Hong Joo
menerima telp dari Jae Chan memberitahu kalau sedang di Polsek Sangku
mengerjakan artikel tentang kucing liar itu. Woo Tak menatap Hong Joo yang
datang ke kantornya.
Flash Back
Jae Chan
bertemu dengan Woo Tak di restoran Sandwich meminta bantuanya, Woo Tak
mengatakan bisa melakukan apa saja asal permintaannya wajar sambil memakan
sandwich untuk sarapannya. Jae Chan
memberikan selembar notenya. "11 April, Pukul 22:12 Di atap Gedung Sujo di
Sangku-Dong."
Woo Tak
melihat di jam dinding kantor kalau sekarang sudah pukul setengah sepuluh malam
dan mengingat kembali yang dikatkan Jae Chan.
“Aku
bermimpi... Di waktu dan tempat itu, Hong-Joo diserang seorang pria bernama
Kang Dae-Hee!” ucap Jae Chan. Woo Tak binggung bertanya siapa Kang Dae-Hee
“Dia
terdakwa yang sedang diadili karena membunuh, Dia tak mungkin dibebaskan. Jadi,
entah kenapa aku bermimpi seperti itu.” Ucap Jae Chan khawatir.
“Jangan
khawatir! Akan kupastikan Hong Joo tak disana saat itu!” kata Woo Tak
menyakinkan temanya.
Woo Tak
sudah tak berdaya di lantai dengan suara telp dari polise yang ingin tahu
keberadaanya, sementara Jae Chan panik karena menelp Hong Joo yang tak bisa
dihubungi. Tuan Choi melihat Jae Chan panik menyarankan untuk menelp divisi
patroli terdekat dan meminta bantuan.
Jae Chan
menyuruh agar menelp saja dan meminta bantuan, anak buah yang lain pun segera
menelp Polisi untuk meminta bantuan. Jae
Chan mengingat dalam mimpinya, Hong Joo berkata “Jika kau melihat ini di dalam mimpimu,
jangan lupa kemari! Aku di atap Gedung Sujo di Sangku-Dong! Sekarang 11 April!
Jam 22:12.”
Sebuah
mobil polisi sudah sampai TKP dan melihat Woo Tak tergeletak segera memanggil
ambulance dan berusaha untuk menghentikan darahnya. Jae Chan datang panik
melihat Woo Tak tak sadarkan diri lalu memeriksa denyut nadinya, kalau masih
bernapas.
“Aku bisa
menangani ini! Kau harus menangkap penjahat itu! Dia kabur ke atap!” kata
Petugas Oh. Jae Chan pun meminta Petugas Oh menjaganya dan langsung berlari ke
tangga.
Tuan Choi
yang melihatnya kebingungan karena Jae Chan berlari sendirian, dan
memerintahkan anak buah yang lain agar memBlokir semua jalan keluar dan amankan
TKP. Jae Chan terus belari menaiki tangga, Tuan Choi tak bisa mengimbanginya,
berteriak untuk memperingatkan kala Berbahaya naik kesana sendirian.
Perkelahian
terjadi diatap, Jae Chan terkena pukulan dan dicekik oleh Dae Hee. Sebuah
sepatu terkena kepala Dae Hee, Hong Joo dengan berani berusaha agar bisa
melepaskan tangan dari Jae Chan. Tuan Choi sampai diatas, bisa membantu untuk
membengkuk Dae Hee bersama lainya, lalu
mengeluh Jae Chan yang naik lift. Dae Hee merasa bersalah kalau
dirinya akan dibebaskan jadi meminta
agar memanggil Pengacara Lee Yoo-Bum.
“Kenapa
menaiki tangga bukannya naik lift? Aku makan malam dengan mie. Aku terpaksa
lari karenamu! Hei... Jaksa Jung, jangan pergi sendiri seperti itu! Kakimu
panjang, sedangkan kami tidak!” keluh Tuan Choi.
Jae Chan
berjalan mendekati Hong Joo dan Cho Hee memastikan keadaan keduanya yang
terlihat sangat ketakutan. Hong Joo hanya bisa menangis sambil memeluk Jae Chan
karena merasa sangat ketakutan. Jae Cha menenangkan kalau Semua sudah berakhir
dan akan baik-baik saja sekarang!
“Bagaimana
dengan Woo-Tak? Apa dia baik-baik saja?” ucap Hong Joo panik. Jae Chan hanya
diam saja karena sebelumnya Woo Tak tak sadarkan diri.
Woo Tak
membuka sedikit matanya, Jae Chan yang pertama kali melihat Woo Tak, Hong Joo
dan petugas polisinya ikut melihat Woo Tak sudah sadarkan diri. Petugas Polisi berteriak memanggil Dokter
kalau Pasien baru saja siuman dan juga Petugas Oh.
“Bagaimana
dengan Hong-Joo? Apa Dia baik-baik saja?” kata Woo Tak hanya bisa melihat Jae
Chan.
“Ya, aku
disini! Aku baik-baik saja!” kata Hong Joo memegang tangan Woo Tak. Woo Tak
merasa bersyukur Hong Joo yang baik-baik saja. Petugas Oh datang langsung
mendorong keduanya.
“Heii..
Kau yang tidak baik... Kau yang nyaris mati, Bodoh! Apa Kau sungguh baik-baik
saja? Apa Kau bisa mengenali kami? Coba sebutkan Aku siapa?” ucap Petugas Oh
panik. Woo Tak bisa menyebut kalau itu petugas Oh.
“Yah...
Aku Oh Kyung-Han, seniormu! Kau sudah bisa mengenali orang!” ata Petugas Oh
bisa bernafas lega.
“Apa Kau
menangkap pelakunya?” tanya Woo Tak. Jae Chan mengatakan kalau Dae Hee sudah
ditahan.
Dae Hee
sudah ada dalam tahanan dan terlihat sangat frustasi
Flash Back
“Kang
Dae-Hee! Kau memintaku mengisi tong yang tak beralas! Jadi Kau harus memberitahuku
dimana lubangnya, agar aku bisa menutupnya dan mengisi tongnya dengan air!”
ucap Yoo Bum saat menjadi pengacaranya.
“Aku bisa
mengisinya sendiri! Aku melakukannya terakhir kali! Tapi Kenapa kali ini tak
bisa?” kata Dae Hee terlihat sangat marah dengan keadaanya.
Ia
berdiri lalu berteriak di jendela pintu,
meminta agar memanggilkan Pengacara Lee Yoo-Bum untuknya. Tapi tak ada
orang yang mendengarnya.
Jae Chan
duduk didepan Woo Tak menemaninya dirumah sakit. Woo Taek menceritakan ini
pertama kalinya ditikam dan yang mereka
lihat di film itu sepenuhnya bohong, karena Aktor tetap berkelahi
meskipun sudah ditikam berkali-kali dan Itu mustahil di kehidupan nyata.
“Begitu
kau ditikam, maka kau kehilangan seluruh tenagamu! Aku bahkan tak mampu
mengangkat jariku!” kata Woo Tak
“Maaf,
semua ini terjadi karena perkataanku kepadamu!” ucap Jae Chan merasa bersalah.
Woo Tak heran Jae Chan malah berbicara seperti itu.
“Coba
Lihat ini! Aku bahkan tak bisa membuka tutupnya!” kata Woo Tak akhirnya Jae
Chan membantu untuk membukan tubuh botol air mineral.
“Aku
memintamu melindungi Hong-Joo!” kata Jae Chan seperti masih merasa bersalah
“Aku
sangat bersyukur kau memberitahuku! Bagaimana nasib Kang Dae-Hee?” kata Woo Tak
“Dia
takkan lolos dengan mudah. Kita memiliki bukti bahwa dia meracuni adiknya
sampai tewas! Selain itu Adik perempuannya juga memutuskan bersaksi melawannya
di persidangan! Dan Terlebih lagi, jaksa yang bertugas sangat bisa diandalkan.”
Kata Jae Chan bangga. Woo Tak ingin tahu siapa itu. Jae Chan dengan bangga
menunjuk dirinya.
KANTOR KEJAKSAAN DISTRIK HANGANG SEOUL
Hyang Mi
berjalan dengan Tuan Choi melihat Jae Chan baru datang dengan plester
diwajahnya. Hyang Mi bertanya Apa Kang Dae-Hee yang memukulnya. Jae Chan
membenarkan tapi menurutnya ini hanya luka kecil,yang didapat saat berusaha
melawannya jadi hanya sepele.
“Penyidik
Choi, kenapa kau biasa saja melihat Jaksa Jung terluka? Bukankah kalian pergi
bersama?” keluh Hyang Mi
“Iya, aku
ke TKP bersamanya! Dia naik empat tangga sekaligus. Bagaimana aku bisa
mengejarnya? Dan Aku hanya bisa dua anak tangga.” Kata Tuan Choi
“Kau
bilang Empat anak tangga sekaligus? Wah... Begitu rupanya. Kurasa itu karena
kakinya panjang. Jadi, Apa kau melawan pembunuh itu sendirian?” kata Hyang Mi
seperti terkesima.
“Itu yang
kubilang! Dia menghampirinya dengan berani sebab dia sabuk hitam tingkat empat!”
kata Tuan Choi. Hyang Mi makin tak percaya dan ingin tahu apa yang dimiliki
Tuan Choi
“Aku juga
sabuk hitam! Setiap orang yang masuk militer memegang sabuk hitam tingkat satu.
Dengan Tendangan ke depan!... ke samping!” ucap Tuan Choi mengangkat kakinya
berpikir kalau Sudutnya sempurna. Jae Chan tak enak hati karena didepanya ada
Jaksa Park dan Jaksa Son
“Jaksa
Jung, apa hal terpenting dalam menjalankan surat perintah?” kata Tuan Choi. Jae
Chan pikir mereka bisa membahas itu
secara pribadi!
“Tidak!
Tolong jawab sekarang! Apa itu?” kata Tuan Choi. Jae Cahn pikir Itu...
Menangkap tersangka.
“Salah!
Jawabannya salah!... Jawabanya adalah Keamananmu! Dan Menangkap tersangka
setelah itu!” kaa Tuan Choi.
Jaksa
Park menepuk pundak Tuan Choi dari belakang, Tuan Choi sempat marah tapi
melihat seniornya langsung membungkuk memberikan hormat. Jaksa Park membenarkan
dan meminta agar jangan mengkritik Jae Chan karena membalik urutannya.Jaksa Son
setuju dengan hal itu.
“Bagus!
Aku tak menyangka kau mengerjakan semuanya sendiri!” puji Jaksa Park. Jae Chan
pikir kalau Penyidik Choi juga bekerja keras. Jaksa Park memegang lengan Jae
Chan memujinya kalau sangat keras.
“Jaksa
Jung, kau cerdas dan fisikmu kuat! Jadi Lanjutkan kerja bagusmu! Kalian berdua
pria! Apa kau dari spesies lain?!” Jaksa Son memuji
“Terima
kasih telah mengingatkanku akan hal itu! Aku akan mengingat nasihatmu.” Kata
Tuan Choi lalu keduanya pun pamit pergi
“Kapan
aku mengingatkannya? Apa aku mengingatkannya?” pikir Tuan Choi heran.
“Tidak, itu penghinaan dan
Kau menghina diri sendiri. Dengan kata lain, kau menggali kuburanmu sendiri.
Jadi Kau pantas ditendang!” kata Hyang Mi.
Jae Chan
pergi akan naik lift dan saat pintu terbuka melihat Yoo Bum ada didalam.
Keduanya kembali dalam satu lift bersama,
Jae Chan pikir Menjadi pengacara setelah bekerja sebagai jaksa sulit,
karena terpaksa memihak yang salah, meskipun mengetahui perbuatannya.
“Kurasa
aku tak bisa melakukannya meski ditawari jutaan dolar.” Komentar Jae Chan
menyindir.
“Jangan
terlalu yakin. Karena Bisa jadi besok kau akan sepertiku hari ini.” Balas Yoo
Bum
“Apa kau
takkan menerima kasus Kang Dae-Hee?” tanya Jae Chan.
“Kau
bilang punya cukup bukti Bukankah kau menyita obat yang mengandung sianida, dan
mendapatkan pernyataan adik perempuannya?” kata Yoo Bum
“Dengan
itu, kau bisa meminta uang lebih banyak!” ungkap Jae Chan menyindir.
“Tidak! Meskipun
melibatkan setumpuk uang, maka aku
takkan bertaruh pada hal yang tak mungkin kumenangkan! Itu Takkan pernah!”
tegas Yoo Bum lalu keluar dari lift. Jae Chan seperti tak percaya dengan
prinsip Yoo Bum.
Ruang
Interogasi
“Kang
Dae-Hee! Kau diselidiki atas pembunuhan, upaya pembunuhan, penyerangan, pengerusakan
properti, dan melanggar UU Perlindungan Hewan! Kau tahu itu, 'kan?” kata Jae
Chan.
“Kalian
kejam! Tak bisakah setidaknya memberiku kopi?” keluh Dae Hee. Tuan Choi
mengingatak Kang Dae-Hee, kalau sekarang sebagai tersangka.
“Kurasa
kau tak mengerti terduga tak bersalah! Aku tahu harus disidang setelah
penyelidikan kau selesai, Tapi aku dianggap tak bersalah sampai diputuskan
bersalah!” ucap Dae Hee.
“Sebaiknya
kau menyerah jika bersikap seperti ini karena Pengacara Lee! Dia tak mau
mengambil kasusmu.” Kata Jae Chan.
“Pengalaman
melewati persidangan, nyaris menjadikanku ahli hukum! Pasal 12 Ayat 4 KUHAP
Menyatakan bahwa siapa saja yang ditahan atau ditangkap, Berhak didampingi
pengacara. UU tersebut memberiku hak untuk menyewa Pengacara Lee! Maksudku,
kalian mengerti hukum luar dan dalam. Jadi Kenapa kalian berusaha menghalangi
hubungan kami.” Kata Dae Hee marah
“Pasal 12
Ayat 4 KUHAP! "Bila terdakwa kriminal tak mampu menyewa pengacara,. Maka
negara wajib menunjuk pengacara untuk terdakwa sesuai UU berlaku." Kurasa
itu berlaku untukmu!” balas Jae Chan.
Dae Hee
menegaskan kalau akan mencari pengacara sendiri, Tapi mereka yang terus mengganggu dan meminta agar menelp Yoo
Bum karena pasti datang kalau diminta. Jae Chan memberitahu kalau Pengacara Lee
berkata kepada padanya bahwa tak ingin
mengambil kasus Dae Hee, karena tak mau
bertaruh pada hal yang sulit dia menang dan juga meminta agar menyampaikan pesanya.
Flash Back
Yoo Bum
keluar dari lift meminta Jae Chan agar mengatakan pada Dae Hee jika bertemu
dengannya
"Tongmu
sudah hancur! Apapun yang kau lakukan..." kata Yoo Bum
Jae Chan
memberitahu kalau apapun yang dilakukan Dae Hee, aka takkan bisa memenuhinya dan Yoo Bum
bilang Dae Hee mengerti maksudnya. Dae Hee mengatakan kalau tak mengerti. Tapi
Jae Chan pikir kalau Dae Hee itu sudah mengerti jadi akan mulai
penyelidikannya.
Dae Hee mulai berteriak marah agar memanggil
Yoo Bum, dengan yakin akan datang jika
menelpnya. Ia terus berteriak histeris akhirnya Tuan Choi dan petugas lainya
mencoba menahan dua tangan Dae Hee agar tak melakukan seusatu yang berbahaya.
Jae Chan
duduk di ruang TV menonton berita, Seung Woo bertanya Kapan mereka meliput
kasusnya. Jae Chan menjawab kalau sebentar lagi, dan akhirnya berita yang
dibawa Hong Joo terlihat di layar TV.
“Seorang pria, yang mencoba
membunuh adiknya, demi mendapatkan uang asuransi, kembali ditahan di hari dia
dibebaskan. Reporter Nam Hong-Joo akan menjelaskannya.” Seung Woo terlihat senang melihat Hong Joo yang ada dilayar.
“Sebuah
pemukiman di Sangku-Dong, Hangang-Gu, Seoul. Sejumlah kucing liar yang mati
karena diracun, banyak ditemukan di wilayah ini sejak Januari lalu. Tersangka
adalah pria pemilik restoran ayam berusia 37 tahun.” Cho Hee menonton berita
kakaknya hanya bisa menangis.
“Sebelumnya, dia disidang karena memalsukan
kecelakaan mobil, dan membunuh adik kandungnya demi mendapatkan uang asuransi, namun
dia dibebaskan karena kurangnya bukti Namun, jaksa telah mengungkap, bahwa dia
memasukkan sianida yang dia pakai untuk membunuh kucing, ke dalam obat herbal
sang adik untuk membunuhnya!” Jaksa Park melihat minuman yang
sama sedang diminumnya panik takut kalau di isi dengan sianida juga.
“Lalu dia memalsukan kecelakaan
mobil serta menerima, uang asuransi senilai 2,7 juta dolar! Jaksa pun kembali
menahannya!< Jejak yang ditinggalkan,. oleh kucing liar yang mati Menjadi
bukti penting yang memudahkan jaksa, menangkap kembali tersangka setelah dia
dibebaskan! Aku Reporter Nam Hong-Joo dari "Berita SBC"!”
Seong Woo
menonton berita melihat kalau kakaknya pasti senang, tapi menurutnya kala
kakaknya itu pasti berpikir ini tak adil. Jae Chan terdiam karena dalam
mimpinya bersadar di pundak Hong Joo kalau ingin tahu apa yang tak adil.
“Ini
benar-benar dirusak.” Keluh Jae Chan. Seung Woo binggung. Jae Chan mengatakan
kalau Seung Woo yang merusaknya. Jae Chan benar-benar tak mengerti maksud
ucapan kakaknya.
Ruang
sidang
“Korban,
Kang Byung-Hee, yang juga merupakan adik terdakwa, bekerja sebagai kurir di
siang hari dan sopir panggilan di malam hari! Dia membeli kado ulang tahun adiknya
dengan hasil keringatnya dan bisa membiayai adik perempuannya dan membuatnya
senang.” Ucap Jae Chan sebagai jaksa. Cho Hee ikut duduk dengan menahan tangis.
“Terdakwa,
dibutakan oleh uang dan merenggut, kebahagiaan sang adik, yang berhak dia
dapatkan! Meski melakukan tindak pidana berat, terdakwa berpura-pura menangis
di depan mayat korban, dan memperdaya para penyidik! Dia bahkan tak menunjukkan
penyesalan atas perbuatannya. Maka, bagiku memisahkan dia dari masyarakat
selamanya, bukanlah hukuman yang berat! Aku mohon, hukum terdakwa, dengan
hukuman seumur hidup, Yang Mulia!” kata Jae
Chan.
Dae Hee
hanya bisa tertunduk menerima hukumannya, Hong Joo sebagai reporter menuliskan
berita dengan laptopnya.
[Bagian 11: Rahasia Yang Tak Dapat
Diungkapkan]
Tuan Choi
memasang bingkai tulisan "Berilah orang lain pujian dan salahkan diri
sendiri!" dalam ruangan. Ia berkomentar kalau ini bisa saja memburuk. Tapi Berkat Jaksa Jung
Jae Chan, jadi mereka bisa mencegahnya jadi menurutnya juniornya itu berhak
dipuji.
“Aku tahu
dia tak disini, tapi beri tepuk tangan untuknya!” kata Tuan Choi. Jaksa Son dan
Lee memberikan tepuk tangan tapi hanya Hee Mi yang enggan mengangkat tanganya.
“Dan aku
mengaku salah, karena membebaskan Kang Dae-Hee! Meskipun aku tahu betul betapa
cerobohnya Pengacara Lee, aku tak memeriksa ulang saat kita melakukan autopsi.
Aku selalu tahu, bahwa arogansi Jaksa Shin suatu hari akan menyulitkan kita!
Kenapa aku membiarkan dia menangani kasus sebesar itu? Ini semua salahku!” kata
Tuan Choi
“Bukan,
ini salahku! Seharusnya sebagai jaksa senior, maka aku lebih berhati-hati
memeriksa!” kata Jaksa Son mengaku bersalah
“Tidak,
sebagai pengawasnya, aku seharusnya lebih memperhatikan! Jadi Ini salahku!”
kata Jaksa Lee.
“Ya, aku
juga berpikir itu salahmu." kata Hee Mi. Jaksa Park kaget mendengarnya.
Hyang Mi
sedang berjalan dilorong, binggung mendengar suara teriakan Jaksa Lee yang
menganggap Hee Mi sama sekali tak bertanggung jawab. Hee Mi pikir kalau Jaksa
Lee melaksanakan autopsi dengan benar,
maka Kang Dae-Hee tak perlu dibebaskan. Sekertaris Jaksa Park menarik Hyang Mi
untuk menjauh.
“Benar,
aku tak mempunyai alasan untuk itu! Tapi kau jaksa yang bertugas. Kenapa tak
melihat kantong obat saat menggeledah tempat tinggalnya? Jika kau
menemukannya...” Kata Jaksa Lee
“Aku akan
menyitanya jika kau menyimpulkan, dari autopsi bahwa penyebab kematiannya
adalah racun! Tapi Kau menyimpulkan bahwa penyebabnya kecelakaan lalu lintas.
Jadi, aku hanya mencari bukti yang sesuai dengan itu!” tegas Hee Mi
“Aku tak
pernah bilang aku yang benar! Aku tahu aku salah, tapi kau juga bertanggung
jawab! Seorang polisi ditikam karena kita jadi Bisa saja ada korban lain. Apa
kau tak takut? Tanganku saja masih
gemetar karena ketakutan.” Ucap Jaksa Lee dengan nada tinggi.
“Tidak
sama sekali! Meski hal seperti itu terjadi, maka itu bukan salahku! Tapi
salahmu!” kata Hee Mi lalu bergegas pergi. Jaksa Lee hanya bisa mengumpat
marah.
Hong Joo
berjalan sendirian ditaman, teringat sebelumnya Woo Tak meminta untuk tetap
diluar darn menghubungi polisi apabila terjadi sesuatu. Saat itu juga Woo Tak
langsung terkena tusuk lalu menahan kaki Dae Hee agar ia bisa berlari bersama
Cho Hee.
Ponsel
Hong Jee berdering nama yang terlihat "Kepiting Youngdeok" Hong Joo
bertanya kenapa Jae Chan menelpnya sekarang.
Jae Chan menanyakan keberadaan Hong Joo sekarang karena berjanji akan
mengantar ke kantor setiap hari. Hong Joo berbohong kalau sedang ada di kantor
polisi.
“Aku
harus disini beberapa hari.” Ucap Hong Joo berpura-pura berteriak pada senior
akan mengirimkanya.
“Belakangan
ini, aku sibuk sampai tak sempat merasa takut. Jadi, kau tak perlu mengantarku
ke kantor...” kata Hong Joo dan langsung terdiam karena Jae Chan sudah ada
didepanya.
“Apa Ini
kantor polisinya? Jadi Kau berkemah di taman ini atau apa? Lalu Dimana
kolegamu?” ejek Jae Chan menengok kesana kemari.
“Bagaimana
kau tahu aku disini?” kata Hong Joo binggung menutup telpnya.
“Aku
bermimpi. Aku melihatmu menyalahkan diri disini, dan tampak jelek karena
menangis” kata Jae Chan membawa sekotak tissue.
“Kau
bilang Aku menangis dan Jelek???... Wah, imajinasimu luas... Bagaimana kau bisa
bermimpi sekonyol itu?” kata Hong Joo mengelak.
Di bangku
taman depan danau
Hong Joo
menangis sampai matanya memerah. Jae Chan menyuruh berhenti menangis karena
hidungnya pasti akan terus berair, Hong Joo tetap saja menangis. Jae Chan pun
bertanya apakah menurut Hong Joo kalau Woo-Tak terluka karenanya.
“Andai
aku tak memberi tahunya tentang restoran ayam goreng itu...” kata Hong Joo
merasa bersalah.
“Kau
pasti menyalahkan dirimu seperti itu! Aku bahkan tak bisa tidur, karena
memikirkan itu. Kalau begitu, aku harus meratap dan tak tidur setiap hari. Aku
juga berutang budi pada Woo-Tak!” kata Jae Chan. Hong Joo binggung berhutang
dalam hal apa.
“Utangku
lebih besar daripada utangmu. Aku juga menyalahkan diriku.” Kata Jae Chan.
“Kau
terlihat tenang untuk orang yang menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana kau
bisa seperti itu?” ucap Hong Joo heran.
“Aku
berusaha memposisikan diriku di posisinya. Jika menjadi dia,. Maka aku tak
ingin membesar-besarkan cedera itu, dan tak membenci kita. Yang penting, dia
mungkin merasa lega karena melihatmu baik-baik saja dan Itu pasti membuatnya
lega.” Kata Jae Chan
“Jadi, jangan menangis terus! Jangan
terlalu lama menyalahkan dirimu! Tapi jangan lupakan apa yang telah terjadi!
Dengan begitu, kau bisa membalas kebaikannya.”
Hee Mi
menangis sendirian dalam ruangan, saat itu Jaksa Lee masuk melihatnya tapi
akhirnya memilih untuk keluar dari ruangan. Hee Mi pun terus menangis di atas
meja. Hyang Mi akan masuk ruangan, Jaksa Lee melarangnya kalau tak boleh masuk
sekarang. Didepan ruangan terlihat note
yang dituliskan Jaksa Lee "Sedang ada penyelidikan, jangan
mengganggu"
“Tak ada
gunanya menyesal. Tak ada gunanya menangisi yang sudah terjadi. Kau hanya bisa
memenuhi gelas itu lagi perlahan-lahan. Kau pasti tahu, waktu takkan berputar
kembali.” Kata Jae Chan seperti terlihat serius.
Ho Rang
pikir itu sebuah lirik lagu, Jae Chan terlihat binggung. Ho Rang merasa Tak
biasanya Jae Chan berkata seperti itu dan yakin kalaumeniru perkataan orang
lain lalu memujinya hebat. Jae Chan terdiam mengingat kejadian dimasa lalunya.
Flash Back
Jae Chan
mengaku kalau memanipulasi buku rapornya. Tuan Jung terlihat sangat marah
membuang semua figura rapor anak yang sangat dibangkanya. Dua anak buah Tuan
Jung memarahi Jae Chan yang berbohong
tentang nilainya. Akhirnya Jae Chan hanya bisa menangis di depan Motor, salah
satu anak buah Tuan Jung memanggilnya dan bertanya siapa namanya.
“Kenapa
ingin tahu namaku?” ucap Jae Chan. Si polisi melihat Jae Chan menangis. Jae
Chan mengelak kalau tak menangis. Keduanya duduk didepan motor.
“Andai
waktu bisa berputar, tapi kau bisa apa? Tak ada gunanya menangisi yang sudah
terjadi. Kau punya banyak waktu. Kau bisa mengisi gelas itu lagi
perlahan-lahan. Maka akan tiba saatnya, Ayahmu takkan kecewa padamu lagi. Jadi,
jangan menangis terus! Jangan terlalu lama menyalahkan dirimu. Tapi jangan lupakan
apa yang telah terjadi! Apa Mengerti?” kata si petugas polisi menasehatinya.
Jae Chan
mengaku kalau Itu yang dikatakan seseorang kepadanya waktu dulu. Hong Joo
merasa Sudah menduga dan ingin tahu siapa namanya. Jae Chan mengaku tak tahu karena bahkan lupa
namanya. Hong Joo ingin mengambil tissue tapi sudah habis. Jae Chan pun
memberikan dasinya.
“Apa itu
membuatmu merasa lebih baik?” kata Jae Chan setelah melihat Hong Joo menghapus
air mata dengan dasinya.
“Boleh
aku bersandar padamu?”kata Hong Joo. Jae Chan pun memperbolehkannya dengan
memberikan pundaknya. Hong Joo pun bersandar di pundak Hong Joo.
“Jangan
menangis terus! Jangan terlalu lama menyalahkan dirimu! Tapi jangan lupakan apa
yang telah terjadi! Saat itu, aku bahkan tak bisa membayangkan,. kalau kalimat
hangat yang menenangkan itu, suatu hari akan diingat, sebagai kata-kata terakhir
seseorang!” gumam Hong Joo bersandar dibahu Jae Chan.
Seorang
wanita memberikan minuman pada pria yang sibuk dengan kabel disamping TV. Si
pria memberitahu kalau sudah beres jadi meminta agar memeriksanya. Wanita pun
duduk didepan laptop, dan melihat "Jadwal
Lengkap Olimpiade Rio 2016" lalu memberitahu kalau sudah berfungsi.
“Apa aku
melakukan sesuatu sampai koneksinya hilang?” tanya Si wanita seperti seorang
atlet panah karena banyak foto di dinding.
“Sepertinya
tetanggamu salah menyentuh kabel. Dan Nona, penilaian layanan konsumen sangat
penting bagi kami. Jadi Tolong beri aku penilaian yang baik saat kau menerima
telepon survei!”kata si petugas. Si wanita menganguk setuju.
“Kalau
begitu, bisakah kau membawa kardus itu ke tempat daur ulang? Disinis Kardusnya
terlalu banyak. Aku akan menyuruhnya memberimu nilai terbaik!” kata si Bibi
yang ada di dapur.
“Tak
usah, biar aku saja! Jangan khawatirkan itu!” kata Si wanita. Tapi Pria itu itu
pikir tak masalah karena akan membantunya dan akan ke luar.
“Nona,
tolong beri aku penilaian bagus!” ucap Si pria saat keluar dari pintu. Si
wanita pun mengangguk lalu menutup pintu rumahnya.
Si pria
terlihat menatap sinis, lalu membuka aplikasi facebook di ponselnya. Dibagian
atas terlihat "Apa yang kau pikirkan, Hak-Young?" Namanya adalah
"Do Hak-Young"
Woo Tak
sedang ada di ruang rawat melihat facebook dan status Hak Young "Haruskah
kuberi dia pelajaran?" lalu memberikan tanda suka. Perawat datang
memberitahu Woo Tak kalau boleh pulang siang ini dan bisa ke bagian
administrasi untuk membayar tagihannya. Woo Tak menganguk dengan senyuman
bahagia.
Kantor
Polisi
Doo Hyun
dengan ponsel di telinganya bertanya pada Hong Joo bagaimana dengan kamera
dasbornya. Hong Joo mengatakan kalau sudah diserahkan ke polisi. Doo Hyun
mengeluh kalau akan sulit tanpa itu dan meminta agar Hong Joo mengerjakan
dengan baik. Hong Joo mengangguk mengerti.
Hong Joo membaca pesan dari Woo Tak “Hong-Joo, sebentar lagi aku pulang
dari rumah sakit. Apa Kau bisa kemari?”
“Senior!
Aku harus pulang lebih awal hari ini.” Kata Hong Joo membereskan semua barang.
Doo Hyun sedang konsetrasi langsung menyetujuinya.
“Aku akan
berusaha, mendapatkan rekaman kamera dasbor itu.” Ucap Hong Joo bergegas
keluar. Doo Hyun baru tersadar kalau Hong Joo sudah pergi.
“Hei!
Hong-Joo! Kau mau kemana? Dasar Beraninya dia. Apa Dia tak punya otak? Dia
pasti sudah gila!” kata Doo Hyun melihat anak buahnya.
Di ruang
rawat
Woo Tak
menganti baju rumah sakit dan terlihat bertelanjang dada. Jae Chan melihat
tubuh Woo Tak merasa kalau sudah bugar.
Woo Tak pikir Semua petugas kepolisian sangat bugar Tapi koleganya itu
pengecualian. Tiba-tiba Hong Joo masuk memanggil Woo Tak. Jae Chan panik
langsung menutupi tubuh Woo Tak dengan jasnya.
“Apa Kau
tak tahu cara mengetuk?” keluh Jae Chan. Hong Joo sadar kalau Jae Chan yang
datang juga.
“Kenapa
kau menutupinya? Aku juga ingin melihatnya.” Kata Hong Joo mencoba untuk
melihat. Jae Chan menyuruh Woo Tak agar cepat mengunakan bajunya dan Hong Joo
agar membalikan badan.
“Hei..
Apa Kau baik-baik saja? Apa Kau sudah boleh pulang?” kata Hong Joo. Woo Tak
menganguk.
“Hong-Joo,
bolehkah aku tinggal di rumahmu selama beberapa hari?” kata Woo Tak. Jae Chan
dengan nada kesal bertanya kenapa.
“Maksudku,...Kenapa
harus di rumahnya?” kata Jae Chan.
“Doktorku
bilang, aku harus tetap di rumah agar pulih, tapi aku tak bisa melakukannya
sendirian. Aku juga tak mau ke rumah orang tuaku.” Kata J Woo Tak. Jae Chan
pikir Rumah mereka sangat jauh jadi akan mengantarnya saja.
“Bukan
begitu. Aku putra semata wayang selama tiga generasi. Saat aku masih kecil,
buah kesemek jatuh di kepalaku. Lalu Orang tuaku langsung menebang semua pohon
kesemek di daerahku. Sebelum menjadi polisi, aku bahkan harus menulis sumpah
bahwa aku, akan mengundurkan diri jika mengalami cedera. Jika mereka tahu, aku
harus menulis surat pengunduran diri. Tolong bantu aku!” kata Woo Tak
“Tentu.
Terima kasih telah memintaku... Kau bisa tinggal di rumahku.” Kata Hong Joo
dengan bangga.
“Aku juga
ingin meminta bantuan kepadamu, Jae-Chan.” Ungkap Woo Tak
Seung Woo
pulang kerumah binggung melihat rumah berantakan, lalu memanggil kakaknya. Tapi yang keluar
adalah Woo Bin, anjing milik Woo Tak dengan tissue membalut tubuhnya. Seung Won
heran karena memanggil kakaknya tapi malah seekor anjing yang datang.
Bersambung
ke episode 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar