PS
: All images credit and content copyright : KBS
Kyung Jae
dan So Ran menunggu di dalam gereja, melihat Tuan Oh hanya diam saja didepan
buku permohonan. So Ran tak tahan meminta agar Tuan Oh bisa lebih cepat. Tuan
Oh tetap diam saja didepan buku seperti banyak menuliskan permohonan. Akhirnya Kyung Jae mengajak agar menunggu di
bangku gereja saja.
“Astaga,
apa dia sedang menulis sebuah novel?” keluh So Ran. Kyung Jae ingin tahu apa
yang akan ditulis So Ran nanti.
“Aku akan
meminta kenaikan gaji.” Ucap So Ran. Kyung Jae pikir So Ran harus menuliskannya
di papan buletin perusahaan.
“Aku akan
mendapat masalah jika aku melakukan itu. Lalu Apa yang akan kau tulis?” tanya
So Ran
“Aku? Aku
akan meminta investasi. Lalu aku bisa merentangkan sayapku dan terbang.” Kata
Kyung Jae.
“Jika kau
terus berharap, maka Kau mungkin hanya menjadi burung.”ejek So Ran
“Aku akan
tahu dalam dua sampai tiga hari. Aku pergi ke perguruan tinggi yang sama dengan
investor Dia juga senior SMA-ku.” Kata Kyung Jae.
“Seniormu
itu. Apa dia bisa dipercaya?” ucap So Ran ragu. Kyung Jae pikir itu sudah pasti
karena mereka seperti saudara.
“Dia
bilang akan bertanggung jawab atas segalanya. Jangan khawatir.” Kata Kyung Jae.
Flash Back
So Ran
duduk bersama dengan Ketua Tim di sebuah cafe. Ketua Tim bertanya apakan So Ran
ingin memimpin keseluruhan proyek setelah perpanjangan kontrak. So Ran kaget
karena tiba-tiba di minta tapi menurutnya itu Tidak mungkin.
“Apa kau
ingat apa yang ku katakan tentang desainmu saat sampai di sini?” ucap Ketua Tim
“Ya, Kau
bilang mereka tidak berperasaan.” Kata So Ran
“Jika kau
tetap di bidang ini, maka Kau melakukan kebiasaanmu. Tapi aku suka kau tidak
melakukannya.” Komentar Ketua Tim.
“Tapi
bagaimana jika aku melakukan semuanya sendiri dan merusaknya?” kata So Ran
ragu.
“Aku akan
bertanggung jawab untuk itu, Jadi Jangan khawatir.” Kata Ketua Tim.
“Lalu,
haruskah aku membuat draft konsep ini dulu?” ucap So Ran bersemangat.
Ketua Tim
melihat permintaan liburan So Ran dan ingin tahu apakah akan pergi ke suatu
tempat. So Ran menjawab kalau akan pergi ke Prancis, Ketua Tim tahu SO ran akan berlibur dan ingin
tahu akan pergi dengan siapa. So Ran hanya diam saja.
So So
membawa Ma Roo ke pemakaman menjelaskan Adik Vincent adalah Theodore van Gogh dan
keduanya sering saling menulis. Dengan Sang Kakak yang menulis bahwa sangat
lelah dan membutuhkan kekuatan lalu adik laki-lakinya menghibur dan mengatakan bahwa
kakaknya sedang melakukan pekerjaan dengan baik.
“Van Gogh
hanya bisa menjual satu lukisan saat dia masih hidup. Dia adalah pelukis yang
malang, tapi saudaranya percaya padanya sampai akhir.” Ucap So So
“Apa dia
benar-benar mempercayainya, atau dia hanya memberinya keberanian?” tanya Ma
Roo.
“Aku
tidak yakin, tapi aku pikir dia benar-benar percaya padanya. Dia mungkin
benar-benar percaya pada keahliannya Atau mungkin dia terus percaya karena dia
sudah mulai.” Kata So So. Ma Roo terdiam mengingat kembali saat kejadian di
kantor.
Flash Back
Ma Roo
bertanya pada Nona Oh apakah bisa
mempercayai sampai akhir. Nona Oh mengatakan aklau akan percaya pada Ma Roo sampai
akhir.
“Tidak
ada yang akan percaya padamu sampai akhir.” Kata Ma Roo. Soo So pikir kalau itu
mungkin saja. Ma Roo seperti masih belum percaya.
“Aku
punya seseorang.” Ungkap So So. Ma Roo mengaku iri mendengaanya.
“Ini adalah
beban untuk hidup dengan kepercayaan orang lain di pundakku. Jadi Haruskah kita
menulis keinginan kita di buku catatan di gereja?” ucap So So
“Apa
keinginan kita benar-benar akan menjadi kenyataan?” tanya Ma Roo seperti tak
yakin.
“Gereja
itu katanya sangat diberkati.” Ucap So So berjalan bersama Ma Roo keluar dari
pemakaman. Nyonya Han pun ikut berjalan perlahan keluar dari pemakaman.
Flash Back
Nyonya
Han pikir banyak orang yang bertanya-tanya “Kemana mereka pergi?” dan mereka akan
pergi ke suatu tempat yang bagus, tapi ingin tahu dimana tempat itu. Bus mulai meyusuri jalan keluar dari desa dan
matahari sudah terbenam.
“Dimana...
apa semua orang pergi? Kita bahkan tidak tahu ke mana kita akan pergi dalam
kehidupa. Jadi bagaimana kita tahu ke mana kita pergi setelah mati? Kita semua
hidup tanpa mengetahui apapun. Dan mati tanpa mengetahui apapun.” Gumam Nyonya
Han menatap keluar jendela dengan semua anggota tur tertidur karena lelah.
“Mont Saint-Michel
adalah Situs Warisan Dunia UNESCO pertama di Perancis. Ini terlihat seperti
sebuah kastil, tapi itu adalah sebuah biara. Jemaahnya di abad pertengahan menyebutnya
sebagai tempat para malaikat. Dan Victor Hugo, yang menulis Les Misérables,
Menyatakannya sebagai piramida samudra, seperti yang ada di Mesir.” Jelas So So
memperlihatakan seperti sebuah geraja yang berbentuk menara ketika melewati
dengan bus.
So So
memberikan masing-masing kunci kamar,
lalu memberitahu kalau tempat Biara
itu terlihat dekat, tapi jaraknya adalah satu jam lagi, jadi meminta agar tetap
di hotel.
“Setelah
makan malam, lebih baik istirahat dan berkumpul di sini jam 8 pagi.” Jelas So
So
“Apa kita
makan makanan Perancis untuk makan malam?” tanya Tuan Oh. So So mengatakan tidak.
“Karena
kami datang jauh-jauh, maka kita akan makan makanan Italia hari ini.” Ucap So
So. Tuan Oh mengeluh kalau itu sama saja.
“Apa ada
restoran Korea?” tanya Tuan Oh. So So menjawab tidak. Tuan Oh bertanya apakah
tak ada Disekitar sini.
“Hentikan.
Dia bilang tidak ada.” Kata Nyonya Han mencoba untuk menenangkan suaminya.
“Orang
perlu makan nasi... Kami terus makan makanan hambar.” Keluh Tuan Oh, Nyonya Han
mendorong suaminya untuk segera masuk kamar sambil bertanya jam berapa mereka
akan makan malam.
Semua
berkumpul untuk makan malam direstoran, Tuan Oh mengeluarkan nasi dan juga
ramyun diatas meja lalu meminta pelayan agar memberikan air panas. Tapi si
pelayan tak mengubrisnya, Tuan Oh marah karena Seorang pelanggan memanggilnya.
“Kau
tidak bisa melakukan itu.” Kata So So.
“Lalu aku
harus memanggilnya pelayan? Hei.. Pelayan.” Kata Tuan Oh dengan nada sedikit
tinggi.
“Kau
tidak seharusnya memanggilnya. Jika kau memilih dan meletakkan menumu dibawah
kursi maka mereka akan datang ke sini sendiri. Dan saat kau masuk, maka Kau
harus duduk di tempat mereka mengarahkanmu.” Jelas So So
“Aku bisa
duduk dimana saja yang aku mau! Pelanggannya adalah raja.” Kata Tuan Oh keras
kepaal
“Itu Di
antara persepsi yang tidak boleh kau miliki di Perancis dan kalimat
"Pelanggan adalah raja" adalah salah satunya. Dan Ini bukan lelucon,
yaitu Perancis membunuh raja mereka.” Kata So So
“Lalu Siapa
yang membunuh raja?” tanya Tuan Oh. So So menjawab yaitu Masyarakat.
“Mereka
semua pengkhianat!” keluh Tuan Oh dan kembali meminta ari panas pada So So.
“Kau
tidak bisa makan di restoran.” Kata So So. Tuan Oh bertanyaSiapa yang
mengatakan itu. So So pikir itu berhubungan dengan sopan santun?
“Sejak
kapan ramen adalah makanan yang tidak berperasaan?” keluh Tuan Oh
“Aku telah
melihat banyak orang Korea makan ramen di sarapan hotel dan restoran terkenal.
Tapi mereka tidak menyukainya. Pelanggan mereka yang lainya mungkin tidak
menyukai bau ramen. Dan itu juga tidak menghormati restoran itu.” Kata So So
“Kau benar.
Hal ini mirip dengan jika pelanggan datang ke restoranku Dan memesan mie kacang
hitam.” Keluh Nyonya Han. Tuan Oh pun seperti mulai merasakananya.
“Kau
seharusnya sudah memberi tahuku sebelumnya... Jadi Baiklah, ini akan menjadi yang
terakhir kalinya.” Kata Tuan Oh tetap meminta agar bisa memakan ramyun.
Nyonya
Han kembali meminta agar suaminya berhenti saja. Tuan Oh bersikukuh kalau butuh
kuah sup untuk makan makanan dan meminta air panas. So Ran kembali mengeluh
Tuan Oh itu terlalu berisik dan terus melakukan ini. Tuan Oh tak peduli tetap
meminta air panas untuk ramyun dan berjanji kalau ini yang terakhir.
Flash Back
“Sepanjang
hidupku, aku khawatir dengan apa yang dipikirkan suamiku. Dan khawatir dengan
apa yang dipikirkan orang lain karena suamiku.” Cerita Nyonya Han.
“Kau
pasti berpikir "Semua pasangan lainnya hidup dengan bahagia, Lalu kenapa
aku tidak? Ini Tidak akan membaik, jadi aku akan mati saja." Jadi Itukah
yang kau rasakan?”kata Dokter.
“Kau bisa
menjadi peramal.” Ungkap Nyonya Han tersenyum mendengarnya.
Nyonya
Han duduk di bangku kamar menatap ke arah pemandangan diluar jendela, Tuan Oh
sudah ada ditempat tidur berpikir sang istri juga akan tidur. Nyonya Han
mengerti. Tuan Oh meminta istrinya agar cepat tidur.
“Haruskah
kita menjual restoran kita?” kata Tuan Oh.
“Kita
hanya akan mendapatkan 50 sampai 60 juta dari uang jaminan kita. Bisakah kita
pensiun?” ungkap Nyonya Han.
“Kita
bisa menjual semuanya dan bersenang-senang dan Bagus juga untuk berkeliling.”
Ucap Tuan Oh. Nyonya Han menyuruh suaminya agar tidur saja.
“Bukannya
itu baik?” kata Tuan Oh. Nyonya Han tak membahasnya, menyuruh tidur saja. Tuan Oh pikir istrinya
tak suka.
“Aku
menyuruhmu tidur.” Kata Nyonya Han menatap keluar jendela dengan sedikit bibir
yang tersenyum.
Ma Roo ada
dikamar, saat melihat ponselnya berdering wajahnya terlihat sangat malas. Nona
Oh menelp, bertanya apakah Ma Roo sudah tiba di Mont Saint-Michel. Ma Roo
membenarkan. Nona Oh pikir Ma Roo benar-benar gila.
“Apa yang
ingin kau katakan?” ucap Ma Roo seperti tak ingin berlama-lama bicara.
“Kembalilah
bekerja, lalu tangani arsipnya, dan minta maaflah.” Ucap Nona Oh seperti
membujuk Ma Roo.
“Aku
tidak melakukan kesalahan. Jadi Tidak bisakah kau ada di sisiku?” kata Ma Roo
dengan nada penuh amarah.
“Berada sisimu
tidak akan menyelesaikan apapun. Kau lalai dengan absen tanpa pemberitahuan.
Jadi Tangani filenya, kembali bekerja, dan minta maaflah. Kau pasti tahu
seberapa menakutkan perusahaan itu.” Kata Nona Oh
“Jadi Itukah sebabnya kau tidak datang? Apa kau
takut?” ucap Ma Roo menyindiri. Nona Oh
meminta Ma Roo agar Jangan bicara seperti itu.
“Kau
bilang akan mempercayaiku sampai akhir.” Kata Ma Roo
“Apa aku
salah karena tidak berlibur denganmu?” tanya Nona Oh, Ma Roo membenarkan.
“Apa aku
mengkhianatimu?” tanya Nona Oh. Ma Roo pikir itu sudah pasti.
“Apa kau
bodoh? Lalu Apa ada yang berada sisimu di tempat ini? Akulah satu-satunya yang
bisa melindungimu. Kenapa kau tidak menyadarinya? Jadi Hentikan dan kembalilah
saja.” Kata Nona Oh
Ma Roo
bertanya Kembali kemana, apakah Kepada Nona Oh Atau untuk perusahaan, Nona Oh
mengatakan kalau Keduanya, lalu memuji Ma Roo
adalah orang pemberani.
“Kau
perlu keberanian untuk mengubah dunia, tapi kau juga perlu keberanian untuk
mempertahankannya. Mari kita lebih bijaksana, oke? Mari selesaikan masalah ini
dan pergi berlibur akhir tahun. Saat Natal nanti. Aku akan menunggu. Cepatlah
kembali.” Ucap Nona Oh, Ma Roo hanya diam saja.
“Dapatkah
kau menjawabku, Ma Roo?” kata Nona Oh. Ma Roo mengerti dan akan memeriksa apa ada
penerbangan untuk besok. Nona Oh mengucapkan terimakasih dan akan menutup
telpnya dan mengaku masih mencintainya.
Flash Back
Ma Roo
memberitahu kalau mencetaknya karena curiga menurutnya Perusahaan ini melakukan
hal yang aneh. Nona Oh memperlihatkan berkas yang dibawa Ma Roo. Ma Roo pikir
Nona Oh tahu obat yang disumbangkan ke Afrika.
“Aku
memeriksanya lagi karena nomor inventarisnya tidak aktif. Ini bukan obat biasa,
tapi obat baru yang masih dalam pengembangan.
Dan Bagaimana mereka bisa menyumbangkan obat yang masih dalam
pengembangan?” kata Ma Roo benar-benar heran.
“Bagaimana
kau menemukan ini?” tanya Nona Oh panik.
“Aku
masuk server dengan ID Kepala.” Kata Ma Ro. Nona Oh heran kenapa Ma Roo
menggunakan ID nya
“Dia
meminta kepala untuk melakukan sesuatu dan dia menyerahkannya padaku. Bahkan Dia
memberiku ID dan kata sandinya.” Jelas Ma Roo.
Nona Oh
pikir bisa gila memikirkan hal ini dan minta Ma Roo agar Pura-pura saja tidak
tahu. Ma Ro pikir tak mungkin bisa melakukan itu, karena Ini adalah pengujian
farmasi. Nona Oh pikir Ma Roo tidak bisa melakukan ini dan mungkin satu-satunya
orang yang terluka.
“Akulah
yang memimpin proyek sumbangan obat.” Kata Ma Roo. Nona Oh menegaskan Ma Roo
yang tak tahu.
“Jika aku
tahu, Aku akan menjadi orang jahat. Dan jika aku tidak tahu, itu akan membuat Aku
adalah orang yang menyedihkan dan jahat. Aku perlu memberi tahu kepala dan
mendengar dari pihak perusahaan.” Kata Ma Roo.
Nona Oh
berjalan mendekati Kepala Yoon yang sedang merokok. Kepala Yoon ingin tahu
Dimana file aslinya. Nona Oh berkomentar kalau berpikir Kepala Yoon sudah berhenti merokok. Kepala Yoon mengaku
kalau memulainya lagi karena Nona Oh.
“Oh aku,
apa yang aku lakukan?” ucap Nona Oh merasa tak bersalah. Kepala Yoon bertanya
apakah Nona Oh sudah menelp Ma Roo.
“Ya, dia
akan kembali besok.” Kata Nona Oh. Kepala Yoon ingin tahu dimama Ma Roo menaruh
file itu?
“Aku
yakin dia menghapusnya dan Itu tidak ada di komputernya.” Kata Nona Oh.
“Deputi
Oh, Kau adalah ace dari perusahaan ini. Jadi Perhatikan di sisi mana seharusnya
kau berada. Perusahaan bertahan lebih lama dari manusia. Kita perlu menemukan
file itu dan menutup mulut Ma Roo. “kata Kepala Yoon
“Jika
kita menemukan file dan tetap diam.. Apakah Ma Roo akan baik-baik saja?” kata
Nona Oh khawatir.
“Dia
sudah melakukan terlalu banyak kesalahan. Jadi Dia tidak bisa diselamatkan.”
Kata Tuan Oh.
Ma Roo
berbaring ditempat tidurnya yang berantakan lalu melihat sebuah buku dan
teringat kalau itu buku yang diberikan So So saat ada diatas bus. Ketika baru
membuka plastiknya, bel pintu kamarnya berbunyi. Kalau So So yang datang.
“Kau
tidak tidur, kan?” ucap So So. Ma Roo mengatakan tidak dan mengajak masuk untuk
membuatkan kopi, So So menolak karena
Pemandu tidak masuk ke kamar para turis dan matanya melihat Ma Roo
memegang buku harian.
“Jika kau
tidak lelah, Apa kau ingin pergi ke Mont Saint-Michel?” ucap So So
“Apa
Sekarang juga dan cuma berdua saja?” ucap Ma Roo kaget. So So membenarkan, Ma
Roo ingin tahu alasan mereka pergi kesana.
“Sungguh
menyenangkan di malam hari karena tidak ada orang. Jika kau tidak lelah, Apa
kau ingin pergi ke Mont Saint-Michel?” kata So So
Ma Roo
terdiam mengingat sebelumnya, So So menagih 30 euro tambahan untuk wisata
malam. Akhirnya ia memutuskan untuk tak pergi. So So sedikit terkejut dan
menyurh Ma Roo agar beristirahatlah. Ma Roo duduk di atas kasur membuka buku
harian, ternyata ada tulisan So So dihalaman paling depan.
“Terima
kasih dan maaf untuk hari ini. Aku akan menggantinya dengan tur malam gratis Mont
Saint-Michel. Kau bisa melihat keberanian yang indah yang diberikan oleh
kepercayaan.”
Ma Roo
terdiam karena ternyata So So mengajak pergi sebagai ucapan terimakasih.
So So
berjalan sendirian menaiki tangga dan Ma Roo tak lama melewati jalan yang sama.
So So sudah sampai di depan geraja biara, pikiran kembali ke masa lalu.
Flash Back
So So
berbicara pada orang tuanya kalau akan belajar di luar negeri. Ibunyap pikir So
So sudah gila menurutnya anaknya itu bukan untuk belajar di luar negeri tapi kabur dengan
pria. So So menjelaskan bisa mendapatkan
gelar PhD dan akan kembali menjadi profesor.
“Kenapa
ada orang di bidangmuu yang mendapatkan gelar PhD mereka di Perancis?” ucap
ayahnya.
“Apa itu ide
si brengsek? Apa dia meyakinkanmu? Beritahu dia untuk datang kesini!” kata
ibunya marah
“Kenapa kau
terus memanggilnya brengsek? Jika dia memanggilmu seorang gadis, Apa kau akan
bahagia?” keluh So So pada ibunya. Ibunya pikir anaknya sudah gila dan ingin
dipukul dan segera mencari tongkat.
“So So,
umurmu 31 tahun.” Kata Ayahnya. So So tahu maka dari itu menurutnya sudah dewasa
sekarang.
“Kau
masih muda.” Ucap ayahnya. So So heran karena neneknya juga bilang kalau
ayahnya itu masih muda juga dan ingin tahu siapa yang dewasa di dunia ini. Ayahnya tak tahan meminta istrinya agar
membawakan tongkat juga.
“Lakukan
apa yang kau inginkan! Aku pergi tidak peduli apapun.” Kata So So. Ayahnya
berteriak. So So mengeluh kalau ia tak tuli.
“Jika
kalian cemas, Aku bisa menikah lebih dulu.” Ucap So So. Tuan Yoon kaget
merasakan tiba-tiba kepalanya terasa sakit
“Berhenti berpura-pura, kau belum dewasa.” Keluh
So So melihat tingkah ayahnya yang berpura-pura sakit
“Apa pria
itu lebih penting dari keluargamu?” tanya ibunya. So So mengatakan kalau pria
itu juga keluarganya.
So So akhirnya
masuk ke dalam gereja, Ma Roo berjalan menaiki tangga dan sempat melihat
dibagian puncak gereja. So So berjalan di memasuki bagian kursi-kursi gereja.
Flash Back
“Jika aku
berpikir, "Sebaiknya aku mati..." Aku hanya bisa memikirkan
kesalahanku. "Kenapa aku melakukan itu? Seharusnya tidak." Aku
menyesali kenyataan bahwa menyesali hal itu.” Ucap Nyonya Oh pada Dokter
So So
berjalan masuk gereja, seperti melihat bayangan dirinya saat menikah dan
dipasangkan cincin oleh pria yang dicintainya.
Flash Back
So So
membantu ibunya menjemur pakaian, Ibunya berpesan agar Jangan meletakkan semua pria.di telepon,
karena Itu adalah hal terburuk yang bisa di lakukan sebagai wanita. So So
membantu ayahnya melipat pakaian yang sudah kering.
“Putriku,
jangan lari karena kami tidak akan mengirimmu ke luar negeri untuk belajar.” Ucap
Tuan Oh.
So So
bisa melihat bayangan dirinya yang sebelumnya dipasangan cincin dan mereka
menikah dalam gereja, lalu memeluknya dengan erat. Akhirnya ia hanya bisa
menangis sambil berjongkok dalam gereja.
Flash Back
Di ruang
praktek
Nyonya Oh
mengatakan tidak akan menangis lagi karena Menangis tidak akan mengubah apapun. Dokter
setuju karena menurutnya Hidup ini terlalu singkat, bahkan jika mereka tertawa
untuk semua itu.
“Bagaimana
kita hidup itu penting, tapi bagaimana kita mati itu penting juga. Rumah sakit
bilang kau punya waktu tujuh sampai delapan bulan untuk tetap tinggal kan?”
kata Dokter
“Mungkin lama.
Tapi bisa singkat juga... dan Mungkin lima sampai enam bulan. Kanker ini sudah menyebar,
sehingga tidak bisa beroperasi.” Kata Nyonya Oh
“Apa kau
sudah memberi tahu suamimu?” tanya Dokter. Nyonya Oh mengaku suaminta <
tidak tahu apa-apa.
Nyonya
Han menatap suaminya yang sudah tertidur,saat di rumah sakit berpikir tidak
ingin memberitahu suaminya. Dokter menegaskan kalau Nyonya Han itu harus melakukanya. Nyonya Han merasa tidak mau diganggu.
“Dia akan
memberitahuku tentang apa yang harus dilakukan. Dan Aku tidak akan bisa hidup
seperti yang kuinginkan. Jadi nanti aku juga tidak bisa mati seperti yang aku
inginkan.” Ucap Nyonya Han yang selalu menuruti perintah suaminya. Dokter pikir Nyonya Han masih perlu
memberitahunya.
“Kita tidak
hanya melalui kematian saja. “ kata Dokter.
“Orang
itu... akan marah karena aku akan mati. Dia akan bertanya kenapa aku pergi dan
kena kanker. Dia marah saat tidak menyukai sesuatu... Astaga, jika aku akan
meninggal, Aku mungkin juga meninggal lebih awal.” Keluh Nyonya Han.
Saat itu
alarm ponsel Nyonya Han berbunyi, Nyonya Han buru-buru mematikan agar suaminya
tak terbangun dan segera meminum obatnya.
Flash Back
“Kau bisa
berbicara denganku dengan nyaman.” Saran Dokter. Nyonya Han pun mengerti melakukannya.
“Maksudku,
Kau harus jujur.” Kata Dokter. Nyonya Han pikir selama ini sudah jujur lalu tertunduk menahan tangis
sambil menatap permen ditanganya.
Nyonha
Han perlahan membuka dompet untuk mengambil permen, saat itu Tuan Oh ternyata
tak tertidur, matanya berkaca-kaca seperti menahan rasa sedih dan mengetahui
semuanya.
Flash Back
So Ran meminta
agar Tuan Oh lebih cepat untuk menuliskan keinginanya, Tuan Oh terlihat masih
belum bisa menuliskan keinginanya.
Di rumah
sakit, Nyonya Han mengaku ingin hidup, bahkan sangat ingin hidup yaitu Hidup
indah, untuk waktu yang lama, Tanpa sakit.
Saat Digereja,
Tuan Oh menuliskan harapan [Sayang, jangan sakit, dan hiduplah lebih lama.]
terlihat air mata yang jatuh. Nyonya Han
berbicara pada dokter ingin hidup lebih lama dan meminta mereka untuk
menyelamatkankan.
“Tapi
dokter bilang dia tidak bisa... Aku sangat takut... Aku tidak bisa memberi tahu
siapa pun. Aku terlalu takut.” Ungkap Nyonya Han.
Tuan Oh
telihat kesal sendiri kembali mengomel istrinya malah makan permen bukan tidur,
karena Giginya akan membusuk. Nyonya Han hanya terdiam. Tuan Oh mengeluh
istrinya selalu membuat kebisingan di malam hari.
Ma Roo
datang melihat So So yang menangis
sendirian di dalam gereja.
Flash Back
Nyonya
Han juga menangis sendirian ditaman, Tuan Oh datang memberitahu kalau ini
bisnia dan tadi bukan pelanggan kasar pertama mereka. Nyonya Han berusaha
menahan tangisnya.
“Kenapa
kau menangis karena orang-orang mabuk itu? Aku sudah bilang jangan menangis!”
kata Tuan Oh. Nyonya Han tetap saja menangis. Tiba-tiba Tuan Oh berteriak kalau
ada ular, Nyonya Han langsung panik dan berlari merangkul Tuan Oh sambil
bertanya dimana ularnya
“Jangan
menangis jika kau menangis di malam hari, seekor ular akan keluar. Ayo...Cepatlah.”
ucap Tuan Oh kembali masuk restoran. Nyonya Han bisa sedikit tersenyum
mendengarnya.
Nyonya
Han tersenyum mengingat kalau menyukai bagian itu tentang suaminya “Saat aku
menangis, dia mengatakan "Jangan menangis. Jika kau menangis di malam hari,
seekor ular akan keluar."
Ma Roo
berjongkok melihat So So yang menangis sendirian dalam geraja.
Bersambung
ke episode 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar