Tuan Yoo
sudah ada didalam mobil mengingat saat Yoo Bum memberitau kalau foto yang
dikirimkan adalah Letnan Han Woo-Tak, Teman dekat Jaksa Jung dan Ternyata
Letnan Han dan Do Hak-Young, pernah menjadi teman satu kamar.
“Aku
berharap Jaksa Jung tidak melakukan hal serendah itu, tapi kenyataannya, dia
membebaskannya.” Kata Yoo Bum saat ditelp.
Tuan Yoo
melihat Jae Chan di seberang jalan melambaikan tangan dengan senyuman. Hong Jo
melihat sebuah mobil berhenti, Jae Chan melonggo seperti sempat melihat siapa yang
ada didalam mobil. Tuan Yoo mengeluarkan senapan dari jendela lalu menembaknya
dan langsung pergi.
Semua
yang ada disekitar zebra cross, berteriak ketakutan mendengar bunyi tembakan
lalu melihat Jae Chan yang jatuh meminta agar di panggil ambulance. Hong Joo
pun menyeberang jalan melihat keadaan Jae Chan yang sudah berlumuran
darah.
Woo Tak
dan Hak Young berjalan pulang, Hak Young setengah mambuk mengajak minum sekali
lagi untuk meredakan mabuk. Woo Tak hanya tersenyum karena Hak Young malah
mengajak minum lagi jika ingin meredakan pengar. Hak Young mengatakan Ada kedai
yang menjual sundae lezat di dekat sini.
Petugas
Oh dan Polwan datang melihat Jae Chan sudah dibawa oleh ambulance, dan bertanya
pada Hong Joo yang berlumuran darah. Hong Joo meminta agar mereka bisa
menemukan mobil dengan Pelat nomornya 65 C 4390 karena Pengemudinya memiliki
senapan gentel.
Woo Tak
dan Hak Young akan menyeberang jalan, tapi saat itu mobil Tuan Yoo melaju
kencang seperti ingin menabrak keduanya. Woo Tak menarik Hak Young agar
terhindar, Tuan Yoo melihat keduanya belum tertabrak memutar mobil dan siap
menabrak balik. Woo Tak hanya terdiam melihat mobil yang melaju didepannya,
seperti sudah pasrah.
Tiba-tiba
mobil polisi datang menghentikan laju mobil Tuan Yoo, dan beberapa mobil lainya
datang untuk mengepung. Petugas Oh memastikan lebih dulu apakah Woo Tak
terluka. Woo Tak mengaku baik-baik saja. Petugas Oh membuka pintu mobil, tapi
Tuan Yoo sudah tak sadarkan diri di kursi kemudi.
Hong Joo
mengantar Jae Chan ke rumah sakit, Dokter melihat Pasien kehilangan banyak
darah dan Tekanan darahnya tidak terdeteksi, serta meminta agar memasangkan
masker oksigen serta siapkan perlengkapannya. Jae Chan sempat membuka mata
melihat Hong Joo yang berlari disampingnya, teringat kembali kenangan saat duduk bersama Hong Joo didepan
ruang IGD.
“Jadi,
kau adalah Kastanye... Kenapa aku tidak mengenalimu?” gumam Jae Chan mengingat
pertama kali saat duduk disamping Hong Jo, di halte bus.
“Aku mau
mengatakan sesuatu kepadamu... Bukan mengatakan aku tak bisa melupakan hari 13
tahun lalu itu dan Bukan juga mengatakan senang bertemu denganmu lagi. Ada yang
lebih ingin kukatakan kepadamu.” Gumam Jae Chan
Flash Back
“Aku tidak
mempercayai kata-katamu...” kata Jae Chan saat Hong Joo memberikan payung.
“Maafkan
aku.” Ungkap Jae Chan mengingat kenangan dengan Hong Joo lalu menutup matanya .
Hong Joo menangis histeris, meminta agar Jae Chan agar tak meninggal.
“Beri
tahu aku saat gelombangnya mencapai 200.” Perintah Dokter. Perawat memberitahu Daya kejutnya sudah maksimal. Dokter pun
memberikan kejut jantung pada Jae Chan.
“Aku
seharusnya tidak mengucapkan kata-kata itu.” Ungkap Jae Chan.
Flash Back
Jae Chan saat distasiun mengatakan harus
menyelamatkan Hong Joo jika mempercayai kata-katanya. Tapi Jika tak bisa, semua
itu salahnya dan akan menyalahkan diri sendiri lalu Bagaimana ia harus
menjalani semua itu.
Dokter
meminta agar Jae Chan diberi kejutan lagi serta
Suntikkan dengan FB1F. Hong Joo masih terus menangis melihat Jae Chan yang
belum juga sadar.
Flash Back
“Kata-kataku
pasti menyakitimu. Kau pasti menyalahkan dirimu atas semua yang tak bisa kau
tangani. Bisakah kau menangani hal itu?” kata Jae Chan. Hong Joo menjawab
tidak.
“Aku
berkata kejam kepadamu.” Gumam Jae Chan. Hong Joo terus meminta agar Jae Chan
jangan mati.
“Aku
sangat menyesal. Jika ini yang terakhir, maka kau akan menyalahkan dirimu
karena aku. Aku mencemaskanmu.” Gumam Jae Chan.
Flash Back
Hong Joo
memberikan payung karena akan membutuhkan nya nanti. Jae Chan pun mengucapkan Terima
kasih. Hong Joo memberikan senyuman manisnya.
“Dulu,.
aku seharusnya diam saja dan mengambil payungmu. Aku tak bisa menahannya. Aku
harus, minta maaf kepadamu.” Gumam Jae Chan seperti berusaha merubah mimpinya.
Saat itu
dokter memberitahu Detak jantungnya kembali jadi mereka akan segera
memindahkanke ruang operasi, serta Panggil dokter Anestesi. Hong Joo terlihat
hanya tertunduk lemas didepan ruangan IGD karena akhirnya Jae Chan hidup
kembali.
[BAGIAN 10: SEORANG LELAKI BERTEMU DENGAN
SEORANG GADIS]
Polisi
mulai melakukan olah TKP dengan tim forensik dan juga gari polisi, Berita pun
mulai ditayangkan, laporan dari TKP.
“Sekitar
jam 21.00, di dekat persimpangan Hwayang-Dong, seorang jaksa ditembak oleh pria
73 tahun bernama Yoo Man-Ho. Jaksa tersebut terluka parah, dan dilarikan ke
rumah sakit. Dia sedang menjalani operasi.”
Ibu Hong
Joo menonton dari restoran, panik mengingat dengan Hong Jool lalu bergegas
keluar. Yoo Bum menonton dari dalam mobil seperti memang sengaja melakukanya
untuk Jae Chan.
“Yoo
Man-Ho merupakan ayah seorang pemanah profesional bernama Yoo Soo-Kyung. Polisi
mengatakan ayahnya tidak puas, dengan hasil penyidikan yang membuat tersangka
bebas. Kenyataan itu mendorongnya melakukan aksi tersebut.”
Woo Tak
dan Hong Joo duduk menunggu didepan rumah sakit. Seung Won mondar mandir
terlihat gugup karena takut terjadi sesuatu pada kakaknya, Ia mulai kesal karena lama padahal sudahsudah
lebih dari empat jam. Woo Tak menyuruh Seung Won untuk duduk menunggunya.
“Dokter
bilang operasinya takkan lama.” Kata Woo Tak menenangkan. Seung Won masih panik
memikirkan kakaknya. Hong Joo akhirnya
mengengam tangan Seung Won dan menariknya untuk duduk.
“Kakakmu
akan khawatir melihat wajahmu itu. Jadi Duduk dan tunggulah disini dan Akan
kuambilkan plester.” Kata Hong Joo bergegas pergi.
Hong Joo
kembali ke rumah sakit membawa obat, melihat tanganya sudah bersih dari darah.
Teringat kebali saat mengatakan pada ibunya kalau Masa depan mungkin berubah
dan Jae-Chan bisa menyelamatkan mereka, menurutnya Jika bisa mengubah masa
depan, maka ia juga bisa.
“Kau tak
bisa! Masa depan takkan berubah.” Tegas Ibunya. Hong Joo hanya bisa menangis
mengingat perkataan ibunya. Ibu Hong Joo datang melihat anaknya sedang berdiri
di lobby, menanyakan keadaanya lebih dulu
“Ibu
benar... Aku tak bisa mengubah masa depan... Tidak, maksudku, aku berusaha
mengubahnya, tapi malah semakin buruk. Bagaimana jika hal buruk terjadi kepada
Jae-Chan? Apa yang harus kulakukan? Jika hal buruk terjadi kepadanya seperti
Ayah, aku tak bisa...” ucap Hong Joo sambil menangis dan langsung dipeluk oleh
ibunya.
“Tidak,
jangan bilang begitu... Takkan terjadi hal buruk, kau Jangan bilang begitu.”
Ungkap ibunya.
“Operasinya
takkan selesai... Ini sudah empat jam... Operasinya masih berjalan.” Kata Hong
Joo terus menangis.
Woo Tak
berteriak memanggil Hong-Joo, kalau Operasinya sudah selesai. Keduanya kaget,
Woo Tak memberitahu kalau Baru saja selesai, Operasinya berjalan lancar dan Hasilnya
juga bagus. Hong Joo memastikan kalau Woo Tak tidak berbohong. Woo Tak mengaku
kalau sudah mendengarnya sendiri dari dokter dan Jae Chan sudah baik-baik saja.
Hong Joo
bisa bernafas lega dan bersyukur, tapi langsung jatuh lemas. Ibu Hong Joo
panik, Woo Tak akhirnya mengendong Hong Joo yang jatuh pingsan.
Semua
sekertaris berkumpul, Hyang Mi mengeluarkan berkas dari lemari. Tiga Sekertaris
membahas Tuan Yoo punya senjata, padahal mereka bukan tinggal Amerika Serikat
dan ingin tahu mendapatkan senapan gentel.
Jung Ha memberitahu Tuan Yoo punya izin kepemilikan senjata dan
menggunakan senapan gentel dari SPBU.
“Kepala
membagikan ulang kasus Jaksa Jung. Kau mendapat kasus penganiayaan... Lalu Kau,
kasus penipuan dan Kau, kasus percobaan perkosaan.” Ucap Jung Ha membagikan pada
sekertaris jaksa senior.
“Hyang-Mi,
apa kau menangis?” kata Sek Hee Mi melihat Hyang Mi bergetar dari belakang
“Ya, aku
menangis karena bahagia. Semua kasus selesai dan pekerjaan tepat waktu. Aku
bahagia sekali. Aku bahagia sekali karena tidak perlu melihat Jaksa Jung, yang
banyak kasusnya tidak selesai. Aku menangis karena bahagia. Apa Kau puas?” ucap
Hyang Mi menyindir teman-temanya.
“Dia
kenapa? Kukira dia tidak menyukai Jaksa Jung.” Bisik Sek Hee Mi
“Aku bisa
tahu dia sangat menyukai Jaksa Jung. Sangat mencintainya.” Kata Jung Ha.
“Itu
konyol.. Dia akan segera membencinya.” Kata Sek Hee Mi
Hong Joo
tertidur lelap, Nyonya Yoon melihat anaknya mengumpat pada nakanya yang
menangis seperti itu saat ayahnya meninggal. Hong Joo terbangun dari tidurnya,
langsung bertanya keberadaan Jae Chan.
“Operasinya
berhasil, Sekarang dia di ruang ICU. Seung-Won menelepon ibu tadi.” Ucap Ibu
Yoon. Hong Joo akan segera pergi.
“Hentikan.
Kau tak bisa menemui dia meski kesana sekarang. Ruangan ICU memiliki waktu kunjung
terbatas.” Kata Ibu Yoon. Hong Joo merasa harus segera pergi.
“Kau
harus makan dulu. Kau takkan terlambat meski kesana setelah makan.” Tegas Ibu
Yoon.
Hong Joo
makan masakan ibunya, bertanya kapan jam kunjungnya. Ibunya memberitahu Jam
11.00, jadi Waktunya masih banyak dan meminta anaknya untuk makan. Hong Joo pun
makan dengan lahap. Ibnya mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, kalau
Seung-Won meminta agar memberikan pada
anaknya. Hong Joo binggung apa itu isinya.
“Jae-Chan
ingin menemuimu semalam untuk memberimu ini. Bagaimana Jae-Chan tahu kau
dipanggil Kastanye?” cerita Ibunya. Hong Joo binggung apa maksudnya.
“Dia
tiba-tiba menemui ibu dan menanyakan itu.”kata Ibu Yoon mengingat kejadian
sebelumnya.
Flash Back
Jae Chan
melihat ibu Hong Joo yang baru keluar dari apotek, lalu bertanya Apakah julukan Hong-Joo adalah
Kastanye.
“Apa Kau
tidak memberi tahu dia tentang itu?”tanya Nyonya Yoon. Hong Joo mengatakan Tidak.
“Bagaimana
dia tahu? Ini sudah lebih dari sepuluh tahun.”pikir Hong Joo lalu melihat isi
kotak cincin, ada note yang pernah diberikan pada Jae Chan sebelumnya.
Jae Chan
remaja bertemu dengan Hong Joo masih remaja, saat membuka mata langsung
berbicara kalau Hong Joo adalah Kastanye. Hong Joo hanya bisa menitikan air
mata melihat keadaan Jae Chan dengan baju rawat.
“Kenapa
aku tidak mengenalimu?” kata Jae Chan. Hong Joo membenarkan dan tangan Jae Chan
meraba pipi Hong Joo, lalu mereka kembali menjadi pandangan sudah dewas.
“Apa Kau
mengingatku?” ucap Jae Chan. Hong Joo mengangguk kalau ia mengingatnya.
“Sudah
lama sekali... Aku mencemaskanmu. Aku takut kau takkan bangun untuk selamanya. Aku
khawatir kau akan menyalahkan dirimu, atas semua ucapanku di kereta bawah
tanah. Maafkan aku.” Ucap Jae Chan.
“Kau
tidak perlu minta maaf.” Ungkap Hong Joo.
“Aku
tidak sadar, kalau kau, seorang gadis...” kata Jae Chan tapi saat itu tangan
Jae Chan memegang wajah Tuan Park yang menjenguknya.
“Kau
bilang Seorang gadis? Apa maksudmu?” kata Tuan Park marah. Jae Chan mengatakan
mengira seorang laki-laki. Tuan Park menegaskan aklau ia memang seorang lelaki.
“Ada apa
dengan kakakku? Dia melantur.” Kata Seung Won panik melihat kakaknya yang aneh.
“Dia menunjukkan
gejala halusinasi. Keadaan ini hanya sementara setelah operasi. Dia akan kembali
sadar setelah satu atau dua hari. Jadi Tenang saja. Apapun yang dia ucapkan
tidak ada artinya. Jangan khawatir. Dia takkan mengingat apa yang baru dikatakan.”
Jelas Jaksa Son.
Seung Won
bisa bernafas lega, Tuan Park akan
pergi. Jae Cahn meminta agar Jangan pergi, karena Masih banyak yang ingin
dikatakan. Tuan Park binggung, Jaksa Son meminta agar mereka mendengarkan saja
ucapannya. Tuan Park akhirnya duduk kembali menyuruh Jae Chan mengatakan saja
karena pasti akan mendengarkan.
“Maafkan
aku... Payung yang kau tawarkan di depan stasiun kereta, seharusnya kuterima.”
Ungkap Jae Chan. Semua mengikuti yang diceritkan Jae Chan.
Jaksa Lee
dan Hee Mi menunggu di lobby, melihat Jaksa Park datang langsung menanyakan
keadaan Jaksa Jung, apakah sudah siuman. Jaksa Park mengatakan sudah bangun
tapi belum sepenuhnya, bahan tak bisa membedakan jenis kelamin orang, karena
menyebutkan seorang gadis.
“Apakah
otaknya juga cedera?”ucap Hee Mi panik.
“Tidak,
itu hanya efek samping kecil dari obat bius. Aku pernah dioperasi sewaktu SMA.
Aku mengajak ayahku merokok saat aku siuman. Bhakan Dia hampir membunuhku.”
Cerita Jaksa Lee. Hee Mi menatap seperti tak peduli.
“Intinya,
dia butuh satu bulan untuk pulih.” Kata Jaksa Park. Jaksa Lee tak melihat Jaksa
Son bersama dengan seniornya, sebelum meninggalkan rumah sakit.
Polisi
Pria melihat Tuan Yoo lalu keluar ruangan, Polwan bertanya apakah Tuan Yoo
belum siuman. Polisi pria menganguk karena Tuan Yoo yang mengidap kanker
pankreas stadium akhir. Polwan pikir Tuan Yoo
bisa meninggal sebelum diadili dan mungkin juga ingin balas dendam saat
sekarat.
“Apakah
kalian polisi?” tanya seorang anak dengan kacamata. Polwan tersenyum bertanya
bagaimana anak itu tahu.
“Aku tahu
semua polisi dan jaksa di Korea. Kenapa kalian berjaga disini? Apa ada orang
jahat di dalam?” tanya si anak yang terlihat sangat pinta.
“Ya. Ada
orang yang sangat jahat, tapi dia sakit parah.” Jawab Polwan
“Jadi, Apa
dia dalam penyidikan tanpa penahanan? Selamat bekerja.” Kata si anak lalu
bergegas pergi. Dua polisi binggung karena
anak kecil seperti itu mengetahui hal yang diucapkan oleh orang dewasa.
Si anak
masuk ke dalam lift, saat itu pria lain masuk dengan tangan mengunakan gips. Si
anak bertanya mau ke lantai berapa. Pria itu menjawab Lantai 13. Lift pun
berjalan, Si anak kembali bertanya
apakah tanganya, cedera karena kecelakaan mobil atau terjatuh. Si pria
mengatakan kalau ia dihajar oleh dosen.
“Kau bisa
menuntutnya atas kasus penganiayaan. Apa Kau mau kulaporkan ini kepada polisi?”
kata si anak kecil. Si Pria menolak dengan senyuman karena akan melakukan
sendiri.
“Jangan
lupa melaporkannya Kau harus melaporkannya..” Kata si anak keluar dari lift, Si
pria tersenyum.
Terdengar
suara memanggil nama “Chan-Woo”. Si anak berteriak memanggil ibunya. Jaksa So
terlihat kesal melihat anaknya bertanya dari mana, tapi setelah itu tersenyum
bahagia memeluk anaknya dengan memuji sabagai Pangeran kecil. Si pria melihat
keduanya bisa tersenyum.
Seung Won
duduk sendirian di cafe, tiga temanya kembali mendekat menceritakan akalu sudah
melihat berita kalau kakaknya yang tembak dan ingin tahu keadaanya. Seung Won
hanya diam saja, terlihat sangat kesal.
Mereka berkomentar kalau Ayahnya Yoo Soo-Kyung benar-benar gila dan
meminta agar menceritakan Bagaimana kakakny ditembak.
Seung Won
terlihat kesal memilih untuk pindah tempat duduk di meja, temanya yang memiliki
ayah di penjara binggung tiba-tiba Seung Won duduk didepanya. Tiga temanya
heran melihat sikap Seung Won. Yang mengabaikan
permintaan maaf mereka.
Woo Tak
mengunakan seragam dengan rambut klimis, lalu mengunakan kalung visitor. Yoo
Bum melihat Woo Tak bertanya apakah datang untuk menghadiri penyidikan Jaksa
Shin. Woo Tak membenarkan. Yoo Bum mengaku kalau ia juga sama. Woo Tak terlihat sinis.
“Apa
Jaksa Shin ingin memeriksa kita untuk penyidikan?” ucap Yoo Bum. Woo Tak hanya
diam saja. Akhirnya keduanya pun duduk
di ruang interogasi.
“Bagaimana
keadaan Jaksa Jung? Apakah pengunjung diperbolehkan?” tanya Yoo Bum.
“Dia
sudah keluar dari ICU, Kau bisa menjenguknya hari ini. Dia pulih dengan cepat.”
Jawab Hee Mi. Yoo Bum pun mengucap syukur. Hee Mi seperti tak peduli mengajak
Tuan Choi agar memulainya.
“Ya. Ibunya
Yoo Soo-Kyung bilang, Pengacara Lee mengirimkan foto-foto ini kepada Yoo Man-Ho..
Benarkah?” kata Tuan Choi memberikan foto Woo Tak dengan Jae Chan dan juga Hak
Young
“Ya, aku
yang mengirimnya.” Kata Yoo Bum terlihat sangat angkuh.
“Foto ini
membuat Yoo Han-Ho marah sehingga menembak Jaksa Jung. Dia salah mengira bahwa
Letnan Han dan Jaksa Jung berhubungan, dengan Do Hak-Young.” Jelas Hee Mi
“Apa kau
bilang Salah mengira? Apakah itu salah perkiraan? Han Woo-Tak, Bukankah kau dekat
dengan Jaksa Jung?” kata Yoo Bum menyindir. Woo Tak membenarkan.
“Coba
kalian Lihat? Ini bukan salah perkiraan. Ini kecurigaan. Karena mereka dekat,
dia bisa meminta sesuatu kepada Jaksa Jung. Kecurigaan yang sangat beralasan.
Dia bisa saja meminta untuk menjaga teman dekatnya.” Kata Yoo Bum menyindir.
“Apa dia
meminta sesuatu kepada Jaksa Jung?” tanya Hee Mi
“Saat
bertemu dengannya, kubilang Hak-Young tidak mungkin membunuh.” Kata Woo Tak.
Yoo Bum dengan yakin kalau Woo Tak memang
melakukannya. Woo Tak memberitahu kalau Jaksa Jung mengatakan padanya.
“Bagaimana
kau bisa sangat yakin? Kau tak bisa memastikan sesuatu sampai penyidikan
berakhir. Entah dia bersalah atau tidak.”ucap Jae Chan saat sarapan bersama.
“Dia
sangat berterus terang sehingga aku agak tersinggung.” Ungkap Woo Tak.
“Aku
sangat mengenal Jae-Chan. Terkadang dia agak kasar, tapi dia baik hati. Jadi,
meski dia berkata demikian, itu pasti mengusiknya. Mari pertimbangkan
perspektif Yoo Man-Ho juga. Putri kesayangannya tiba-tiba meninggal. Putrinya
meninggal dan jaksa itu tidak berbuat apapun.” Kata Yoo Bum menyakinkan.
“Do
Hak-Young, tersangka utamanya, ada disini. Lalu jaksa itu membebaskan
tuduhannya, tapi ternyata, teman jaksa dan tersangka itu berhubungan erat.
Teman tersangka meminta jaksa itu menjaganya. Ini membuat Tn. Yoo marah. Dia
akan benar-benar marah, 'kan?” Kata Yoo Bum.
“Dia
tidak dibebaskan dari tuduhan begitu saja.” Bukti menunjukkan bahwa itu robot
vakum. Darah Yoo Soo-Kyung ditemukan di robot vakum itu.” Kata Tuan Choi
menyakinkan.
Yoo Bum
merasa Seseorang bisa saja merekayasanya, menurutnya Mudah sekali membebaskan
seseorang jika jaksa membantu memalsukan, beberapa dokumen dengan polisi. Woo Tak bertanya Apakah mungkin merekayasanya.
Yoo Bum pikir Jaksa bisa melakukannya jika mau.
“Apa Jaksa
bisa memalsukan dokumen jika mau?” tanya Woo Tak pada Hee Mi
“Tidak
pernah. Itu tidak mungkin.. Apa kau pernah memalsukan dokumen saat menjadi
jaksa dulu?.” Tegas Hee Mi. Yoo Bum
terdiam.
“Apa Itu sebabnya
kau mengirim foto itu? Kau pikir Jae-Chan memalsukan dokumen dan bukti, seperti
saat kau menjadi jaksa.” Kata Woo Tak
mengejek.
“Wahh..
Musuhku ada dimana-mana... Hei, Hee-Min... Maksudku, Jaksa Shin. Apakah ini
benar-benar pemeriksaan saksi? Kenapa semuanya memeriksaku atas kejahatan Yoo
Man-Ho? Apa Aku yang menembaknya? Apa Aku bersekongkol dengan pelaku? Kau mau
menuntutku atas apa?” kata Yoo Bum
“Tak ada.
Kau tidak bersalah menurut hukum.” Kata Hee Mi
Yoo Bum
ingin tahu alasan dirinya bisa diperiksa seperti ini, karena menegaskan Orang
yang menembaknya akan segera meninggal jadi Hak angketnya tidak sah Lalu jaksa
akan dikeluarkan, jadi untk apa mereka memeriksa dan sangat mengusiknya.
“Seorang
lelaki nyaris dibunuh dengan senjata,Jadi Seorang jaksa tak bisa diam saja...
Kenapa Yoo Man-Ho menembaknya? Aku harus mencatat pengacara seperti apa dirimu.
Itu sebabnya aku memeriksamu.” Tegas Hee Mi tak mau kalah dari Yoo Bum.
Jaksa Lee
melihat Yoo Bum itu memang menakutkan. Jaksa Son mengetahui Yoo Man-Ho yang menembaknya dan
menurutnya Pengacara Lee terlihat bersalah. Jaksa Park tak banyak berkata-kata
hanya melihat dari ruangan control.
Tuan Choi
berlari mengejar Yoo Bum karena ponselnya tertinggal. Yo Bum
meengaku lupa dan mengucapkan terimakasih. Tuan Choi pun mengucapkan
Terima kasih untuk hari ini dan Hati-hati di jalan. Yo Bum bertanya apakah Tuan Choi mau melamar untuk posisi manajer di
kantornya. Tuan Choi langsung menolaknya.
“Apa Kau
mau kurekomendasikan orang lain?” kata Tuan Choi. Yoo Bum tak mau orang lain karena hanya mau
Tuan Choi.
“Aku
terus merasa seperti orang jahat saat bertemu denganmu disini. Kau selalu
membantuku saat kita bekerja bersama. Kau bilang, aku tidak pernah membuat kesalahan
dalam menangani kasus.” Ucap Yoo Bum.
“Kau
benar... Itu sebabnya kini aku takut... Aku penasaran apakah dulu aku melupakan
sesuatu dan Kekhawatiranku ternyata begitu.” Ungkap Tuan Choi. Yoo Bum terdiam
mendengarnya. Woo Tak melihat dari kejauhan keduanya yang terlihat akrab.
Hong Joo
berjalan di lorong dengan jari tanganya yang sudah mengenakan cincin, lalu
masuk ke kamar Jae Chan tapi tak ada dikamar. Hong Joo bertanya pada perawat
yang lewat apakah Jung Chan belum masuk ke ruangan rawat karena dari ICU tadi
malam. Perawat pikir Jae Chan keluar untuk berjalan-jalan.
“Bisakah
kutunggu di dalam?” tanya Hong Joo. Perawat memperbolehkan dan Hong Joo pun
menunggu didalam ruangan.
Hong Joo
melihat cermin di kaca bedaknya, lalu mengeluh karena datang tanpa memakai riasan, lalu mulai memoles bibir
dan mengunakan maskara. Tiba-tiba terdengar suara Jae Chan dari luar, Hong Joo
panik karena belum selesai make up, akhirnya bersembunyi di balik tirai.
“Hei, itu
tak mungkin.. Apa aku menyebut Kepala Park sebagai seorang gadis? Berhenti
mengada-ada.” Ucap Jae Chan masuk ruangan.
“Kau
membelai wajah Kepala Park Lalu kau meminta maaf kepadanya.” Kata Seung Won.
Jae Chan merasa kalau itu tak mungkin mengatakanya.
“Tapi itu
faktanya... Kukira kau jatuh cinta kepada bosmu.” Ucap Seung Won. Jae Chan
meminta berhenti mengatakan hal yang menjijikkan.
“Bagaimana
kalau kau pindah ke rumah sakit lain?” tanya Hee Mi. Jae Chan pikir merasa suka
ada dirumah sakit.
“Yoo Man-Ho,
yang menembakmu... Dia juga dirawat di rumah sakit ini.” Kata Hee Mi. Jae Chan
terlihat kaget harus di rumah sakit ini.
“Keadaannya
ricuh saat kejadian itu, jadi, mereka berdua,. dilarikan ke rumah sakit yang
sama.” Kata Hee Mi. Seung Won mengajak Jae Chan untuk pindah saja.
“Tidak
mau... Aku Lebih baik begini... Di kamar berapa dia dirawat? Aku harus bertanya
kepadanya.” Kata Jae Chan terlihat marah
“Kini dia
bahkan tak bisa bicara. Yoo Man-Hoo dalam keadaan kritis sehingga bisa
meninggal kapan saja.” Kata Hee Mi
“Benarkah?
Kalau begitu, aku harus menemuinya hari ini atau besok. Aku harus menanyakan
alasannya menembakku.” Kata Jae Chan.
Hee Mi
menegaskan Jae Chan tahu alasannya, Karena membebaskan tuduhan terhadap Do
Hak-Young. Jae Chan menegasakan aklau Do Hak-Young bukan tersangka. Hee Mi
memberitahu kala Tapi Yoo Man-Ho tidak tahu soal itu dan sangat marah. Hong Joo
terus mendengar dari balik tirai.
“Apakah
itu membenarkan penembakannya? Apa Kau berhak membunuh orang jika marah? Aku
harus menemui Yoo Man-Ho. Aku harus memberi tahu dia bahwa kemarahan tak bisa
membenarkan, pembunuhan sebelum dia mati.” Kata Jae Chan.
Hong Joo
mengingat saat bertemu dengan Jae Chan, bertanya Untuk apa menyelamatkannya,
karena sangat membencinya. Jae Chan bertanya apakah Hong Joo akan membiarkan
paman itu mati hanya karena membencinya. Hong Joo membenarkan kalau itu
alasannya.
“Biarkan
dia mati karena aku membencinya!” teriak Hong Joo sangat marah
Woo Tak
melihat Hong Joo yang menuruni eskalator, tapi Hong Joo seperti melamun tak
melihat memilih untuk naik eskalator disampingnya.
Akhirnya
Woo Tak ikut naik disamping Hong Joo, dan Hong Joo kaget melihat Woo-Tak dan bertanya apakah ingin mengunjungi
Jae-Chan juga, Woo Tak membenarkan, tapi heran melihat Hong Joo yang tak
kekamarnya. Hong Joo menjawabTidak apa-apa.
“Woo-Tak...
Orang bilang, ketidaktahuan adalah anugerah.” Ucap Hong Joo. Woo Tak pikir itu
benar.
“Jika
benar begitu,. haruskah aku berlagak tidak tahu apapun dan berbohong?” pikir
Hong Joo
“Apa Kau
yakin bisa berbohong sampai mati?” tanya Woo Tak sambil berjalan menuruni
eskalator. Hong Jo merasa tak yakin dengan hal itu.
“Jika kau
bisa merahasiakan sesuatu sampai mati, itu bukan kebohongan. Jadi, bersikaplah
seolah-olah kau tidak tahu apa-apa.” Kata Woo Tak
“Aku
terkejut, kupikir kau akan menyarankan sebaliknya.” Ungkap Hong Joo. Woo Tak
ingin tahu kenapa Hong Joo berpikir seperti itu.
“Karena
semua orang setuju kau memiliki citra baik, Baik dan jujur.” Kata Hong Joo.
Woo Tak
pikir itubenar sekali. Hong Joo mengucapkan Terima kasih karena selalu mengatakan
hal yang ingin didengar, lalu mengajak untuk pergi bersama karena Jae-Chan
sudah menunggu. Woo Tak menolak merasa kalau lebih baik tidak menemuinya. Hong
Joo binggung.
“Orang-orang
berpikir kami dekat, dan mengira dia membebaskan Hak-Young dengan mudah. Sebaiknya
aku tidak menemui Jae-Chan untuk sementara. Jadi Pergilah sendiri, Sampaikan
salamku kepadanya.” Ucap Woo Tak. Hong Joo pun melambaikan tanganya dan Woo Tak
pergi.
Hong Joo
berjalan di lorong, lalu melepaskan cincin ditanganya dan memasukan ke dalam
tas, sepertinya merasa ragu dengan perasaanya.
Bersambung
ke episode 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar