Dua
investor berbicara tentang aplikasi yang dibuat Sang Goo mencari kencan
berdasarkan sistem penilaian seperti sistem kasta baru dan ingin tahu Berapa
perkiraan taksiran pendapatannya. Sang Goo mengatakan Sejak kami merilis versi
pembaruan terakhir minggu lalu, perkiraannya 300% lebih banyak dari biasanya.
“Ini agak
memalukan, tapi aku dengan rendah hati mengira pendapatannya sebesar itu.” Kata
Sang Goo
“Bukankah
itu berarti kau tidak membutuhkan investor seperti kami?” ucap CEO yang lain.
“Investasi
Anda adalah apa yang kami butuhkan untuk berkembang. Ini jalur hidup kami untuk
melangkah lebih jauh. Sebelum kami membuat penawaran pertama di pasar saham,
teruslah mendukung kami.” Kata Sang Goo membungkuk untuk mengoda.
“Aku suka
sikapnya.Dia tidak seperti CEO muda lainnya.” Kata CEO kacamata. Temanya pun
menyetujui.
“Hei.. Manager Park.” Panggil CEO kacamata
mata. Soo Ji dan Asisten Park pun
menyapa para CEO. Sang Goo sempat membungkuk menyapal lalu melotot kaget
melihat Soo Ji kembali bertemu.
“Pekerjaanmu
sangat mengesankan.” Puji CEO. Manager Park pikir bukan apa-apa
“Ya. Saya
suka betapa jelas sekali pesannya disampaikan. Apa Kau sudah pernah pakai aplikasi itu juga? Tingkatmu pasti tingkat
berlian. “ kaat Manager Park. Soo Ji mengaku kalau belum sampai di tingkat itu.
“Mana
mungkin. Bukankah itu karena kau hanya
mengunggah foto wajahmu? Kau harusnya mengunggah foto dari kepala sampai ujung kaki.” Kata Manager
Park
Sang Goo
seperti tak suka langsung menyela meminta rokok pada Manager Park karena
rokoknya ketinggalan di mobil. CEO pikir mereka bisa keluar bersama saja.
Manager Park pun setuju dan mengajak Soo Ji untuk ikut. CEO mengejek Manager
Park yang selalu mengoda Soo Ji. Sang Goo sengaja melakukan agar Soo Ji tak
disentuh oleh Manager Park. Soo Ji juga seperti tak suka dengan Manager Park.
Soo Ji
pergi ke atap mengeluarkan rokoknya. Sang Goo datang menyalakan korek dan
langsung berkomentar kalau Atap memang tempat terbaik untuk merokok. Soo Ji
terlihat santai merokok, Sang Goo bertanya apakah Soo Ji tak mengingatnya. Soo
Ji hanya terdiam.
“Sepertinya
ingat. Bukankah kita bertemu di pesta
pernikahan? Ya, benar. Di situlah kita pertama kali bertemu. Dunia ini memang
sempit.” Kata Sang Goo. Soo Ji pikir seperti itu.
“Apa kau
tidak ingat di tempat lain juga? Kita bertemu di pesta atap tahun lalu. Kita
berbicara seperti ini dan aku bahkan
menyalakan rokokmu. Lalu Kita waktu itu minum bir bersama. Oh, kau minum
koktail. Setelah itu, kita...” kata Sang Goo dan melihat tatapan Soo Ji
“Sepertinya
kau tidak mau membicarakannya.” Kata sang Goo. Soo Ji pikir tak seperti itu.
“Karena
kau mengungkitnya, maka aku akan membicarakannya” kata Soo Ji menatapnya
“Kita
tidur bersama, kan? Aku akan berpura-pura itu tidak terjadi.” Ucap Sang Goo.
Soo Ji
malah bertanya apakah memang tahu lalu ia tidur dengan Sang Goo. Sang Goo heran
karena Soo Ji tidak ingat apa-apa dengan mengingkatkan Waktu itu kamar 303 dan
menginap disana menurutnya mereka saat itu
bersenang-senang.
“Maaf... Aku
padahal biasanya ingat orang-orang yang
pernah tidur denganku. Tapi aku sama sekali tidak bisa mengingatmu. Kurasa
karena kau tidak begitu hebat.” Kata Soo Ji lalu berjalan pergi
“Apa Barusan
dia bilang dia tidak ingat aku? Wahh.. Bisa-bisanya dia? Padahal kukira waktu
itu, aku sangat tak terlupakan. Dan Bisa-bisanya dia tak ingat kemampuan
hebatku itu?” kata Sang Goo tak percaya.
Penulis
Hwang mengajak Ji Ho minum bersama disebuah restoran tertutup, tapi saat Ji Ho
masuk dikagetkan dengan Yong Suk dan Sutradara park sudah ada di dalam. Ji Ho
pun duduk dengan wajah tertunduk. Penulisk Hwang mengajak mereka untuk mulai
bersulang.
“Katanya
Yong Suk mencarikan tempat tinggal buat Penulis Yoon. Romantis sekali dan
Kalian serasi sekali” ucap Sutradara Park
“Aku suka
bagaimana anak-anak muda zaman sekarang bisa berteman dengan lawan jenis. Tidak
ada yang seperti itu saat aku masih
muda. Dulu Mana bisa kami d bebas bergaul dengan lawan jenis. Zamanku dulu,
kalau ada rumor sepasang anak muda bermalam bersama itu artinya hubungan mereka sangat serius.” Ungkap Penulis Hwang
“Benar...
Kami banyak menderita karena itu.” Ungkap Sutradara Park
“Kalau
aku, tidak, tapi kau berbeda. Kau dulu sangat menyukaiku, 'kan.” Goda Penulis
Hwang. Sutradara Park mengeluh Penulis Hang membahas masalah itu sekarang lalu
ingin menungkan minum untuk Ji Ho.
“Ketika
orang muda bekerja sama., ada berbagai macam kejadian. Dimanapun juga, pasti seperti
itu.” Kata Penulis Hwang
Sutradara
Park menyuruh Yong Suk agar meminta maaf pada Ji Ho dan mengaku kalau sudah
melakukan kesalahan terbesar dan ia memberitahu Ji Ho kalau sudah memarahi
semalam jadi Yong Suk ingin minta maaf makanya mengajak untuk bertemu.
“Penulis
Yoon... Aku saat itu mabuk sekali sampai
hilang akal sehat. Aku minta maaf.” Ucap Yong Suk. Sutradara Park
mengatakan kalau ingin menghajarnya sampai mati dan tidak dilalukan karena
melihat sutradara Park.
“Sekarang
ini... apa yang kalian lakukan? Kenapa... Kenapa Bapak memarahinya? Dan Kenapa
Ibu bilang begitu? Padahal korbannya... adalah aku.” Ucap Ji Ho menahan
tangisnya. Penulis Hwang binggung, Ji Ho pikir perkataan itu kurang tepat.
“Aku
dilecehkan secara seksual.. Ahhh.. Tidak, aku malah hampir diperkosa. Jadi
wajar lah kalau aku ini korban.” Kata Ji
Ho. Yong Suk mencoba mengelak.
“Tutup
saja mulutmu itu sebelum kujebloskan kau ke penjara.” Kata Ji Ho marah pada
Yong Suk. Sutradara Park melihatnya merasa kalau Ji Ho sudah kelewatan.
“Kita
sudah seperti keluarga, jadi sebaiknya jangan bersikap seperti ini. Kami
berkumpul di sini karena kau, dan dia
sudah minta maaf.” Kata Sutradara Park.
“Maka
dari itu. Kenapa pula kalian harus
merencanakan kumpul-kumpul seperti ini? Aku tak mengerti kenapa aku harus dengar dia minta maaf seperti ini.”
Ucap Ji Ho marah.
“Penulis
Yoon. Kita ini sudah seperti keluarga, saling menghargai. Jadi kami berusaha
untuk tidak menghancurkan kerja sama tim
kita.” Jelas Penulis Hwang
Ji Ho
melihat kalau Penulis Hwang itu belum berusaha kalau seperti ini, menurutnya ia
malah seperti telah diserang oleh batu
dan berdarah sekarang bahkan seharusnya Membawanya ke rumah sakit harusnya dipertimbangkan
dalam situasi ini. Tapi mereka sekarang malah memaksa untuk membiarkannya dan
seakan berkata kalau dirinya baik-baik dan berpikir kalau tidak berdarah
sebanyak itu.
“Kalian
seakan memaksa menyeretku dan Ini namanya bukan berusaha. Aku sudah sangat
berdarah dan terluka sampai mati.” Kata
Ji Ho menahan tangis.
“Penulis
Yoon. Apa Pikirmu kau ini lagi di organisasi kemahasiswaan? Jika kau merengek seperti ini karena hal sepele...,kau tidak akan bisa menulis drama apapun. Drama itu soal kerja
sama tim Hal ini terkait dengan masa lalu dan
masa depanmu juga. Tanpa kami, maka tidak mungkin naskahmu terpilih.” Ucap Sutradara Park
seperti sedikit mengancam.
“Ya...,
aku mengerti. Untuk itu, aku...tidak akan menulis naskah lagi. Aku takkan menulis drama lagi.
Jadi jangan hubungi aku lagi.” Kata Ji Ho lalu keluar dari restoran. Penulis
Hwang sempat memanggilnya.
Ji Ho
berlari dan bersandar di dinding yang bertuliskan ["A Lucky Day" oleh Hyun Jin Geon]
lalu memuji dengan keputusan yang sudah bagus bahkan tidak menangis, jadi Keputusan
tepat.
Soo Ji
membuat campuran Bir dan Soju menyuruh Ji Ho minum, Ji Ho menghabiskan satu
gelas. Soo Ji kembali memberikan gelas lain, Ji Ho pikirsudah minum 5 gelas.
Soo Ji merengek kalau gelas yang dibuatnya belum habis, karena temanya harus
minum semalaman di hari mengundurkan diri dari pekerjaan.
“Benar,
kau hanya perlu minum-minum dan
muntah-muntah malam ini dan Sisanya, kami yang urus” kata Ho Rang
“Menakutkan
sekali kalian, Padahal kalian bilang mau menghiburku.” Ucap Ji Ho.
“Maka
dari itu... Inilah minuman hiburan, jadi Bersulang.” Kata Ho Rang. Ji Ho pikir
tidak kuat minum lagi Atau perutnya bakal meledak.
“Jadi apa
kita harus berangkat sekarang karena kau lagi mabuk?” kata Soo Ji. Ji Ho
bertanya kemana mereka akan pergi. Ho Rang dengan semangat kalau mereka akan
karaoke. Ji Ho menolak karena pasti bisa muntah. Tapi keduanya sudah menarik
dari atap rumah Ho Rang.
Ketiganya menari dan menyanyi bersama, melampiaskan semua rasa frustasi dalam sehari. Ji
Ho juga terlihat bisa bahagia bertemu dengan teman-temanya walaupun harus berhenti
berkerja
“Soo Ji
dan Ho Rang selalu seperti ini. Waktu aku sedang kesusahan..., maka mereka tidak
pernah bertanya padaku ada masalah apa
atau bagaimana kronologisnya, seperti yang dilakukan orang lain. Mereka hanya
mengobrol dan tertawa seperti biasa. Sebenarnya,
itulah kenyamanan terbaik yang bisa kudapatkan.” Gumam Ji Ho.
Di luar
ruangan.
Soo Ji
menerima telp dan mengetahui kalau mereka harus bertemu besok, lalu mengeluh
anak buahnya yang tak pandai menangani
masalah ini dan akhirnya memutuskan untuk mengeceknya. Ji Ho baru saja dari
kamar mandi mendengarnya bertanya apakah temanya harus pergi.
“Ini soal
klien penting kami, pokoknya Kacau. Makanya aku ingin mematikan ponselku.” Kata
Soo Ji. Ji Ho menyuruh Soo Ji pergi saja karena masalah perkerjaan. Soo Ji pun
meminta maaf sambil menelp kepala manager.
Ji Ho
masuk ruangan melihat Ho Rang sudah tertidur pulas, dengan mengejek aklau
mengira temanya yang ingin minum semalaman. Ponsel Ho Rang berbunyi, Won Seok menelp. Ji Ho pun mengangkatnya.
Won Seok
mengendong Ho Rang pulang walaupun terasa Berat, lalu mengeluh pada pacarnya
yang semangat sekali Padahal Ji Ho yang
mengundurkan diri. Ji Ho juga tahu karena Ho Rang itu tidak jago minum.
Won Seok pun menanyakan Ji Ho pulang karena sudah larut malam dan mengajak
untuk tidur dirumah mereka saja.
“Heol....
Jangan lupa kita ini sudah umur 30,
bukan 20 tahun” kata Ji Ho lalu melhat taksi yang lewat. Wan Seok pun memasukan Ho Rang lebih dulu
lalu membiarkan tidur dipangkuanya. Ji Ho pun melambaikan pada Won Seok
“Tapi
mereka semua punya tempat tujuan.. Kecuali aku..” Gumam Ji Ho sedih dan
berjalan ke halte bus, terlihat dilayar kalau Semua bus berhenti beroperasi.
“Kenapa
aku selalu berkeliaran di jalanan?” keluh Ji Ho yang tak punya tujuan bahkan
tempat tinggal.
Ibu Ji Ho
menelp, menanyakan keberadannya apakah
tidak tidur. Ji Ho mengaku masih ada diluar karena Ada yang harus dikerjakan.
Ibu Ji Ho meminta anaknya Jangan kerja lembur sampai malam karena Nanti teman
serumahnya berprasangka buruk. Ji Ho mengatakan kalau akan pulang sekarang.
“Jaga
kebersihan kamarmu, Setelah minum kopi, langsung cuci cangkirnya. Jangan
langsung keluar setelah mengeringkan
rambutmu. Kau harus Pel lantainya tiap pagi dan malam biar lantainya tak ada rambut rontokmu.” Ucap
Ibu Ji Ho
“Sudahlah.
Sudah kubilang, iya, iya.” Kata Ji Ho kesal pada ibunya.
“Kenapa kau...
Kenapa kau mengamuk? Ibu cuma mengatakan karena khawatir.” Kata Ibu Ji Ho
“Lalu aku
harus bagaimana biar bisa lebih baik lagi? Jika aku melakukan semuanya dengan
baik, apa semuanya akan berhasil? Ibu itu tidak tahu apa-apa.”kata Ji Ho merasa
frustasi karena tak ada yang bisa mengerti keadaanya sekarang.
Ibunya
pun mengerti tak banyak bicara hanya meminta agar Ji Ho bisa segera pulang dan
jangan lupa makan, lalu menutup telpnya. Tapi sebelum menutup ibunya berpesan Kalau
cuaca Seoul terlalu dingin, maka datangnya kerumahnya karena kamarnya masih ada
dan bisa datang kapan saja, Ji Ho hanya bisa terdiam mendengar ibunya.
Pagi Hari
Se Hee
berlari ditaman, petugas menghentikanya memberikan sebuah koper. Se He binggung
bertanya apakah itu punyanya. Petugas membenarkan karena Ada orang yang menitipkan
untuk unit 401. Se Hee mengerti dan melihat note yang ditempel [Kutaruh
kopernya di sini karena kau menyuruhku tak usah menghubungimu. -Yong Suk.]
Ji Ho
membuat telur mata sapi dan menerima gambar kopernya dari ponselnya. Se Hee
mengirimkan pesan “Aku mengambil barang-barangmu dari pos satpam. Kurasa mantan rekan
kerjaku yang mengirimnya ke alamat itu.” Ji Ho meminta maaf dan
meminta izin untuk bisa mengambil barangnya hari ini. Se Hee pun membalas kalau Se Hee bisa Datang
kapan saja.
Soo Ji
keluar dari kemar mandi kaget melihat meja makan karena Sudah lama tak pernah
sarapan. Ji Ho menyuruh temanya sarapan bahkan tega karena tak makan makanan
yang dikirim ibunya. Soo Ji pikir temanya tahu ibunya selalu membuat banyak
makanan setiap saat lalu bertanya akhir pekan ini akan pergi jalan-jalan
kemana.
“Soo
Ji... Hari ini, aku mau ke Namhae.” Kata Ji Ho. Soo Ji setuju karena temanya harus
beristirahat di sana.
“Tidak,
maksudku, aku mau pulang kesana untuk
selamanya. Aku akan pergi dari Seoul. Naskahku gagal, dan aku tak bisa apa-apa
lagi.” Kata Ji Ho dengan tatapan sedih. Soo Ji pun kaget.
“Jika ini
soal tempat tinggal, kau bisa tinggal di
sini. Aku sungguh tak keberatan.” Ucap Soo Ji ikut sedih.
“Bukan
soal itu... Tapi Hanya saja... Seoul...terlalu dingin, jadi aku bosan. Aku akan
pergi ke Namhae.” Kata Ji Ho. Soo Ji seperti tak bisa menahan temanya pergi.
Ji Ho
menekan bel rumah Se Hee beberapa kali tapi tak ada yang membukanya dan
berpikir kalau Se Hee tidak di dalam, lalu masuk dengan password yang belum
berubah. Ia lebih dulu menyapa Kitty dengan menanyakan kabarnya dan apakah
sudah makan lalu masuk ke daam kamar.
Ji Ho
melihat note yang ditulis oleh Yong Suk dan membuangknya begitu saja setelah
itu melihat berkas [Turtle Student Residence] merasa tak tega jadi memilih
untuk meninggalkan saja diatas meja jadi bisa dida ulang. Saat itu terdengar
suara pintu terbuka, Ji Ho akan menyapa Se Hee tapi terdengar lebih dulu suara
ibu Se Hee yang membuatnya kembali ke kamar.
Ibu Se
Hee ingin tahu apa yang anaknya katakan sampai orang tuanya sangat marah. Se He
mengatakan kalau memintanya membayar sewa bulanan. Ibu Se Hee merasa ankanya
sudah gila bahkan minta uang sewa bulanan dari calon istrinya. Se Hee dengan
santai mengatakan kalau ia butuh sewa.
“Dia
bilang ingin berhenti kerja, punya anak dan
jalan-jalan kalau sudah menikah. Jadi kubilang padanya, bahwa aku ingin teman serumah yang membayar sewa...,menyortir
sampah, dan membersihkan kotoran kucingku. Itulah yang kukatakan padanya.
Kenapa memang?” kata Se Hee merasa tak ada yang salah. Ji Ho mendengarkan dari
celah pintu.
“Kau
bilang Kenapa apanya?!!! Walau kau tidak menyukainya, apa normal bicara seperti
itu pada saat kencan buta?” kata Ibu Se Hee tak habis pikir. Se Hee tahu kalau Itu
memang tak normal.
“Tapi Memang
normal itu apa artinya? Memberikan dan menerima cinta seperti kebanyakan pria. Punya anak dan hidup
seperti orang lain. Dan Normal darimananya itu?”keluh Se Hee
“Yah..
Normal seperti itu. Semua orang hidup seperti itu. Apa sesulit itu?” ucap Ibu Se Hee.
“Apa Ibu
tahu biaya rata-rata buat menikah di Korea?” kata Se Hee. Ibunya menjawab
sekitar 50 sampai 60 juta won.
“Yang
benar 2,7 M won dengan Membesarkan anak, 3M won. Jadi Buat apa aku menikah
dengan seorang wanita yang bahkan tidak tahu perbedaan antara plastik dan
styrofoam dan yang suka buang-buang uang?” kata Se Hee.
Ibunya
pikir mereka seperti sedang wawancara kerja? Dan melihat kalau calonya itu
cantik sekali bahkan Setiap pria pasti jatuh cinta padanya. Se Hee mengaku
kalau sudah cukup puas dengan kucing
muda nan cantik ditanganya. Ibu Se Hee menduga anaknya ada masalah yaitu
terpengaruh oleh hormon lingkungan
hingga kemampuan seksualnya... Se Hee mengeluh pada ibunya yang berpikiran
aneh.
“Terserahlah, pegawai biro jodoh sampai heran padamu. Dan Tidak
akan ada kencan buta lagi, jadi minta maaflah ke Nn. Hwang. Ibu rasa dia masih
menyukaimu.” Ucap Ibu Se Hee. Se Hee bertanya kenapa ia harus melakukanya.
“Jika
ayahmu menceraikan Ibu maka Karena kau, Ibu akan pindah kesini. Kau tahu betul sifat
ayahmu, jadi Ibu tak bisa menentang dia. Maka kau bisa Pilih apakah lebih baik tinggal dengan ibumu yang tua ini atau dengan istri mudamu nan
cantik itu. Terserah kau.” Kata Ibunya. Se Hee hanya diam saja.
Ji Ho
keluar kamar untuk menyapa, tapi Se Hee kaget setengah mati sampai terjungkal.
Ji Ho langsung meminta maaf dan keduanya duduk diruang tengah. Ji Ho kembali
meminta maaf karena tidak ingin ketahuan ibunya. Se Hee pikir tak masalah
bahkan berterimakasih karena sudah bersembunyi.
“Tapi
kenapa kau bawa semua barang bawaanmu? Apa Kau diusir?” ucap Se Hee.
“Ya.. Aku
sebenarnya mau pulang kampung di Namhae.”
Kata Ji Ho. Se Hee pun menanyakan dengan pekerjannya.
“Aku
berhenti. Aku ingin mengucapkan terima kasih telah menyewakanku kamar yang bagus. Berkat kau,
aku bisa menulis naskah pertamaku di sini, meski tidak berjalan lancar.” Kata
Ji Ho
“Nanti
juga kau akan hebat sendirinya, Karena
kau orang yang sangat bertanggung jawab.
Kau dapat nilai tertinggi di antara semua
penyewaku yang tinggal di sini.” Ungkap Se Hee.
“Ya, kau
juga pasti berhasil dan Kau akan segera menikahi wanita yang baik.” Balas Ji
Ho.
Se Hee
juga tak tahu, apakah ia bisa menikah. Ji Ho pikir kenapa tak bisa karena
sebelumnya Se Hee bisa mengajaknya menikah. Se Hee mengaku kalau itu karena
orangnya adalah Ji Ho makanya ia mengajaknya menikah.
“Kau
dapat nilai tertinggi sebagai penyewaku.
Bukan pernikahan yang kubutuhkan, tapi kau. Karena itu, aku melamarmu.” Ungkap
Se Hee. Ji Ho terdiam mendengarnya.
“Aku tahu
ini bukan saat yang tepat jatuh hati padanya.” Gumam Ji Ho
“Aku
butuh teman serumah yang bisa menjamin membayar sewa bulanan bukan pernikahan.”
Kata Se Hee.
Ji Ho
berjalan keluar dari rumah merasa kalau tetap saja ini pertama kalinya mendengar
ada seseorang yang membutuhkannya. Lalu sampai ke halte bus memesan bus ke Namhae.
“Seumur
hidupku di usia 20an..., aku bekerja keras untuk menjadi orang yang dibutuhkan. Tiap kali aku
kesusahan, aku menyeberangi Jembatan
Sungai Han. Ketika melihat-lihat Sungai Han..., maka kukira mungkin ada
setidaknya satu tempat yang membutuhkanku di kota besar ini Begitulah yang
kukira.” Gumam Ji Ho akhirnya memasukan kopernya ke dalam bagasi.
“Selama
10 tahun..., koper ini banyak tergores
layaknya diriku. Padahal koper ini awalnya masih mengkilap saat pertama kali ke Seoul.”
Ia pun
naik ke dalam bus yang akan membawanya ke Namhae sammbil menyadarkan kepala di
jendela kembali bergumam.
“Apapun
yang kulakukan begitu keras dalam hidup ini..., kapankah aku akan kembali
ke Namhae dengan hal yang bisa
dibanggakan? Lagipula, dari awal memang tak ada tempat tujuan bagiku.” Gumam Ji Ho lalu kaget
melihat sosok pria yang pernah melamarnya.
Se Hee
menaiki bus, Ji Ho pun berdiri bertanya kenapa datang menemuinya. Se Hee
bertanya kenapa Ji Ho yang tak mengangkat telpnya. Ji Ho mengatakan kalau
Baterainya habis. Se Hee memberikan berkas naskah yang tertinggal dikamarnya
serta sebuah poster. Ji Ho tak percaya Se Hee datang hanya ingin memberikan
itu.
“Aku
tadinya rencana mau keluar dan kebetulan aku ingat kau bilang busmu berangkat
jam 7 malam. Sepertinya kau butuh ini.” Kata Se Hee. Ji Ho mengaku kalau memang
membutuhkanya.
Sopir bus
memberitahu kalau bus mereka Sebentar lagi berangkat. Ji Ho pun hanya bisa
menatap Se Hee yang berjalan meninggalkan halte bus dan tak sengaja menjatuhkan
beberapa jeruk lalu membantunya dan mengingat ucapannya kalau semua karena
dirinya.
“Aku
mengajakmu menikah karena kau, Ji Ho” Ucap Se Hee memberikan alasan sebelumnya.
“Dialah
orang pertama yang berkata dia membutuhkanku” gumam Ji Ho
Ji Ho
tiba-tiba turun dari bus memanggil Se Hee, membeirtahu kalau Pak supirnya tak mau menunggu lama karena marah jadi meminta agar
Se He menjawab dengan cepat. Se Hee mengangguk mengerti.
“Maukah
kau... menikah denganku? Ayo.... Cepat. Dia tak mau menunggu.” Kata Ji Ho. Se
Hee langsung menjawab Ya
“Kalau
begitu, sekarang aku mau ambil koperku.
Ahjussi pasti kesal sekali sekarang.” Kata Ji Ho segera berlari ke bus.
“Tapi Ada
yang harus kutanyakan sebelumnya. Apa kebetulan, kau... menyukaiku?” tanya Se
Hee dengan menaruh tanganya di kedua mulutnya agar nyaring. Ji Ho dengan mudah langsung menjawab Tidak.
“Demikianlah,
lamaran kami...dimulai.” gumam Ji Ho dengan berada di halte bus dan berdiri
berjauhan.
Bersambung
ke episode 4
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Unni di tnggu ep 4 faighting....
BalasHapusSemakin seru. Sy sudah membacan sinop drama jepangnya...tp tidak yakin kalo alur selanjutnya akan sama
BalasHapus