Saat itu
ditempat lain, Kyung Jae pergi ke sebuah tempat dengan banyak gambar bentuk
simpul tali.
“Apa ada yang namanya takdir? Jika
ada, berarti aku yang kurang beruntung. Hidupku terlalu kusut.” Gumam Kyung Jae sedih, lalu bergegas pergi karena menerima telp dari seniornya, meminta agar
melakukan ini untuknya.
Flash Back
“Apa aku dapat menemukan beberapa harapan?
Dalam hidupku, tidak ada yang mudah. Aku Sulit masuk kuliah Dan lulus lebih
sulit lagi.”
Kyung Jae
sibuk di warnet menyelesaikan tugasnya lalu membuat CD dengan wajah frustasi. Lalu
ia menerima panggilan interview, tapi gagal dan hanya bisa berteriak kesal saat
keluar dan menginjak tanda pengenalnya.
“Dan yang aku tahu... Menemukan
pekerjaan adalah bagian tersulit.”
Sebuah
papan slogan bertuliskan [Kita adalah keluarga.] dan Ma Roo membawa semua
barang ke dalam kotak. Lalu berteriak kesal karena mereka yang menganggap
keluarga, bisa saling menyalahkan
“Aku nyaris tidak berhasil masuk ke
perusahaan kecil.”
Kyung Jae
duduk lesu bersama teman sambil meminum teh, temannya bertanya mau sampai kapan
Kyung Jae akan berhenti hidup seperti itu, lalu berkata kalau akan mencari
posisi dan meminta supaya Kyung Jae bekerja sebagai Direktur. Kyung Jae kaget
kalau ditawarkan jabatan direktur.
“Kau bisa
menjadi Direktur jika kau mau... Hei, aku presidennya. Aku bisa mendapatkan
posisi yang kau inginkan.” Ucap temanya bangga
“Wow,
tapi hei, bisnis apa yang kau jalani?” tanya Kyung Jae bersemangat.
Kyung Jae
sudah duduk dalam ruangan, wajahnya lesu temanya sedang memberikan penjelasan
tentang bisnis piramida untuk membeli 500 pemanggang kopi yang harganya 8 juta
won, lalu meminjamkannya ke perusahaan kopi dan mereka akan jadi direktur kalau
membeli tiga.
Kyung Jae
terlihat marah langsung menarik temanya dan mecengkram bajunya, karena merasa
di tipu. Temanya pikir mereka itu bisa kaya. Kyung Jae tahu temanya itu bisa
kaya, tapi ia tidak tertarik. Temanya menyakinkn kalau Ini adalah kesempatan
besar jadi mungkin akan berterima kasih kepadanya nanti. Saat itu terdengar
teriaka dari dekat mereka.
“Hei.. Bangun
piramida di Mesir, bukan di Korea!” ucap So Rang berteriak marah dan ingin
keluar tapi dua pejaga menahanya agar tak keluar.
“Temanmu
tidak akan membawamu ke tempat yang buruk.” Ucap si penjaga. So Rang tak peduli
ingin segera keluar dan meminta mereka untuk minggir. Teman Kyung Jae mencoba
melepaskan tangan Kyung Jae dengan menunjuk keduanya seperti akan bertengkar?
“Tinggallah
selama satu jam.” Ucap temanya. So Rang mengancam akan melaporkanke polisi!
“Jika kau
pergi seperti ini, maka Kau akan mempermalukanku” ungkap teman So Rang. Kyung
Jae akhirnya meminta penjaga untuk minggir
“Teman
Presiden Bong seharusnya tidak bertindak seperti ini. Silakan masuk ke dalam.”
Kata penjaga merangkul tangan Kyung Jae. Kyung Jae langsung melepaskanya dengan
kesal mengajak So Rang pergi kalau memang menginginkanya.
“Hei,
Kyung Jae. Itu mungkin. Aku sudah menjadi presiden! Aku sudah...” kata teman.
Kyung Jae tak bisa menahan amarah ingin memukul tapi karena temanya menghindar
membuatnya jatuh mencium lantai.
Kyung Jae
memegang payung dengan setengah badan yang basah, sampai di stasiun. So Rang
mengatakan akan naik kereta bawah tanah, melihat kaki Kyung Jae seperti
terkilir dan hidungnya yang berdarah menanyakan keadaanya.
“Astaga,
aku hanya menyakiti pergelangan kakiku,
tapi Kakiku baik-baik saja.” Ucap Kyung Jae tak ingin dianggap lemah sebagai
lelaki. So Rang pun pamit pergi lebih dulu dengan menuruni tangga.
“Permisi...
Bisakah aku memberikan nomorku?” ucap Kyung Jae. So Rang hanya menatap dari
bawah.
“Aku akan
memberikannya padamu. 010 9102...” kata
Kyung Jae dan terdorong oleh seseorang membuatnya jatuh berguling.
So Rang
kaget melihat Kyung Jae yang jatuh tepat didepanya, tapi Kyung Jae seperti
senang karena melihat sesuatua dibawah rok So Rang. Ma Roo menuruni tangga
panik melihat Kyung Jae yang berguling lalu menanyakan keadaanya dan meminta
maaf. So Rang juga kasihan melihat Ma
Roo karena pasti menyakitkan.
“010... 9102...”
ucap Kyung Jae walaupun menahan sakit memberitahu nomor telpnya dalam kedaan
berbaring di lantai.
“Aku menyukainya
karena dia cantik. Aku menyukainya karena dia baik dan cantik.”
Kyung Jae
dan So Rang melakukan kencan di cafe, lalu berjalan di sungai Han dengan
malu-malu Kyung Jae pertama kali memegang tangan So Rang. Mereka pun terbiasa
dengan jalan bergendangan tangan pergi ke sebuah departement store.
“Aku menyukainya
karena dia baik, Cantik dan jujur”
Keduanya
baru pulang berkencan, Kyung Jae mengantarnya pulang berpesan agar So Rang Jangan sampai komputernya menyala sampai
larut malam Dan jangan ngemil di malam hari juga. So Rang menganguk setuju.
Kyung Jae pun pamit pergi lebih dulu.
“Tunggu...
Apa kau mau makan ayam gizzard?”kata So Rang. Kyung Jae terlihat kaget karena
itu sama dengan ajakan makan ramyun sebelum pulang.
So Rang
mempersiapkan bahan makanan di meja makan, Kyung Jae duduk dengan wajah gugup
di ruang tengah. Ia akhirnya mendekati
So Rang dan langsung menciumnya. So Rang sempat kaget dan Kyung Jae kembali
menciumnya, lalu mendorong So Rang berbaring disofa.
“Tidak
ada yang sesuai rencana sampai sekarang.< Cinta adalah satu-satunya yang
menuruti jalanku. Jika aku memikirkannya, cinta itu yang paling mudah.”
[Episode 5- Cinta itu yang paling mudah.]
So So
bertanya siapa Ma Roo itu, Ma Roo binggung dengan pertanyaan So So lalu
berusaha menjelaskanya. So Ro ingin tahu siapa Ma Roo itu, Ma Roo akhirnya
hanya bisa menyebut namanya San Ma Ru.
“Siapa
kau, melakukan ini padaku? Kau tidak penting. Kau hanya turis yang ada di sini
selama tiga hari. Kenapa kau melakukan ini untukku tiba-tiba?” ucap So So
terlihat sangat marah
“Aku
minta maaf. Aku tidak ingin memakai sabuk kesucian. Aku melakukannya, tapi aku
tidak tahu itu akan berubah seperti ini. Tapi aku tidak mengatakan bahwa aku harus
dimaafkan karena ketidaktahuanku. Aku minta maaf. Mohon maafkan aku.” Kata Ma
Roo membungkuk meminta maaf
“Aku
tidak berbicara tentang sabuk kesucian!” kata So So kesal,Ma Roo binggung apa
lagi selain itu.
“Aku
mengatakan... Kau adalah cintaku yang ditakdirkan.” Gumam So So dalam hati.
“Temui
aku di lobi hotel jam 8 pagi besok pagi. Yang lain akan memulai hari mereka,
dan kau akan menuju ke bandara. Aku akan menemuimu besok.” Ucap So So berjalan
pergi.
Ma Roo
mengikuti So So berpikir ada yang terjadi karena dilarang jadi So So terkena
marah. So So hanya diam dengan wajah dongkol berjalan lebih dulu. Ma Roo
meminta So So memberitahu agar bisa membantu, dan yakin Sesuatu memang terjadi.
So So mengaku Tidak ada yang terjadi.
“Aku akan
pergi menemui walikota. Aku akan melawan, mengemis, atau memukulinya. Aku akan
melakukan semua yang aku bisa sehingga kau tidak dirugikan.”ucap Ma Roo
berjalan lebih dulu dari gang.
“Kemana
kau pergi?” tanya So So. Ma Roo menjawab kalau ingin Menemui walikota. So So
menegaskan kalau bukan itu masalahnya.
“Tidak,
aku akan bertanggung jawab.” Kata Ma Roo lalu berbelok kesebelah kiri So Seo
memberitahu bukan itu jalannnya. Ma Roo berbalik arah ke sebelah kanan. jalan.
So So
memberitahu kalau jalanya menuju ke atas, Ma Roo akhirnya pergi kembali menuju
atas. So So mengeluh Ma Roo yang pergi saat
tidak tahu jalannya. Sementara Adik So So tak melihat keduanya sudah
berbelok kejalan diatas, dengan mengikuti kata hatinya memilik jalan lurus.
“Apa walikota
menunggu untuk bertemu denganmu? Apa kau pikir dia akan mengundangmu untuk
mengobrol? Kau tidak bisa berbahasa Perancis. Apa yang akan kau katakan
padanya?” ucap So So mengejek
“Aku
tidak berpikir jauh ke depan. Tapi itu tanggung jawabku, jadi aku akan
mengurusnya.” Kata Ma Roo
“Aku...
itu pemandu. Para wisatawan berada di bawah tanggung jawabku selama mereka
tinggal di sini, termasuk kau. Jadi tolong jaga perilaku saat berada di sini
dan buat lebih mudah untukku.” Tegas So So
“Aku
bukan orang yang tidak bertanggung jawab Dia mungkin akan segera pulang. Ayo
cepat.” Ungkap Ma Roo dan berjalan lebih dulu. So So berjalan kearah yang
berbeda. Ma Roo pun mengikutinya dengan berbalik arah.
Keduanya
berjalan pergi dan terlihat Kyung Jae pergi ke toko membeli beberapa makanan.
“Aku bahkan tidak tahu kenapa kita
bertengkar. Tidak layak diperjuangkan.”
Ma Roo
seolah tak peduli dengan ucapan So Rang, mengejek pacarnya yang bau karena
sering buang air besar. Terakhir kali ia membiarkan So Rang pergi sendiri ke
hotel tanpa mengejarnya.
“Pertarungan dan pertengkaran menjadi
rutinitas sehari-hari. Tidak ada yang spesial dari cinta. Itulah yang dia
katakan padaku.”
“Kami makan bersama.,, Kami memasak
bersama.. Kami memesan pengiriman.. Atau kita sama sekali tidak makan.”
Kyung Jae
dan So Rang pergi ke cafe makan bersama,
lalu dirumah mereka masak dan makan, mereka juga memesan makanan di sungai han
seperti piknik. So So terlihat marah memilih untuk meninggalkan restoran, Kyung Jae pun mengikutinya dan mereka tak
makan sama sekali.
“Kami memasak satu sama lain Dan
membersihkan sesudahnya. Cinta juga merupakan bagian dari mencari nafkah. Hanya
saja mencari nafkah adalah hal tersulit di dunia.”
So Rang
membawakan lauk untuk Kyung Jae, lalu saat makan bersama Kyung Jae yang mencuci
piring dan So Rang duduk diruang Tv.
Kyung Jae
mengetuk pintu kamar, So Rang membuka pintu dengan masker hitam diwajahnya.
Kyung Jae hanya bergumam dalam hati “ Itu bahkan tidak mengejutkan aku lagi.”
Lalu bertanya apa yang dimakan oleh So Rang tadi. So Rang menjawab tidak lapar.
“Hei, aku
beli anggur... Aku membeli anggur ini, llau Minyak kelapa untuk sembelit... Dan
kue ini yang seharusnya membawa keberuntungan.” Ucap Kyung Jae mengeluarkan
semua barang belanjaanya.
“Aku tidak
tertarik.” Ucap So Rang lalu berbaring
diatas tempat tidurnya. Kyung Jae tak menyangka So Rang yang masih saja marah.
“Aku
minta maaf. Itu salahku... Maafkan aku.” Kata Kyung Jae. So Rang seperti tak peduli mengaku lelah dan
ingin tidur saja.
“Aku
bilang, aku minta maaf... Hei, kenapa kau bertingkah seperti ini? Apa kau harus
melakukan ini di Perancis?” keluh Kyung Jae. So Rang akhirnya terbangun membuka
kulkas dan langsung membuka kulkas hotel.
“Hei,
hei, hei! Aku membeli anggur, jadi jangan buka itu!” teriak Kyung Jae. So Rang
seperti tak peduli memilih untuk minum bir walaupun harganya mahal.
“Kaulah
yang merusak perjalanan. Kau kesal dan menelpon sepanjang hari! Apa kau
mengatakan maaf karena benar-benar
menyesal?” kata So Rang marah. Kyung Jae hanya bisa terdiam melihatnya.
“Masa
depan kita bergantung padanya, jadi apa lagi yang bisa aku lakukan?” gumam
Kyung Jae.
Flash Back
Kyung Jae
bertemu dengan seniornya kalau mereka akan mengenalkannya sebagai "Kota
Cerdas", atau "Semua Kota" dan Jika beruntung, mereka bisa
mendapatkan minimal 10 Maksimal sampai 30. Kyung Jae bingung apa maksudnya.
“Tiga
miliar won... Termasuk biaya pemrosesan. Itu tidak semua. Aku juga akan memberi
perusahaan itu saham. Jangan khawatir dengan investasi, dan fokuslah untuk
menumbuhkan perusahaan. Dan aku akan menginvestasikan 30 juta won, jadi gunakan
itu untuk biaya operasionalmu.” Ucap Seniornya.
“Terima
kasih, sunbae-nim.” Kata Kyung Jae penuh semangat. Seniornya meminta agar di
panggil Hyung saja.
“Omong-omong...
Menurutmu, Apa aku akan mendapatkan investasi pada pertengahan bulan depan?”
kata Kyung Jae. Seniornya pikir itu mungkin saja dan bertanya apakah ini
sesuatu yang mendesak.
“Ini
adalah anniversary ketujuhku dengan pacarku bulan depan.” Kata Kyung Jae.
Seniornya tak percaya kalau pacarnya sangat setia.
“Ya, jadi
aku ingin membawanya berlibur dan menyiapkan acara. Jadi aku bisa melamarnya.”
Ungkap Kyung Jae.
“Ya,
seorang pria membutuhkan rumah untuk menikah. Jika kau mendapatkan investasi, perkawinan
sama sekali bukan masalah.” Kata Seniornya. Kyung Jae terlihat senang
memikirknya.
"Terima kasih sudah lama
menunggu. Mari kita menikah. Aku mendapatkan investasinya, dan bisnisnya akan
berjalan dengan baik. Aku tidak akan memberimu waktu yang sulit." Aku
membawamu ke sini karena ingin
memberitahumu.”
Kyung Jae
sibuk menerima telp membahas pada seniornya kalau akan tahu hasilnya hari ini,
bertanya apakah itu tidak akan berhasil. Saat makan ia pu sibuk menelp
seniornya.
“Hyung-nim,
kau bilang kita akan mendapatkan setidaknya satu miliar won. Bagaimana kau bisa
melakukan ini?” kata Kyung Jae.
“Sunbae-nim,
aku memohon padamu. Aku baik-baik saja dengan 300 sampai 400 juta won, jadi beri
aku beberapa ruang bernapas. Kau bisa melipatgandakan biaya pemrosesan Dan aku
akan memberimu bagian yang lebih besar.”ucap Kyung Jae saat makan siang
bersama.
“Ternyata...
tidak ada yang berhasil untukku. Jadi tidak bisakah kau mudah untukku? Lalu Tidak
bisakah kau menghiburku?” gumam Kyung Jae.
So Ran
kesal memilih untuk tidur, Kyung Jae menenangkan dengan menjelaksan Itu panggilan
dari senior yang akan menghubungkan
dengan investor jadi tidak punya pilihan selain menjawab. So Ran merasa tidak
ingin mendengarnya.
“Jika ini
berhasil, kita akan bebas dari masalah. Aku tahu ini sulit, tapi ini untuk masa
depan kita.” Kata Kyung Jae.
“Aku muak
dengan ini.” Ungkap So Ran. Kyung Jae hanya bisa bergumam dalam hati kalau
merasa kesepian, lalu keluar ruangan karena So Ran sudah berbaring.
So So dan
Ma Roo duduk direstoran sambil meminum wine. So So ingin tahu alasan Ma Roo
datang ke Perancis daripada semua tempat
yang ada. Ma Roo mengatakan Penerbangan ke Italia semua terjual habis. So So
ingin tahu alasan datang sendiri padahal sudah punya pacar. Ma Roo mengaku
kalau mereka bertengkar.
“Apa Itu
sebabnya kau datang sendiri?” kata So So. Ma Roo menceritakan pacarnya tidak
datang ke bandara.
“Apa Pada
hari keberangkatan dan Tanpa pemberitahuan? Bagaimana kalian bertengkar?” tanya
So So heran
“Aku
tidak melakukan kesalahan.” Kata Ma Roo. So So
tau kalau Semua pria mengatakannya, tidak melakukan kesalahan.
“Aku
benar-benar tidak melakukan kesalahan.” Tegas Ma Roo.
“Kau tidak
tahu kenapa kita bertengkar. Proses pertengkaran adalah saat wanita paling
terluka. Jadi bagaimana kalian bertengkar itu penting Tapi bukan untuk
kebanyakan pria. Bagi mereka, Kenapa mereka bertengkar adalah yang terpenting.”
Jelas So So
“Itu
tidak selalu benar.” Pikir Ma Roo. So So memberikan contoh
“Katakanlah
kau bertengkar dengan pacarmu, jadi kau
minum dengan teman.” Jelas So So
Flash Back
M Roo
menceritakan pacarnya yang belum menjawab telp dan mereka bertengkar kemarin.
SoSo bisa tahu apa yang diaktakan oleh teman Ma Roo itu.
“Kenapa?
Kenapa kalian bertengkar? Lalu, Apa kau menang atau kalah?” ucap Byung Jae
penasaran.
So So
pikir pasti seperti itu, Ma Roo membenarkan. So So menceritakan kalau
pertengkaran pada teman satu kamarnya, temanya hanya bisa menangis. So So ingin
tahu Bagaimana bertengkar. Ma Roo
seperti belum jelas dengan contoh So So, jadi ingin mengulangnya lagi seperti
memegang remote TV dan memundurkanya.
“Aku
bertengkar dengan Evian Jadi dia meninggalkan rumah.” Cerita teman So So
“Bagaimana
kalian bertengkar?” tanya So So.
“Jangan
hanya memikirkan kenapa kalian bertengkar, tapi Pikirkan bagaimana kalian
bertengkar juga. Pikirkanlah dan lihat apa kau masih belum salah.” Ucap So So,
Ma Roo pikir benar.
“Aku
tidak berpikir sejauh itu.... Tapi Aku tidak melakukan kesalahan” kata Ma Roo.
Saat itu
adik So So berjalan didepan restoran, tapi So So tertutup oleh pelayan yang
menuangkan wine Ia dengan wajah kesal berjongkok didepan restoran, tanpa sadar
kalau kakaknya ada didalam restoran. So So ingin tahu alasannya bertengkar.
“Ada
masalah di tempat kerja. Kupikir kita akan memikirkan hal yang sama.” Cerita Ma
Roo.
Flash back
Nona Oh
pikir tak ada yang pernah diberi imbalan
karena mengungkap korupsi perusahaan. Ma Roo pikir di Amerika Serikat dan
Eropa, kalaumereka menghargainya. Nona Oh menegaskan kalau ini Bukan di Amerika
Serikat atau Eropa, tapi di Korea.
“Apa ada
yang dihargai di Korea?” kata Nona Oh marah, Ma Roo menjawab itu Di masa depan.
“Mungkin
saja, tapi tidak sekarang Kau akan dihukum karena menikam mereka dari belakang,
membuatmu terlihat bodoh dalam masyarakat. Kau tidak akan mendapatkan pekerjaan
lain dan akan menjadi pecundang selamanya. Itulah kenyataan.” Tegas Nona Oh
“Kenyataannya
tidak benar.” Kata Ma Roo. Nona Oh pikir kalau sikap yan salah juga untuk mengabaikan kenyataan.
“Aku melaporkannya ke kepala
bagian, dan sebuah penyelidikan dimulai. Tapi mereka hanya menyelidiki aku.”
Dua orang
petinggi melihat laporan yang dibawakan Ma Roo, tapi mereka malah menuduh Ma
Roo yang berencana untuk menghancurkan
perusahaan dan ingin tahu Bagaimana mendapatkan dokumen-dokumen ini, menurutnya
ini hal yang ilegal untuk mengakses dokumen rahasia dengan ID dan kata kunci
atasannya.
“Siapa
yang menyuruhmu melakukannya? Aku yakin ada seseorang. Dimana filenya?” ucap
mereka yang tak ingin korupsi terbongkar dari perusahaan.
“Aku
pergi untuk liburan keesokan harinya Dan pacarku tidak datang.” Cerita Ma Roo
“Kau
berani berlibur dalam situasi seperti itu.” Komentar So So
“Aku
mungkin sedang melarikan diri.” Pikir Ma Ro. So So mengerti kalau itu sebabnya
akan kembali dan ingin tahu apakah akan mengubah semuanya.
“Ketiadaan
tanpa cuti yang tidak benar. Liburan bukan keuntungan perusahaan, tapi hak
karyawan. Bukankah kau melepaskan masa depanmu jika kau menyerahkan itu?” pikir
So So
“Kuharap
dia bisa mengatakan itu.” Ungkap Ma Roo mengingat ucapan Nona Oh di telp “Tapi aku tidak bisa
hidup dengan seseorang yang menyerah pada masa depannya.” So So tak mengerti maksudnya.
“Inilah
yang mereka katakan di negara kita. Jika kau bermain dan beristirahat.
Melakukan semua yang kau inginkan, maka kau
tidak akan memiliki masa depan. Tapi kau mengatakan sebaliknya. Jika aku hanya
bekerja, maka aku tidak akan punya masa depan.” Jelas Ma Roo
“Kau akan
memiliki masa depan di perusahaan. Tapi ini cukup aneh, bukan? Kita hanya
berpikir bahwa perusahaan menjaga kita untuk tetap hidup. Kita tidak pernah
menyadari bahwa kita yang menjaga agar perusahaan tetap hidup.”kata So So
So So ingin
tahu Ma Roo alasan berpikir begitu. Ma Roo menjelaskan Tidak peduli berapa banyak mereka
memberi keuntungan pada perusahaan, tapi perusahanan tidak akan pernah puas. So
So pikir itu aneh, Perusahaan bukan musuh atau teman.
“Kau
tidak bisa mengkhianati mereka, tapi kau juga tidak bisa mempercayainya. Tapi
satu hal yang pasti, Kau tidak salah.” Ungkap So So
“Kau
adalah orang pertama yang mengatakannya.” Ungkap Ma Roo
“Kau melakukan
hal yang benar. Jadi, jangan kembali seolah-olah kau telah melakukan
kesalahan.” Pikir So So
Hyun
menutup pintu kamar mandi dengan kesal, Yeon Jung baru saja selesai mengumpat
kesal karena Hyun yang menutup pintu karena akhirnya bocor dimana-mana. Hyun
kesal karena sudah menyuruhmenutup pintu saa buang air kecil karena seperti
anjing saja. Yeon Jung terlihat kesal dianggap anjing.
“Kau
tidak boleh bilang gitu!” teriak Yeon Jung tapi akhirnya langsung meminta maaf
karena tak ingin Hyun marah.
“Apa yang
salah? Apa kau berkelahi dengan wanita itu? Kenapa kau membuatku kesal? Aku tahu
ini akan terjadi karena kau memintaku datang ke perjalanan rahasia ini.” Ucap
Hyun marah
“Aku
tidak merasa terganggu” ungkap Yeon Jung. Hyun menegaskan kalau dirinya sangat
marah.
“Aku
minta maaf... Aku akan menutup pintu mulai sekarang. Apa kau senang?” kata Yeon
Jung. Hyun mengatakan tidak.
“Bayar
denda 100.000 won.” Ucap Yeon Jung menyodorkan tanganya. Yeon Jung tak percaya
Hyun hanya bicara tentang uang.
“Apa itu
pemborosan? Kau bilang kau akan membayarku sama seperti kau mencintaiku. Aku
tidak berpikir itu sia-sia dan Itu tidak pernah sia-sia bagimu.” Ungkap Hyun.
Yeon Jung memuji Hyun memang sangat lucu lalu memberikan 100.000 won itu 70
euro.
Hyun
meminta agar memberikan 80 euro. Yeon Jung menolak tapi akan memberikan 100 euro. Hyun langsung
tersenyum mengucapkan terimakasih menerimanya.
Yeon Jung memuji kalau Hyun sangat lucu. Hyun mengaku kalau masih kesal,
jadi ingin sendirian saja. Yeon Jung hanya bisa cemberut lalu memilih untuk
pergi keluar dari kamar.
Nyonya
Han terbatuk-batuk di kamarnya, Tuan Oh baru selesai mandi memarahi istrinya
yang terserang flu padahal sudah menyuruh berpakaian hangat. Nyonya Han
mengatakan kalau Ini bukan flu tapi hanya dahak. Tuan Oh mengomel kalau Nyonya
Han itu seharusnya kembali lebih awal tapi main di luar sampai larut jadi Itu
sebabnya jadi sakit
“ Kita
datang jauh-jauh kemari, Jadi aku ingin melihat-lihat... Aku minta maaf. Aku
yang salah.” Ungkap Nyonya Han tak bisa melawan perkataan suaminya.
“Ambil
obatmu.” Perintah Tuan Oh. Nyonya Han pun berjalan mengambil dalam tasnya.
“Kau
harus khawatir tentang kesehatanmu sebelum minum obat. Obatmu tidak akan
membantu.” Ungkap Tuan Oh seperti sangat perhatian tapi terlihat kesal memilih
untuk keluar dari kamar. Nyonya Han hanya melirik dengan wajah cemberut.
Adik So
So memilih satu penginapan di loteng, lalu duduk di jendela sambil meminum
wine, seperti berharap agar bisa bertemu dengan kakaknya. Sementara Ma Roo
menaiki tangga, mengatakan sudah tahu jalan jadi bisa pergi sendiri. So So
menegaskan akan bertanggung jawab sampai Ma Roo meninggalkan Perancis.
“Bukankah
kau lelah?” ucap Ma Roo kembali menuruni tangga. So So tak menjawab, dengan
lambaian tangan menyuruh Ma Roo untuk pergi saja lebih dulu. Tapi Ma Roo
memberikan botol wine agar So So bisa memegangnya dan menariknya sampai ke
atas.
Ma Roo
menatap kearah bagian atas gereja, So So
ingin tahu alasan Ma Roo yang menatapnya begitu lama, Ma Ro mengaku tidak tahu
kapan akan kembali dan merasa sangat sedih, karena sangat menyukai tempat ini.
So So mengaku kalau membenci tempat ini.
“Kenapa?
Kau mengatakan ini adalah tempat terbaik di Perancis.” Ucap Ma Roo
“Apa kau
mendengar tentang pisang berumur panjang? Mereka menaruh satu pisang di lantai,
dan menggantungkan satu pisang di langit-langit. Pisang di lantai menyadarinya
kalau dia mati, dan menjadi hitam. Tapi pisang di langit-langit mengira dia
masih hidup.” Ungkap So So
“Jadi
tetap segar. Aku merasa seperti itu setiap kali datang ke sini. Aku adalah
pisang yang menggantung di langit-langit. Aku sudah meninggal, tapi aku menipu
diriku untuk berpikir bahwa aku hidup dan bertahan.” Ungkap So So berjalan
masuk ke dalam gereja.
“Hei,
itu...cerita Sebuah pisang.” Kata Ma Roo seperti tak ingin berpikiran yang
sama.
“Aku...
menikah disini.” Ungkap So So. Ma Roo kaget kalau So So itu sudah menikah. So
So membenarkan dengan menunjuk ke bagian depan geraja.
“Ahh..
Tunggu, apa itu disana? Aku juga tidak ingat itu.” Pikir So So seperti tak
ingin mengingatnya.
“Selamat
atas pernikahanmu.” Kata Ma Roo kaget. So So mengaku kalau lari dari rumah
dengan pria itu.
Keduanya
duduk di depan gereja sambil minum wine. So So menceritakan bahkan saat itu
tidak punya gaun pengantin, restu, Atau siapapun yang memberikan selamat, tapi Hanya
berdua. Ia pikir kalau memakai gaun putih.
“Tapi Apa
yang dia kenakan?.. Aku juga tidak ingat itu... Aku benar-benar tidak ingat.
Aku tidak ingat wajahnya, atau suara napasnya. Aku lupa segalanya.” Ungkap So
So
“Orang itu...Apa
dia...Tapi bajingan itu...” gumam Ma Roo berpikir kalau orang yang menikah
dengan So So adalah adiknya yang selama ini mengejarnya.
“Ahh..
Tidak, aku yang kabur... Aku lari menjauh darinya. Aku melarikan diri sejauh
ini sehingga bisa melupakannya.” Ungkap So So
Ma Roo
mengingat saat menunggu di hotel, So So mengatakan “Aku tidak bisa ketahuan dan
tidak melakukan kesalahan.” So So mengaku u tidak ingin datang ke sini, tapi
selalu mengatakan setiap turis yang dibawanya "Ini adalah tempat terindah
di dunia yang dibuat oleh wahyu Tuhan Dan keyakinan semua umat manusia."
“Inilah
yang aku lakukan, seperti orang bodoh... Akhirnya aku berhasil kabur kesini.
Tapi mereka bilang aku akan menemukan cinta sejatiku di sini. Di patung Saint
Michael the Archangel. Bukankah itu lucu?” kata So So
“Kalau
begitu, Kau tidak akan menemuinya, Kau
tidak bisa naik ke sana.” Kata Ma Roo
“Bagaimana
jika aku bisa?” tanya So So. Ma Roo pikir
So So akan menemuinya. So So bertanya apakah Ma Roo bisa berpikir
begitu.
“Jika kau
percaya pada takdir.” Ungkap Ma Roo
“Aku
tidak percaya akan hal itu. Ini semua omong kosong. Aku berteman dengan turis pada
hari terakhir mereka. Sepertinya aku mengatakan banyak omong kosong.” Kata So
So sambil menghela nafas lalu mengajak mereka pergi.
Bersambung
ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar