PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 29 Oktober 2017

Sinopsis The Package Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

 So So bertemu dengan Ma Roo seperti terkena penyakit lupa, bertanya “Kau siapa?” Ma Roo terlihat binggung.
Saat itu ditempat lain, Kyung Jae pergi ke sebuah tempat dengan banyak gambar bentuk simpul tali.
“Apa ada yang namanya takdir? Jika ada, berarti aku yang kurang beruntung. Hidupku terlalu kusut.” Gumam Kyung Jae sedih, lalu bergegas pergi karena  menerima telp dari seniornya, meminta agar melakukan ini untuknya.
Flash Back
 “Apa aku dapat menemukan beberapa harapan? Dalam hidupku, tidak ada yang mudah. Aku Sulit masuk kuliah Dan lulus lebih sulit lagi.”
Kyung Jae sibuk di warnet menyelesaikan tugasnya lalu membuat CD dengan wajah frustasi. Lalu ia menerima panggilan interview, tapi gagal dan hanya bisa berteriak kesal saat keluar dan menginjak tanda pengenalnya.
“Dan yang aku tahu... Menemukan pekerjaan adalah bagian tersulit.”
Sebuah papan slogan bertuliskan [Kita adalah keluarga.] dan Ma Roo membawa semua barang ke dalam kotak. Lalu berteriak kesal karena mereka yang menganggap keluarga, bisa saling menyalahkan
“Aku nyaris tidak berhasil masuk ke perusahaan kecil.” 

Kyung Jae duduk lesu bersama teman sambil meminum teh, temannya bertanya mau sampai kapan Kyung Jae akan berhenti hidup seperti itu, lalu berkata kalau akan mencari posisi dan meminta supaya Kyung Jae bekerja sebagai Direktur. Kyung Jae kaget kalau ditawarkan jabatan direktur.
“Kau bisa menjadi Direktur jika kau mau... Hei, aku presidennya. Aku bisa mendapatkan posisi yang kau inginkan.” Ucap temanya bangga
“Wow, tapi hei, bisnis apa yang kau jalani?” tanya Kyung Jae bersemangat.
Kyung Jae sudah duduk dalam ruangan, wajahnya lesu temanya sedang memberikan penjelasan tentang bisnis piramida untuk membeli 500 pemanggang kopi yang harganya 8 juta won, lalu meminjamkannya ke perusahaan kopi dan mereka akan jadi direktur kalau membeli tiga. 

Kyung Jae terlihat marah langsung menarik temanya dan mecengkram bajunya, karena merasa di tipu. Temanya pikir mereka itu bisa kaya. Kyung Jae tahu temanya itu bisa kaya, tapi ia tidak tertarik. Temanya menyakinkn kalau Ini adalah kesempatan besar jadi mungkin akan berterima kasih kepadanya nanti. Saat itu terdengar teriaka dari dekat  mereka.
“Hei.. Bangun piramida di Mesir, bukan di Korea!” ucap So Rang berteriak marah dan ingin keluar tapi dua pejaga menahanya agar tak keluar.
“Temanmu tidak akan membawamu ke tempat yang buruk.” Ucap si penjaga. So Rang tak peduli ingin segera keluar dan meminta mereka untuk minggir. Teman Kyung Jae mencoba melepaskan tangan Kyung Jae dengan menunjuk keduanya seperti akan bertengkar?
“Tinggallah selama satu jam.” Ucap temanya. So Rang mengancam  akan melaporkanke polisi!
“Jika kau pergi seperti ini, maka Kau akan mempermalukanku” ungkap teman So Rang. Kyung Jae akhirnya meminta penjaga untuk minggir
“Teman Presiden Bong seharusnya tidak bertindak seperti ini. Silakan masuk ke dalam.” Kata penjaga merangkul tangan Kyung Jae. Kyung Jae langsung melepaskanya dengan kesal mengajak So Rang pergi kalau memang menginginkanya.
“Hei, Kyung Jae. Itu mungkin. Aku sudah menjadi presiden! Aku sudah...” kata teman. Kyung Jae tak bisa menahan amarah ingin memukul tapi karena temanya menghindar membuatnya jatuh mencium lantai. 


Kyung Jae memegang payung dengan setengah badan yang basah, sampai di stasiun. So Rang mengatakan akan naik kereta bawah tanah, melihat kaki Kyung Jae seperti terkilir dan hidungnya yang berdarah menanyakan keadaanya.
“Astaga, aku hanya menyakiti  pergelangan kakiku, tapi Kakiku baik-baik saja.” Ucap Kyung Jae tak ingin dianggap lemah sebagai lelaki. So Rang pun pamit pergi lebih dulu dengan menuruni tangga.
“Permisi... Bisakah aku memberikan nomorku?” ucap Kyung Jae. So Rang hanya menatap dari bawah.
“Aku akan memberikannya padamu.  010 9102...” kata Kyung Jae dan terdorong oleh seseorang membuatnya jatuh berguling.
So Rang kaget melihat Kyung Jae yang jatuh tepat didepanya, tapi Kyung Jae seperti senang karena melihat sesuatua dibawah rok So Rang. Ma Roo menuruni tangga panik melihat Kyung Jae yang berguling lalu menanyakan keadaanya dan meminta maaf. So  Rang juga kasihan melihat Ma Roo karena pasti menyakitkan.
“010... 9102...” ucap Kyung Jae walaupun menahan sakit memberitahu nomor telpnya dalam kedaan berbaring di lantai.


“Aku menyukainya karena dia cantik. Aku menyukainya karena dia baik dan cantik.”
Kyung Jae dan So Rang melakukan kencan di cafe, lalu berjalan di sungai Han dengan malu-malu Kyung Jae pertama kali memegang tangan So Rang. Mereka pun terbiasa dengan jalan bergendangan tangan pergi ke sebuah departement store.
“Aku menyukainya karena dia baik, Cantik dan jujur” 

Keduanya baru pulang berkencan, Kyung Jae mengantarnya pulang berpesan agar So Rang  Jangan sampai komputernya menyala sampai larut malam Dan jangan ngemil di malam hari juga. So Rang menganguk setuju. Kyung Jae pun pamit pergi lebih dulu.
“Tunggu... Apa kau mau makan ayam gizzard?”kata So Rang. Kyung Jae terlihat kaget karena itu sama dengan ajakan makan ramyun sebelum pulang.

So Rang mempersiapkan bahan makanan di meja makan, Kyung Jae duduk dengan wajah gugup di ruang tengah. Ia akhirnya  mendekati So Rang dan langsung menciumnya. So Rang sempat kaget dan Kyung Jae kembali menciumnya, lalu mendorong So Rang berbaring disofa.
“Tidak ada yang sesuai rencana sampai sekarang.< Cinta adalah satu-satunya yang menuruti jalanku. Jika aku memikirkannya, cinta itu yang paling mudah.” 


[Episode 5- Cinta itu yang paling mudah.]
So So bertanya siapa Ma Roo itu, Ma Roo binggung dengan pertanyaan So So lalu berusaha menjelaskanya. So Ro ingin tahu siapa Ma Roo itu, Ma Roo akhirnya hanya bisa menyebut namanya San Ma Ru.
“Siapa kau, melakukan ini padaku? Kau tidak penting. Kau hanya turis yang ada di sini selama tiga hari. Kenapa kau melakukan ini untukku tiba-tiba?” ucap So So terlihat sangat marah
“Aku minta maaf. Aku tidak ingin memakai sabuk kesucian. Aku melakukannya, tapi aku tidak tahu itu akan berubah seperti ini. Tapi aku tidak mengatakan bahwa aku harus dimaafkan karena ketidaktahuanku. Aku minta maaf. Mohon maafkan aku.” Kata Ma Roo membungkuk meminta maaf
“Aku tidak berbicara tentang sabuk kesucian!” kata So So kesal,Ma Roo binggung apa lagi selain itu. 
“Aku mengatakan... Kau adalah cintaku yang ditakdirkan.” Gumam So So dalam hati.
“Temui aku di lobi hotel jam 8 pagi besok pagi. Yang lain akan memulai hari mereka, dan kau akan menuju ke bandara. Aku akan menemuimu besok.” Ucap So So berjalan pergi. 


Ma Roo mengikuti So So berpikir ada yang terjadi karena dilarang jadi So So terkena marah. So So hanya diam dengan wajah dongkol berjalan lebih dulu. Ma Roo meminta So So memberitahu agar bisa membantu, dan yakin Sesuatu memang terjadi. So So mengaku Tidak ada yang terjadi.
“Aku akan pergi menemui walikota. Aku akan melawan, mengemis, atau memukulinya. Aku akan melakukan semua yang aku bisa sehingga kau tidak dirugikan.”ucap Ma Roo berjalan lebih dulu dari gang.
“Kemana kau pergi?” tanya So So. Ma Roo menjawab kalau ingin Menemui walikota. So So menegaskan kalau bukan itu masalahnya. 
“Tidak, aku akan bertanggung jawab.” Kata Ma Roo lalu berbelok kesebelah kiri So Seo memberitahu bukan itu jalannnya. Ma Roo berbalik arah ke sebelah kanan. jalan.
So So memberitahu kalau jalanya menuju ke atas, Ma Roo akhirnya pergi kembali menuju atas. So So mengeluh Ma Roo yang pergi saat  tidak tahu jalannya. Sementara Adik So So tak melihat keduanya sudah berbelok kejalan diatas, dengan mengikuti kata hatinya memilik jalan lurus. 


“Apa walikota menunggu untuk bertemu denganmu? Apa kau pikir dia akan mengundangmu untuk mengobrol? Kau tidak bisa berbahasa Perancis. Apa yang akan kau katakan padanya?” ucap So So mengejek
“Aku tidak berpikir jauh ke depan. Tapi itu tanggung jawabku, jadi aku akan mengurusnya.” Kata Ma Roo
“Aku... itu pemandu. Para wisatawan berada di bawah tanggung jawabku selama mereka tinggal di sini, termasuk kau. Jadi tolong jaga perilaku saat berada di sini dan buat lebih mudah untukku.” Tegas So So
“Aku bukan orang yang tidak bertanggung jawab Dia mungkin akan segera pulang. Ayo cepat.” Ungkap Ma Roo dan berjalan lebih dulu. So So berjalan kearah yang berbeda. Ma Roo pun mengikutinya dengan berbalik arah. 

Keduanya berjalan pergi dan terlihat Kyung Jae pergi ke toko membeli beberapa makanan.
“Aku bahkan tidak tahu kenapa kita bertengkar. Tidak layak diperjuangkan.”
Ma Roo seolah tak peduli dengan ucapan So Rang, mengejek pacarnya yang bau karena sering buang air besar. Terakhir kali ia membiarkan So Rang pergi sendiri ke hotel tanpa mengejarnya.
“Pertarungan dan pertengkaran menjadi rutinitas sehari-hari. Tidak ada yang spesial dari cinta. Itulah yang dia katakan padaku.”
“Kami makan bersama.,, Kami memasak bersama.. Kami memesan pengiriman.. Atau kita sama sekali tidak makan.”
Kyung Jae dan So Rang  pergi ke cafe makan bersama, lalu dirumah mereka masak dan makan, mereka juga memesan makanan di sungai han seperti piknik. So So terlihat marah memilih untuk meninggalkan restoran,  Kyung Jae pun mengikutinya dan mereka tak makan sama sekali.
“Kami memasak satu sama lain Dan membersihkan sesudahnya. Cinta juga merupakan bagian dari mencari nafkah. Hanya saja mencari nafkah adalah hal tersulit di dunia.”
So Rang membawakan lauk untuk Kyung Jae, lalu saat makan bersama Kyung Jae yang mencuci piring dan So Rang duduk diruang Tv. 


Kyung Jae mengetuk pintu kamar, So Rang membuka pintu dengan masker hitam diwajahnya. Kyung Jae hanya bergumam dalam hati “ Itu bahkan tidak mengejutkan aku lagi.” Lalu bertanya apa yang dimakan oleh So Rang tadi. So Rang menjawab tidak lapar.
“Hei, aku beli anggur... Aku membeli anggur ini, llau Minyak kelapa untuk sembelit... Dan kue ini yang seharusnya membawa keberuntungan.” Ucap Kyung Jae mengeluarkan semua barang belanjaanya.
“Aku tidak tertarik.” Ucap  So Rang lalu berbaring diatas tempat tidurnya. Kyung Jae tak menyangka So Rang yang masih saja marah.
“Aku minta maaf. Itu salahku... Maafkan aku.” Kata Kyung Jae.  So Rang seperti tak peduli mengaku lelah dan ingin tidur saja.
“Aku bilang, aku minta maaf... Hei, kenapa kau bertingkah seperti ini? Apa kau harus melakukan ini di Perancis?” keluh Kyung Jae. So Rang akhirnya terbangun membuka kulkas dan langsung membuka kulkas hotel.
“Hei, hei, hei! Aku membeli anggur, jadi jangan buka itu!” teriak Kyung Jae. So Rang seperti tak peduli memilih untuk minum bir walaupun harganya mahal.
“Kaulah yang merusak perjalanan. Kau kesal dan menelpon sepanjang hari! Apa kau mengatakan maaf  karena benar-benar menyesal?” kata So Rang marah. Kyung Jae hanya bisa terdiam melihatnya.
“Masa depan kita bergantung padanya, jadi apa lagi yang bisa aku lakukan?” gumam Kyung Jae. 


Flash Back
Kyung Jae bertemu dengan seniornya kalau mereka akan mengenalkannya sebagai "Kota Cerdas", atau "Semua Kota" dan Jika beruntung, mereka bisa mendapatkan minimal 10 Maksimal sampai 30. Kyung Jae bingung apa maksudnya.
“Tiga miliar won... Termasuk biaya pemrosesan. Itu tidak semua. Aku juga akan memberi perusahaan itu saham. Jangan khawatir dengan investasi, dan fokuslah untuk menumbuhkan perusahaan. Dan aku akan menginvestasikan 30 juta won, jadi gunakan itu untuk biaya operasionalmu.” Ucap Seniornya.
“Terima kasih, sunbae-nim.” Kata Kyung Jae penuh semangat. Seniornya meminta agar di panggil Hyung saja.
“Omong-omong... Menurutmu, Apa aku akan mendapatkan investasi pada pertengahan bulan depan?” kata Kyung Jae. Seniornya pikir itu mungkin saja dan bertanya apakah ini sesuatu yang mendesak.
“Ini adalah anniversary ketujuhku dengan pacarku bulan depan.” Kata Kyung Jae. Seniornya tak percaya kalau pacarnya sangat setia.
“Ya, jadi aku ingin membawanya berlibur dan menyiapkan acara. Jadi aku bisa melamarnya.” Ungkap Kyung Jae.
“Ya, seorang pria membutuhkan rumah untuk menikah. Jika kau mendapatkan investasi, perkawinan sama sekali bukan masalah.” Kata Seniornya. Kyung Jae terlihat senang memikirknya. 


"Terima kasih sudah lama menunggu. Mari kita menikah. Aku mendapatkan investasinya, dan bisnisnya akan berjalan dengan baik. Aku tidak akan memberimu waktu yang sulit." Aku membawamu ke sini karena  ingin memberitahumu.”
Kyung Jae sibuk menerima telp membahas pada seniornya kalau akan tahu hasilnya hari ini, bertanya apakah itu tidak akan berhasil. Saat makan ia pu sibuk menelp seniornya.
“Hyung-nim, kau bilang kita akan mendapatkan setidaknya satu miliar won. Bagaimana kau bisa melakukan ini?” kata Kyung Jae.
“Sunbae-nim, aku memohon padamu. Aku baik-baik saja dengan 300 sampai 400 juta won, jadi beri aku beberapa ruang bernapas. Kau bisa melipatgandakan biaya pemrosesan Dan aku akan memberimu bagian yang lebih besar.”ucap Kyung Jae saat makan siang bersama. 

“Ternyata... tidak ada yang berhasil untukku. Jadi tidak bisakah kau mudah untukku? Lalu Tidak bisakah kau menghiburku?” gumam Kyung Jae.
So Ran kesal memilih untuk tidur, Kyung Jae menenangkan dengan menjelaksan Itu panggilan dari senior yang akan  menghubungkan dengan investor jadi tidak punya pilihan selain menjawab. So Ran merasa tidak ingin mendengarnya.
“Jika ini berhasil, kita akan bebas dari masalah. Aku tahu ini sulit, tapi ini untuk masa depan kita.” Kata Kyung Jae.
“Aku muak dengan ini.” Ungkap So Ran. Kyung Jae hanya bisa bergumam dalam hati kalau merasa kesepian, lalu keluar ruangan karena So Ran sudah berbaring. 

So So dan Ma Roo duduk direstoran sambil meminum wine. So So ingin tahu alasan Ma Roo datang ke Perancis  daripada semua tempat yang ada. Ma Roo mengatakan Penerbangan ke Italia semua terjual habis. So So ingin tahu alasan datang sendiri padahal sudah punya pacar. Ma Roo mengaku kalau mereka bertengkar.
“Apa Itu sebabnya kau datang sendiri?” kata So So. Ma Roo menceritakan pacarnya tidak datang ke bandara.
“Apa Pada hari keberangkatan dan Tanpa pemberitahuan? Bagaimana kalian bertengkar?” tanya So So heran
“Aku tidak melakukan kesalahan.” Kata Ma Roo. So So  tau kalau Semua pria mengatakannya, tidak melakukan kesalahan.
“Aku benar-benar tidak melakukan kesalahan.” Tegas Ma Roo.
“Kau tidak tahu kenapa kita bertengkar. Proses pertengkaran adalah saat wanita paling terluka. Jadi bagaimana kalian bertengkar itu penting Tapi bukan untuk kebanyakan pria. Bagi mereka, Kenapa mereka bertengkar adalah yang terpenting.” Jelas So So
“Itu tidak selalu benar.” Pikir Ma Roo. So So memberikan contoh
“Katakanlah kau bertengkar dengan pacarmu,  jadi kau minum dengan teman.” Jelas So So 


Flash Back
M Roo menceritakan pacarnya yang belum menjawab telp dan mereka bertengkar kemarin. SoSo bisa tahu apa yang diaktakan oleh teman Ma Roo itu.
“Kenapa? Kenapa kalian bertengkar? Lalu, Apa kau menang atau kalah?” ucap Byung Jae penasaran.
So So pikir pasti seperti itu, Ma Roo membenarkan. So So menceritakan kalau pertengkaran pada teman satu kamarnya, temanya hanya bisa menangis. So So ingin tahu Bagaimana bertengkar.  Ma Roo seperti belum jelas dengan contoh So So, jadi ingin mengulangnya lagi seperti memegang remote TV dan memundurkanya.
“Aku bertengkar dengan Evian Jadi dia meninggalkan rumah.” Cerita teman So So
“Bagaimana kalian bertengkar?” tanya So So. 


“Jangan hanya memikirkan kenapa kalian bertengkar, tapi Pikirkan bagaimana kalian bertengkar juga. Pikirkanlah dan lihat apa kau masih belum salah.” Ucap So So, Ma Roo pikir benar.
“Aku tidak berpikir sejauh itu.... Tapi Aku tidak melakukan kesalahan” kata Ma Roo.
Saat itu adik So So berjalan didepan restoran, tapi So So tertutup oleh pelayan yang menuangkan wine Ia dengan wajah kesal berjongkok didepan restoran, tanpa sadar kalau kakaknya ada didalam restoran. So So ingin tahu alasannya bertengkar.
“Ada masalah di tempat kerja. Kupikir kita akan memikirkan hal yang sama.” Cerita Ma Roo. 

Flash back
Nona Oh pikir tak ada  yang pernah diberi imbalan karena mengungkap korupsi perusahaan. Ma Roo pikir di Amerika Serikat dan Eropa, kalaumereka menghargainya. Nona Oh menegaskan kalau ini Bukan di Amerika Serikat atau Eropa, tapi di Korea.
“Apa ada yang dihargai di Korea?” kata Nona Oh marah, Ma Roo menjawab itu Di masa depan.
“Mungkin saja, tapi tidak sekarang Kau akan dihukum karena menikam mereka dari belakang, membuatmu terlihat bodoh dalam masyarakat. Kau tidak akan mendapatkan pekerjaan lain dan akan menjadi pecundang selamanya. Itulah kenyataan.” Tegas Nona Oh
“Kenyataannya tidak benar.” Kata Ma Roo. Nona Oh pikir kalau sikap yan salah juga  untuk mengabaikan kenyataan.
“Aku melaporkannya ke kepala bagian, dan sebuah penyelidikan dimulai. Tapi mereka hanya menyelidiki aku.”
Dua orang petinggi melihat laporan yang dibawakan Ma Roo, tapi mereka malah menuduh Ma Roo yang  berencana untuk menghancurkan perusahaan dan ingin tahu Bagaimana mendapatkan dokumen-dokumen ini, menurutnya ini hal yang ilegal untuk mengakses dokumen rahasia dengan ID dan kata kunci atasannya.
“Siapa yang menyuruhmu melakukannya? Aku yakin ada seseorang. Dimana filenya?” ucap mereka yang tak ingin korupsi terbongkar dari perusahaan. 
“Aku pergi untuk liburan keesokan harinya Dan pacarku tidak datang.” Cerita Ma Roo
“Kau berani berlibur dalam situasi seperti itu.” Komentar So So
“Aku mungkin sedang melarikan diri.” Pikir Ma Ro. So So mengerti kalau itu sebabnya akan kembali dan ingin tahu apakah akan mengubah semuanya.
“Ketiadaan tanpa cuti yang tidak benar. Liburan bukan keuntungan perusahaan, tapi hak karyawan. Bukankah kau melepaskan masa depanmu jika kau menyerahkan itu?” pikir So So
“Kuharap dia bisa mengatakan itu.” Ungkap Ma Roo mengingat ucapan Nona Oh di telp “Tapi aku tidak bisa hidup dengan seseorang yang menyerah pada masa depannya.” So So tak mengerti maksudnya.
“Inilah yang mereka katakan di negara kita. Jika kau bermain dan beristirahat. Melakukan semua  yang kau inginkan, maka kau tidak akan memiliki masa depan. Tapi kau mengatakan sebaliknya. Jika aku hanya bekerja, maka aku tidak akan punya masa depan.” Jelas Ma Roo

“Kau akan memiliki masa depan di perusahaan. Tapi ini cukup aneh, bukan? Kita hanya berpikir bahwa perusahaan menjaga kita untuk tetap hidup. Kita tidak pernah menyadari bahwa kita yang menjaga agar perusahaan tetap hidup.”kata So So
So So ingin tahu Ma Roo alasan berpikir begitu. Ma Roo  menjelaskan Tidak peduli berapa banyak mereka memberi keuntungan pada perusahaan, tapi perusahanan tidak akan pernah puas. So So pikir itu aneh, Perusahaan bukan musuh atau teman.
“Kau tidak bisa mengkhianati mereka, tapi kau juga tidak bisa mempercayainya. Tapi satu hal yang pasti, Kau tidak salah.” Ungkap So So
“Kau adalah orang pertama yang mengatakannya.” Ungkap Ma Roo
“Kau melakukan hal yang benar. Jadi, jangan kembali seolah-olah kau telah melakukan kesalahan.” Pikir So So 


Hyun menutup pintu kamar mandi dengan kesal, Yeon Jung baru saja selesai mengumpat kesal karena Hyun yang menutup pintu karena akhirnya bocor dimana-mana. Hyun kesal karena sudah menyuruhmenutup pintu saa buang air kecil karena seperti anjing saja. Yeon Jung terlihat kesal dianggap anjing.
“Kau tidak boleh bilang gitu!” teriak Yeon Jung tapi akhirnya langsung meminta maaf karena tak ingin Hyun marah.
“Apa yang salah? Apa kau berkelahi dengan wanita itu? Kenapa kau membuatku kesal? Aku tahu ini akan terjadi karena kau memintaku datang ke perjalanan rahasia ini.” Ucap Hyun marah
“Aku tidak merasa terganggu” ungkap Yeon Jung. Hyun menegaskan kalau dirinya sangat marah.
“Aku minta maaf... Aku akan menutup pintu mulai sekarang. Apa kau senang?” kata Yeon Jung. Hyun mengatakan tidak.
“Bayar denda 100.000 won.” Ucap Yeon Jung menyodorkan tanganya. Yeon Jung tak percaya Hyun hanya bicara tentang uang.
“Apa itu pemborosan? Kau bilang kau akan membayarku sama seperti kau mencintaiku. Aku tidak berpikir itu sia-sia dan Itu tidak pernah sia-sia bagimu.” Ungkap Hyun. Yeon Jung memuji Hyun memang sangat lucu lalu memberikan 100.000 won itu 70 euro.
Hyun meminta agar memberikan 80 euro. Yeon Jung menolak tapi  akan memberikan 100 euro. Hyun langsung tersenyum mengucapkan terimakasih menerimanya.  Yeon Jung memuji kalau Hyun sangat lucu. Hyun mengaku kalau masih kesal, jadi ingin sendirian saja. Yeon Jung hanya bisa cemberut lalu memilih untuk pergi keluar dari kamar. 


Nyonya Han terbatuk-batuk di kamarnya, Tuan Oh baru selesai mandi memarahi istrinya yang terserang flu padahal sudah menyuruh berpakaian hangat. Nyonya Han mengatakan kalau Ini bukan flu tapi hanya dahak. Tuan Oh mengomel kalau Nyonya Han itu seharusnya kembali lebih awal tapi main di luar sampai larut jadi Itu sebabnya jadi sakit
“ Kita datang jauh-jauh kemari, Jadi aku ingin melihat-lihat... Aku minta maaf. Aku yang salah.” Ungkap Nyonya Han tak bisa melawan perkataan suaminya.
“Ambil obatmu.” Perintah Tuan Oh. Nyonya Han pun berjalan mengambil dalam tasnya.
“Kau harus khawatir tentang kesehatanmu sebelum minum obat. Obatmu tidak akan membantu.” Ungkap Tuan Oh seperti sangat perhatian tapi terlihat kesal memilih untuk keluar dari kamar. Nyonya Han hanya melirik dengan wajah cemberut. 


Adik So So memilih satu penginapan di loteng, lalu duduk di jendela sambil meminum wine, seperti berharap agar bisa bertemu dengan kakaknya. Sementara Ma Roo menaiki tangga, mengatakan sudah tahu jalan jadi bisa pergi sendiri. So So menegaskan akan bertanggung jawab sampai Ma Roo meninggalkan Perancis.
“Bukankah kau lelah?” ucap Ma Roo kembali menuruni tangga. So So tak menjawab, dengan lambaian tangan menyuruh Ma Roo untuk pergi saja lebih dulu. Tapi Ma Roo memberikan botol wine agar So So bisa memegangnya dan menariknya sampai ke atas. 

Ma Roo menatap kearah bagian atas gereja,  So So ingin tahu alasan Ma Roo yang menatapnya begitu lama, Ma Ro mengaku tidak tahu kapan akan kembali dan merasa sangat sedih, karena sangat menyukai tempat ini. So So mengaku kalau membenci tempat ini.
“Kenapa? Kau mengatakan ini adalah tempat terbaik di Perancis.” Ucap Ma Roo
“Apa kau mendengar tentang pisang berumur panjang? Mereka menaruh satu pisang di lantai, dan menggantungkan satu pisang di langit-langit. Pisang di lantai menyadarinya kalau dia mati, dan menjadi hitam. Tapi pisang di langit-langit mengira dia masih hidup.” Ungkap So So

“Jadi tetap segar. Aku merasa seperti itu setiap kali datang ke sini. Aku adalah pisang yang menggantung di langit-langit. Aku sudah meninggal, tapi aku menipu diriku untuk berpikir bahwa aku hidup dan bertahan.” Ungkap So So berjalan masuk ke dalam gereja.
“Hei, itu...cerita Sebuah pisang.” Kata Ma Roo seperti tak ingin berpikiran yang sama.
“Aku... menikah disini.” Ungkap So So. Ma Roo kaget kalau So So itu sudah menikah. So So membenarkan dengan menunjuk ke bagian depan geraja.
“Ahh.. Tunggu, apa itu disana? Aku juga tidak ingat itu.” Pikir So So seperti tak ingin mengingatnya.
“Selamat atas pernikahanmu.” Kata Ma Roo kaget. So So mengaku kalau lari dari rumah dengan pria itu.


Keduanya duduk di depan gereja sambil minum wine. So So menceritakan bahkan saat itu tidak punya gaun pengantin, restu, Atau siapapun yang memberikan selamat, tapi Hanya berdua. Ia pikir kalau memakai gaun putih.
“Tapi Apa yang dia kenakan?.. Aku juga tidak ingat itu... Aku benar-benar tidak ingat. Aku tidak ingat wajahnya, atau suara napasnya. Aku lupa segalanya.” Ungkap So So
“Orang itu...Apa dia...Tapi bajingan itu...” gumam Ma Roo berpikir kalau orang yang menikah dengan So So adalah adiknya yang selama ini mengejarnya.
“Ahh.. Tidak, aku yang kabur... Aku lari menjauh darinya. Aku melarikan diri sejauh ini sehingga bisa melupakannya.” Ungkap So So
Ma Roo mengingat saat menunggu di hotel, So So mengatakan “Aku tidak bisa ketahuan dan tidak melakukan kesalahan.” So So mengaku u tidak ingin datang ke sini, tapi selalu mengatakan setiap turis yang dibawanya "Ini adalah tempat terindah di dunia yang dibuat oleh wahyu Tuhan Dan keyakinan semua umat manusia."
“Inilah yang aku lakukan, seperti orang bodoh... Akhirnya aku berhasil kabur kesini. Tapi mereka bilang aku akan menemukan cinta sejatiku di sini. Di patung Saint Michael the Archangel. Bukankah itu lucu?” kata So So
“Kalau begitu, Kau tidak akan menemuinya,  Kau tidak bisa naik ke sana.” Kata Ma Roo
“Bagaimana jika aku bisa?” tanya So So. Ma Roo pikir  So So akan menemuinya. So So bertanya apakah Ma Roo bisa berpikir begitu.
“Jika kau percaya pada takdir.” Ungkap Ma Roo
“Aku tidak percaya akan hal itu. Ini semua omong kosong. Aku berteman dengan turis pada hari terakhir mereka. Sepertinya aku mengatakan banyak omong kosong.” Kata So So sambil menghela nafas lalu mengajak mereka pergi. 
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar