Se Hee
mengatakan kaalu memang Ji Ho memilki waktu meminta agar bisa menikah denganya.
Ji Ho terdiam sempat sempat mengatakan Ya, lalu berteriak kaget tak percaya
dengan yang dikatakan Se Hee. Ia dengan terbata-bata ingin tahu harus menikah
dengan Se Hee.
“Pernikahan...
Kenapa aku... menikah? Kenapa kita harus menikah? Kenapa kau dan aku harus
seperti itu?” ucap Ji Ho binggung.
“Sudahlah.
Pura-pura saja aku tadi tak bilang begitu... Aku tadi tidak sungguh-sungguh. Lupakan saja. Jadi Aku tidur
dulu.” Ucap Se Hee lalu berdiri dari tempat duduknya.
“Seprainya
masih ada di kamar lamamu. Aku mencuci
sarung bantal...” kata Se Hee. Ji Ho pikir tak perlu
“Kalau
tak pakai sarung bantal, nanti kotor.” Ucap Se Hee.
“Tidak,
maksudku aku sekarang mau pamit pulang
lagi.. Tadi 'kan aku sudah bilang. Aku
tadi keluar jalan-jalan. Sekarang aku harus pulang.. jadi Terima kasih birnya.”
Kata Ji Ho bergegas pergi. Se Hee binggung kare melihat jam sudah pukul 3 dini
hari.
Ji Ho
keluar dari apartement mencari dari ponselnya untuk memesan taksi, mencari ke
arah “Gayang-dong, Gangseo-gu tapi sepertinya ragu. Lalu ia mencari ke
“Mangwon-dong”, kembali ragu. Ia akhirnya mengeluh pada dirinya sendiri yang
tak punya tempat tujuan satu pun.
Pesan
dari Se hee masuk dan Ji Ho pun
membacanya. “Aku kirim sms karena kau tidak
akan dapat taksi jam segini. Kata sandi rumahku sama seperti dulu.”
Ji Ho
akhirnya kembali masuk kamar setelah membaca pesan dari Se Hee. Dalam
kamarnya Ia kembali mengingat saat Se
Hee mengatakan “Kalau kau ada waktu...Maukah kau menikah denganku?”
“Padahal
dia benar-benar mengajakku menikah dengannya.” Kata Ji Ho lalu mendengar suara
pintu kamar Se Hee yang terkunci, mulutnya kembali melonggo dengan wajah kesal.
“Kenapa
dia selalu...Akulah yang harusnya mengunci pintu. Apa dia ini lagi main-main atau apa? Kau bilang Menikah? Kita saja baru bertemu pertama kali. Dan Bisa-bisanya
dia mengunci pintu setelah menanyakan
pertanyaan seperti itu padaku?” ucap Ji Ho kesal, lalu memasang alarm kalau
akan berangkat besok naik kereta pertama.
Se Hee
keluar dari kamar langsung menelp bagian keamanan, untuk melaporkan tetangga
yang sedang renovasi tanpa memberitahu,
karena suaranya sangat menganggu. Tapi Se Hee sadar kalau itu bukan suara dari konstruksi, lalu melihat dari pintu
kamar Ji Ho sedang tertidur pulas sambil mendengkur dan menutup pintu.
“Aku cuma
menumpang tidur disini sampai kereta
bawah tanah besok mulai beroperasi. Aku pasti sudah tak ada disini waktu kau bangun nanti, jadi selamat tinggal.”
Se Hee
seperti membaca pesan yang dikirimkan Ji Ho, lalu berusaha untuk menganggap tak
mendengar dengkuran Ji Ho.
Soo Jin
menelp Ho Rang karena Ji Ho tak mengangkat telp bahkan tak balas pesan sambil
merokok diatap gedung. Ia pikir kalau Ji Ho sedang rapat, saat itu beberapa
pria datang dan Soo Jin buru-buru menutup telpnya.
“Asisten
Woo. Apa Kau keluar cari angin?” sapa
manager Park. Soo Jin membenarkan.
“Kau
harus merokok sama kami.” Ajak manager Park. Teman yang lain merasa tak perlu
bercanda seperti itu. Soo Ji memilih
untuk kembali ke ruangan, Manager Park pikir tak masalah mengejek Soo Jin
karena jabatannya sebagai Asisten.
Ho Rang
seperti mencoba menelp Ji Ho tapi tak diangkat, lalu duduk disoaf berwarna
pink. Si Pegawai mengaku penasaran karena Ho Rang yang tidak datang hari ini, lalu memebritahu Sofa
yang didudukinya itu tinggal beberapa lagi jadi harus segera membelinya.
“Apa kau
Serius? Jangan sampai terjual. Aku 'kan ingin membelinya buat rumahku kalau
sudah menikah. Apa Tahun depan masih ada lagi tidak sofanya?” ucap Ho Rang. Si
pegawai sedikit berpikir.
“Bilang
saja ke pacarmu kau harus segera
menikah. Lagipula, kau sebaiknya menikah saat kau masih cantik begini.” Kata si
pegawai. Ho Rang tahu pacarnya itu orang sibuk.
“Dia
lulusan Universitas Nasional Seoul.”kata Ho Rang bangga. Pegawai terkesima dan
ingin tahu pekerjaanya. Ho Rang pikir
kalau menjelaskan pasti takkan mengerti. Si pegawai mengejek Ho Rang seperti
terlalu berlebihan lalu bergegas pergi.
Ji Ho terbangun
dari tidurnya setelah bunyi alarm jam lima sore, seperti tak sadarkan diri
kalau memasang alarm jam 5 sore bukan jam 5 pagi. Akhirnya ia menarik tanganya
keatas, merasa kalau Badannya segar sekali padahal cuma tidur dua jam. Kitty
sudah menunggu dan meminta makan dengan berdiri didepan mangkuk makanya.
“Kenapa
kau makan jam lima pagi?” ucap Ji Ho memberikan satu gelas makanan. Kitty mulai
makan. Ji Ho meminta agar Jangan berisik karena Se Hee akan terbangun
nanti. Tapi saat itu Se Hee masuk rumah.
Ji Hoo
kaget melihat Se Hee masuk dan bertanya darimana. Se Hee dengan wajah datarnya
mengatakan kalau baru pulang kerja. Ji Hoo kaget Se Hee yang baru pulang pagi
hari. Se Hee membenarkan.
“Apa
kebetulan kau baru bangun?” tanya Se Hee. Ji Ho membenarkan. Kali ini Se Hee
yang kaget karean Se Hee bangun jam 5 sore.
“Aku
padahal sudah kirim SMS ke kau kemarin kalau aku bakal pulang naik kereta
pertama.” Ucap Ji Ho. Se Hee pikir yang dimaksud itu adalah kereta terakhir.
“Kau
bilang Kereta terakhir? Bukankah ucapanmu ini tak sopan sekali?Apa maksudmu
kereta terakhir? Lalu Kau anggap aku ini apa? Dari semalam, kau selalu bersikap
kasar padaku. Aku ini banyak pikiran, jadi cuma tidur dua jam. Aku saja bangun
pagi-pagi buta biar bisa naik kereta pertama. Tak kusangka kau tak sopan
begini.” Ucap Ji Ho marah
“Aku cuma
bilang apa adanya. Kereta pertama tidak
lagi akan beroperasi sekarang.” Kata Se Hee.
Ji Ho
binggung, Se Hee memberitahu kalau Sekarang jam lima sore, jadi tidak bisa naik
kereta api pertama dan munkin bisa naik kereta terakhir. Ji Ho baru sadar kaalu
sekarang jam 5 sore bukan jam 5 pagi dan tidak tidur selama dua jam. Se Hee
menegaskan kalau Tepatnya tidur 14 jam.
“Apa
sekarang ini seriusan?” ucap Ji Ho seperti tak percaya. Se Hee membenarkan.
“Aku
salah pasang salah. Aku padahal sungguh berencana berangkat naik kereta pertama.” Kata Ji Ho
bingung.
“Ya. Kau
tadi tidur nyenyak sekali, jadi aku tak
enak mau membangunkanmu. Sepertinya selama ini, kau tak bisa tidur nyenyak
beberapa hari terakhir ini. Pasti di tempat tinggalmu, maka kau tak merasa
nyaman.” Ucap Se Hee. Ji Ho tiba-tiba mengeluarkan suara dari perutnya kalau
terasa lapar.
Ji Ho
duduk dimeja makan dengan mie instant,
keduanya hanya diam lalu Ji Ho lebih dulu membuka mie dan memutuskan
untuk menutupnya kembali mengajak Se Hee bicara. Ia ingin tahu alasan Se Hee
melakukan ini dan bersikap baik padanya. Se Hee binggung karena seperti tak
merasakan itu.
“Kau
kasih ramyeon ke aku yang ukuran besar. Kau
memberiku sarung bantal baru. Kau bahkan mengajakku menikah denganmu.” Ucap Ji Ho
“Sudah
kubilang, anggap saja perkataanku itu tak pernah kukatakan.” Kata Se Hee.
“Tapi aku
mendengarmu.” Kata Ji Hoo. Se Hee meminta agar Ji Ho tidak perlu memikirkannya.
“Tapi aku
memikirkannya.” Kata Ji Ho. Se Hee mengalihkan dengan mengajak makan karena
nanti ramyunya jadi lembek.
“Apa
mungkin kau... menyukaiku?” kata Ji Ho. Se Hee sedang makan ramyun terhenti
dimulutnya karena tak menyangka Ji Ho menanyakan hal itu.
[Episode 3: Karena ini Lamaran Pertamaku]
Ji Ho
bertanya apakah mungkin Se Hee menyukainya,
Se Hee dengan tegas menjawab tidak karena alasan memberikan ramyun
ukuran besara adalah ia kurang suka makanan pedas, lalu ia juga memberikan
sarung bantal...karena tidak bersih, apabil tidur tanpa sarung bantal.
“Dan soal
ajakan menikah... Aku menanyakannya karena
aku membutuhkanya” kata Se Hee. Ji Hoo binggung Se Hee yang membutuhkan
dirinya.
“Ya...
Jika aku harus menikah..., kurasa kau sangat cocok jadi pilihanku.” Ucap Se
Hee. Ji Ho ingin tahu apa yang membuat Se Hee membuat kesimpulan itu.
“Aku
butuh orang buat bersih-bersih rumah, dan kau butuh rumah. Aku butuh orang buat
bayar sewa secara rutin dan kau butuh
kamar tanpa bayar deposit. Bukankah kita
berdua pasangan yang paling cocok untuk hidup bersama? Jadi Makanya aku
bertanya begitu dan Tak ada maksud lain.” Jelas Se Hee.
“Tapi
tetap saja, kenapa kau mengajakku
menikah? Meski begitu, kenapa kau harus menikah karena rumah?” kata Ji Ho
bingung.
“Lalu
kenapa menurutmu orang menikah?” tanya Se Hee. Ji Hoo pikir itu karena Cinta,
kasih sayang dan Karena itulah orang menikah.
“Benar
juga... Kebanyakan orang berpikir begitu. Namun, apa kau butuh cinta dan kasih
sayang sekarang juga? Apa Lebih membutuhkan itu dari sekedar tempat tinggal?”
kata Se Hee
Ji Ho
mengatakan kalau sekarang tidak Tapi suatu hari nanti pasti membutuh itu. Se
Hee mengerti terlihat wajah kecewa karena berpikir JI Ho tipe orang yang sama
seperti dirinya dan sudah salah menilainya.
“Anggaplah
pembicaraan ini tidak pernah terjadi dan Makanlah ramyeon-mu sebelum kau pergi.”
Kata Se Hee meninggalkan ramyun begitu saja dan langsung masuk ke kamar.
Manager
Park melihat Soo Ji yang didepan mesin foto kopi bertanya apakah belum pulang.
Soo Ji mengatakan ada yang harus diselesaikan. Manager Park tahu kalau besok
adalah tenggat waktunya dan berpikir kalu Soo Ji bisa menyuruh bawahannya saja.
“Kau
terlalu berpengalaman buat mengerjakan tugas ini. Jangan terlalu baik sama mereka
karena kau seorang wanita dan Kau harus tegas kasih perintah.” Ucap Manager
Park seperti mengejek. Soo Ji mencoba mengalihkan
kalau Manager Park akan pulang.
“Aku juga
ada yang harus kuselesaikan. Tapi Karena kau sudah terlanjur disini, kuserahkan
kerjaanku, aku pulang duluan” kata Manager Park
“Apa?!!
Apa hubungannya dengan kau pulang
duluan?” ucap Soo Ji heran.
“Tidak
ada hubungannya dengan pekerjaanmu, tapi apa kata orang. General manajer
bilang begini beberapa hari lalu. Dia
bilang, jangan kerja lembur dengan wanita lajang sepertimu. Kau tahu pasti tahu
maksudnya” ucap Manager Park
“Aku tahu
kau tidak mengerti karena kau melajang tapi bagi pria yang beristri seperti aku,
maka aku harus hati-hati dengan rumor.
Jika rumor mulai menyebar...” kata Manager Park dan Soo Ji langsung menyela
kalau akan pulang lebih lalu mengumpat marah sambil berjalan pulang.
Ho Rang
dengan semua temanya, menyapa semua pelanggan keluar dari restoran sampai
akhirnya. Setelah itu denga penuh semangat mengaak mereka untuk membersihkan
semua setelah itu bisa pulang. Mereka sudah berganti pakaian ingin memutuksan
makan malam bersama. Tiba-tiba mereka berhenti melihat sosok pria itu sangat
manis yang sedang menunggu seseorang.
“Dia
tipeku sekali dan Tampan sekali.” Puji salah satu pegawai. Ho Rang melihat
kalau pria yang mereka kagumi adalah Won Seok, merasa bangga.
“Bukankah
dia pacar manajer kita?” kata Pegawai lainya. Pegawai itu pun meminta maaf pada
Hong.
“Dia
super tampan, 'kan? Aku duluan dan Sampai jumpa besok.” Kata Ho Rang berlari
menghampiri Won Seok.
Won Seok
melihat Ho Rang yang datang langsung memeluknya, keduanya berjalan pulang
sambil berpelukan. Mereka mulai membahas Ho Rang pernah bercerita kalau sudah lama pacaran selama tujuh tahun.
“Tapi
walau begitu, pacarnya tetap menjemputnya walau dia lembur.” Komentar seorang
pegawai merasa iri melihat Won Seok masih perhatian.
Ho Rang
keluar dari kamar mandi bertanya apa yang dikerjakan Won Seok hari ini. Won
Seok mengatakan kalaumelakukan hal keren. Ho Rang bertanya apakah Won Seok sudah dapat investor yang mau berinvestasi,
Won Seok memperlihatkan laptopnya.
“Coba Lihat
ini. Inilah grafik yang kuselesaikan
kemarin. Ini Cantik, kan?” ucap Won Seok seperti hanya ia yang tahu arti gambar
yang dibuatnya.
“Sayang,
bukannya ini mirip rasi bintang? Kurasa kata bijak dari “Carl Sagan” memang
benar. Pada akhirnya, manusia dan alam semesta
semuanya saling terhubung. Ini Sangat cantik, kan?” kata Won Seok.
“Ya. Tapi
ini mirip gorengan yang ada di restoran.” Ungkap Ho Rang tak terarik dan mulai
memakai cream wajah.
Ho Rang
membahas tentang sofa yang dikatakan sebelumnya. Won Seok seperti lupa tapi mengingat kalau
maksudnya sofa yang baru datang. Ho Rang membenarkan, dan memberitahu kalau stoknya
tinggal sedikit. Won Seok tahu kalau Hanya orang yang sungguh menginginkannya
yang akan membelinya.
“Meski
mengalami kemunduran ekonomi, orang kaya
membeli apapun yang mereka mau.” Kata Won Seok santai
“Katanya
banyak pengantin baru beli sofa itu dan sofa
itu sangat cocok buat rumah pengantin
baru.” Ucap Ho Rang seperti sangat mengingikan sofa itu
“Makanya
tadi kubilang, hanya orang kaya yang beli seperti itu , mereka adalah orang
kaya. Orang kaya beli apapun yang mereka
mau meski krisis ekonomi. Korea sangat jauh ketinggalan.” Kata Won Seok.
Ho Rang yang
kesal memilih untuk mempercepat mengusap wajahnya. Won Seok binggung bertanya-tanya apakah ada masalah karena
seperti melampiaskan amarah pada wajahnya. Ho Rang mengatakan tak ada bahkan
lancar-lancar saja dan langsung masuk kamar mandi.
“Terus
kenapa dia marah? Aku 'kan tak salah apa-apa Apa aku ada salah ?” ucap Won Seok
binggung
“Hei,
alamat tempat tinggal Ji Ho sekarang
dimana? Soo Ji ingin tahu karena Ji Ho tidak angkat teleponnya.” Kata Ho Rang
membuka pintu kamar mandi.
“Kau
bilang Ji Ho? Dia sudah keluar dari rumah
itu minggu lalu.” Kata Won Seok. Ho Rang kaget mendengarnya. Won Seok heran Ho
Rang tak tahu tentang temanya. Ho Rang pun bertanya-tanya selama ini temanya
itu tidur dimana.
Ji Ho
berjalan ke halte bus dengan celana tidurnya mengingat kembali ucapan Se Hee
“Kukira kau tipe orang yang sama seperti aku.” Lalu bertanya-tanya apa
maksudnya kalau sama seperti Se Hee. Tanpa sadar kalau banyak orang yang
melihat Ji Ho karena mengunakan baju tidur keluar dari rumah. Ji Ho pikir Se Hee
aneh sekali, lalu duduk di halte dan baru sadar kalau sedari tadi banyak orang
yang menatapnya.
“Hei... Soo
Ji, ini aku.” Ucap Ji Ho mengangkat telp dari temanya. Soo Ji ingin tahu
keberadaan Ji Ho sekarang karenaTelepon, tak diangkat dan SMS juga, tak
dibalas.
“Nanti
aku cerita kan dan aku lagi di dekat tempat tinggal pemilik baru itu.” Kata Ji
Ho. Soo Ji mengatakan sedang ada didekat situ, dan ingin tahu posisi Ji Ho
sekarang.
“Aku di
halte bus.” Kata Ji Ho. Soo Ji bisa melihat kalau di halte bus ada waktu gila
yang pakai piyama dan ingin tahu tepatnya dimana. Ji Ho dengan malu memberitahu
kalau itu adalah dirinya. Saat itu juga mobil Ji Ho datang.
“Hei... Ji
Ho, Apa kau tidur di jalanan?” teriak Ho Rang dari dalam mobil. Ji Ho terlihat
malu dan buru-buru masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan halte.
Ho Rang
tak percaya Soo Ji keluar dan jalan
pakai piyama. Soo Jin mulai mengumpat kalau akan membunuh Yong Suk tengah malam
sekarang ini. Ho Rang ingin tahu Apa sutradara utama dan penulis Hwang tahu
soal ini. Soo Ji terus mengumpat tak bisa menahan amarahnya.
“Hei!
Berapa nomor teleponnya?” kata Soo Ji tak ingin temanya dilecehkan begtu saja.
Ho Rang meminta Soo Ji membiarkan temanya bicara lebih dulu.
“Ini
Tidak ada yang tahu. Aku langsung keluar tempat itu tanpa banyak berpikir.”
Kata Ji Ho
“Kenapa
kau tidak kabari kami?” kata Soo Ji marah. Ji Ho tidak tahu apakah Soo Ji makan dan tidur di
kantor.
“Makanya.
Kau harusnya telepon aku. Lalu kenapa kau pergi ke rumah apartemen itu kalau kau tidak tinggal disana lagi?”
kata Soo Ji. Ji Ho mengaku kalau hanya terus berjalan saja.
“Apa
maksudnya? Kantormu itu 'kan jauh sekali
dari apartemen itu.” Kata Soo Ji heran .
“Ji Ho,
apa ada yang terjadi antara kau dan pria itu? Apa kau akan jatuh cinta padanya?”
kata Ho Rang mengoda.
Ji Ho
mengelak karena tak merasakan apapun pada Se Hee. Ho Rang melihat kalau ada yang mencurigakan.
Ji Ho menyakinkan kalau tak ada apa-apa. Ho Rang bisa melihat Ji Ho yang
terlihat gugup. Ji Ho berteriak kalau tak ada apa-apa. Soo Ji heran melihat
temanya terlihat marah dan menyuruh agar menginap dirumahnya saja.
Se Hee
melihat mie cup ukuran besar yang sebelumnya diberikan pada Ji Ho, terlihat
sudah rapih lalu menerima pesan dari ponselnya “Halo.,, Namaku Hwang Jae Hyun,
dan aku tahu nomormu dari Tn. Nam.” Ia pun membalas kalau senang bertemu dengan
wanita yang akan berkencan buta denganya.
Lalu
melihat foto wanita pada account picturenya yang bertuliskan “Aku percaya pada
takdir.” Si wanita bertanya apakah Se Hee punya waktu besok., Se Hee hanya bisa
mengumpat karena benar-benar tak tertarik untuk menjalin hubungan.
Ji Ho
baru saja selesai mandi dan melihat temanya duduk dibawah bukan di tempat
tidur. Soo Ji mengatakan kalau Tamu tidak boleh tidur di lantai dan ia suka
tidur di lantai. Ji Ho pun hanya bisa tersenyum. Soo Ji meminta izin dulu agar
bisa berkerja pada temanya karena Ada permintaan klien. Ji Ho bertanya apakah
ada hari untuk melakukan demo.
“Ya... Itu
acara dimana CEO dan investor pemula
saling bertemu dan mengobrol, Seperti kencan buta” kata Soo Ji. Ji Ho melihat Nama perusahaannya unik.
“Ini
aplikasi kencan online. Apa Kau belum
pernah coba? Jadi jika kau memposting fotomu di situs itu maka orang akan
memberikan nilai.” Jelas Soo Ji sudah mulai memposting fotonya. Ji Ho
melihatnya.
“Menurut
skor, orang akan ditempatkan di tingkat
yang berbeda. Kemudian aplikasi tersebut mengenalkanmu pada pria dengan tingkat
yang sama.” Kata Soo Ji
“Berart
aku tak bisa bertemu pria yang tingkatannya lebih tinggi?” kata Ji Ho. Soo Ji
menjawab bisa tapi Ji Ho harus membayarnya jika ingin bertemu pria seperti itu.
“Apaan
ini? Padahal 'kan itu bukan sistem kasta atau semacamnya? Menurutku aplikasi
ini malah membuat beberapa orang merasa
rendah diri.” Komentar Ji Ho.
Soo Ji
memberitahu ada banyak orang yang pakai
aplikasi ini bahkan Perusahaan ini perusahaan paling menonjol buat acara besok
dan Setiap investor ingin berinvestasi bersama perusahaan itu. Ji Ho pikir
Belakangan ini, memang banyak orang
punya masalah mental. Soo Ji tahu kalau sekarang Mentalnya harus kuat kalau mau
pacaran dan kalau tak kuat maka tidak akan bisa.
“Belakangan
ini, berkencan itu sudah seperti pertandingan. You know what I'm saying, baby?”
kata Soo Ji. Ji Ho mengatakan sudah
mengetahuinya.
“Hei.. Apa
ada lubang di rahangmu? Kenapa makannya
tumpah-tumpah terus dari mulutmu?” keluh Ji Ho yang sedari tadi membereskan
makanan yang jatuh dibadan dan laptop temanya.
“Manusia
lebih sederhana dari yang Anda kira.
Kami fokus pada pemikiran itu. Kenapa begitu banyak orang gagal dalam kencan buta? Percakapan yang baik
dan perasaan baik terhadap satu sama lain terlalu bersifat subjektif. Kami
memutuskan untuk lebih jujur.” Ucap Se Hee berdiri diatas panggung
“Menurut
kami, manusia memiliki naluri dasar, untuk itu kami meluncurkan aplikasi. Pria
cenderung fokus pada penampilan wanita dan Di sisi lain, wanita fokus pada
kemampuan pria. Hal itu pun mempertimbangkan jarak fisik antar manusia. Hal itu pun
menentukan Anda dengan orang terdekat dengan Anda Akibatnya, 350.000 orang
telah mendaftar dalam 5 bulan. Penjualan kami mencapai 380 juta won per
bulan..” Jelas Se Hee. Soo Ji melihat dari belakang panggung.
“Tapi...,
Kenapa nama aplikasinya "Berkencan,
Bukan Pernikahan"? Bukankah lebih baik menekankan pada hasil cinta, yakni pernikahan?” kata
salah seorang investor.
“Kenapa
menurut Anda pernikahan bisa menjadi
hasil cinta? Bukankah kita berkencan dengan
seseorang buat menikah?” kata Se Hee yang memiliki pemikiran dengan
logika.
“Jadi
bagaimana pernikahan itu bukan hasil cinta?” tanya si investor
“Pernikahan
membatasi kebebasanmu. Dalam masyarakat modern, pernikahan hanyalah suatu
sistem untuk melestarikan keturunan Anda dan Tidak lebih dari itu. Dan menurut anda adalah Hasil cinta ? Itu harapan
palsu dari orang-orang yang jauh
tertinggal. Mereka hanya ingin meneruskan sistem kelestarian keturunan atas nama cinta.” Kata
Se Hee dingin.
Sang Goo
di pinggir panggung kebingungan melihat sikap Se Hee. Investor ingin tahu
Apanya yang jauh tertinggal dan mengartikan kalau maksud Se Hee bahwa generasi
mereka masih kolot. Sang Goo akhirnya naik panggung sebelum terjadi ketengangan
mengatakan kalau bukan seperti itu.
“Aplikasi
kami bertujuan untuk berkencan, bukan pernikahan. Setiap orang punya nilai berbeda, dan ini memengaruhi fokus mereka dan
bagaimana hal itu terjadi ketika menyangkut
pernikahan. Namun, Anda hanya berbagi satu prinsip dengan orang yang Anda
kencani. Itulah cinta.” Kata Sang Goo menjelaskan
Lalu
terlihat dilayar [Cinta itu sains.
Gunakan datamu untuk ber"Kencan, Bukan Pernikahan".] Soo Ji yang
melihatnya melihat Sang Goo memang ahli juga menjual barang.
Sang Goo
mengeluh pada Se Hee karena sudah memperingatkan agar jangan memancing pertanyaan,
karena itu tugasnya dan Se HEe hanya perlu menunjukkan wajah tampannya pada
para investor jadi tak akan sulit.
“Apa Sesulit
itukah bertindak normal sedikit? Apa terlalu banyak mauku ini?” keluh Sang Goo.
Se Hee berhenti dan hanya menatap dingin.
“Nam Se
Hee, presentasimu sangat fantastis. Terbaik.” Puji Sang Goo lalu melihat
temanya pergi dan bertanya mau kemana karena baru mulai acara dan harus pergi
lagi ke acara networking.
“Aku tak mau
tahu. Kau 'kan yang normal, jadi Jadi urus saja sendiri. CEO Ma” kata Se Hee
memberikan berkasnya.
“Dia
sering sekali dendam sama aku. Tapi Itulah salah satu poin menawannya. Aku akan
membuatnya menjadi pribadi yang lebih
baik.” Kata Sang Goo melihat Se Hee pergi.
Ji Ho
pergi ke tempat tinggal sebelumnya, tapi pintunya terkunci dan dengan berat
hati mencoba menghubungi Yong Suk “ Pintunya terkunci. Aku datang ke sini mau
ambil barang-barangku.” Tapi kembali menghapusnya “Pintunya terkunci. Boleh aku
ambil barangku sekarang?”
Ia
menulis lebih sopan dari sebelumnya, tapi akhirnya dengan penuh amarah
menuliskan “Kembalikan barangku, bajingan.” Saat itu juga penulis Hwang menelp.
Penulis
Hwang membuatkan secangkir kopi untuk Ji Ho, sikapnya lebih manis dari pada
sebelumnya. Ji Ho pun mengucapkan Terima kasi dan sudah duduk di rumah penulis
Hwang. Penulis Hwang bertanya apakah Ji Ho masih kesal denganya. Ji Ho mengaku
tidak dan ingin menjelaskan tapi penulis Hwang lebih dulu berbicara.
“Aku
tahu... Aku minta maaf. Aku sudah memikirkan apa katamu dan Kau memang benar. Aku
selalu bilang kalau ingin melakukan terobosan baru dan kreatif. Tapi akhirnya
kita hanya bisa melakukan apa yang biasa kita lakukan dan Selalu begitu. Semuanya
jadi revisi dari apa yang telah kita
lakukan sebelumnya.” Ungkap Penulis Hwang
“Aku
tidak seperti itu saat baru memulai debutku. Tapi aku harus bertahan. Kau tahu
sendiri sudah berapa lama kita bekerja sama. Ini Sudah lima tahun. Kau juga
paling tahu aku selalu ingin kau
sukses.” Kata Penulis Hwang
“Aku
tahu... Aku selalu mengingatnya dan bersyukur.” Ucap Ji Ho. Penulis Hwang heran
melihat Ji Ho bersikap seperti itu.
Ji Ho
bisa tersenyum merasa kalau Penulis Hwang bisa mengerti dengan perasanya.
Penulis Hwang senang melihatnya dan mengajak Ji Ho untuk minum bersama hari
ini. Ji Ho binggung apakah Hanya mereka berdua, karena tahu Penulis Hwang yang
tak suka banyak minum, Penulis Hwang pikir tak masalah karena bisa minum banyak
hari ini.
Bersambung
ke Part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar