terlibat dalam situasi semacam itu. Jae Chan yang
ada didapur meminta adiknya agar masuk kamar. Hong Joo meminta agar Jae Chan Jangan
memakai setelan.
“Kau memakai
setelan saat terluka, dan jangan pernah menyeberang di persimpangan. Sebaiknya
jangan pernah temui aku. Saat itu, kau akan menemuiku... Kau akan menemuiku
saat itu terjadi. Jadi, mulai sekarang, kita sebaiknya...” ucap Hong Joo sambil
mengingat mimpinya.
“Aku
tidak mau melakukan itu.” Tegas Jae Chan memberikan minum untuk Hong Joo agar
bisa tenang.
“Aku
seorang jaksa.Aku harus mengenakan setelan jas , dan aku terlihat keren saat
mengenakan setelan. Lalu, apa maksudmu aku harus selalu menyeberang
sembarangan? Itu gila... Dan kau mau aku menghindarimu? Itu tak mungkin. Kita
takkan bisa mencegahnya dengan trik-trik licik itu. Kau juga tahu itu.” Jelas
Jae Chan.
“
Sekarang Beri tahu aku tentang mimpimu secara rinci. Aku ingin tahu kenapa itu
terjadi. Ayo kita ulas setiap detailnya agar kita mengetahui alasannya. Hanya
itu caranya agar kita bisa mencegahnya. Benar, 'kan?” ucap Jae Chan sudah siap
dengan notenya.
“Aku
sedang berdiri di depan persimpangan. Aku bisa melihat lentera di belakangmu.
Kau sedang berdiri di antara kerumunan orang-orang. Lalu seorang pria
berpakaian serba hitam mendekatimu.” Cerita Hong Joo sama seperti yang ada
dalam mimpinya.
Seung Won
keluar dari kamar, kaget melihat kakaknya yang tertidur di sofa dengan Hong Joo
yang ada dipelukannya, lalu memilih untuk kembali masuk ke kamar tak ingin
menganggu. Hong Joo bangun lebih dulu melihat Jae Chan yang tertidur dengan
menopang kepalanya.
“Kali ini
giliranku yang menjagamu. Mampukah aku melakukannya?” gumam Hong Joo sambil mengelus kepala Jae Chan.
Tiba-tiba Jae Chan terbangun mengengam tanganya.
“Jangan
khawatir... Yang kau lihat di mimpimu takkan pernah terjadi.” Kata Jae Chan
menyakinkan.
“Kumohon...
Jangan terluka.” Pinta Hong Joo.Jae Chan mengangguk setuju.
“Aku
menyukaimu.” Ungkap Hong Joo. Jae Chan terdiam mendengar pengakuan perasaan
Hong Joo, lalu tersenyum dengan saling menatap.
Jae Chan
makan dengan lahap sarapannya, semua yang ada dimeja makan hanya terdiam dengan
wajah sedih memikirkan Jae Chan yang akan terluka. Jae Chan tersadar semua
hanya menatapnya, lalu mengeluh dengan
bersikap seperti ini karena merasa merasa seperti ia benar-benar akan mati jadi
mengajak mereka mulai sarapan saja.
“Siapa
yang menikamnya? Apa Kau melihat wajah pelakunya?” tanya Nyonya Yoon. Hong Joo
mengatakan tak lihat.
“Yang
pasti, dia pasti ada kaitannya dengan Do Hak-Young.” Ucap Hong Joo. Woo Tak
binggung kenapa berhubungan dengan temanya.
“Mimpiku berubah
setelah dia dibebaskan. Di dalam mimpi pertamaku, dia menyeberang tanpa ada
masalah. Tapi di hari Do Hak-Young dibebaskan, aku bermimpi, Jae-Chan belum
selesai menyeberang dan pingsan, meskipun tempat dan situasinya sama” ucap Hong
Joo mengingat mimpinya saat Jae Chan yang terjatuh di seberang jalan.
“Sesuatu
pasti berubah karena Do Hak-Young bebas.” Kata Hong Joo. Jae Chan menerima telp
dari Tuan Choi yang meminta agar menonton berita, lalu menyalakan TV di rumah
Hong Joo.
“Sepertinya
kontroversi dan kritik takkan terhindarkan. Dulu, Do Hak-Young pernah didakwa atas
penyerangan dan pencurian. Jika mereka membebaskannya karena kurang bukti,
mungkin dia akan melakukan tindakan kriminal lainnya kelak, yang tentunya akan
memakan korban lainnya Kejaksaan harus bertanggung jawab atas masalah ini.”
Gambar Hak Young keluar dari kejaksaan berusaha untuk menghindar dari kejaran
wartawan.
Nyonya
Yoon bertanya apakah Do Hak-Young punya
catatan kriminal Atas penyerangan dan pencurian. Woo Tak memberitahu Gugatan
pencurian itu, saat temanya mencuri tanda tangan g.o.d dari sebuah kedai
camilan, karena ingin memajangnya di kedai gimbap ibunya.
“Apa
maksudmu Mencuri tanda tangan? Apakah itu dianggap pencurian?” kata Nyonya Yoon
tak percaya
“Ya,
keadaan yang memaksanya melakukannya. Lalu pemilik kedai camilan itu membuat
keributan, di kedai ibunya, dan dia mencoba menghentikannya. Itulah kenapa dia
akhirnya digugat atas tindakan penyerangan. Bahkan Kejadiannya 10 tahun yang
lalu.” Kata Woo Tak
“Informasi
pribadimu sudah tersebar luas di internet. Orang-orang berkata kau tidak becus
menyidiknya.” Ucap Seung Won melihat ponselnya.
Jae Chan
melihat semua informasi dari SMP Ilyoo, SMA Donggang, Universitas Hankook sudah
tersebar bahkan komentar buruk terlihat "Para jaksa begitu menyedihkan. Apakah
adiknya baik-baik saja?"
“Entah siapa yang menikam Jae-Chan
di mimpiku, tapi aku bisa menebak. Pasti seseorang yang marah karena mendengar
beritanya.”
Demo
didepan kantor kejakasaan kalau tak terima
tersangka dibebaskan, menurutnya Kejaksaan adalah kaki tangan. Ini
perintah rakyat. Salah seorang pria membawa gambar Nona Yoon.
“Bisa jadi, penggemarnya yang berduka,
karena kehilangan bintang tercintanya.”
Hak Young
menunggu bus di halte, bebarapa remaja bisa mengenalinya dengan mengejek
dibelakangnya sebagai yang membunuh Yoo Soo-Kyung dan membuat gambar dengan
darahnya.
“Bisa jadi, seseorang yang harus
menerima,. amukan orang-orang yang tidak adil terhadap dirinya.”
Di rumah,
ibu Nona Yoon menangis pada suaminya,
karena tak bisa terima kalau pelaluk dibebaskan dan akan merasa sangat kasihan
kepada Soo-Kyung, karena terbunuh dan pelaku dibiarkan begitu saja. Tuan Yoo
terlihat sangat marah tak bisa terima.
“Atau bisa jadi seseorang, yang tak
bisa menghukum siapapun atas kematian putri tersayangnya.”
Hong Joo
duduk disofa dan memegang tangan Jae Chan untuk menenangkannya.
“Yang terpenting, untuk mencegah
hal mengerikan yang terjadi di mimpiku, kita harus mencegah bertambahnya amukan
akibat kesalahpahaman, dan kemurkaan ini agar tidak menjadi pisau yang siap
menikam korbannya.”
Hak Yoon
berjalan pulang ke rumah dengan menundukan kepalanya, Ibu Yoon masih terus menangis dengan
nasibnya, Tuan Yoo memeluk istrinya yang terus menangis.
“Kita harus mengubah jalannya
waktu.”
Tiga
orang yang mungkin jadi tersanga, Hak Young, Si fans dengan topi hitam atau
ayah Nona Yoo.
[BAGIAN 9: TERSANGKA YANG TIDAK BIASA]
Hong Joo
terlihat kesal dengan Doo Hyun menganggap kalau itu sebuah artikel berita yang
ditayangkan, menurutnya tak tahu tentang tuduhan pencurian Do Hak-Young yaitu
mencuri tanda tangan g.o.d dari sebuah kedai camilan, dan kejadiannya 11 tahun
yang lalu.
“Lalu
apa? Apa hanya mencuri uang yang dianggap sebagai pencurian? Apa Kau tahu
betapa bernilainya tanda tangan g.o.d 11 tahun lalu? Sangat Jelas, itu
pencurian!” ucap Doo Hyun
“Apa
hubungannya itu dengan kasus Yoo Soo-Kyung? Apa dia membunuhnya karena Nn. Yoo menolak
memberi tanda tangannya?” kata Hong Joo kesal
“Orang-orang
akan berpikir kau pengawasku.” Kata Doo Hyun melihat sikap Hong Joo.
“Untunglah
kau pengawasku. Andai jabatanku lebih tinggi daripada dirimu...” kata Hong-Joo
memperlihatkan kalau akan membunuhnya lalu meninggalkan ruangan. Doo Hyun
melihat sikap Hong Jo merasa pasti sudah gila.
Hong Joo
menelp Jae Chan didepan ruangan, bertanya apakah sudah sampai di kantor dengan
selamat. Jae Chan mengatakan hampir sampai. Hong Joo memastikan kalau Semuanya
baik-baik saja, Jae Chan mengatakan kalau
tak ada yang terjadi.
“Kabarnya,
Kantor Kejaksaan Wilayah Hangang, dikepung oleh pengunjuk rasa. Mereka
mengenali wajahmu jadi, kau sebaiknya masuk, lewat pintu belakang atau
menyamar.” Kata Hong Joo khawatir.
“Ah, aku
tidak salah apa-apa.< Mereka boleh menghampiriku semau mereka. Aku berani, baik
berkelahi maupun berdebat. jangan khawatir.” Kata Jae Chan yakin dan menutup
telpnya.
Tapi Jae
Chan berusaha untuk menaiki pagar untuk masuk ke dalam gedung kejaksaan, saat
itu Jaksa Lee melihat juniornya bertanya apa yang sedang dilakukanya. Jae Chan
terlihat gugup melihat Jaksa Lee.
Keduanya
berjalan didekat pintu masuk, para pedemo terus berteriak “Bisa-bisanya
tersangka dibebaskan! Kejaksaan adalah kaki tangan! Ini perintah rakyat!” Jaksa
Lee memberikan kacamatanya pada Jae Chan.
“Kau
membutuhkan bantuan... Akankah ini membuatmu tak dikenal? Ahh..Tidak, mereka
akan mengenalimu.” Ucap Jaksa Lee lalu menukar ID card mereka.
“Jika
mereka menangkapmu, bilang saja kau Lee Ji-Kwang, oke?” kata Jaksa Lee. Jae
Chan terharu mengucapkan terimakasih pada seniornya.
“Jika mau
berterima kasih, jangan lupa soal kencan butanya.” Kata Jaksa Lee. Jae Chan
menganguk mengerti.
Keduanya
pun berjalann ingin melewati pendemo,
Mereka berhasil akan masuk gedung, tapi salah seorang pendemo mengenal
Jae Chan. Jaksa Lee mengajak Jae Chan berlari, tapi malah ia ditangkap. Jae
Chan hanya bisa melihat dari kejauhan.
“Aku
bukan Jung Jae-Chan... Coba Lihatlah gambar ini. Aku sangat berbeda dengannya.”
Kata Jaksa Lee yang sudah dikepung oleh pedemo.
“Kau
persis seperti di foto... Katakan sesuatu! Kenapa kau membebaskannya?” teriak
pendemp
“Tidak.
Aku tidak membebaskannya.” Kata Jaksa Lee. Pendemo pikir Jaksa Lee itu berbohong.
“Dilarang
protes dalam radius 100m dari kantor pemerintah!” tegas Jaksa Lee. Pendemo tak
mau tahu malah mendorong Jaksa Lee.
“Jika ada
yang menyentuhku sedikit saja, kalian akan ditangkap karena menghalangi
keadilan.” Tegas Jaksa Lee memanggil Jae Chan memberitahu kalau pria kacamata
itu adalah Jaksa Jung
Jae Chan
ingin mendekat tapi tanganya ditahan oleh Tuan Choi, Tuan Choi mengatakan sudah
menelepon keamanan, jadi Jaksa Lee pasti akan baik-baik saja, karena Jika
kesana sekarang, Jae Chan akan dalam masalah besar. Jae Chan merasa tak enak.
Tuan Choi
pikir biarkan saja, karena Jae Chan takkan bisa menolongnya Meskipun pergi
kesana. Jaksa Lee memberitahu kalau Tuan Choi adala adalah asisten senior dan Jung
Jae-Chan yang di sebelah kanan. Mereka tetap tak percaya. Tuan Choi menyuruh
Jae Chan pergi lebih dulu lalu mencoba mengalihkan dengan berkata kalau ia
sebagai Jung Jae-Chan dari Kantor Kejaksaan Wilayah Hangang, tapi tak ada yang
percaya dan terus memukuli Jaksa Lee.
Tiga
orang pelajar membahas tentang psikopat itu, Do Hak-Young, pernah dihukum atas
penyerangan dan pencurian. Menurutnya merea Kenapa jaksa membebaskan psikopat
itu dan Hanya ada dua penjelasan yang masuk akal yaitu Dia sungguh tidak
kompeten, atau disogok.
“Soal
jaksa bodoh itu Bukankah dia kakak Seung-Won?” kata salah satu temanya.
“Kau
benar! Dia pernah begitu membanggakan
kakaknya yang berprofesi jaksa. Pasti dia, Jung Jae-Chan. Ini Luar biasa
sekali.” Ungkap temanya.
Seung Won
masuk kelas, mereka langsung berbicara lewat grup kalau bicara di ruang obrolan
lain karena jika Seung Won merekam perbincangan mereka maka memberikannya
kepada kakaknya, dan mereka akan dipenjara.
“Tenang saja.
Kita akan dibebaskan. Maksudku, bukankah kakaknya membebaskan semua pelaku kriminal?”
Seung Won
binggung melihat semua temanya kelasnya sibuk dengan ponselnya, tapi melihat
ada pesan yang masuk. Ia pun bertanya apakah mereka memulai ruang obrolan baru
tanpanya. Tiga temanya hanya diam, dan salah satu teman mereka duduk hanya
menatap ke arah jendela, seperti terlihat tertekan.
Hee Mi
melihat ada bentuk tangan di wajah Jaksa Lee dan juga bajunya yang robek, ia
tak percaya kalau para pendemo menganggap kalau temanya itu adalah Jae Chan,
karena sama sekali, tidak mirip dengan Jaksa Jung. Jaksa Lee merasak pendemo
menangkapnya karena tahu Jae Chan itu tampan.
“Semua
ini karena aku tampan dan Rupanya, menjadi tampan itu dosa. Aku pendosa.” Kata
Jaksa Lee. Hee Mi mengejek kalau itu memang masuk akal
“Jelas,
itu tidak masuk akal. Mereka mengadang pria berjas, dan menganggap mereka
jaksa. Jadi berHati-hati, mengerti?” kata Jaksa Son. Jaksa Lee menganguk
mengerti.
Jae Chan
melonggokan kepala keluar dari ruangan melihat mereka yang makan tanpa mengajak dirinya,
saat akan mengejarnya semua bergegas masuk ke dalam lift. Jaksa Park pikir Di
luar berbahaya, jadi Sebaiknya jangan keluar dan Makanlah di kantin.
Jae Chan
mmengeluh karena sangat lapar, lalu melihat Tuan Choi baru saja dari toilet dan
mengajak untuk makan siang bersama. Tuan Choi dengan senang hati bisa makan
bersama, Jae Chan bahagia sampai
merangku Tuan Choi untuk keluar dari gedung.
Keduanya
berjalan akan keluar dari kejaksaan, Tuan Choi membahas Kasus Do Hak-Young akan
segera selesai dan ingin tahu apakah Jae Chan sudah memutuskan. Jae Chan
mengeluh dengan yang harus dilakukanya,
Tuan Choi bertanya apakah Jae Chan takut dikritik jika Hak Young tidak
didakwa.
“Aku juga
manusia. Tentu saja aku takut...” ungkap Jae Chan lalu merubah ucapanya.
“Sebenarnya,
aku tidak takut. Aku akan mendakwanya jika dia terbukti bersalah, tapi tidak
jika dia tidak bersalah. Aku akan mengikuti peraturan.” Tegas Jae Chan. Tuan
Choi binggung tiba-tiba Jae Chan berubah sikap.
Yoo Bum
datang dan Tuan Choi langsung menyapanya, Yoo Bum menegaskan Jae Chan harus mendakwanya
jika ingin mengikuti peraturan. Menurutnya karena Jae Chan seorang jaksa, maka
seharusnya mengutamakan korban dan Biarkan pengacaranya mencemaskan Hak Young.
“Jika
jaksa memihak tersangka, lalu siapa akan membela korban?” sindir Yoo Bum
“Sejak kapan
pekerjaan jaksa adalah membela?” balas Jae Chan. Tuan Choi mengeluh agar
keduanya berhenti, karena selalu adu mulut setiap kali bertemu.
“Pengacara
Lee, omong-omong, ada apa datang kemari?” tanya Tuan Choi
“Kau
ingat Hyun-Woo dari kantor Yeonju, 'kan? Dulu dia asisten kita.” Kata Yoo Bum.
Tuan Choi mengatakan kalau sangat mengenalnya...
“Ahh.. Benar.
Dia mengirim pesan saat itu dan bilang bahwa dia akan menikah.” Kata Tuan Choi
baru mengingatnya.
“Pernikahannya
hari ini. Aku kemari untuk menjemputmu, Karena takutkau lupa.” Ucap Yoo Bum.
Tuan Choi memutuskan harus pergi bersama Yoo Bum.
“Penyidik
Choi, kau seharusnya makan siang bersamaku.” Kata Jae Chan menarik Tuan Choi.
Tuan Choi pikir tak bisa berbuat apa-apa karena harus hadir dan makan disana. Keduanya
saling tari menarik. Yoo Bum mengajek Jae Chan itu kekanak-kanakan. Tuan Choi
akhirnya melepaskan kedua tanganya.
“Baiklah,
Jaksa Jung. Boleh pinjam 50 dolar jika kau punya uang tunai?” kata Tuan Choi.
Jae Chan pikir bisa Ambil uang tunai di perjalanan saja.
“Aku
tidak mau membayar biaya ATM.” Kata Tuan Choi. Yoo Bum mengatakan kalau akan
meminjamkan uang. Tuan Choi pun mengikuti Yoo Bum pergi dan Jae Chan hanya bisa
mengeluh karena merasa lapar.
Tuan Choi
sudah duduk di mobil Yoo Bum merasa ini sungguh hari yang indah. Yoo Bum ingin
tahu apa yang dikatakan Jae Chan, apakah akan mendakwa Do Hak-Young. Tuan Choi
pikir tak mungkin mengetahuinya, karena tak bisa masuk ke otaknya dan tahu isi
pikirannya dan menganggumi mobil Yoo Bum yang luar biasa.
“Apa Kau
tahu pria bernama Han Woo-Tak? Sepertinya dia dan Jae-Chan sangat dekat. Aku sudah
melakukan penelitian. Ternyata, dia dan Do Hak-Young pernah menjadi teman satu
kamar.” Ucap Yoo Bum dengan nada seperti ingin mengancam.
“Pengacara
Lee, kau tidak berniat menyambungkan ketiganya, 'kan? Hubungan mereka tak ada kaitannya
dengan kasus ini.” Kata Tuan Choi
“Ya
ampun, tentu tidak. Aku tahu betapa tulus dan bersihnya Jae-Chan dalam hal itu.
Selain itu Aku juga khawatir. Jika reporter atau keluarga korban tahu, maka
mereka akan berpikir lain. Jika Jae-Chan membiarkan Do Hak-Young bebas,maka
orang-orang akan berasumsi bahwa mereka berteman.” Kata Yoo Bum. Tuan Choi tak percaya Yoo Bum akan melakukan
hal tu.
“Jadi,
kau harus membujuk Jae-Chan untuk mendakwanya. Seseorang telah mati dan
Bisa-bisanya dia dibebaskan. Aku tak peduli apakah dia harus memanipulasi
laporan, atau mengarang bukti. Tapi Dia harus mendakwanya. Jadi Tolong bujuk
dia. Jika tidak, maka aku akan memberi tahu reporter soal Han Woo-Tak.” Tegas
Yoo Bum
Tuan Choi
pikir itu akan membuat Jaksa Jung terancam. Yoo Bum menegaskan kalau itu
alasannya meminta bantuan Tuan Choi karena tidak ingin melihat Jae-Chan
terancam.
Jae Chan
pergi dan melihat dari kejauhan restoran “GIMBAP DO” seeorang bertopi hitam
sedang membersihkan tulisan di pintu. Teringat kembali saat bertanya pada Hong
Joo inin tahu ciri-ciri Pria yang menikam Jae-Chan di mimpinya.
Flash Back
“Aku
tidak begitu yakin karena hanya melihatnya dari belakang. Kurasa tingginya
sekitar 180 cm. Dia berpakaian serba hitam, dan juga memakai topi hitam.”
Woo Tak
melihat ke restoran temanya, karena itu sama dengan yang digunakan Hak Young.
Hak Young
terlihat kesal karen cat di pintu yang tak bisa hilang, dengan tulisan "Pembunuh psikopat,
Putramu sampah". Woo Tak datang mengejek temanya itu bodoh, karena Cat
takkan hilang jika kau cuma mengusapnya dan memberikan cairan tiner agar
hilang, lalu sedikit demi sedikit tulisan merah pun hilang.
“Dasar
tukang pamer... Kau tahu segalanya, 'kan?” keluh Hak Young
“Aku
lega, melihatmu dibebaskan.” Ungkap Woo Tak. Hak Young merasa Ini tidak
mengubah apapun.
“Semuanya
tetap menindasku, dan menyebutku pembunuh.” Kata Hak Young kesal sambil
menghapus tulisan "Pembunuh". Woo Tak hanya bisa menatapnya.
Hong Joo
sudah menunggu didepan pintu dan melihat Jae Chan keluar dengan adiknya. Ia
merasa sudah menduga Jae Chan akan seperti itu bahkan nyaris bermasalah dengan
pengunjuk rasa.
“Kenapa
kau memakai setelan lagi setelah melihat kejadian kemarin? Hei, Seung-Won. Kau
seharusnya mengingatkannya, Cepat Ganti pakaian. Sekarang!” teriak Hong Joo.
Jae Chan menurut langsung masuk rumah,
Seung Won binggung karena kena marah ikut masuk dengan kakaknya.
Jae Chan
melihat pakaian santai didepan cermin cembung merasa kalau Kepala Park akan
marah jika melihatnya datang dengan pakaian seperti ingin pergi ke mall. Hong Joo mendekat menurutnya Jae Chan bisa
berganti pakaian saat tiba di kantor dan Dimarahi jauh lebih baik ketimbang
diserang, lalu menariknya untuk duduk.
“Kapan kasus
Do Hak-Young akan selesai?” tanya Hong Joo
“Aku
harus menentukan harus apa setelah mewawancarai saksi hari ini. Aku tak bisa
mengadili seenaknya.” Kata Jae Chan.
“Tak
bisakah kau mendakwanya saja? Kurasa cuma itu caranya untuk memastikan kau
baik-baik saja.” Kata Hong Joo. Jae Chan terdiam
“Lupakan
saja. Aku tidak bersungguh-sungguh.” Ungkap Hong Joo, Jae Chan pun memegang
tangan Hong Joo untuk menenangkanya.
Didepan
kantor kejaksaan, Jae Chan bisa masuk dengan tenang tanpa diketahui oleh
pendemo. Tapi seorang pria dengan topi hitam, bisa mengenali dan menatapnya
dari kejauhan dengan tatapan sinis. Saat
itu seorang pria dengan penuh wajah masuk, mereka mengenal akalu itu adalah
Jaksa Jung Jae-Chan. Jaksa Lee mengunakan pakaian menyamar yang mencolok
kembali kena amuk massa.
Tiga Sek
membahas Makin banyak yang berunjuk rasa hari ini, temanya pikir Jaksa Jung akan dalam masalah dan Jika
seperti ini, maka akan punya jutaan musuh dalam sekejap. Temanya mengejek kalau
mereka sudah punya satu yaitu Hyang Mi. Tiba-tiba mereka melihat Jae Chan
dengan pakaian santai keluar dari lift.
“Ya, ini
agak mendesak. Aku akan segera berganti pakaian.” Ucap Jae Chan bergegas pergi
ke toilet.
“Kenapa
dia? Kita selalu melihatnya mengenakan setelan. Gaya itu...” ucap temanya. Jung
Hae merasa kalauSungguh menyegarkan.
“Aku
senang ada jaksa yang berpenampilan menarik. Tidakkah kau merasakan begitu?”komentar
Hyang Mi merasa kalau Jae Chan manis
sekali.
“Kau
bilang, dia tipe pria yang memuakkan untuk wanita.”keluh temanya
“Tipe
pria yang ingin kau pacari sampai kau muak dengannya.” Ungkap Hyang Mi sangat
terpana pada Jae Chan.
Seorang
bibi keluar dari lift bertanya, Dimana kantor Jaksa Jung. Hwang Mi ingin tahu
alasan ingin menemui Jaksa Jung. Bibi
memberitahu namanya Kim Song Ja, untuk wawancara dengannya. Hyang Mi tahu
kalau bibi Kim bekerja di apartemen Nn.
Yoo sebagai Pekerja Rumah Tangga, Bibi Kim membenarkan.
“Ya.
Silakan ikuti aku... Jaksa Jung akan segera datang, jadi, silakan menunggu
sebentar di ruangan.” Ucap Hyang Mi ramah mengantar bibi Kim.
“Tapi,
siapa dia?” tanya Sek Hee Mi. Jung Ha pikir mereka sudah tahu kalau Bibi Kim
orang pertama yang menemukan jasad Nn. Yoo.
“Aku
sudah merasakannya... Dia tersangka utama, 'kan?” kata Sek Hee Mi yakin. Jung
Ha menjawab bukan kalau Bibi Kim hanya saksi, lalu pergi kembali ke ruangan
Jaksa Park. Sek Hee Mi pun hanya bisa
menganguk kalau Bibi Kim hanya saksi.
Hong Joo
membaca artikel berjudul "'Kejaksaan takkan Bisa Menghindari Kritik'"
"Pengadilan Hukum Republik Korea” dengan penulis Reporter Bong Doo-Hyun
lalu melihat ada 9.783 komentar.
“Senior
Doo, soal cerita yang kau tulis... Cerita yang mengkritik kejaksaan.
Orang-orang sudah mengunggah lebih dari 9.000 komentar saja. Wahh.. Selamat.
Apa rahasiamu?” ejek Hong Joo.
“Ya
ampun. Apa Kau benar-benar akan membahas itu?” keluh Doo Hyun kesal
Hong Joo
membaca bagian kolom komentar,
"Untuk keluar dari rumah saja aku sangat takut" Ia mengeluh
pada netizen yang berpikir bisa mengetik
komentar adalah hal yang bisa dibanggakan.
“Apakah
menjadi Netizen, artinya mereka boleh membongkar informasi pribadi seseorang?”
keluh Hong Joo akhirnya membalas komenatr
“Aku bisa
memahami Jaksa Jung Jae-Chan.” Tulis Hong Joo membela pacarnya.
“Dia
sendiri saja sampah. Bagaimana dia bisa menghukum sampah lainnya?” Hong Joo tak
bisa terima kalau Jae Chan dianggap Sampah
“Kau bisa
dituntut atas pencemaran nama baik karena berkomentar jahat.” Balas Hong Joo
“Itu sama
sekali tidak membuatku takut. Aku bilang begitu karena dia payah dalam menyidik
kasus tersebut.”
“Apa Kau
punya bukti bahwa dia tidak menyidik dengan benar?” balas Hong Jo
“Hei... Jaksa
Jung, kau tidak boleh melakukannya disini. Dia pasti punya banyak waktu. Lebih baik
Selesaikan pekerjaanmu jika kau punya waktu untuk berkomentar.”
Hong Joo
mengumpat kesal membuatnyaingin mematahkan jari mereka. Lalu mencoba menglik
bagian "Urutkan berdasarkan tanggal, jumlah favorit" Lalu ia membaca
kmenta "Pola darah di TKP mengingatkanku pada sebuah foto" dan sebuah
link. Hong Joo kaget melihat foto memilik gambar yang sama lalu berteriak pada
seniornya agar bisa melihatnya.
Bersambung
ke episode 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar