Hong Joo
dan Jae Chan duduk di cafe bersama. Hong Joo membahas kalau Pria dalam mimpi Jae Chan yang bernama Kang
Dae Hee menyerangnya. Jae Chan membenarkan lalu ingin tahu Apa kasus yang diliput hari ini, apakah Ada
yang berbahaya atau bisa menimbulkan dendam atau yang relevan dengan jaminan
santunan kematian.
“Tidak
semuanya. Aku hanya meliput tentang kucing,
bukan manusia. Kucing jalanan.” Ucap Hong Joo. Jae Chan binggung apa maksudnya
Kucing jalanan.
“Ya.
Seseorang membunuh kucing dengan racun potassium. Mereka menyuruhku meliput
berita itu.” Ucap Hong Joo malas. Jae Chan pikir itu bagus.
“Apanya
yang bagus? Mereka malah memperlakukanku seperti anak baru saat aku kembali
bekerja.” Keluh Hong Joo
“Bukankah
lebih baik daripada melakukan sesuatu yang berbahaya? Dan kenapa kau malu-malu
begitu? Apa Kau tidak takut aku bermimpi kau sekarat karena pekerjaanmu? Itu
bisa jadi mimpi.” Kata Jae Chan
“Itu
bukan mimpi lagi. Di mana tempatnya? Apa Di gunung?” ucap Hong Joo. Jae Chan
mengatakan bukan
“Apa Kau
melihat payung hijau?” tanya Hong Joo, Jae Chan mengatakan tidak.
“Coba
Lihat... Itu bukan mimpi. Semua mimpi itu baik-baik saja. Saat aku menyeberang
jalan memegang tanganmu, maka ketakutanku, kekhawatiranku, dan lainnya, semua
kulepaskan. Kalau tidak kulepas, maka aku tidak bisa jadi reporter.” Ungkap
Hong Joo berani memegang tangan Jae Chan.
“Kau
sudah berubah.” Puji Jae Chan. Hong Joo mengodanya dengan bertanya ini semua
karena siapa. Jae Chan pun tersenyum
“Kang Dae
Hee sedang menjalani persidangan. Seorang jaksa cerdas bernama Shin Hee Min yang
akan bertanggung jawab untuk itu. Jadi Kang Dae Hee tidak akan bebas dan Tidak
perlu bagimu untuk khawatir. Sebaliknya, Nam Hong Joo berjanjilah padaku.” Kata
Jae Chan. Hong Joo bertanya berjanji apa maksudnya.
Di lorong
Hee Mi
mengumpat kesal dengan membereskan semua berkas karena Catatan berhamburan di
mana-mana karena membuatnya buruk sekali. Sekertarisnya pikir tak perlu dibahas
karena bisa saja lebih buruk. Hee Mi
pikir Semua ini karena Jaksa Jung, si mulutnya besar.
“Maaf
karena punya mulut besar.” Ucap Jae Chan berjalan mendekat. Hee Mi langsung
menutup semua berkas dilantai dengan sinis bertanya apa lagi yang dinginkannya.
“Apa Kau
mau melihat catatan itu lalu mengkritiknya?” keluh Hee Mi
“Aku tahu
kau pasti akan melakukannya dengan baik, tapi setidaknya berusahalah yang
terbaik.” Ucap Jae Chan. Hee Mi pikir Jae Chan sedang mengodanya lalu mengumpat
kesal.
“Aku
hanya menghiburmu sebagai junior. Aku serius. Tolong nyatakan Kang Dae Hee
untuk bersalah. Jaksa Shin Hee Min...” kata Jae Chan terlihat tulis mengulurkan
tanganya.
Hee Mi
seperti terkesima dengan ucapan Jae Chan akhirnya meraih tanganya, tapi jubah
jaksanya terinjak oleh kaki Jae Chan yang membuatnya kembali terjatuh. Jae Chan
melotot kaget, menanyakan keadaanya.
“Kau
pasti sengaja!” ucap Hee Mi kesal. Jae Chan mengaku kalau hanya ingin
membantunya. Hee Mi menyuruh pergi saja.
“Kau
baik-baik saja?” kata Sekertarisnya. Hee Mi menegaskan kalau tidak baik-baik
saja. Mereka berdua berjalan dengan jubah Jaksa yang harus dijahit karena
robek. Beberapa orang pun memperhatikanya.
Payung
warna hijau terlihat menuruni mobil, Yoo Bum akan masuk ke pengadilan. Jaksa
Lee masuk ruang sidang mengeser tempat duduk Sek Hee Mi dan juga Jae Chan. Jae
Chan ingin tahu tujuan Jaksa Lee datang ke persidangan. Jaksa Lee mengatakan
kalau punya banyak waktu.
“Kau
datang karena gugup dia tidak didakwa.” Ejek Jae Chan. Jaksa Lee mengelak
karena ia sangat percaya pada Hee Mi. Sidang pun dimulai.
“Terduga
Kang Dae Hee, saat hari adiknya meninggal, ia mencari segala macam dalam
ponselnya. Saat kita menggabungkan semua kata pencariannya, kita bisa melihat
motif kenapa dia membunuhnya dan merusak jalanan. Terdakwa sengaja menabrak
Terowongan Domun dan membunuh adiknya sendiri. Kemudian dia mencari saksi di
TKP.” Ucap Hee Mi memperlihatkan bukti yang dibawa.
“Dia
takut motifnya akan terungkap kalau jasad korban diotopsi, jadi dia mencari
bagaimana cara menghindarinya. Dia bergegas dengan mengkremasi mayat itu. Selama
pemakaman, dia mencari "Bagaimana cara mengklaim asuransi kematian".
Pada akhirnya..., dia mendapat 2,7 miliar Won, asuransi untuk adik
laki-lakinya.” Ucap Hee Mi
Jaksa Lee
dengan sengaja batuk sambil berkata kalau Dae Hee jahat dan mengumpatnya.
“Kalau
Anda berasumsi kalau dia membunuhnya dan mencari semua kata kunci ini, berarti
ini rencana pembunuhan. Tapi, kalau dia tidak membunuhnya dan melihat kembali
kata pencariannya, itu akan jadi cerita yang lain.” Kata Yoo Bum memperlihatkan
kalimat yang ada di layar.
“Terdakwa
tidak ingin merusak jasad korban. Dia ingin menghormati saudaranya. Itulah sebabnya dia mencari, "Bagaimana
meminta pembatalan otopsi". Karena alasan keuangan, Maka pemakaman tidak
berlangsung lama. Jadi dia harus mempersingkat pemakaman karena harganya lebih
sedikit dan mencari kata kunci "bagaimana cara mengkremasi". “ jelas
Yoo Bum membela.
“Kesedihan
karena kehilangan adiknya tidak penting dari saat tidak punya uang. Dia datang
untuk memikirkan asuransi Dan dia pikir itu adalah hadiah terakhir. Itu
sebabnya dia mencari semua kata kunci ini. Ini juga masuk akal.” Ucap Yoo Bum.
“Apanya
yang masuk akal?” komentar Jae Chan
kesal melihatnya sampai semua orang menatapnya.
“Karena
keuangannya yang sulit tidak mengalahkan saat kehilangan adiknya. Bagaimana dia
bisa membayar 400 ribu Won per bulan untuk asuransi? Terdakwa sering membayar
denda karena tidak memakai sabuk pengaman. Tapi pada hari kecelakaan itu terdakwa
memakai sabuk pengaman. Sementara Adiknya tidak memakai sabuk pengaman. Apa ini
semacam kebetulan?” ucap Hee Mi
“Dia sering
membayar denda untuk itu. Itulah sebabnya dia memakainya hari itu.” Kata Yoo
Bum
“Dia
membayar denda bahkan setelah kecelakaan mobil. Bagaimana Anda menjelaskan
ini?” kata Hee Mi
Jaksa Lee
sedang sambil batuk memuji Hee Mi, Yoo Bum pun hanya diam saja. Lalu
diperdengarkan suara rekaman Dae Hee di dalam mobil, yang bertanya apakah
adiknya mengantuk. Adiknya mengaku sangat mengantuk jadi akan tidur.
“Hari ini
pekerjaanku sangat sulit, jadi Aku lelah.” Ucap Adik Dae Hee. Dae Hee pun
menyuruh adiknya tidur saja dan akan dibangunkan nanti.
“Seperti
yang Anda lihat kamera dasbor mobil pun berpindah menghadap ke atas. Apa yang
tidak ingin dia rekam?” ucap Hee Mi
“Kalau
dia tidak ingin merekam, seharusnya dia menghapusnya. Seperti yang bisa Anda
dengar dari rekaman itu, adiknya akrab dengan kakaknya.” Ungkap Yoo Bum
“Saat aku
mendengarnya, ada satu hal yang perlu diperjelas. Kenapa Anda tidak
menginginkan otopsi? Kalau itu kecelakaan mobil, maka tidak perlu bagi Anda
untuk menunda otopsi.” Kata Hee Mi
Yoo Bum
mengangku kalau punya alasannya. Hee Mi ingin tahu alasanya.. Yoo Bum
mengatakan kalau korban tidak mati dalam kecelakaan mobil. Semua dalam ruangan
kaget termasuk Hee Mi, karena bukan seperti yang di inginkan.
Seorang
saksi duduk di tengah ruang sidang, Hee Mi bertanya apakah pria itu yang
pertama tiba di lokasi kejadian dan meminta agar menjelaskan bagaimana saat
menyelamatkannya. Saksi mengatakan kalau tempat duduk pengemudi baik-baik saja.
“Tapi, jok
penumpang hancur total karena menabrak gerbang. Jadi aku tidak bisa
menjelaskannya.” Ucap Saksi
“Terdakwa...
Apa dia menyadari hal itu?” ucap Hee Mi. Saksi membenarkan.
“Apa Dia
minta untuk menyelamatkan adiknya di jok penumpang?” kata Hee Mi. Saksi mengatakan
Tidak. Hee Mi pun menyudahi pernyataanya.
“Aku
telah membaca rekam medis dan mengatakan kalau darahnya tidak banyak. Tempat
duduk penumpang memang hancur Tapi korban tidak berdarah. Apa itu terdengar
aneh?” kata Yoo Bum.
Tuan Choi
melihat tubuh korban kalau Kecelakaan mobil parah, tapi darah tidak banyak.
Jaksa Lee mulai tegang, Yoo Bum pikir
artinya adikn Dae Hee ada bekas luka
tapi tidak ada darah atau Bisa jadi karena bekas luka itu dibuat setelah mati.
“Yang
Mulia, pengacara membuat pernyataan hipotetis.” Ucap Hee Mi langsung berdiri
“Aku
hanya menyimpulkan kalau korban tidak meninggal karena kecelakaan mobil. Aku
hanya mendukung pendapatku sendiri.” Tegas Yoo Bum
“Apa Anda
bilang korban tidak meninggal karena kecelakaan mobil?” kata Hakim Kim
“Bagi
kami, klaim oleh jaksa bahwa korban meninggal dalam kecelakaan mobil terdengar
lebih seperti pernyataan hipotetis kebenaran.” Kata Yoo Bum, Hakim meminta agar
memberikan bukti itu.
“Suhu
tubuh korban tepat setelah kecelakaan mencapai 35˚C. Bukankah ini terlalu
rendah untuk dianggap sebagai suhu tepat setelah kematian?” kata Yoo Bum
“Ya,
ketika seseorang meninggal, suhu tubuh menurun 1,5˚C per jam.” Kata saksi
“Ini
berarti perbedaannya lebih dari 1,5˚C. Apa Artinya lebih dari satu jam sejak kematiannya?”
kata Yoo Bum. Saksi membenarkan.
“Dikatakan
bahwa kadar oksigennya nol. Apa jumlahnya normal?” ucap Yoo Bum. Saksi
mengatakan tidak karena biasanya tidak tepat setelah kematian dan Perlu waktu
lebih dari 1 jam untuk mencapai nol.
“Semua
catatan di sini membuktikan bahwa korban meninggal sebelum kecelakaan mobil
Inilah faktanya dan bukan pernyataan hipotetis.” Tegas Yoo Bum bisa membela
klien dari mulutnya.
Hyang Mi
menerima pesan dari sidang lalu memberitahu Tuan Choi kalau Pengacara Lee mengklaim bahwa korban tidak
meninggal karena kecelakaan mobil, tapi Korban meninggal sebelum kecelakaan.
Tuan Choi kaget mendengarnya.
“Bukannya
kau juga memeriksanya? Kau bilang itu kecelakaan biasa.” Ucap Hyang Mi
“Itu memang
kecelakaan mobil biasa, tapi korban tidak berdarah banyak. Woah. Pengacara Lee
berpegang pada hal itu.” Ucap Tuan Choi tak percaya
“Entah
dia meninggal karena kecelakaan mobil atau tidak..., tapi korban dibunuh demi
santunan kematian, kan?” kata Hyang Mi. Tuan Choi mengatakan kalau ini berbeda
lagi ceritanya.
“Seorang
jaksa sudah mendakwanya karena membunuh dalam kecelakaan mobil. Kalau ini bukan
kecelakaan mobil yang menewaskan korban, maka tidak peduli bagaimana korban
meninggal, sidang ini akan menyatakan pembebasan.” Jelas Tuan Choi
“Tidak,
misalnya saja korban meninggal karena sesuatu yang lain. Korban berada di dalam
mobil sebelum dan sesudahnya. Dan di mobil hanya ada korban dan kakaknya. Lalu
hanya ada satu orang yang cenderung membunuh yang lain. Bagaimana dia bisa
mengaku bersalah?” ucap Hwang Mi kesal.
Yoo Bum
mengatakan kalau korban bisa saja meninggal karena serangan jantung. Semua
kaget, Yoo Bum memberitahu Pada hari kejadian itu, korban mengalami kesulitan
saat mengirim pesan dan saat tertidur, korban bisa saja meninggal karena
serangan jantung.
“Setelah
kematiannya, terjadi kecelakaan mobil.” Kata Yoo Bum. Hee Mi langsung
mengatakan kalau Itu tidak masuk akal.
“Ini
sangat masuk akal. Aku sebenarnya ingin tahu bagaimana korban bisa meninggal.
Tapi Sangat disayangkan, Kalau ada salah satu dari kami melakukan otopsi maka
kami sudah punya bukti kuat. Tapi, tidak ada satu pun yang menemukan bukti kuat
itu.” Ucap Yoo Bum menyindir Jaksa Lee
“Setiap
bukti tidak langsung tidak boleh bertentangan. Suhu tubuh korban, tingkat
kejenuhan oksigen dan pernyataan pria penyelamat itu semua bertentangan dengan
apa yang jaksa katakan. Tentu saja, kejadian itu mungkin memberi pemikiran
bahwa terdakwa membunuh saudaranya sendiri.” Jelas Yoo Bum
“Tapi,
walaupun ada 99 persen meyakinkan... Kalau ada satu persen kemungkinan kematian
korban karena serangan jantung maka terdakwa dinyatakan tidak bersalah.” Kata
Yoo Bum lalu duduk diam dalam ruangan” tegas Yoo Bum. Hee Mi menahan amarah
begitu juga Jae Chan hanya bisa menghela nafas. Cha Hee duduk diruang sidang
hanya bisa menangis.
Flash Back
Yoo Bum
bertanya kalau Dae Hee tidak terbunuh dalam kecelakaan mobil, bagaimana membunuh
adiknya. Dae Hee mengaku mengunakan Potassium sianida, lalu menceritakan Awalnya,
kucing jalanan selalu membuat keributan Jadi memberi makan kucing untuk
membunuh mereka Dan smendapat hasil yaitu 100 persen.
“Kenapa
Anda melakukan ini terhadap adik Anda?” ucap Yoo Bum
“Kecelakaan
mobil tidak menjamin 100 persen. Kalau dia kembali sadar, maka aku bisa
mendapat masalah. Jadi saya menggunakan racun potassium sianida Dan berhasil
100 persen.” Jelas Dae Hee tanpa rasa bersalah.
“Apa polisi
tidak mengetahuinya?” ucap Yoo Bum. Dae Hee mengatakan tak tahu
“Mereka
tidak akan pernah tahu karena aku sudah mengkremasi tubuhnya.”kata Dae Hee
yakin.
Jae Chan
bicara dengan Jaksa Park kalau Ini sudah
jelas Kang Dae Hee membunuh saudaranya dan apakah merkea benar-benar harus
menerima bahwa tidak bersalah. Jaksa So
pikir mereka juga akan salah jika menuntutnya.
“Kalau bukan
kecelakaan mobil, lalu apa?” ucap Jaksa Son. Hee Mi merasa kesal kala
seharusnya tidak mengatakan ini sekarang.
“Tapi kenapa
kau tidak melakukan otopsi? Ini semua karena kau tidak melakukan otopsi.”ucap
Hee Mi dengan nada kesal. Jaksa Lee terlihat tak bisa menjelaskan.
“Semua
dokter dan polisi bilang itu adalah kecelakaan mobil. Keluarga korban meninggal
dalam kesedihan. Bagaimana bisa kita meminta untuk membedah jasad korban? Apa Itu
sangat sulit meminta pada pihak keluarga?” ucap Jaksa Son
“Tidak bisakah
kita mengeluarkan surat perintah lain pada hari pembebasannya? Kalau kita
melepaskannya seperti ini, maka dia akan melakukan kejahatan yang lebih besar.”
Kata Jae Chan
“Kau
bilang Mengeluarkan surat perintah tentang apa? Kita tidak tahu bagaimana dia
meninggal.” Kata Jaksa Park
Jae Chan
mulai mengeluh pada atasanya. Jaksa Park menegaskan kalau ia juga tidak ingin
melepaskan tersangka Tapi mereka tidak bisa mengabaikan aturan hukum dan
mengeluarkan surat perintah tanpa alasan, bahkan tidak bisa menangkapnya. Jaksa
Son pikir kalau ini masalah besar karena mereka tidak tahu bagaimana korban
meninggal, jadi tersangka tidak bersalah.
“Pengadilan
Distrik Seoul Hangang, Departemen Investigasi Kriminal Dua akan mengumumkan
putusannya. Tahun 2016, nomor 2029. Terdakwa Kang Dae Hee..., untuk kasus
pembunuhan ini, tidak dikenakan denda dengan memalsukan pembunuhan kecelakaan
mobil, namun mengaku korban tewas sebelum kecelakaan itu.” Ucap Hakim
Kejadian
sebenarnya, Dae Hee dengan sengaja mengarakan kamera ke atas. Ia menjemput
adiknya yang pulang les, lalu memberikan minuman untuk adiknya. Adiknya
terlihat sudah tak sadarkan diri, Dae Hee sengaja membuka sabuk pengaman lalu
menabrakan mobilnya.
“Dia menolak tuduhan membunuh
korban. Menurut bukti bahwa jaksa telah mengajukan, terdakwa mendaftarkan
asuransi atas nama korban. Meski memiliki keuangan yang sulit, dia telah
memberikan asuransinya setiap bulannya. Dia telah mempertahankan jumlah asuransi
yang tidak masuk akal itu. Dia juga mengklaim santunan kematian, saat pemakaman
saudaranya sendiri.”
Dae Hee
menangis histeris melihat adiknya yang sudah dikeremasi, tapi ada senyuman
bahagia karena bisa menerima uang asuransi. Adiknya yang mendengar putusan
hakim, terlihat menangis. Yoo Bum duduk seperti tak percaya diri.
“Fakta yang tunduk pada penilaian memang
ada dalam asumsi tidak langsung. Namun, dalam kasus ini, kami tidak yakin kalau
korban tewas dalam kecelakaan mobil. Kami juga tidak yakin apa motif terdakwa
sudah jelas. Pertanyaan-pertanyaan ini tetap ada di sini.”
Dae Hee
sudah melepaskan baju tahannya dan akhirnya keluar menemui Yoo Bum lalu
menjabat tangan bahagia karena sudah bisa membebaskanya.
“Dengan asumsi tidak langsung, tuduhan
tersebut tidak memiliki cukup bukti. Selanjutnya, tidak ada bukti langsung untuk
membuktikan kasus tersebut. Tuduhan untuk kasus ini hanya berlaku saat
kejahatan tidak memiliki bukti lain. Pada bagian selanjutnya dari Hukum Pidana
Pasal 325 dengan ini saya menjatuhkan hukuman kepada terdakwa.”
Jae Chan
melihat dari lantai dua, Yoo Bum dan Dae Hee yang saling berjabat tangan. Yoo
Bum pergi ke toilet, langsung mencuci tanganya dengan cepat mengumpat kalau Dae
Hee itu sangat menyebalkan bahkan harus berjabat tangan dengannya sambil
tersenyum.
“Kau
banyak berubah, Lee Yoo Bum.” Ungkap Yoo Bum menahan tangisnya dan karena
terlalu keras mengosoknya membuat tanganya terluka.
Jae Chan
menemui Yoo Bum di toilet. Yoo Bum mengejek Jae Chan yang berusaha mengikutinya
sekarang. Jae Chan tahu kalau Kang Dae Hee tidak bertanggung jawab dan Kasus
yang ditangani Yoo Bum sudah selesai, jadi meminta agar mengatakan padanya. Yoo
Bum tak peduli memilih pergi.
“Kalau
bukan karena kecelakaan mobil, bagaimana dia bisa membunuhnya? Apa Kau tahu?
Hyung, kumohon... Beri tahu aku bagaimana dia membunuhnya. Aku harus tahu,
supaya bisa membuat surat perintah penangkapan baru.” Ucap Jae Chan.
“Kenapa bertanya
padaku? Kau harus cari sendiri. Kenapa malah tanya padaku?” ucap Yoo Bum sinis.
Jae Chan memohon karena semua sudah berakhir.
“Kenapa
kau memohon padaku jawaban yang sebenarnya?”ucap Yoo Bum
“Kang Dae
Hee, si brengsek itu, telah mendaftarkan begitu banyak asuransi atas nama adik
perempuannya juga. Kalau kita membiarkannya pergi, dia juga akan membunuhnya. Kalau
dia membunuh lebih banyak orang, maka kaulah yang akan disalahkan!” kata Jae
Chan. Yoo Bum heran kenapa ia harus
disalahkan.
“Kenapa
menyalahkanku? Walau dia membunuh lebih banyak orang, maka aku tidak ada
hubungannya dengan itu. Ini kesalahan jaksa penuntut yang tidak bisa memberikan
bukti yang cukup! Jadi siapa yang memberitahumu untuk mengandalkannya sebelum
mencari bukti? Harusnya kau cari bukti agar menangkap orang bersalah itu! Aku
melakukan pekerjaanku sebagai pengacara. Apa pun yang terjadi ke depannya, itu
sudah tidak ada hubungannya lagi denganku. Kau itu jaksa penuntut. Jadi
belajarlah dari situ.” Tegas Yoo Bum pada Jae Chan. Saat Hee Mi juga bisa
mendengar semua ucapan Yoo Bum.
Di
ruangan
Jae Chan
terdiam seperti memikirkan caranya karena tak ingin Hong Joo terluka. Hyang Mi
bertanya-tanya karena Jae Chan yang terobsesi
dengan kasus Jaksa Shin. Tuan Choi pikir kalau Jae Chan menyukai Hee Mi.
Jae Chan
mengingat kembali mimpinya Hong Joo dikejar oleh Dae Hee lalu menelp seseorang
dengan nama “Kotoran Kecil” dan di ponsel Hong Joo terlihat nama “Kepiting
Youngdeok”. Hong Joo pun mengangkat nanyakan kabar karena selama ini tidak pernah
meneleponnya. Jae Chan ingin tahu keberadaan Hong Joo sekarang.
“Aku berada
di Kantor Polisi Unit Tiga, menyelidiki kucing jalanan.” Kata Hong Joo yang
duduk bersama Woo Tak
“Apa
tidak ada yang terjadi?” tanya Jae Chan. Hong Joo mengaku kalau mengharapkan sesuatu terjadi, jadi bisa
melaporkan sesuatu pada seniornya.
“Kalau
ada yang tidak beres, maka telepon saja aku.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengerti.
Lalu menutup telp.
“Maaf,
aku terlalu banyak mengambil waktumu.” Kata Hong Joo. Woo Tak pikir tak masalah
dan ingin mengantarnya pulang.
Di depan
kantor
Woo Tak
memberitahu kalau Hari ini sangat sepi jadi tidak ada yang bisa dibicarakan.
Hong Joo berpikir kalau Woo Tak pernah bertanya sesuatu tentang hal itu. Woo
Tak mengaku ada anak kecil bilang kalau mereka melihat ada seorang pria memberi
makan kucing dengan sepotong ayam.
“Tapi
kami tidak tahu siapa pria itu.” Ucap Woo Tak. Hong Joo memikirkan tentang
ayam.
“Aku juga
pernah melihat seorang pria yang juga memberi makan kucing dengan sepotong
ayam.” Ucap Hong Joo
“Benarkah?
Apa Kau kenal pria itu?” kata Woo Tak. Hong Joo membenarkan.
Jae Chan
mencari-cari alasan Kenapa Kang Dae Hee menyerang Hong Joo, karena mereka tidak
ada kesamaan. Dengan mimpinya yang memperlihatkan barang bukti Tuan Kang
sebagai pelaku pembunuhan, Lalu mengingat ucapan Yoo Bum saat di persidangan
“Semua catatan di sini. membuktikan bahwa korban meninggal sebelum kecelakaan
mobil. Inilah faktanya.”
Ia
mengingat juga ucapan Hong Joo “Seseorang membunuh kucing dengan racun
potassium. Mereka menyuruhku meliput berita itu.” Jae Chan tiba-tiba panik dan
langsung memanggil Tuan Choi. Tuan Choi kaget dan buru-buru menjauhkan
ponselnya mengaku hanya membaca pesa spam saja.
“Saat kau
memeriksa tubuh korban untuk kasus Kang Dae Hee, apa ada kemungkinan korban
diracun?” ucap Jae Chan.
“Tidak
tahu. Aku bahkan belum memikirkannya.” Ucap Tuan Choi lalu tiba-tiba seperti
melihat sesuatu. Hyang Mi ketakutan melihat sikap Tuan Choi.
“Ada yang
terlintas di pikiranku saat kau mengatakan "racun". Warna darahnya!”
ucap Tuan Choi mengingat saat melihat mayat.
“Ya,
biasanya warna darah berwarna merah kebiruan. Tapi warna darah korbann merah
jambu, mendekati oranye. Ini adalah gejala bagi mereka yang terinfeksi dengan
itu.” Kata Tuan Choi berusaha mengingatnya.
“Yang biasa
membunuh seseorang. Yang itu...” kata Tuan Choi. Jae Chan menyebut “Potasium
sianida”. Tuan Choi membenarkan.
“Darah
berubah menjadi hijau kalau kau memakannya! “ kata Tuan Choi. Jae Chan langsung
keluar ruangan. Tuan Choi ingin tahu kemana Jae Chan akan pergi, Hyang Mi
ketakutan melihat kasusnya kali ini.
Dae Hee
pulang ke restoran melihat adiknya seperti sudah menunggunya, berpikir kalau
sangat mengkhawatirkanya. Cho Hee menarik tanganya tak ingin disentuh oleh kakaknya
dan langsung berdiri. Ia mengatakan
kalau ia ada di pihak kakaknya.
“Tidak peduli
apa yang jaksa katakan, aku bersikeras kakakku tidak melakukannya.” Ucap Cho
Hee. Dae Hee bertanya apa adiknya itu mengetahuinya.
“Tentu,
aku tahu...Aku di sini karena apa yang kau katakan. Aku pergi untuk melihat
persidanganmu.” Ucap Cho Hee
“Kenapa?
Sudah kubilang jangan pergi.” Kata Dae Hee mengeluh pada adiknya.
“Suara
dari kamera itu, Itu bukan suaranya. Tapi Kedua suara itu milikmu.” Kata Cho
Hee.
Flash Back
Di dalam
mobil, dengan kamera mengarahk ke atas. Dae Hee sengaja berpura-pura menanyakan
pada adiknya apakah mengantuk. Terlihat adiknya seperti sudah tak sadarkan
diri. Dae Hee pun sengaja membuat suara seperti adiknya kalau mengantuk dan
sangat lelah. Ia pun menyuruh adiknya agar tidur saja dan kecelakaan itu pun
terjadi.
“Oppa...,
Apa kau benar-benar membunuhnya?” ucap Cho Hee benar-benar tak percaya
Saat itu
Hong Joo dan Woo Tak sampai di depan restoran ayam. Woo Tak memastikan dulu
kalau memang itu tempatnya. Hong Joo
membenarkan kalau pernah melihat pemiliknya memberikan ayam pada kucing. Woo
Tak meminta Hong Joo agar menungu diluar dan menelp polisi kalau terjadi
sesuatu.
“Permisi..
Apa Ada orang?” ucap Woo Tak mulai masuk. Adik Woo Tak terlihat ketakutan, Woo
Tak hanya diam saja.
“Pak, apa
semuanya baik-baik saja?” kata Woo Tak mendekat, tapi saat itu Dae Hee langsung
menusuknya dengan pisau.
Hong Joo
baru saja mengeluarkan ponsel kaget melihat Woo Tak sudah ditusuk, lalu masuk
berusaha membantu dengan memukul mengunakan bangku. Woo Tak sengaja menahan
kaki Dae Hee menyuruh Hong Joo agar segera lari. Hong Joo terlihat kebingungan
akhirnya menarik Cho Hee untuk segera pergi.
Woo Tak
berusaha menahan Dae Hee agar tak mengejarnya, Dae Hee sempat jatuh tapi
akhirnya menginjak luka Woo Tak yang
membuatnya kesakitan.
Hong Joo
sengaja berlari ke bagian tangga, lalu melempar sepatunya ke lantai bawah lalu
berlari kebagian atas.
“Apa Kau
punya ponsel?” ucap Hong Joo. Cho Hee mengelengkan kepala karena tertinggal di
toko.
Hong Joo
kebingungan dengan keadaanya sekarang, di lantai bawah Woo Tak sudah tergeletak
tak berdaya lalu ponsel Hong Joo jatuh dan suara polisi yang ingin tahu
keberadaanya. Woo Tak tak bisa bergerak seperti tak bisa menahanya rasa
sakitnya, lalu tak sadarkan diri.
Dae Hee
mengejar keduanya dan melihat sepatu dilantai bawah akhirnya pergi ke lantai
bawah. Hong Joo sudah sampai diatap gedung. Hong Joo bersembunyi dibalik terpal
tanpa sepatu. Lalu mengingat dengan ucapanya saat bertemu dengan Jae Chan
sebelumnya.
“Tapi,
Nam Hong Joo, berjanjilah padaku. Kalau sesuatu yang berbahaya terjadi padamu,
maka aku juga bisa melihatnya dalam mimpiku.” Kata Jae Chan. Hong Joo seperti
berharap Jae Chan bisa melihatnya.
“Kalau
kau melihat ini dalam mimpimu... Kalau saat yang berbahaya datang, katakan
padaku supaya aku bisa menyelamatkanmu.” Kata Jae Chan
“Jae
Chan.. Kumohon... Datanglah sebelum terlambat.” Ungkap Hong Joo memohon
“Katakan
padaku waktu dan tempatnya jadi aku bisa mengetahuinya dalam mimpiku.” Ungkap
Jae Chan.
Hong Joo
menyebut tempatnya di Sanggu-dong, Gedung
Suju. Di bagian atap, tanggal 11 April, Jam 10:12 malam lalu memanggil nama Jae
Chan. Tapi saat itu terpal dibuka, bukan Jae Chan yang datang tapi Dae Hee yang
bisa menemukan keberadaan keduanya. Hong
Joo dan Cho Hee menjerit ketakutan dan saat itu lampu dibagian atap menyala.
Sosok Jae Chan datang dari kegelapan.
“Kang Dae
Hee! Anda ditangkap karena telah meracuni saudara Anda sampai mati. Anda
memalsukan kecelakaan mobil untuk menutupinya Dan mengklaim asuransi palsu.
Anda ditangkap.” Ucap Jae Chan memperlihatkan surat penangkapan.
Bersambung
ke episode 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar