PS
: All images credit and content copyright : TVN
Mereka
akhirnya pergi ke taman bermain, beberapa anak sudah pulang dari sekolah dan sepi.
Se Hee pikir Ji Hoo sudah bisa jawab sekarang. Ji Ho mengaku kalau hanya ingin
melakukannya. Se Hee binggung apa maksudnya hanya ingin melakukannya.
“Ya...
Itu karena... Aku belum pernah menjalin hubungan. Jadi aku belum pernah mencium siapa pun. Dan hubunganku selalu saja
tak lancar dengan orang yang kusukai.” Jelas Ji Ho. Se Hee pikir bener juga.
“Kalau
dipikir-pikir, itu juga akan terjadi. Kau bisa berkencan dengan orang bila
punya uang dan waktu. Tapi aku tak punya dua-duanya. Biasanya, kau harus punya pacar
dulu, baru bisa mencium seseorang. Tapi kurasa itu tidak akan terjadi dalam
hidupku. Maka Itulah yang kupikirkan,
dan tiba-tiba saja... Aku berPikir, "Kenapa tidak kucoba
saja?" Karena kukira aku tidak akan
punya kesempatan mencium seseorang. Itulah kurasa alasan aku menciummu.”
Jelas Ji Ho.
“Aku merasa
seperti aku sudah gila setelah bilang begitu. Kau tidak memahaminya, kan?”
pikir Ji Ho hanya diam saja.
“Aku
paham kalau alasannya begitu.” Ungkap Se Hee yang hanya diam saja. Ji Ho kaget
karena Se Hee bisa mengerti yang dikatakan.
“Ya,
hubungan bisa jadi beban entah karena uang, waktu, atau emosi. Tapi kau ingin
melihat hasilnya tanpa biaya apapun. Makanya kau menciumku.” Kata Se Hee.
Ji Ho
membenarkan yang dimaksudnya. Se Hee memastikan kalau Ji Ho juga tidak
ingin menjalin hubungan cinta apa pun.
Ji Ho pikir hidupnya juga penuh masalahnya jadi tak ingin mencari masalah lagi.
Se Hee pikir semua akhirnya beres dan juga Sempurna. Ji Ho binggung apa maksud
ucapanya.
“Inilah
daftar mantan teman serumahku. Seperti yang dilihat..., nilaimu tertinggi di
antara ketujuh teman serumah ini.
Sejujur, aku belum pernah bertemu orang
yang memenuhi semua syaratku. Jadi, kemungkinan besar aku tidak akan pernah bertemu dengan orang sepertimu lagi.”
Jelas Se Hee memperlihatkan grafiknya.
“Tapi... Diskualifikasiku
kritis sekali.” Kata Ji Hoo khawatir.
“Aku
yakin itu titik buta kita, atau bisa jadi keuntungan kita. Kau akan
didiskualifikasi... Jika setidaknya kita memiliki sedikit kemungkinan untuk jatuh cinta. Tapi kita tahu
itu tidak akan terjadi. Jadi aman bagi kita berdua. Apalagi, kita sudah saling
ciuman maka sudah terbukti itu tidak akan pernah terjadi lagi.” Kata Se Hee. Ji
Ho pikir benar juga.
“Kau bisa
mempercayaiku. Aku memang kebetulan
menciummu entah bagaimana, tapi kau sungguh bukan tipeku.” Ungkap Ji Ho.
Se Hee juga mengaku seperti itu.
“Jadi
bisakah aku terus menjadi teman
serumahmu?” tanya Ji Ho. Se Hee mengatakan tentu saja.
Ho Rang
mengetahui kalau Ji Ho memutuskan untuk
tinggal bersamanya, menyakinkan lebih dulu kalau dia adalah pria apakah tak
masalah. Ji Ho yakin menurutnya Tidak
akan ada lagi yang terjadi di antara
mereka. Ho Rang binggung apa maksudnya “Lagi”
“Yah... Kurasa
selain disini, aku takkan menemukan
apartemen yang lebih bagus. Pemilik apartemen butuh penyewa untuk bayar
pinjamannya. Aku juga butuh tempat sewa tanpa deposit apapun. Jadi sama-sama menguntungkan”
kata Ji Ho
“Benar
juga, lagipula kapan kau bisa tinggal di
tempat seperti itu lagi? Tapi Memang berapa biaya sewanya? Apakah Mahal?” ucap
Ho Rang melihat apartement tempat Ji Ho tinggal dengan Se Hee.
Ji Ho
masuk ruangan dengan membawa naskah “Turtle Studying Room”, yang ditulis
olehnya. Senyuman terlihat sangat bahagia karena sebentar lagi pasti akan
menjadi penulis naskah sesungguhnya. Sutradara park dan Yong Suk datang, Ji Ho
kaget melihat penulis Seniornya juga datang.
“Kau
datang lebih cepat.” Ucap Sutradara Park. Penulis Senior menyapa Ji Ho
melihatnya pasti kaget
“Aku
senang bertemu kalian lagi.” Kata penulis Hwang. Sutradara Park menyuruh mereka
duduk saja. Ji Ho terlihat masih bener-bener shock kembali bertemu dengan
Penulis Hwang.
“Jadi kurasa
mungkin lebih baik jika Penulis Hwang
kasih saran tentang alur ceritanya dan segalanya. Agar kita dapat kesempatan
menayangkannya di slot utama. Kau Tahu sendiri, slot utama takkan diberikan
pada penulis baru.” Jelas Sutradara
Park. Ji Ho hanya bisa mengangguk mengerti walaupun menahan diri dengan
amarahnya.
“Kalian
berdua akan menjadi penulis naskah
utama, jadi Jangan salah paham.” Jelas Yong Suk. Ji Ho mengaku kalau
suatu kehormatan baginya.
“Benar,
saat setua ini, aku mana bisa tak pakai asisten penulis. Aku akan
membantumu sebanyak mungkin.” Kata
penulis Hwang
“Bagus,
jadi kita bisa mulai dari episode pertama. Jadi Dari bagian mana harus kumulai?”
kata Sutradara Park
“Banyak
yang harus kubicarakan.” Kata Penulis Hwang membuka naskah. Ji Ho melihat ada
banyak tulisan merah pada naskah miliknya ditangan Penulis Hwang, lalu hanya
bisa menatap kosong.
Ji Ho
membersihkan lantai dengan handuk mengunakan penyemprot, tanpa sadar kalau Se
Hee pulang dari kantor memanggilnya. Ji Ho sadar lalu membuka earphonenya lalu
meminta maaf. Se Hoo pikir kalau kerjaan
JiHo sedang tak lancar lagi.
“Ya, aku
lagi stres jadi aku biasa bersih-bersih
seperti ini.” Akui Ji Ho
“Kebiasaanmu
sangat ideal sekali.” Ungkap Se Hee. Ji Ho tak menyangka karena mengenal Se Hee
punya sifat yang tak biasa.
“Kau
hebat.” Puji Se Hee. Ji Ho pun mengucapkan Terima kasih.
Se Hee
menonton sepak bola dengan earphonenya dan juga kitty yang menemaninya. Ji Ho
keluar kamar mengambil air minum melihat Se Hee sedang menonton sepak bola dan
akhirnya ikut melihat dan sempat menjerit ketika bola masuk gawang. Se Hee
menyadari keberadaan Se Hee lalu bertanya apakah mau nonton bersama. Ji Ho
menolak karena harus kerja lagi.
Tapi
akhirnya keduanya menonton pertandingan Arsenal bersama, wajah keduanya
terlihat tegang. Ji Ho pikir menonton laga derby memang mendebarkan. Se Hee berkomentar Inilah
bagian terbaik dari liga. Ji Ho menatap
Se Hee teringat dengan ucapan Soo Jin
“Tapi,
kenapa dia tidak menikah? Dia 'kan punya rumah dan pekerjaannya bagus. Jadi kenapa?
Jangan-jangan... Apa Dia homo?” kata Soo Jin. Ji Ho dengan rasa penasaran pun
bertanya pada Se Hee.
“Tapi...,
Apa kau belum menikah? Emmm... Maksudku, orang biasanya menikah saat mereka sudah seusiamu. Kau sudah punya
rumah.” Ucap Ji Ho. Se Hee tahu kalau seperti itu memang sudah bisa
“Tapi aku
masih lajang.” Kata Se Hee. Ji Ho memastikan kalau artinya Se Hee tidak akan
menikah selamanya. Se Hee membenarkan.
“Rumah
ini, Kitty, dan aku sendiri. Aku bersedia menopang tiga hal itu saja. Aku tidak
perlu menopang hidup yang membutuhkan
lebih banyak energi dan biaya.” Ucap Se Hee. Ji Ho bisa mengerti.
“Tapi...
tinggal berapa lagi sisa waktu buat melunasi pinjamanmu?” tanya Ji Ho ingin
tahu
“Aku hanya
perlu membayar 30 tahun lagi.” Kata Se Hee santai. Ji Ho kaget mendengarnya.
“Berarti
kau harus bekerja seumur hidup untuk
melunasi rumah ini. Bukankah itu terlalu sia-sia?” pikir Ji Hee.
“Tidak
ada yang lebih pasti dari pada properti
di negara ini. Kau harusnya yang paling tahu soal itu.” Kata ungkap Se Hee.
Ji Ho
membahas kalau melihat ada rumah sakit
umum tepat di depan apartment. Se Hee membenarkan kalau mereka bisa jalan kaki 10 menit jadi memilih rumah
yang ditinggali sekarang. Ji Ho pikir Se Hee sedang sakit. Se Hee mengatakan
tidak.
“Rumah
ini menguntungkan jika bertahun-tahun kemudian dan aku punya masalah kesehatan.”
Jelas Se Hee.
“Kau 'kan
masih muda, bukankah terlalu dini untuk mempersiapkannya?” pikir Ji Ho
“Aku akan
mati di rumah ini. Jadi aku harus mempertimbangkan semuanya. Dan Sebenarnya,
kamarmulah tempat dimana aku akan mati.
Karena ventilasi kamar itu sangat bagus..” ungkap Se Hee yang membuat Ji Ho
terlihat gugup.
“Yah..
Pantas saja kamarku terasa sangat sejuk dan nyaman. Semua pemikirannya memang
masuk akal, tapi dia agak aneh. Dia juga tidak ada ekspresi dan sungguh bukan
tipeku.” Ucap Ji Ho akhirnya keluar dari rumah untuk membuang sampah.
Saat akan
kembali Ji Ho bertemu dengan seorang wanita akan naik lift, lalu bertanya akan
ke lantai berapa. Si ibu mengatakan akan ke lantai empat juga dan mengucapkan
terimakasih. Keduanya pun keluar di lantai yan sama, Ji Ho akan masuk ke dalam
rumah.
“Agasshi,
kenapa kau ke sana?” ucap Si ibu binggung. Ji Ho makin binggung memberitahu
kalau Ini tempat tinggalnya.
“Ini
rumah anakku.”kata si ibu ternyata orang tua dari Se Hee. Ji Ho kaget.
Ji Ho
mondar mandir dalam kamarnya terlihat gelisah, ingin tahu apa yang dibicarakan
diluar. Se Hee dengan tatapan tanpa ekspresi ingin menuangkan minuman untuk
ibunya, tapi Ibu Se Hee menolak seperti sudah terlalu banyak minum karena
shock.
“Jadi...
Apa dia bukan pacarmu?” ucap ibu Se Hee. Se Hee menegaskan kalau Ji Ho hanya
teman serumahny.
“Kau
bukan Teman serumah, Diman matamu??? Dia itu wanita. Jadi Dia bukan
pacarmu, tapi kau tinggal bersamanya?”kata
Ibu Se Hee tak percaya dengan anaknya.
“Aku
malah tinggal bersamanya karena dia
bukan pacarku. Dia cuma penyewa.” Kata Se Hee.
“Apa Kau
sungguh takkan menikah? Apa Kau mau lihat ibumu ini mati?” kata Ibu Se He.
“Kenapa
Ibu membawa-bawa masalah pernikahan? Sudah
kubilang aku tidak ingin menikah.” Tegas Se Hee.
“Ayahmu
ingin bercerai. Dia akan menceraikan Ibu jika Ibu tidak membuatmu menikah. Apa Kau
mau lihat Ibu bercerai? Jadi Tolong pahamilah Ibu mu ini dan Ibu ingin hidup
bahagia. Tapi Bisa-bisanya kau egois sekali?” kata Ibu Se Hee benar-benar
marah.
Keduanya
seperti mengantar Ibu Se Hee pulang dan berjalan ditaman, Se Hee meminta maaf,
karena lupa mempertimbangkan orang lain mengunjungi rumah mereka. Ji Ho pikir
tadi bukan sembarang orang, tapi ibu Se Hee dan Semua orang tua peduli dengan anak mereka.
“Yang
mereka inginkan adalah memenuhi keinginan mereka lewat anak mereka. Kalau kau
tak keberatan, maka bisa mengabaikannya...” ucap Se Hee.
“Tidak,
mana mungkin aku seperti itu? Dia pergi setelah minum dua pil. Seorang
sutradara kenalanku bilang ada satu studio
yang bisa kutempati. Jadi Aku bisa tinggal di sana untuk sementara waktu.
Setelahaku dapat cukup uang, aku bisa
cari apartemen sendiri.”kata Ji Ho.
Se Hee
bisa mengerti dan akan mentransfer uang sewa bulan ini ke rekeningnya. Ji Ho
mengerti dan Se Hee pamit kerja lebih dulu lalu naik taksi yang berhenti.
Ji Ho
membereskan barang-barangnya dan kucing Se Hee seperti tak ingin ditinggal
dengan masuk ke dalam koper. Ji Ho mengajak bicara Kitty kalau sudah terlanjur
suka dengannya, dan merasa kalau pasti bosan setelah meninggalkan rumah. Lalu
ia mengecek emailnya seperti merasakan sesuatu yang berbeda.
Ji Ho
menemui Yong Suk sebagai sutradara kalau
ini bukan hanya sekedar perbaikan
saja tapi keseluruhan isi dramanya berbeda. Yong Suk pikir tak masalah karena
Ji Ho sudah setuju kalau Penulis Hwang
memperbaiki naskahnya.
“Tapi
keseluruhan ceritanya... Apa bedanya ini dengan drama “konyol” lainnya?...
Maksudku, kenapa memasukkan cerita rahasia kelahiran di drama tentang masa
muda?” ucap Ji Ho mencoba untuk menahan amarah.
“Penulis
Yoon... Kenapa kau bertingkah seperti amatir? Kita semua tahu cerita tentang
masa muda itu unik dan menarik. Tapi apa orang yang akan menontonnya? Orang
hanya akan menonton drama kalau ada konflik.” Jelas Yong Suk. Ji Ho hanya diam.
“Penulis
Yoon... Katanya kau lulusan Universitas Nasional Seoul. Aku diberiathu oleh
Penulis Hwang mengenai hal itu. Teman sekelasmu pasti sudah produktif sekarang,
jadi Kau juga harusnya begitu... Kau sudah kepala 3. Bagaimana kau masih bisa
tinggal di tempat seperti ini?” ucap Yong Suk menyindir Ji Ho. Ji Ho pun hanya
diam saja dengan wajah sedih.
Se Hee
masuk rumah menerima telp dari ibunya, kalau orang tua dari wanita itu adalah
guru di sekolah lama tempat ayahnya dulu bekerja, berumur 28, jadi
perbedaan umurnya denganmu sempurna. Se
Hee mengaku sudah dengar itu sebelumnya.
“Jangan
terlambat... cobalah lebih perhatian demi Ibu.” Pinta ibunya menyuruh anaknya
kencan buta. Se Hee hanya mengiyakan saja dan menutup telpnya.
Se Hee akan
membuka kulkas melihat pesan yang ditinggal Se Hee “Maaf aku tidak bisa bilang langsung. Terimakasih atas semuanya.”
Dan melihat kamar Ji Ho sudah kosong.
Ji Ho
menulis dengan sofa sebagai tempat tidurnya, lalu memilih untuk bisa tidur
nyenyak walaupun tempat tak nyaman.
Dalam
upacara penikahan, Se Hee duduk bersama dengan Sang Goo tanpa disadar satu
ruangan dengan Ho Rang dan juga Soo Jin dengan duduk terpisah dengan altar
penikahan. Sang Goo melihat pasangan yang menikah itu sangat indahnya.
“Menikah
itu biasa-biasa saja, jadi Menikah sajalah kau.” Ungkap Sang Goo
“Menikah
itu biasa-biasa saja. Jadi Lebih baik, wamil lagi daripada menikah. Memang apa
bedanya?” pikir Se Hee.
“Itu
Beda, coba lihat ke sana... Menikah sudah selesai setelah acara ini selama satu jam dan
menghormati para tetua, hanya itu saja.”
Kata Sang Goo.
“Jadi apa
mereka langsung pulang setelah pernikahan?” tanya Se Hee.
“Bisa
jadi. Banyak sekali jenis pasangan. Ada pasangan “show-window Couple”, *pasangan
yang aslinya tidak akur tapi serasi kalau di depan orang*, pasangan akhir pekan
dan pasangan tanpa seks. Apanya yang sulit? Hei.. Ayahmu berjanji membayar
semua uang sewa rumah kalau kau menikah.
Kalau aku jadi kau, maka aku langsung menikah.” Ucap Sang Goo.
Pasangan menikah
saling membungkuk memberikan hormat,
mereka pun memberikan tepuk tangan. Ho Rang dan Soo Ji duduk bersama
merasa heran temanya belum juga datang. Ho Rang mengatakan kalau Ji Ho akan
telat, karena ada rapat.
“Kenapa
kau di sini padahal ini pernikahan teman
kuliahku?” ucap Soo Jin heran
“Dia juga
teman kuliahnya Won Seok. Aku di sini menggantikan Won Seok karena dia sibuk.”
Ucap Ho Rang. Ji Ho masuk dan mencari teman-temanya, Ho Rang melihat temanya
dan langsung melambaikan tanganya.
Mereka berkumpul
dengan semua teman satu kampus untuk makan, salah satu teman duduk disamping
Soo Jin meminta kartu nama menceritakan kalau adiknya melamar ke perusahaan tempat kerja Soo Jin. Soo Jin
menegaskan tak bisa banyak membantu jadi bisa mengirim email kalau memang ada
yang ingin ditanyakan.
“Katanya
kau tokoh kunci di divisi bisnis. Aku juga minta kartu nomormu.” Ucap teman
lainya dan yang lain juga mengingikan kartu mana.
“Itu
bukan semua yang kaudengar. Mereka memanggilku tokoh kunci buat mengolok-olokku.”
Jelas Soo Jin. Mereka tak percaya begitu saja.
“Tokoh
kunci sebenarnya itu si Ji Ho. Dia
satu-satunya yang dapat beasiswa penuh di perguruan tinggi.” Kata Soo Ji
membanggakan temanya.
“Hei, Ji
Ho. Sudah lama tak bertemu. Apa
pekerjaanmu?” tanya temanya. Ji Ho terlihat gugup. Soo Jin memberitahu kalau Ji
Ho penulis skenario drama. Semua langsung terpana dengan Ji Ho seperti sangat
iri.
“Tidak,
aku hanya asisten penulis.” Kata Ji Ho merendahkan diri. Temanya ingin tahu Ji
Ho sudah menulis drama apa saja.
“Yang terakhir
"Love Story of a Fool". (Kisah Cinta Orang Bodoh) Aku juga
menulis "Ramyeon Restaurant of
Kkotsoon" dan Kalian juga pasti tahu
"Ratu Rumah Tangga".” Kata Ji Ho. Semua temanya seperti tak
lagi tertarik karena dramanya tak terkenal.
Mereka
berpura-pura kalau seru sekali dramanya. Soo Ji tahu kalau mereka hanya
mengejek dengan heran kalau mereka tidak
tahu "Ratu Rumah Tangga". Temanya beralasan kalaujarang menonton TV
akhir-akhir ini. Soo Ji membanggkan temanya kalau Itu drama pagi yang
legendaris jadi bisa cek di Internet.
Mereka tetap mengatakan tak tahu.
Ji Ho
seperti merasa sangat direndahkan memilih untuk pamit pergi karena ada janji
lain. Soo Ji pun mengeluh temanya yang
bereaksi berlebihan hari ini lalu
ingin mengejar Ji Ho. Ho Rang menyuruh Soo Ji tenang saja dan tak mengejarnya.
Ji Ho
duduk di halte dengan tatapan sedih karena tak ada yang bisa dibanggakan
olehnya. Ho Rang datang duduk di halte. Ji Ho heran melihat temanya malah
keluar padahal akan segera pergi. Ho Rang mengaku harus pulang dan bertanya Apa
bus nomor 7737 lewat sini.
“Kenapa
orang kaya juga ingin rendah hati? Jadi tak menyenangkan, 'kan? Aku Sudah
bilang, jangan belajar terlalu rajin...
Coba Lihat aku. Aku bahkan tidak bisa ambil
keputusan karena aku tidak belajar.Apa menurutmu ada alasan atas tindakan yang
tak boleh dilakukan?” kata Ho Rang
“Ayahku bilang
aku akan mati kelaparan jika memilih
jurusanku. Tapi ternyata benar.” Kata Ji Ho sedih.
“Apa
Kerjaanmu lagi tak lancar? Yah.. Memang, gajimu tak sebanyak Soo Ji dan tak
punya pengalaman berkencan. Tapi kau selalu terlihat sangat bahagia saat
menulis. Apa Kau tak merasa bahagia, saat menulis belakangan ini?” kata Soo Ji.
Ji Ho hanya diam saja.
Sang Goo
menyapa semua tamu yang dikenalnya, Se Hee seperti tak suka berkumpul dengan
banyak orang memilih untuk pamit pergi saja. Sang Goo mengeluh kalau Se Hee
harusnya bisa sopan dan meminta agar jangan pergi. Se Hee mengaku kalau ada
janji dan tidak boleh terlambat.
“Ini akhir
pekan, jangan bohong.. Apa Kau mau ikut kencan buta?” ucap Sang Go. Se Hee tak
banyak bicara memilih untuk pamit pergi.
“Yahh.. Bertindaklah
seperti orang normal, maka kau pasti bisa menikah.” Ungkap Sang Ho melihat
kepergian temanya lalu kembali menyapa tamu lainya.
Soo Ji
ingin menelp Ji Ho tapi terlihat ragu dan berjalan tanpa sengaja bertabrakan
dengan Sang Goo dan semua barang-barang Soo Ji pun jatuh. Sang Goo memasukan
barang ke dalam tas dan binggung karena ada kondom.
“Padahal
ini kupakai kemarin. Apa tidak, ya?” pikir Sang Goo bingung ingin memeriksanya.
“Berikan
itu padaku.... Itu punyaku.” Ucap Soo Ji. Sang Goo binggung apakah maksudnya
Kondom itu, lalu berjalan heran melihat Soo Ji karena tak mengenalinya.
“Wanita
ini bernama Choi Yong Jaeyang menjadi pemilik hunian setelah membunuh pemilik
aslinya. Dan seorang penulis kaya
bernama Choi Jun Seok kebetulan pindah ke hunian itu. Dia mencari
ibunya. Ternyata keduanya adalah saudara
tiri.” Ucap Penulis Hwang menjelaskan dengan mengebu-gebu.
Ji Ho
hanya diam saja mengingat ucapan Ho Rang “Kau selalu kelihatan sangat bahagia saat menulis, Apa Kau lagi tak
merasa bahagia saat menulis belakangan ini, ya?” Sementara dua sutradara
melihat cerita Penulis Hwang kalau itu menarik.
“Bagaimana
menurutmu, Penulis Yoon?” tanya Sutradara Park. Ji Ho tersadar dan mengaku
sangat... Sutradara ingin tahu menarik dibagian mana.
“Apanya
yang menarik? Cerita ini bercerita tentang orang yang tinggal di hunian mahasiswa. Dan Kenapa
pula pria kaya harus tinggal disitu? Cerita
ini bercerita tentang percintaan masa muda. Jadi kenapa harus ada kakak laki-laki tiri dimasukkan ke cerita?”
ucap Ji Ho berani berkomentar sinis. Mereka tak percaya Ji Ho berbicara pada
penulis Hwang
“Coba
pikirkan... Kalau begini, sebaiknya kita langsung saja pakai alur yang tak bermutu itu. Kenapa kita
harus menipu pemirsa?” kata Ji Ho
“Penulis
Yoon. Apa Kau barusan bilang cerita tak
mutu? Bukankah itu terlalu kasar? Aku hanya berusaha membantumu. Apa Kau tak
mau drama ini lanjut?” ucap Penulis Hwang seperti mulai marah
“Aku bisa
memilih apa drama ini akan lanjut atau
tidak, Karena ini tulisanku.” Tegas Ji Ho tak peduli.
Se Hee
sampai rumah terlihat sangat lelah mengambil bir dan berbaring di sofa, lalu
melihat alarm kalau harus mengirimkan teks pada teman kencan butanya. Ia mulai
menuliskan [Kau sudah sampai rumah?]
“Jika dia
sudah sampai rumah..., Lalu apa selanjutnya? Buang-buang waktu saja.” Keluh Se
Hee memilih untuk tak mengirimkanya. Saat membuang kaleng bir kesal melihat
banyak sampah dan kucingnya pun juga terlihat kelaparan.
“Maaf... Aku
begitu sibuk sampai kau lupa kukasih makan.” Ungkap Se Hee sambil mengusap
kepala kucingnya.
“Apa yang
kita butuhkan... bukan pernikahan.” Kata Se Hee menatap kamar Ji Ho yang
kosong.
Ji Ho
sudah sampai tempat tinggal sementaranya, Pesan masuk dari Yong Suk “Penulis
Yoon, kau dimana? Minta maaflah ke Penulis Hwang. Drama kita bisa-bisa tak lanjut kalau seperti ini. Apa Kau mau
riwayatmu tamat di dunia hiburan TV?” Ji Ho memilih untuk tak mengubrisnya lalu
memilih itu tidur.
Saat itu
pintu kamarnya terbuka, Ji Ho kaget melihat Yong Suk seperti mabuk masuk karena
sudah tahu passwordnya dan berkata kalautidak boleh datang kesini. Yong Suk
heran apakah ia bahkan tidak boleh datang hanya ingin menemui Ji Ho.
“Aku yang
mencarikanmu tempat ini...Penulis Yoon. Kau ini kenapa? Aku mencoba membantumu
Dan kenapa kau begini padaku?” keluh Yong Suk dengan nada marah
“Aku juga
mencoba melakukan hal yang sama. Tapi ini bukan cerita yang harus kita lanjutkan.” Kata Ji Ho
“Tidak
semua orang bisa melakukan keinginan mereka sejak awal. Hanya orang sukses yang
bisa melakukan keinginan mereka. Orang-orang seperti kita hanya perlu menuruti
perintah.” Kata Yong Suk memegang bahu Ji Ho.
Ji Ho
mulai ketakutan mengaku sangat mengerti dan mengajak untuk bicara besok lagi.
Yong Suk malah membahas kalau Ji Ho yang tidak pernah menyukainya dan mencoba
mendekat untuk menciumnya. Ji Ho meminta agar Yong Suk tak melakukanya. Yong
Suk memaksa Ji Ho untuk bisa melayaninya. Ji Ho memohon agar Yong Suk agar tak
melakukanya dan dengan sekuat tenaga mendorongnya.
“Kau...
Apa Kau tahu kenapa kau itu seperti orang jahat? Bukan karena kau
membingungkanku selama tiga tahun. Bukan karena kau membodohiku. Bukan karena
kau main mata denganku di saat kau punya pacar. Padahal sekarang ini, cuma ini
tempat yang bisa buatku berbaring. Dan kau baru saja membuatku meninggalkan tempat ini juga, Apa kau tahu? Aku
padahal sangat ingin tidur, dasar bajingan!” umpat Ji kesal melihat Yong Suk
terjatuh di lantai sambil menangis.
Ji Ho
hanya mengunakan pakain tidur keluar dari ruangan, sambil berjalan ingin menelp
Soo Ji tapi sebelumnya mereka sedang bertengkar. Ji Ho menatap bajunya dikaca toko seperti
bener-benar tak terurus.
“Ada sisi
yang tidak pernah ingin kita tunjukkan ke orang lain, entah sedekat apa, kita
dengan mereka.” Gumam Ji Ho.
Ji akan
menekan bel rumahnya tapi saat itu terdengar suara adiknya sebagai penganti
baru tak membiarkan istrinya tidur.
“Terkadang,
keluargamu pun bisa jadi orang yang paling tidak dekat denganmu. Ketika aku memutuskan mewujudkan impianku..., kukira hidupku akan seperti
berjalan melalui terowongan gelap. Tapi
tak kusangka akan segelap ini. Tak kusangka akan menjadi sehampa ini.” Gumam Ji
Ho
“Sampai
kapan... Sampai kapan aku harus jalan?” kata Ji Ho berjalan di terowongan dan
hanya bisa menangis.
Ji Ho
berdiri di depan apartement Se He merasa heran karena datang ke tempat itu,
bahkan tubuhnya seperti menyeretnya untuk datang. Saat itu Se Hee sedang
melihat Ji Ho sambil meminum bir. Akhirnya mereka duduk diruang tengah sambil
menonton TV dan meminum bir.
“Aku
tertidur, lalu aku terbangun karena mimpi, Lalu aku jalan sebentar. Tiba-tiba
aku sampai di sini.” Ucap Ji Ho menjelaskan kalau mengunakan celana tidurnya.
“Ya.
Sepertinya mimpi buruk, yah?”kata Se Hee. Ji Ho membenarkan.
“Mimpi tentang
terowongan tak berujung. Aku sendiri yang melewatinya.”cerita Ji Ho . Se Hee
bisa mengerti. Ji Ho lalu menanyakan kabar Se Hee berbasa basi. Se Hee mangaku
kalau baik-baik saja.
“Begini...ada
yang ingin kukatakan... Kalau kau punya waktu... Maukah kau.....menikah denganku?”
kata Se Hee. Ji Ho terdiam seperti sangat kaget mendengarnya.
“Saat
itu. entah dimanapun itu, hanya untuk sesaat. aku ingin jatuh ke dalam, entah
lubang got atau lubang besar. Dimanapun
itu, aku tak masalah.” Gumam Ji Ho lalu menjawab “Ya” pada pertanyaan Se Hee
yang mengajaknya menikah.
“Malam
ini..., aku hanya ingin tidur nyenyak.”ungkap Ji Ho karena dengan begitu bisa
tinggal di rumah Se Hee yang nyaman.
Bersambung
ke episode 3
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Wuaahhh udh g sabar dg eps selanjutnya 😄😄
BalasHapusaku tunggu lanjutannya 😊
BalasHapusMbak koq ep 3 bLom ada sinop'y..dr siang aq nungguin loh, yg semangatt dounk biar Cpet Up'y..mkasih😊
BalasHapus