So So
menangis di pelukan adiknya, Ma Roo berpikir So So kembali dengan suaminya
memilih untuk pergi meninggalkanya. So Ran seperti berhenti menangis dengan
Kyung Jae hanya berdiri dibelakangnya.
“Ini
terlalu biasa...Tempat ini cuacarnya Cukup awan, cukup sinar matahari. Dan
cukup air mata. Jika hujan turun saat ini, aku akan merasakan seperti cinta yang
tragis.Tapi itu tidak mungkin terjadi. Karena aku tidak pernah memimpin di
dunia ini.” Gumam So Ran melihat langit yang cerah di Prancis.
Flash Back
Di Korea,
dengan hiruk pikuk kota Seoul yang
padat. So Ran bergegas pergi ke kantor, menganggap dirinya hanyalah satu dari
50 juta warga dan satu dari 8 juta pekerja. Lalu masuk ke dalam gedung
menganggap dirinya adalah satu dari 700 karyawan. Tapi tiba-tiba ia merasakan
perutnya terasa sakit dan buru-buru pergi ke toilet sebelum menaiki lift.
“Aku
adalah satu dari 1,6 juta penderita sembelit.” Gumam So Ran dengan duduk diatas
toilet.
“Aku pergi ke perguruan tinggi
sehingga mendapatkan pengalaman yang begitu-begitu saja. Aku adalah seorang
wanita rata-rata yang hidup dari upah yang begitu tinggi. Aku tipikal tambahan
Republik Korea.”
So Ran
duduk didepan komputer dengan banyak cemilan, seperti berkerja hanya untuk
bertahan hidup.
So Ran
pergi ke sauna bersama ibunya,lalu bertnya apakah ia sebagai anak kandungnya.
Ibu So Ran hanya mengejek kalau bisa tahu akan hal itu. So Ran kembali bertanya
apakah Ayah benar-benar ayah kandungnya. Ibu So Ran mengaku juga merasa sedih
dengan hal itu.
“Apa ada
kemungkinan bahwa aku adalah putri rahasia keluarga kaya?” ungkap So Ran. Ibu
So Ran pikir tak ada yang baik dari cerita hidup layaknya drama.
“Aku juga tidak memiliki rahasia di
balik kelahiranku. Bagaimana satu dan satu-satunya kehidupanku menjadi begitu
biasa?” gumam So Ran sedih.
Kyung Jae
datang dengan membawa minuman dan juga telur rebus, lalu sengaja memecahkan
telur di kepala pacarnya. So Ran terlihat kesal hanya bisa mengumpat dalam hati
dan matanya melotot tajam lalu bergumam Bagaimana hubungannya. bisa begitu
biasa-biasa juga.
“100 hari sejak kita bertemu.” Mereka bertemu disebuah taman, Kyung Jae datang dengan wajah
malu-malu membawa buket bunga yang besar, mungkin ada 100 tangkai bunga mawar.
So Ran pun tersenyum menerimanya.
“200 hari sejak kita bertemu.” Ma Roo membawakan sebuket bunga untuk So Ran dan suasana
mereka masih terasa romantin.
“300 hari....” So Ran datang dengan Ma Roo yang sibuk menerima telp. Ma Roo
lalu memberikan setangkai bunga dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.
“Tiga tahun sejak kita bertemu.” So Ran datang ke tempat biasa tapi tak melihat Ma Roo, lalu
mengeluarkan ponselnya. Ma Roo seperti baru bangun tidur dengan pakaian
seadanya memberitahu kalau sudah datang jadi So Ran tak perlu menelpnya dan
mengajak untuk makan nasi dan sosis Korea.
Keduanya
makan tanpa ada keromantisan bunga seperti dulu. So Ran hanya bisa mengumpat
dalam hati, dan mengeluh kalau Kyung Jae
tahu ia yang tak suka makan sosis. Kyung Jae seperti tak peduli karena ia suka
sosisnya.
“Cinta biasa untuk wanita biasa.” Gumam So Ran memilih untuk pergi. Kyung Jae heran melihat So
Ran terlihat marah dan bertanya ingin pergi kemana dan berpikir aklau mau buang
air.
So Ran
bertemu dengan temanya yang menganti popok dengan bekas pup, Ia menyuruh agar
Jangan menyetujuinya karena nanti akhirnya akan menikah, dan punya anak, lalu
Berdebat dengan suami Dan cuma bisa hidup semampunya saja.
“Kehidupan
rata-rata akan membawa kebahagiaan bagi kita. Tapi Apa menurutmu itu spesial?”
ungkap temanya sambil meminta So Ran membuang popok bekas pup.
“Apa itu... jawabannya?” gumam So Ran.
So Ran membaca dua buah buku, satu judul
“Tolak dengan Biasa!” dan satu judul “Terima dengan Biasa!” dan kembali
berpikir apakah ada jawabnya. So Ran dan Kyung Jae menonton TV bersama,
terlihat variety show lucu tapi hanya Kyung Jae yang tertawa.
“Aku tidak dapat menemukan jawaban.
Aku muak.”
So Ran
duduk di tempat kerja dengan pemukul punggungnya yang meminta untuk tersenyum,
tapi wajahnya tetap tak bisa tersenyum.
“Tidak ada lagi sesuatu yang
istimewa dalam hidupku. Tidak ada yang membuat jantungku berdebar. Ini sangat
membosankan. .. Ini membosankan...”
Ketua tim
mengantar So Ran pulang memberitahu akan melamar saat kembali dari liburannya
dan akan mengajak berkencan.
“Aku berharap
hari ini akan hujan. Bagaimana... haruskah aku mengatakannya?” gumam So Ran
menatap ke arah langit.
[Episode 6- Sama seperti film Perancis].
So So
menyuruh adiknya untuk segera pulang saja. Adiknya mengajak agar kakaknya ikut
pulang juga karena menurutnya sang kakak tidak pantas menangis. So So berjanji
akan akan pulang dan melihat Ma Roo yang meninggalkanya. Adiknya mengajak So So
untuk segera pergi ke bandara. So So menolak karena masihkerja sekarang.
“Aku
meninggalkan pekerjaanku untuk datang ke sini.” Kata Adik So So marah
“Aku akan
pergi saat waktunya tepat.” Ungkap So
So. Adik So So seperti tak peduli
“Aku akan
memarahimu.” Kata So So. Adiknya pun tak peduli. So So menahan adiknya agar tak
menariknya karena sedang bekerja sekarang!
“Ayo
pergi ke bandara!” teriak Su Su. Ma Roo berhenti mendengar suara teriakan.
“Dengarkan
aku!.. Ayo kita bicara disini.. Jangan lakukan ini. Ayo pergi, oke?” ungkap So
So pada adiknya. Ma Roo membalikan badan seperti tak suka melihat So So ditarik
dengan cara kasar oleh suaminya.
Akhirnya
Ma Roo memberikan pukulan pada Su Su,
memperingatakn So So agar Jangan biarkan memaksanya dan bertingkah
seperti orang bodoh. So So memarahi Ma Roo karena tidak bisa memukul orang
seperti itu dengan nada membela lalu melihat apakah adiknya terluka.
Ma Roo
terlihat kesal So So lebih peduli pada pria itu dibanding dirinya,a akhirnya
memilih untuk pergi.
Hyun
sibuk mengambil video dengan ponselnya, seperti sebuah drama pertengkaran
didepanya. Tiba-tiba Yeon Jung datang mengambil ponsel Hyun ingin tahu apa yang
direkanya.Hyun meminta Yeon Jung agar mengembalikan ponselnya. Yeon Jung malah
sibuk mengutak ngatik.
“Hei...
Kau mengubah kode aksesmu lagi. Kenapa kau terus mengubah kode aksesmu? Cepat
Buka kuncinya.” Ucap Yeon Jung
“Jangan
bercanda.” Tegas Hyun mengambil ponselnya dan bergegas pergi. Yeon Jung merasa
kalau Hyun sangat mencurigakan.
So Ran
melihat Kyung Jae berdiri didepanya, lalu memilih untuk pergi melewatinya.
Kyung Jae seperti tak ingin membuat So Ran pergi, berlari mengejarnya dan
menahanya di lorong gereja. So Ran hanya
diam saja. Kyung Jae membuka tas So Ran dan memberikan tissue, So Ran terlihat
makin kesal melihat sikap Kyung Jae yang kurang peka.
So So
memberikan obat pada wajah adiknya di cafe, Su Su ingin tahu Siapa brengsek
itu. So So menjawab itu adalah Turis. Su Su pikir Ma Roo bereaksi berlebihan
terhadap turis dan berpikir kakaknya itu sudah tidur denganya. So So langsung
memukul kepalaa adiknya karena marah.
“Kalau
tidak, Ayo kita pulang.” Ucap Su Su. So So menegaskan kembali ia adalah seorang pemandu jadi tak mungkin bisa
meninggalkan turisnya.
“Tidak
bisakah kau meninggalkan mereka seperti kau meninggalkan keluargamu?” sindir Su
Su marah
“Aku akan
kembali sendiri. Aku hanya perlu menyelesaikan satu semester lagi. Jadi Aku
akan kembali saat selesai kuliah nanti” kata So So
“Kenapa?
Apa karena kau dibuang oleh orang yang kau cintai? Apa Jika tidak kau
mendapatkan gelarmu, akan lebih memalukan lagi? Tapi Itu tidak akan mengubah
apapun, Kau hanya melindungi harga dirimu.” Ucap Su Su sinis.
“Apa aku
tidak bisa? Tidak bisakah aku melindungi harga diriku?” kata So So merasa
membutuhkan sesuatu yang dibanggakan untuk orang tuanya.
“Apa
gunanya? Apa yang kau butuhkan untuk harga diri itu? Akankah seseorang memujimu
karena gelarmu?Apa Ibu, Ayah, Atau bajingan itu, Bae Hyung Goo?” ucap Su Su
marah
So So
memperingatkan adiknya Jangan sebut bajingan itu. Su Su ingin memberitahu si
Bajingan itu. So So menegaskan agar adiknya jangan menyebutnya. Su Su dengan
kesal memilih untuk meminum kopinya, tapi bibirnya terasa panas karena berpikir
untuk minum layaknya bir. So So pun
bertanya keadaan adiknya. Su Su dengan tegas menjawab kalau sudah pasti tak
baik.
“Bagaimana
kabar Ibu dan Ayah?” kata So So. Su Sun ingin meminum kopinya. So So
memberitahu adiknya kalau kopinya masih panas.
“Kau tahu
emosi Ibu dan Ayah... Mereka melakukannya dengan baik setelah kau pergi.” Ucap Su Su.
Flash Back
Tuan Yoon
menangis karena berpikir istrinya seharusnya bisa mengirim anak mereka pergi
dengan lebih banyak uang tapi meninggalkan cincin emas dan tahu kalau anak Gadis
itu tidak memiliki uang. Pacar Su su pikir So oa yang sudah mencuri kartu Tuan
Yoon jadi bisa menarik uangnya dan Jangan terlalu khawatir.
“Hei, itu
kartu Korea, jadi tidak bisa dipakai di luar negeri.” Ucap Tuan Yoo.
“Hei...
Kau seharusnya tidak menangis! Keluarkan dia dari kartu keluarga, dan bakar
semua barangnya di kamar dan Doo Ri, laporkan dia ke polisi.” Teriak Ibu So So
pada menantunya. Doo Ri melonggo binggung.
Ibu So So
akhirnya mengeluarkan ponsel dan ingin menelp polisi, Su Su langsung menahan
ibunya dengan mengambil ponsel ditanganya. Ayah So So juga ikut-ikutan sampai
akhirnya terjatuh den merasakan punggungnya terasa sakit dengan berteriak tidak
bisa melaporkan putrinya.
“Kamarmu
tetap terlihat sama dan Ibu juga membersihkannya setiap hari.” Ungkap So So
Tapi Ibu
So So sudah siap dengan satu dirigen bensin dan siap menyiram kamar So So. Tuan
Yoon sibuk mempersiapkan alat pemadam sebelum terjadi kebakaran. Su Su berusaha menahan ibunya agar tak
membakar kamar kakaknya.
“Aku mengangkatmu
sepanjang hidupmu! Bagaimana kau bisa meninggalkan kita demi laki-laki? Aku akan membakar
semuanya!” teriak Ibu So So marah. Doo Ri mencoba menenangkan kalau sikap ini
tidak benar dan Su Su bisa menarik dirigen dari tangan ibunya.
“Aku akan
menembakmu... Aku akan menembakmu dengan pistol!” ucap Ibu So So seperti
kehilangan akal menganggap payung sebagai pistol. Sampai akhirnya ia menangis di pelukan Doo
Ri.
“Ibu dan
Ayah yakin kau akan kembali suatu saat nanti. Mereka mengatakan hal yang sama
sejak kau pergi. Mereka bilang kau akan "kembali besok." Jadi kau
bisa kembali sekarang.”ungkap Su Su menutupi kebohongan dengan meminum kopi
kembali. So So kembali memberitahu kalau kopinya masih panas. Su Su kembali
mengajak kakaknya untuk pulang. So So terdiam sambil menahan tangisnya.
“Aku menjadi
begitu menyedihkan. Saat aku memberinya. Saat dia memberiku. Waktu yang kita
habiskan dan saling berpegangan. Akankah jalan baru terbuka saat yang ini
berakhir?” gumam So Ran dengan berjalan menuruni tangga.
“Han So
Ran... Hei, kapan kau akan berhenti?” ungkap Kyung Jae berlari mengikutinya dan
terlihat kelelahan.
“Jika jalan
ini berakhir, artinya.... Ini adalah jalan buntu yang lain... Aku tahu ini akan
terjadi.” Gumam So Ran melihat tak ada jalan didepanya.
“Semuanya
akan berubah membaik. Aku akan mendapatkan investasiku, dan bisnis akan sukses.” Kata Kyung Jae
menyakinkan
“Aku
berjalan jauh-jauh kemari, tapi jalan buntu lagi.” Ungkap So Ran. Kyung Jae
bisa mengerti jadi mengajak agar mereka bisa berbicara.
“Kenapa
begitu sulit?” ungkap So Ran. Kyung Jae tahu itu sulit dan karena So Ran tidak
bisa buang air dengan benar.
“Aku
tidak bisa buang air besar karena kau.” Gumam So Ran terlihat sangat marah
menatap Kyung Jae.
Di hari
awal mereka berkencan, Kyung Jae memberitahu kalau memiliki masalah yaitu mengundurkan
diri dari pekerjaannya. So Ran memuji kalau Kyung Jae melakukan hal yang benar
dan Banyak orang ingin mempekerjakannya.
Lalu
beberapa bulan kemudian, Kyung Jae mengatakan akan berhenti dari pekerjaanknya.
So Ran berkomentar kalau memang tidak suka perusahaan itu, karena Gajinya
rendah lalu berpikir kalau Kyung Jae punya tempat untuk pergi. Kyung Jae pikir
bisa tapi harus mencari lebih banyak pilihan.
“Aku
berhenti bekerja.” Kata Kyung Jae kesekian kalinya, So Ran terlihat kaget.
“Aku
tidak berpikir cocok untuk bekerja di perusahaan. Aku punya ide bagus, jadi
akan memulai bisnis. Seorang seniorku akan menghubungkanku dengan investor.”
Ungkap Kyung Jae yakin
“Saat
itulah aku mulai mengalami sembelit”
gumam So Ran karena Kyung Jae yang tak punya penghasilan tetap.
“Dia akan
memberiku kabar baik dalam tiga hari. Aku akan benar-benar sukses. Aku percaya
itu.” Ungkap Kyung Jae yakin
“Ya, Aku
berharap yang terbaik.” Kata So Ran dengan tatapan sinis memilih untuk
pergi.
“Berhentilah
seperti ini!” teriak Kyung Jae marah. Son Ran pikir mereka lebih baik berhenti
marah dan saling menyakiti.
“Kenapa
kau seperti ini” Kau perlu memberitahuku.” Ungkap Kyung Jae. So Ran pikir sudah
mengatakan sebelumnya.
“Kita
berpelukan satu sama lain karena kita takut putus!” kata So Ran.
“Kau
sudah... bertingkah aneh sejak kita tiba di Perancis. Aku tidak mengajukan
pertanyaan ini selama tujuh tahun. Aku juga tidak ingin melakukanya” ungkap
Kyung Jae. So Ran pikir lebih baik jangan tanya.
“Apa ada
orang lain?” tanya Kyung Jae. So Ran teringat dengan perkataan ketua tim yang
akan melamar saat kembali dari liburan
dan akan mengajaknya berkencan.
Flash Back
So Ran
terdiam mendengar ucapan ketua Tim, Ketua Tim pikir kalau SO Ran sudah tahu
bahwa akan mengajaknya berkencan jadi meminta agar bisa menjawabnya. So Ran
hanya terdiam.
“Apa kau
menyukai orang lain?” ucap Kyung Jae curiga melihat sikap So Ran.
“Apa
itu... satu-satunya pikiran yang terlintas di pikiranmu?” kata So Ran marah
“Itu
mungkin tidak penting bagimu, tapi itu
penting untukku.” Tegas Kyung Jae.
“Aku
merasa sedih setelah bilang kalau kita
harus putus. Aku mencoba untuk tidak merasa menyesal, tapi tidak bisa
menahannya. Sekarang...aku tidak perlu merasa menyesal lagi. Terima kasih sudah
ada disampingku.” Ungkap So Ran berjalan pergi. Kyung Jae tak bisa menahan
amarah menendang tong sampah didepanya. So Ran seperti tak peduli.
“Kita mungkin saling berpegangan
selama ini untuk menemukan alasan untuk putus. Seperti itulah di antara
kekasih, Segera setelah kita ingin putus. Kita mulai mencari alasan untuk
mengakhirinya.”
Ma Roo
menerima telp dari Nona Oh, menanyakan keberadanya apakah ada dipesawat. Ma Roo
mengatakan tidak. Nona Oh binggung, ingin tahu alasanya. Ma Roo menjawab kalau
sekarang ia sedang berlibur. Nona Oah tahu kalauia ssedang berlibur juga, yaitu
ada di Montmartre. Ma Roo seperti tak peduli.
“Aku
merasa sedih.... Kupikir kau akan terkejut saat aku mengatakan itu. Aku bukan
di Perancis, tapi di Taman Naksan di
belakang Daehangno. Apa Kau ingat?” kata Nona Oh
Flash Back
Mereka
pergi ke tempat yang paling tinggi, Ma Roo memberitahu banyak orang yang bilang
ini Montmartre di Seoul. Nona Oh mengejek belum pernah ke Montmartre.
Nona Oh
pikir Ma Roo bisa mengingatnya, dan menyukai tempat ini. Lalu mereka pergi ke
tepat lain. Ma Roo mengatakan kalau tempat ini disebuat sebagai Napoli di Asia.
Nona Oh mengejek So So belum pernah ke Napoli.
Flash Back
Ma Roo
selalu mengajak ke tempat-tempat yang mirip dengan Eropa, dengan pergi ke bukit
dan banyak biri-biri mengatakan kalau itu
Pegunungan Alpen Korea. Nona Oh mengejek Ma Roo yang belum pernah ke
Pegunungan Alpen. Ma Roo mengajak tempat yang terlihat rumah bertingkah. Nona
Oh bertanya Di mana tempat ini.
“Mereka
bilang ini adalah Santorini di Busan. Tapi aku tidak yakin, karena belum pernah
ke Santorini.” Ungkap Ma Roo.
“Kita
pernah ke Machu Picchu di Korea, dan Kota Jerman juga.” Ungkap Nona Oh.
“Apa kau
ingat apa yang aku katakan tadi?” kata Ma Roo sebelumnya dalam perjalanan ke
bandara, kalau bisa menghapusnya kalau memang menginginkanya, “tapi...Kau harus
mengingat apa yang kau hapus.”
“Apa kau
ingat apa yang kau hapus?” ucap Ma Roo melihat kalau Nona Oh seperti tak ragu
untuk menghapusnya.
“Aku tahu
itu sudah berakhir ketika kau menghapus
gambar itu. Tapi aku pikir...Aku ingin kau menghapus gambar itu. Karena dengan
begitu kita bisa putus, Tanpa perasaan yang tersisa.” Ungkap Ma Roo.
“Dasar...
Kau pengecut.” Umpat Nona Oh.
“Jika aku
memintamu untuk tidak menghapusnya, Apa kau akan mendengarkannya?”ucap Ma Roo
marah
“Jangan
memaksa diri sendiri. Aku tidak menghapus gambarnya, tapi file di dalamnya.”
Kata Nona Oh
“Itu
adalah foto kita, tidak peduli apa yang ada di dalamnya. Apa yang kau sebegitu
inginkan, jadi kau menghapus foto kita? Aku minta maaf. Aku tidak bisa menjadi
orang yang kau inginkan.” Kata Ma Roo terlihat sangat kecewa.
Nona Oh
mengalihkan pembicaraan kalau sudah
membersihkan kamar dan akan memasak untuk Ma Roo saat kembali. Ma Roo
pikir tak perlu karena tidak akan kembali lalu memilih untuk menutup
teleponnya. Nona Oh pun tak bisa berkata apa-apa karena putus sesuai dengan
keputusanya menghapus file.
Ma Roo
berdiri menatap kearah tempat yang ada didepanya dengan banyak pasir karena
airnya sedang surut. So Ran berjalan sendirian menerima pesan dari ketua tim
yang duduk di meja kerjanya.
“Selamat...
Kau melakukan pekerjaan dengan baik. Aku tahu ini akan terjadi.” So Ran hanya
bergumam kalau tidak tahu ini akan terjadi.
Flash Back
Ketua Tim
memanggil So Ran memberitahu kalau mereka berhasil dan melewati babak pertama.
So Ran seperti tak percaya, Ketua Timtak habis pikir So Ran yang bisa
memikirkan tema ini. So Ran bergumam kalau hanya menyatakan keinginan untuk buang air
dalam bentuk desain.
“Kata "Restorasi"
adalah kata kunci akhir-akhir ini, jadi aku menggunakan beberapa desain dari
masa lalu.” Akui So Ran pada Ketua Tim.
“Kau
melakukan pekerjaan yang benar-benar bagus, Rancang botol air lainnya dengan
cara ini” kaat ketua tim. So Ran kaget kalau desainnya diperluas juga
“Tentu
saja... Mari kita coba melewati babak final juga, oke? Terima kasih, sudah
mencoba yang terbaik. Mari kita makan malam bersama” kata Ketua Tim lalu
beranjak pergi.
Beberapa
orang melihat kearah So Ran, lalu teman satu mejanya bertanya apakah So Ran
akan makan malam bersamanya. So Ran mengaku belum tahu. Temanya bertanya Apa
itu berarti makan malam tim. So Ran mengaku tak mengerti dengan hal itu.
“Tapi
melewati babak tema bukanlah sesuatu yang membahagiakan. Bukan karena kau yang
melakukannya kan?”kata temanya. So Ran pikir itu Tidak mungkin.
“Jika kau
tidak ingin makan berduaan, Apa aku harus bergabung denganmu?” kata temanya,So
Ran berpura-pura sakit pergi dan harus ke toilet, wajahya seperti tersenyum
karena diajak makan malam oleh Ketua tim.
“Kita
melewati babak final. Cepat kembali. Mari
kita makan malam bersama.” Tulis ketua tim.
So Ran
ingin menjawab “Terima kasih...” tapi dihapus merasa kesal karena Sulit untuk menanggapi pria ini.” Teringat
kembali Saat makan malam bersama, Ketua Tim tahu So Ran yang akan berlibur
ingin tahu akan pergi dengan siapa. So Ran seperti tak bisa menjawabnya.
“Terima
kasih, Ketua tim. Bekerja keraslah.”
Balas So Ran merasakan seperti
tercekikdan ingin pergi ke suatu tempat yang jauh.
Ma Roo
sudah pergi melepaskan seperti melewati jalan pasir dan foto selfie dengan
pemandangan kastir. Sementara Su Su mengajak kakaknya untuk pergi. So So
mengaku belum siap karena kalau pergi itu sama saja seperti Su Su meninggalkan
muridnya di tengah kelas.
Su Su
pikir bisa meninggalkan mereka, bahkan ia bukan guru lagi. So So memberitahu Tidak
ada penerbangan hari ini, jadi mengajak untuk menginap dan berbicara.
“Kita
bisa makan bersama, dan Kau perlu meminta maaf kepadanya.” Kata So So. Su Su
bertanya apakah maksudnya si “Sumimasen”
“Sumimasen
siapa? Kau harus minta maaf dengan tulus
kepadanya.” Kata So So
“Kau
berbicara tentang turis yang memukulku. Aku tidak bisa. Kenapa aku harus
meminta maaf? Tapi Jika aku minta maaf, Maukah kau kembali ke Korea?” kata Su
Su, So So menatap sinis menahan amarah.
“Baiklah,
aku akan minta maaf.. Tapi aku tidak bisa mengimbanginya... Aku juga terluka.”
Keluh Su Su. So So meminta adiknya agar bersikap sopan.
“Dia
adalah pelanggan kami.” Tegas So So keluar dari restoran. Su Su bertanya kemana
So So akan pergi. So So memberitahu harus menemukannya untuk meminta maaf.
“Kau
sebaiknya tidak melarikan diri!” teriak Su Su melihat kakaknya keluar restoran
untuk menelp.
So So
menelp Ma Roo untuk mengetahui keberadaanya, Ma Roo mengatakan ada di dekat
bukit. So So mendengar kalau maksudnya kastil. Ma Roo mengulang kalau ada di Bukit.
So So pikir Tidak ada bukit di dekat sini. Ma Roo mengaku kalau melihat bukit
di sini.
“Apa
kebetulan kau ada di pulau?” tanya So So. Ma Roo mengatakan kalau ada dibukit.
“Apa kau
di pulau yang terlihat seperti bukit? Apa kau disana? Maksudku, bukit?” ucap So
So terlihat marah.
“Aku
pikir itu tempatnya.” Ma Roo. So So tak habis pikir Ma Roo bisa ada disana, Ma
Roo pikir So So bisa melihatnya dengan melambaiknya tanganya.
“Kenapa
kau pergi kesana?” keluh So So. Ma Roo pikir itu Karena ada bukit di sini.
“Aku
sudah bilang jangan pergi kesana! Kenapa Kau tidak mendengarkan Aku?” ucap So
So kesal. Ma Roo binggung kapan So So mengatakanya.
Flash Back
“Apa kau melihat pulau itu? Ini bukan bukit.
Ini sebuah pulau. Kau bisa berjalan di sana saat ombaknya rendah, tapi ada
pasir di mana-mana. Jika kau pergi ke sana tanpa pemandu, kau bisa mati setelah
jatuh ke dalam lubang. Ada orang yang meninggal di sana, jadi kau tidak boleh
pergi ke sana sendirian. Apa kalian mengerti?” ucap So So berbicara pada semua
timnya. Tapi Ma Roo sibuk dengan ponselnya, kalau akan kembali malam ini.
“Aku sudah
bilang jangan pergi kesana! Kau bisa mati di lubang disana!” jerit So So kesal.
Ma Roo pikir dirinya tidak mati.
“Dasar.. Kau
membuatku gila!” ucap So So. Ma Roo akhirnya meminta maaf. So So menyuruh Ma Roo agar Cepat kembali.
“Tapi Sudahlah,
aku akan pergi kesana. Jangan pergi kemana-mana. oke?... Kau tidak bisa pergi
kemana-mana.” Tegas So So. Su Su memesan kopi, lalu melihat kakaknya sudah tak ada didepannya.
Ma Roo
memilih untuk menumpuk batu untuk menghilangkan rasa bosan, So So terus berlari
dengan berjalan menurun. Adik So So yang kehilangan kakaknya mencoba keluar
masuk toko souvenir untuk melihatnya, lalu menelp Direktur yang sedang mengajarkan
dua orang Prancis membuat kimchi lobak.
“Hei, apa
kau tidak pergi ke Korea?” kata Direktur. Su Su tak ingin membahasnya meminta
agar diberikan nomor telp kakaknya saja.
“Hei, di
Perancis, ada hukum ketat yang melarang memberikan informasi pribadi.” Kata
Direktur.
“Aku baru
saja bertemu dengannya, tapi tidak mendapatkan nomor teleponnya.” Ucap Su Su
“Apa Kau
bertemu dengannya? Kapan? Dimana?” tanya Direktur tak percaya.
“Aku bertemu
dengannya di sini tadi!!” kata Su Su. Tapi Direktur merasa Su Su berbohong
karena pasti tidak menemuinya.
“Itu
benar! Kau bisa cek sendiri. Setelah kau periksa, suruh dia meneleponku, atau berikan nomor teleponnya, oke?” kata
Adik So So mengumpat kesal.
Ma Roo
menerima telp So So dan masih ada dipulau. So So ingin tahu keberadaanya. Ma
Roo mengatakan ada di pulau itu. So So bertanya Dimana di pulau itu. Ma Roo
mengatakan Jika berjalan lurus lalu belok kanan maka akan menemukanya. So So
memperingatkan Ma Roo agar tak berpindah tempat, akhirnya keduanya pun bertemu.
“San Ma
Ru, aku jelas menyuruh semua orang untuk tidak datang ke sini.” Kata So So
kesal bisa melihat Ma Roo dan merasakan ponselnya bergetar.
“So So...
Apa semuanya baik-baik saja?” tanya Direktur menelp
“Bagaimana
semuanya bisa baik-baik saja? Sudah kubilang aku tidak mau grup ini! Ada banyak
masalah, dan aku harus mengatasinya! Aku tidak menginginkan ini! Jadi Jangan telp
aku. Aku tutup!” kata So So kesal lalu menutupnya. Direktur pikir So So baik-baik
saja.
Bersambung
ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar