[17
September 1996]
Seorang
anak kecil duduk melamun, duduk sendirian dengan nyanyian lagu selamat ulang
tahun dan banyak makanan diatas meja. Tapi ternyata suara dari TV sedang
merayakan ulang tahun, kalau membuat permohonan sebelum meniup lilin.
“Saat 'ku beranjak usia sembilan
tahun, aku belajar hal baru. Sebelum meniup lilin, kau harus buat permohonan.” Gumam
Yoon Ji Ho.
Ayah ibu
dan adik perempuanya menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ji Ho. Tapi
setelah itu adiknya langsung meniup lilin dan ayahnya terlihat dingin langsung
menyuruh mereka segera makan.
“Namun, di rumah kami yang
mengutamakan laki-laki...”
[17 September 2001]
Ji Ho
mulai dewasa kembali merayakan ulang tahun bersama keluarganya, dan kali ini adiknya kembali meniup lilin dan
ayahnya dengan dingin mengajak mereka segera makan
“Tidak mungkin seorang anak
perempuan berkesempatan membuat permohonan.”
Setiap
tahun, ketika merayakan ulang tahun adik Ji Ho selalu meniup lilin lebih dulu
tanpa memberikan kesempatan Ji Ho membuat permohonan. Ayahnya terus saja
mengajak mereka makan setelah adiknya meniup lilin terus setiap tahun.
“Ketika aku berusia 20 tahun, aku
akhirnya bisa buat permohonan pertamaku.”
Ji Ho
akhirnya merayakan ulang tahun dengan dua temanya, lalu membuat pemohonan dalam hatinya “Setiap
tahun, permohonanku sama. Kabulkan aku menjadi penulis yang hebat. Dan 10 tahun
berselang.. aku sungguh menjadi penulis”
Ji Ho
sibuk menuliskan dalam layar laptopnya, tentang oscar dan So Hee. [Soo Hee: aku
ingin bercerai.]
Dalam
layar TV, Soo Hee pemeran wanita mengatakan hal seperti di script kalau ingin
bercerai lalu pamit pergi. Oscar meraih tangan So Hee. perlahan berjalan
mendekatinya.
[Dia
perlahan mengulurkan tangannya, ke arah belakang leher Soo Hee. Dari rak buku,
dia mengeluarkan sebungkus ginseng merah dan meminumnya.]
Oscar
melakukan adegan yang sama dengan yang tulis oleh Ji Ho, terlihat matanya
sangat mendalami karakter.
“Aku asisten penulis sebuah
melodrama. Aku sudah jadi asisten selama lima tahun. Pengalaman menulis
subbagian-ku cukup banyak, tapi...”
So Hee
kembali bermain drama memarahi pelayan rumahnya, Pelaayan memberitahu kalau di
minta untuk membersihkan baju bayi. So He sangat marah menyuruh Pelayan keluar
dari kamarnya, lalu frustasi melihat boneka yang dianggap sebagai anaknya.
“Aku
takkan memaafkanmu...,Oscar.” Ungkap So Hee memakai lispstik dibawahnya, dengan
caption [Lipstik warna beludru merah, dipakai
tiga kali oleh aktris utama Senilai 30 juta won]
“Bagian terpenting dari pekerjaanku
ialah menggalang dana.”
Oscar
berdiri diruangan, Ketua datang terlihat sangat marah karena Oscar tak mematuhi
perintahnya dan mengusirnya. Semua orang menonton dari restoran dan juga rumah
sakit mengikuti drama yang ditulis oleh Ji Ho.
“Baiklah,
aku akan pergi. Namun, Bapak akan menyesalinya selamanya.” Ungkap Oscar lalu
pergi dan mengunakan roda duanya berteriak marah melewati jalan. Semua yang ada
dirumah sakit hanya bisa melonggo.
“Akhirnya... aku bebas!” Jerit Ji
Ho bahagia melempar semua naskahnya keudara.
Penulis
senior berbicara di telp berkata kalau bukan salahnya karena ada begitu banyak
iklan sponsor di drama menurutnya Kalau saja sudah pakai iklan itu di episode
lain maka ia tidak perlu pakai banyak iklan dalam satu episode sekaligus. Ia
kesal memilih untuk menutup telp karena sibuk.
“Setelah
berciuman, dia harusnya menamparnya. Atau haruskah dia menamparnya dulu lalu
ciuman? Tak tahulah...” ucap Si penulis mengoceh sendiri tanpa sadar Ji Ho
sudah mengintipnya dari dinding.
“Ibu
Penulis.... Draf akhir sudah kuunggah... Ginseng merah, kosmetik, dan iklan
lainnya sudah kumasukkan.” Kata Ji Ho. Si penulis mengangguk mengerti dengan
melihat naskah kalau ada yang perlu dihapus. Ji Ho tanpa banyak berkata-kata
akan pamit pergi.
“Ya,
kemana? Astaga.. Apa kau mau pulang?” kata Penulis melihat Ji Ho membawa koper.
Ji Ho membenarkan. Penulis mengucapkan terimakasih karena atas kerja keras.
“Apa ini
sudah sebulan?” kata Penulis. Ji Ho mengatakan kalau sudah tiga bulan.
Si
penulis seperti tak sadar kalau Sudah selama itu lalu mengetahui Ji Ho kalau
tinggal di Gangdong-gu, Ji Ho memberitahu kalau ia tingga di Gangseo-gu. Si
penulis tahu kalau Ji Ho tinggal dengan adik perempuannya. Ji Ho memberitahu
kalau Yang benar tinggal sama adik laki-lakinya. Si penulis binggung siapa yang
dimaksud olehnya, lalu menyuruh Ji Ho pergi saja. Ji Ho pamit dan akan bertemu
di pesta perpisahan nanti.
*ini
maksudnya si penulis sama-sama jadi senior juga di temperature love, tapi
disana dia punya penulis junior kaya Ji Ho tapi adiknya perempuan.hihihi*
Ji Ho
menatap langit seperti selama ini tak pernah keluar rumah karean sibuk menulis.
Tanganya sengaja menutupi wajahnya yang mendonga keatas, lalu senyumnya
terlihat karena Ada sinar matahari. Ia berjalan sambil menarik koper dan
menelo.
“Ya
dimana lagi? Aku jalan pulang. Ini Sudah tiga bulan lamanya. Begitu aku sampai
rumah, maka aku akan mandi air panas, lalu aku akan selimutan di tempat tidur
dan tidur seperti mayat.” Ucap Ji Ho.
“Ji Seok
itu sedang apa? Jika dia merepotkanmu, setidaknya dia harus datang
menjemputmu.” Kata Teman Ji Ho diseberang telp.
“Aigoo,
kau banyak sekali tanya. Aku malah bersyukur dia tidak membakar tempat itu.”
Kata Ji Ho
“Pokoknya,
kalau sudah sampai rumah, langsung tidur. Jangan beres-beres dulu atau cuci
pakaian. Lalu , jangan angkat telepon dari Ho Rang” kata Woo Soo Jin. Ji Ho
ingin tahu alasanya.
“Mereka
bertengkar lagi. Paling, mereka hanya
dua jam bertengkarnya” kata Soo Jin. Ji Ho mengerti lalu menutup telpnya.
Ji Ho
masuk rumah lalu berbicara di depan pintu kamar memberitahu kalau ia sudah
sampai rumah, lalu melihat ada banyak pakaian berantakan dan membereskanya.
“Yoon Ji
Seok, aku pulang.” Kata Ji Ho kembali dan mulai menjemput pakaian.
Ho Rang
menelp dan Ji Ho mengangkatnya, Ho Rang
menceriatakan sejujurnya tujuh tahun lalu., dia saja tak berani membuka omongan
dengannya, dan Dia saja dulu mirip beruang, dan ia sekarang mengubahnya jadi
manusia,
“Dan apa
sekarang dia ingin tinggal sama neneknya?” ucap Ho Rang kesal karena seperti
ditinggalkan begitu saja.
“Kau
berlebihan sekali.”ejek Ji Ho sambil tertawa. Ho Rang seperti kesal karena
temanya seperti mengejek. Ji Ho menyangkalnya.
Ho Rang
buru-buru memutuskan telp karena Manajer Yang datang, lalu melihat kalau sudah
berbicara dengan temanya selama 41:54 menit.
Ji Ho melihat jemuran pakaian binggung, karena merasa tak punya bra
warna hitam lalu mencocok dengan dadanya merasa itu bukan ukuranya juga.
“Hei,
Yoon Ji Seok! Padahal aku sudah pulang, tapi dia tidak mau menyambutku.” Keluh
Ji Ho berjalan di depan pintu kamar adiknya.
“Dan
Bisa-bisanya kau dengar musik padahal rumah berantakan seperti ini? 'Kan sudah
kuperingatkan kau, cuci handuk dan pakaian dalammu. Kau main game lagi, ya?”
teriak Ji Ho membuka kamar dan melihat adiknya sedang bercumbu dengan seorang
wanita dan sengaja memutar lagu sekerasnya.
Ji Ho
kaget, begitu juga adiknya dan seorang wanita berbaring ditempat tidur. Ji Ho
langsung menutup mata dan kabur dari rumah, Jong Soo panik mengejar kakaknya.
Ji Ho terus berlari keluar rumah. Jong Soo pun mengejarnya meminta kakaknya
untuk tak kabur. Ji Ho meminta agar Jong Soo tak mengikuti dan mengejarnya
Ji Ho
akhirnya terjatuh dan adiknya pun bisa mendekat. Ji Seok memastikan kakaknya
kalau tak terluka atau terkilir. Ji Ho tak ingin disentuh oleh adiknya dan
mengaku ingin sendirian sekarang, jadi menyuruh agar menyselesaikan saja
urusannya tadi.
“Ahh..
Selesaikan apa? Ayo balik lagi ke rumah. Kau harus menyapanya.” Kata Ji Seok
“Kau
bilang Menyapa siapa? Apa Wanita tadi yang tak berbusana itu? Tak perlu, Aku sudah ada janji sama orang... Wah.. Aku
hampir lupa. Ingatanku jelek sekali. Nanti aku pulang telat jadi kau bisa suruh
dia santai saja, sebelum dia pergi.” Ucap Ji Seok akan bergegas pergi.
“Dia
tidak pergi kemana-mana. Dia tinggal di sini.” Kata Ji Seok. Ji Ho binggung
kenapa wanita itu tinggal dengan mereka.
“Dia...
Dia istriku.” Akui Ji Seok. Ji Ho ingin tahu Sejak kapan. Ji Seok mengaku kalau
itu Sudah empat bulan.
“Kau sebentar
lagi akan menjadi bibi.. Dia hamil.” Ungkap Ji Seok. Ji Ho hanya bisa melonggo
tak percaya
“Sepertinya
tidak ada orang yang menyadarinya..., tapi hari ini... hari ulang tahunku yang
ke-30.” Gumam Ji Ho seperti mendapatkan hadiah yang paling membuatnya shock.
[Episode 1: Karena Ini Hari Ulang Tahunku
yang ke-30]
Mereka
makan malam bersama dengan calon dari anak Jong Soo. Ji Ho hanya melihatnya. Si
wanita terlihat mencari perhatian dengan ayah mertuanya, kalau kelelahan
mengemudi dengan memberikan lauk agar mendekat. Ji Ho kaget kalau si wanita
sudah memanggil ayah, seperti sudah lama kenal.
“Ah..Tidak
juga... Bukankah kau lelah, Nak?”kata Tuan Yoon terlihat ramah dengan calon
menantunya. Ji Ho benar-benar tak percaya ayahnya juga memanggil seperti pada
anaknya.
“Pasti
kau sudah tahu dari Ji Seok..., tapi Ayah tidak bisa memberi tahumu dan sebelumnya
karena kau sibuk bekerja. Bagaimanapun juga, karena kita semua keluarga..., adi
antrilah pakai toilet dan dahulukan yang lebih punya keperluan mendesak.
Salinglah bersikap baik, dan hidup dengan baik, mengerti?” kata Tuan Yoon. Ji
Ho dan adiknya kaget karena mereka harus Tinggal bersama.
“Kenapa? Apa
Tak bisa?” kata Tuan Yoon. Ji Ho bersama adiknya serempak mengaku tak bisa.
“Mereka
'kan pengantin baru!” kata Ji Ho. Ji Seok juga mengatakan hal yang sama. Tuan
Yoon pun ingin tahu solusinya.
Ji Ho
bertemu dengan dua temanya, Soo Ji pikir sudah pasti Ji Seok Ji Seok yang harus
pindah, karena Ji Ho Yang bayar biaya hidup dan perawatan dan Berani-beraninya
menyuruh pindah padahal adiknya itu pengangguran.
“Hei,
rumah itu juga 'kan terdaftar atas namamu. Lagipula takkan ada masalah hukum.”
Kata Soo Jin
“Kau
bilang Rumah? Rumah itu atas nama si Ji Seok.” Ucap Ji Ho lemas
“Apa?
Tapi kenapa? Kau 'kan yang bayar setoran sementara waktu ayahmu beli rumah
itu.” Kata Soo Jin
“Kau tak
tahu apa-apa karena kau tinggal di Amerika. Ketika orang tua membeli rumah
anak-anak mereka di Korea..., maka otomatis rumah itu jadi milik anak lelaki. Itu
semacam membayar demi generasi masa depan mereka dan ritual leluhur masa depan setelah
orang tua meninggal dunia. Ji Seok bertanggung jawab melanjutkan keturunan
keluarga mereka. Ayahnya bahkan tidak mempertimbangkan berapa banyak
bayarannya.” Jelas Ho Rang
“Hei! Itu
namanya pemikiran kolot... Hei... Ji Ho... Kau harus hamil malam ini juga. Ayo
berdiri dan kita ke kelab. Kau harus hamil untuk membuktikan kalau kau juga bisa melanjutkan
keturunan keluarga.” Kata Soo Jin mengebu-gebu.
Ji Ho mengingat kembali saat adiknya sedang melakukan dengan istrinya dan
ia melihatnya.
“Bisa
tidak jangan menyinggung hal-hal seperti itu di hadapanku? Aku sebenarnya
melihat Ji Seok melakukannya, yaitu Membuat istrinya hamil.” Akui Ji Ho.
Keduanya terlonjak tak percaya.
“Kuharap
aku tak melihatnya...,tapi karena sudah terlanjur, aku tidak bisa tinggal sama
mereka.” Ucap Ji Ho. Mereka ingin tahu
cerita Ji Ho bisa melihatnya.
“Aku ada
di balkon dan lagi teleponan denganmu, Ho Rang.Jadi dia tidak tahu aku sudah
ada di rumah.” Kata Ji Ho. Soo Jin ingin tahu Berapa lama mereka teleponan?
“Sekitar
40 menit.” Kata Ji Ho. Soo Jin mengartikan Ji Seok melakukannya selama 40 menit
juga, lalu merasa tak percaya adik Ji Ho itu bisa sekuat itu.
Sementara
di sisi meja lain seorang pria terlihat sangat marah karena diminta untuk pindah,
lalu meminta maaf pada si pria kalau sudah dinggap sebagai adiknya dan ingin
menjaga layaknya seorang kakak. Si pria bernama Nam Se Hee melihat bajunya kena
alkohol meminta pelayan membawakan dua tetes cuka,
“Aku
sungguh menganggapmu sebagai adik kandungku. Kukira kita ini sudah bagaikan
kakak beradik.Apa kau tidak tahu maksudku?.” Ucap Si pria membujuk.
“Tak
tahu. Aku 'kan anak tunggal dan Ini kontrak pertama yang kita tulis. Aturannya
sudah tertulis di sini.” Kata Se Hee memberikan lembaran kertas dan bisa
menhafalnya.
“Sewaktu
pihak kedua tinggal di rumah pemilik..., maka pihak kedua harus mengikuti
aturan. Kau tidak mengikuti aturan pertama. Dan Kau juga tidak mengikuti aturan
ke-2 dan ke-3.” Ucap Se Hee
“Kalau
begitu, kembalikan uang sewaku bulan ini.” Kata si pria marah
“Kau
pulang ke rumah dalam keadaan mabuk Jumat malam lalu. Lalu Kau lupa kata sandi
dan menendang pintu depan selama 10 menit. Selain itu Kau makan lima kaleng
makanan kucingku, dan salah mengira kalau itu kaleng tuna. Dan kau buang air
kecil di depan kulkas.” Ucap Se Hee.
“Jadi
waktu itu, Apa kau ada di rumah? Kukira
hari itu, kau lagi dinas.” Kata Si pria tak percaya
“Lalu
polisi datang ke rumahku.” Ucap Se Hee. Si pria membenarkan, kalau Ada orang
yang melaporkannya ke polisi.
“Aku yang
melapornya, dari kamarku.” Akui Se Hee. Si Pria makin marah sambil mengumpat.
“Kalau
kau waktu itu di rumah..., kenapa kau tidak keluar dan bicara denganku dulu?
Bukankah begitu seharusnya? Dia itu memang tak waras.” Teriak si pria dan Ma
Song Goo menahanya agar si pria tak memukul So Hee.
Keduanya
masuk kantor. Song Goo mengeluh So Hee tega melaporkan teman sekamarnya ke
polisi. So Hee pikir pria itu seharusnya malah bersyukur karena tidak
menuntutnya dan meminta agar menyampaikan itu pada senior temanya itu.
“Tapi dia
itu pria yang baik. Kau mungkin tidak tahu, tapi ada hal yang manusiawi. Spa Kau
tahu artinya "manusiawi"?” kata Sang Goo
“Bukankah
itu artinya, tidak beradab ke orang itu?” ucap Se Hee sinis.
“Bukan, yang kumaksud manusiawi adalah Menjadi
manusia biasa.” Kata Sang Goo.
“Aku jadi
ingat dan Sampaikan ke dia, kalau kaleng
yang dimakannya itu kaleng impor mahal.” Ucap Se Hee akan pergi.
Sang Goo
ingin tahu kemana Se Hee akan pergi. Se Hee mengatakan akan pulang ke rumah.
Sang Goo heran karena Se Hee seharusnya menstabilkan situs hari ini dan Pembaruan
untuk versi baru dijadwalkan minggu depan,
“Ada
pendauran ulang hari ini dan aku harus kasih makan kucingku layaknya manusia.”
Ucap Se Hee. Sang Goo menjerit kesal, semua pekerja menoleh. Sang Goo berusaha
untuk terlihat santai dan juga menyuruh mereka kembali berkerja saja.
“Selama
lima tahun, aku bertanggung jawab mengelola rumah. dan mengurus semuanya. Untuk
itu, situasi sekarang ini dimana aku harus diperlakukan seperti tamu...
...sungguh...” ucap Ji Ho sedikit mabuk ingin meluapkan amarahnya, berlatih
dengan rumahnya. Ia mengingat kata-kata Soo Jin yang sudah dilatih olehnya.
“Ini Sungguh
melanggar hak-hak fundamentalku. Akulah yang membayar setoran sementara, Akulah
yang membeli kulkas dengan gaji pertamaku. Aku jugalah orang yang mengganti
alat pemanas tahun lalu, kan?” ucap Soo Jin agar temanya bisa menyampaikan sama seperti yang dikatakan pada
ayahnya dan perjuangkanlah hak-haknya.
Akhirnya
Ji Ho masuk dengan memanggil Ayah, kalau Ada yang harus dikatakan. Tapi adik
iparnya lebih dulu mendekati ayahnya,
Tuan Yoon pun langsung mendengarkan lebih dulu seperti anak paling
disayang.
“Hari ini
tadi aku ke RS... Perkiraannya anak laki-laki.” Ucap istri Ji Seok. Ji Ho
melotot kaget dan berpikir kalau akhirnya Game Over dan sudah selesai semuanya.
Tuan Yoon
terlihat sangat senang karena akan menurunkan silsilah keluarga dengan anak
pria. Ji Seok dan adik iparnya terlihat bahagai membahasnya. Ji Ho hanya bisa
menahan amarah.
Ho Rang
menanyakan pendapat Soo Jin apakah Ji Ho sudah bicara dengan ayahnya, So Jin
pikir tak berjalan lancar. Ho Rang pikir juga seperti itu lalu mengajak untuk
minum bir lagi. Soo Jin menolak karena sudah kembung. Ho Ran mengajak untuk
pergi ke Itaewon, karena Ada banyak kelab disana.
“Berhentilah
bertindak seperti bukan dirimu, telepon saja Won Seok itu.” Kata Soo Jin
“Sudah
kubilang kami ini sudah putus!” kata Ho Rang lalu tersadar setelah merangkul
temanya kalau Soo Jin tak pakai bra lagi.
“Aku
sesak pakai bra. Pencernaanku tak lancar kalau pakai bra.” Kata Soo Jin santai.
Ho Rang merasa malu menyuruh temanya menutup bajunya dengan tas karena
terlihat.
“Hei, Apa
serius kalian sudah putus?” ucap Soo Jin. Ho Rang menegaskan kali ini
benar-benar serius.
“Dia tidak
meneleponku selama tiga hari, Berarti dia ingin putus. Kami sudah tak saling
terobsesi lagi.” Kata Ho Rang
Dan saat
itu pria dengan kacamata berdiri di depan halet. Ho Rang kaget ternyata Woo
Seok menunggunya. Woo Seok tersenyum, Ho
Rang kaget seperti tak bisa menahan rasa rindunya.
Soo Jin
sengaja lewat didepan Woo Seok memberitahu kalau temanya itu akan pergi ke club
malam. Ho Rang hanya bisa mengumpat kesal pada temanya. Hei, dia mau datang ke kelab.
Ji Ho mencari
dari internet dengan keyword [Kamar tersedia di Sangam-dong] sementara di ruang
tengah, ayah berserta Ji Seok dan adik iparnya sibuk melihat hasil foto usg
kalau terlihat Hidungnya mancung. Saaat itu Ibunya masuk membawa semangkuk sup
agar Ji Ho memakanya.
“Kenapa
malam-malam, Ibu bawakan sup rumput laut buatku?” ucap Ji Ho heran
“Hari ini
ulang tahunmu, jadi makanlah.” Kata Ibu Ji Ho. Ji Ho seperti baru sadar kalau
hari ini ulang tahunya karena semua yang membuatnya terkejut. Masih terdengar
suara bahagai diluar kamar.
“Kenapa
bocah itu banyak tertawa? Padahal Ibu menyuruhnya mencari kerja..., tapi dia malah
membuat anak.” Keluh Ibu Ji Ho sambil berbaring ditempat tidur anaknya.
“Jadi
Bagaimana ini sekarang? Dia menghamilinya. Jadi tidak bisa membatalkannya. “
kata Ji Ho mau tak mau menerimanya.
Ibu Ji Ho
memberikan amplop pada anaknya, Ji Ho binggung apa itu. Ibunya tahu anaknya itu harus cari kamar jadi
sengaja memberikan uang karena tak mungkin bisa tinggal bersama dengan
pengantin baru. Ji Ho berkaca-kaca menerima uang dari ibunya.
“Rahasiakan
ini dari ayahmu. Dia pasti sangat kesal kalau tahu Ibu diam-diam menyimpan
uang.” Ucap Ibu Ji Ho lalu keluar dari kamar.
“Selama 30
tahun Ibu telah menghabiskan waktu dengan suami yang keras..., namun Ibu selalu
mendukungku. Masalahnya adalah... aku tak tahu apa-apa tentang dunia.” Gumam Ji
Ho lalu melihat lembaran uang dari ibunya adalah 10ribu won
Akhirnya
Ji Ho pergi ke bagian Pinjaman dibank. Pegawai meminta maaf karena Ji Ho tidak
dapat meminjamkan uang, karena masih freelance sekarang dan penghasilan tahunan
kurang dari 20 juta won. Bahkan tak memiliki asuransi pekerjaan, dengan Tingkat
kredit berada tingkat kelima.
“Tapi...
Ini drama TV yang kutulis dan Cukup populer tahun lalu. Walau ini drama pagi
hari Sangat mudah menjamin siapa aku. Dan Anda bisa lihat namaku di sini. Coba
kau lihat, Ada namaku, Yoon Ji Ho.” Ucap Ji Ho memperlihatkan drama dengan foto
bersama Do Joo sebagai artisnya.
“Pelanggan,
kami mohon maaf.” Kata si pegawai tetap tak menerimanya. Ji Ho hanya berpikir
si pegawai belum pernah menonton drama itu.
Akhirnya
Ji Ho pergi ke tempat real estate bertemu dengan pria tua dengan mengatakan
mencari apartemen. Si kakek bertanya Berapa
banyak deposit yang dimilikinya. Ji Ho mengangkat tiga jarinya. Si kakek
tersenyum karena berpikir itu 30juta won. Ji Ho mengaku kalau itu maksudnya 3
juta won.
“Kau
beruntung sekali. Kalau bukan dengan aku, kau pasti tak bisa menemukan tempat
seperti ini.” Ungkap si kakek mengajak Ji Ho melihat rumah. Ji Ho pun melihat
rumah yang ada dibawah tanah, lalu ingin membuka jendela tapi tak bisa.
“Ahjussi,
sepertinya ada yang menggambar jendela di sini, 'kan?” ucap Ji H. Si kakek
membenarkan dengan bangga kalau terlihat sama dengan yang aslinya, jadi ruangan
3 juta won tanpa jendela dan dibawah tanah.
Lalu Ji
Ho dibawa rumah kebagian atas dan dengan banyak kabel listrik melintang
didepanya, menurutnya itu Rawan runtuh. Ia pergi ke tempat lain merasa kalau
rumah Sering bocor dan tidak kedap suara. Setelah itu pergi ke bagian rumah
dengan pintu kecil dan menurut, Ji Ho pikir ukuran kamarnya Kurang dari 36 kaki
persegi, bahkan tidak ada dapur dan kamar mandi.
Sang Goo
memberitahu Batas akhir pembaruan baru seminggu lagi, jadi mereka bisa periksa pertimbangan utama dan Se Hee
yang merencanakan stabilisasi, lalu bertanya apakah sudah menyelesaiknya. Se Hee mengaku kalau Belum dan sedang dalam
proses.
“Tuan
Nam, setidaknya kau harus menyerahkan draft pertama hari ini.” Ucap Sang Goo.
Se Hee mengaku tak bisa
“Beban
kerja terlalu berat jika harus menyelesaikannya sebelum jam 6 sore.” Kata Se
He.
“Apa
Maksudnya kau mau pulang sekarang? Kita bekerja lembur malam-malam. Bukankah
itu efektif?” ucap Sang Goo
“Saat
ini, aku tak bisa lembur. Kecuali tugas utama yang harus kuurus, aku sudah
membuat daftar tugas yang harus dikerjakan untuk semuanya, jadi kalian
harus...” ucap Se Hee.
“Apa kau
dapat kerja baru atau semacamnya?” tanya Bo Mi. Se Hee mengaku bukan
itu.
“Aku
hanya harus memberikan makan kucingku dan juga harus mendaur ulang.” Ucap Se
Hee. Semua hanya bisa melonggo tak percaya.
Se Hee
dan Sang Goo berada diata gedung. Sang Goo bisa memaklumi Se Hee yang kesal
karena teman yang dikenalkan untuk jadi roomatenya. Tapi menurutnya Se Hee
sudah dewasa dan tak bisa melampiskan seperti itu dan mereka itu sekarang
dengan berbisnis serta Batas waktunya cuma seminggu.
“CEO Ma...
Apa syarat pertamaku agar bekerja di sini?” ucap Se Hee. Sang Goo pikir itu
Gajinya, lalu berpikir itu itu
“Kurasa
tentang... Apa orgasme, kan?” kata Sang Goo melihat wajah Se Hee kalau artinya
salah dan mengingat kalau algoritma.
“Perusahaan
tidak bisa mematahkan prinsip algoritma hidupku. Gara-gara kau, aku tak punya
teman serumah lagi. Jadi algoritmaku hancur. Sebelum hidupku normal lagi, maka
aku tak bisa kerja lembur.” Tegas Se Hee lalu berjalan pergi.
“Oke... Akan
kucarikan dia teman serumah dan membuatnya bekerja untukku selamanya. Kau tak
tahu saja, kalau aku orangnya niat sekali.” Kata Sang Goo mengebu-gebu melihat ponselnya.
Ji Ho
duduk di minimarket dengan makan mie instant menatap apartement tinggi
didepanya, lalu bertanya-tanya Berapa banyak drama yang harus ditulis agar tinggal
di tempat seperti itu? Saat itu Hong Rang menelp.
“Apa Kau
sudah dapat apartemen?” tanya Ho Rang. Ji Ho dengan lemas kalau itu belum.
“Apa? Kau
bilang Tidak perlu deposit?” kata Ji Ho kaget. Ho Rang mengatakan Ji Ho cuma perlu bayar 300
ribu sebulan.
“Dimana
itu? Aku bisa ke sana sekarang juga.” Kata Ji Ho. Ho Rang mengatakan kalau ada
syaratnya.
Ji Ho
datang ke tempat Ho Rang berkerja di restoran. Ho Rang menawarkan minum. Ji Ho
menolak ingin tahu siapa orang yang memberikan menjadi roomatenya apakah teman
Won Seok. Ho Rang mengatakan kalau namanya Nam Se Hee yaitu teman kampusnya Woo
Seok,
”Apartemennya
ada dua kamar, dan satu kamar kecilnya yang disewakan.Jadi Intinya, dia ingin
orang yang bisa bayar sewanya dan jadi teman serumahnya.” Kata Ho Rang
“Apa itu
town house” kata Ji Ho. Ho Rang
membenakar tapi orang ini banyak sekali maunya kalau ingin pindah secepatnya.
Ji Ho tanpa berpikir setuju akan segera pindah.
“Dia butuh
satu minggu untuk penyesuaian diri.” Kata Hong Rang. Ji Ho pikir bisa walau
orang itu butuh sebulan.
“Tapi dia
agak gila. Apa Kau tak keberatan?” ucap Ho
Rang memastikan. Ji Ho pikir Ho Rang tahu kalau sudah bekerja sama penulis
paling sensitif dan gila se-Korea dan selama lima tahun terakhir sebagai
asistennya.
“Jadi,
aku sekarang ahli melayani orang gila manapun di dunia ini.” Kata Ji Ho
menyakinkan.
Ji Ho
mengerti dan akan memberitahu Won Seok untuk memberitahu Ji Ho pada temanya
itu. Ji Ho melihat mereka berdua sudah berbaikan. Ho Rang mengelak kalau hanya
kasihan. Ji Ho melihat keduanya bertengkar tak lama, dan melihat Won Seok pasti
tahu bagaimana cara membuat Ho Rang merasa lebih baik.
“Dia
memang lebih baik dari sebelumnya dan juga ahli sekarang.” Ucap Ho Rang dengan
tatapan mengoda.
“Aku tahu
apa maksudmu dan Aku tak mau dengar apapun darimu lagi.” Kata Ji Hong muak
“Semalam,
Won Seok... Dia langsung menghampiriku seperti ini.” Ucap Ho Rang sengaja
mengoda. Ji Ho langsung menutup kupingnya dan ingin memesan minuman saja.
Ji Ho
membereskan semua pakaian ke dalam koper, Ji Seok dan adik iparnya membawakan
kue sambil menyanyikan selamat ulang tahun, memberitahu kalau Eun Sol
membelikan kue ulang tahun Ji Ho dan menyuruh agar membuat permohonan lebih
dulu. Ji Ho memejamkan matanya.
“Unni,
apa permohonanmu?” tanya Eun Sol setelah Ji Ho meniupkan lilin.
“Aku
ingin jadi siput di kehidupanku selanjutnya.” Ucap Ji Ho dingin, keduanya
binggung dan ingin tahu alasanya.
“Karena
siput takkan pernah diusir.” Kata Ji Ho. Ji Seok mengeluh kakaknya sangat keterlaluan sekali dan sengaja membuat
istrinya tertekan padahal sedang hamil.
“Dia bahkan
membelikanmu kue. Inilah sebabnya aku tidak bisa tinggal denganmu.” Kata Ji
Seok marah. Ji Ho tak peduli memilih untuk segera membawa koper dan keluar dari
rumah.
Eun Sol
mengejarnya meminta agar Ji Ho tak pergi seperti ini dan bisa datang
mengunjungi kapan saja, bahkan tidak keberatan tinggal bersamanya. Ji Ho
membalikan badan merasa tak yakin dengan hal itu,
“Saat Ji Seok masih
sekolah..., hanya dua orang di apartemen itu. Aku tidak bisa membayangkanmu
beres-beres rumah, padahal Kau 'kan sedang hamil. Ji Seok juga pasti ingin aku
mengurus anakmu juga. Jadi apa kau ingin aku bekerja, beres-beres rumah dan
mengasuh bayi kalian?” ucap Ji Ho. Eun Sol hanya tertunduk diam.
“Aku tahu
kau masih muda dan belum mengerti. Jangan membuatku jadi orang jahat. Dan Katanya
kau suka dagin, jadi Belilah daging pakai uang ini. Kalau masih ada sisa
uangnya, maka pakai saja buat tagihan RS ayahmu.” Ucap Ji Ho memberikan amplop
uang dari ibunya. Eun Sol hanya diam saja tak bisa berbuat apa-apa.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar