Jae Chan
berjalan berkeliling rumah sakit, lalu melihat sosok wanita dengan rok pink dan
baju putih, wajahnya langsung tersenyum bahagia dan langsung memeluknya dari
belakang sambill mengeluh karena baru datang padahal sangat merindukannya. Hong
Joo melihat dari depan.
“Laki-laki
memang seperti hewan.” Ungkap Tuan Choi melihat Jae Chan lalu Jae Chan binggung
karena ada Hong Jo didepannya.
“Itu
Hyang-Mi, bukan dia!.. Kau memeluk Hyang-Mi!” kata Tuan Choi mencoba memberitahu
dan terjatuh. Jae Chan pun berteriak melepaskanya.
“Jaksa
Jung. Maksudku...Haruskah kupanggil kau Jae-Chan sekarang? Maaf aku baru
datang... Aku tak tahu kau menungguku.” Kata Hyang Mi malu-malu. memeluk Jae
Chan
“Kurasa
kau salah paham...” kata Jae Chan panik melihat Hong Joo semakin mendekat. Tuan
Choi menyuruh Hyang-Mi, agar melepaskan Jae Chan. Hyang Mi merasa Tuan Choi yang tidak tahu
apa-apa.
“Aku
tahu! Menyingkir darinya!” kata Tuan Choi. Jae Chan meminta agar Hyang Mi
melepaskan karena merasa sakit.
“Hong-Joo!
Ini salah paham. Kau tahu, 'kan?” ucap Jae Chan mencoba menyakinkan. Hong Joo
terlihat kesal kalau Jae Chan mengatakan salah paham.
“Kau itu
Hyang-Mi, 'kan? Maaf... Ibuku bilang, kesalahpahaman terjadi saat orang itu
kurang mengerti. Kesalahpahaman hari ini terjadi hanya karena Jae-Chan, dan aku
kurang mengerti. Kejadian seperti ini takkan terulang lagi, dan kami akan
berusaha keras. Mohon jangan menyimpan dendam dan lepaskan tanganmu.” Ucap Hong
Joo. Hyang Mi pun melepaskan pelukanya.
“Maafkan
aku.” Kata Jae Chan membungkuk. Hyang Mi menyindir untuk apa melakukan sesuatu
yang disesali.
“Ya,
kenapa dia... Ayo tinggalkan mereka berdua.” Ajak Tuan Choi pada Hyang Mi
“Apa kau
Nam Hong-Joo dari Samgyeopsal Hong-Joo?” kata Hyang Mi sinis. Hong Joo
membenarkan.
“Apa ini
syalmu, Hyang-Mi?” tanya Hong Joo lalu mengambil dengan cara gaya seperti model
sexy yang membuat tiga orang didepanya melonggo.
Hyang Mi
terdiam mengingat ucapan temanya tentang “Dia sungguh cantik, dan sangat
cerdas. Sungguh seorang femme fatale.” Hong Joo lalu memberikan syal milik
Hyang Mi yang terjatuh. Hyang Mi mengucapakan Terima kasih dengan nada sinis.
“Akhirnya
dia menjenguk.. jadi Ayo pergi dan Semoga lekas sembuh.” Ucap Tuan Choi
memberikan buah tanganya.
“Aku
tidak peduli apa kau sembuh.” Ungkap Hyang Mi kesal. Tuan Choi mengajak Hyang Mi
agar segera pergi. Jae Chan mengucapkan terimakasih karena mereka sudah datang.
Keduanya
berjalan ditaman, Jae Chan memberitahu kalau
keduanya mirip dari belakang. Dan merasa masih dalam pemulihan setelah
operasi jadi masih melihat dan mendengar sesuatu. Hong Joo menyuruh Jae Chan
agar menghentikanya karena alasan itu memperburuk keadaan.
“Apa Kau
menerima cincinnya?” tanya Jae Chan. Hong Joo mengangguk.
“Aku
masukkan juga suratmu. Apa Kau sudah membacanya?” tanya Jae Chan penuh
semangat. Hong Joo bingung apakah ia
memang menulis surat.
“Kau
menulisnya untukku 13 tahun yang lalu. Apa Kau tidak ingat?” tanya Jae Chan.
“Apa Kita
pernah bertemu? Kau bilang 13 tahun yang lalu?” ucap Hong Joo seperti tak
mengingatnya.
“Ayahmu
meninggal karena tentara yang kabur itu, 'kan?” kata Jae Chan memastikan. Hong
Joo membenarkan.
“Ayahku juga
meninggal karena dia, dan kita bertemu di pemakaman. Apa Kau sungguh tidak
ingat?” kata Jae Chan Heran. Hong Joo juga tak tahu.
Jae chan
mengingat kalau sebelumnya pernah bertemu dengan Hong Joo bertanya apakah
mengingatnya. Hong Joo pun menjawab kalau mengingatnya. Hong Joo pikir A bahkan
tidak ingat kejadian bulan lalu jadi Bagaimana mungkin ingat kejadian 13 tahun
yang lalu dan sangat Aneh jika mengingatnya.
“Tapi kau
bilang ingat saat aku di ICU.” Kata Jae Chan binggung. Hong Joo mengaku kalau
ia tidak pernah ke ICU.
“Tidak
mungkin. Aku melihatmu.” Ucap Jae Chan yakin. Hong Joo merasa Jae Chan mungkin
itu khayalan dan Orang biasanya
berhalusinasi setelah operasi, lalu memintamaaf karena tak ingat.
Jae Chan
kembali masuk kamar, Seung Won baru selesai mandi bertanya apakah kakaknya
mengantuk. Jae Chan bertanya pada adiknya, apakah ingat dengan Kastanye. Seung
Won memastikan kalau Anak laki-laki yang dilihat pada pemakaman Ayah. Jae Chan
membenarkan.
“Kastanye
itu,. adalah Nam Hong-Joo.” Kata Jae Chan. Seung Won kaget karena kakaknya
bilang Kastanye adalah anak laki-laki. Jae Chan mengaku kalau dirinya salah.
“Apa
Hong-Joo juga tahu kalian pernah bertemu?” tanya Seung Won. Jae Chan mengatakan
kalau tahu Tapi dia tidak tahu. Seung Won tak mengerti maksudnya.
“Katanya
dia tidak ingat karena sudah lama sekali. Bagaimana bisa dia melupakannya? Mungkinkah
itu?” kata Jae Chan binggung
“Tapi kau
bilang itu hanya satu hari, jadi Mungkin dia tidak ingat.” Pikir Seung Won.
“Tapi aku
ingat setiap menit dan detik hari itu.” Ungkap Jae Chan Cahn heran.
Seung Won
pikir Mungkin itu tak ada arti bagi Hong Joo, lalu mencoba untuk menjelaskan
aklau Bukan tak ada artinya,tapi mungkin ingatan Hong-Joo buruk. Jae Chan tak
mau membahasnya lagi meminta agar mematikan lampu karena ingin tidur, wajahnya
terlihat sedih.
[RUMAH
SAKIT GANGDONG SUNGSIM]
Jae Chan
datang ke ruangan Tuan Yoo, bertemu dengan dua polisi yang berjaga bertanya Apa
Yoo Man-Ho dirawat disini. Polisi ingin tahu apa ada yang bisa dibantu. Jae
Chan meberitahu jabatanya Jaksa Jung dari Kantor Kejaksaan Wilayah Hangang dan
Ada yang ingin dikatakan kepada Yoo Man-Ho.
“Jaksa
Yoo Man-Ho adalah Jaksa Shin.” Kata Polwan. Jae Chan mengaku kalau satu divisi dengannya dan mereka satu
sekolah.
“Kau harus
menunjukkan kartu identitas. Takkan ada yang percaya jika hanya mengatakannya.”
Ucap Chan Woo mendengarnya. Jae Chan heran melihat tanya Siapa anak itu.
“Berpura-pura
menjadi jaksa bisa berakibat buruk. Kau bisa dipenjara sampai tiga tahun, atau
didenda 7.000 dolar. Apa Kau tahu itu?” kata Chan Woo.
“Tentu
saja aku tahu, itu,...KUHP Pasal 128.” Kata Jae Chan tak yakin. Chan Woo
memberitahu kalau itu Pasal 118.
“Benar.
Pasal 118. Tentu saja aku tahu.” Tegas Jae Chan. Chan Woo langsung menuduh Jae
Chan penipu.
“Jaksa
macam apa yang tidak mengetahuinya?” kata Chan Woo. Dua polisi mencoba menahan
tawa.
“Apa Aku
bisa menemuinya jika jaksanya datang?” tanya Jae Chan tak mau mengubrisnya. Dua
polisi membenarkan.
Akhirnya
Jae Chan memperlihatkan ponselnya kalau sudah menelp "Jaksa Shin"
dengan sengaja berteriak kalau Jaksa Jung yang menelpnya. Hee Mi baru masuk
ruangan mengeluh karena sudah tahu jadi Tidak
perlu mengatakannya keras-keras.
“Kau
tidak lupa, 'kan? Aku ingin bicara dengan Yoo Man-Ho.” Ucap Jae Chan
mengebu-gebu.
“Aku
tahu. Aku akan kesana begitu pekerjaanku selesai. Sudah dulu.” Kata Hee Mi. Jae
Chan meminta agar Hee Mi segera datang meminta Maaf sudah menyita waktunya.
“Dia
seharusnya tidak melakukan hal yang akan disesali.” Keluh Hee Mi
“Itu
maksudku. Kenapa dia melakukan hal yang akan dia sesali? Kenapa? Kenapa?”
teriak Hyang Mi kesal. Hee Mi kaget melihat Hyang Mi yang berteriak padanya.
“Jadi,
benar. Dia dangkal seperti katamu. Dia membencinya.” Bisik Jung Ha. Sek Hee Mi yakin kalau nanti Hyang Mi akan
jatuh cinta dengannya lagi.
Jakse Lee
menelp Hyang Mi karena sedang mengunjungi Jaksa Jung, jadi ingin tahu nomor
kamarnya. Hyang Mi berteriak marah kalau
tak tahu karena tidak bekerja untuk
Jaksa Jung lagi tapi bekerja untuk Jaksa Shin lalu menutup telpnya.
“Apa dia
harus sekejam itu?. Jadi Bagaimana aku bisa menemukannya?” kata Jaksa Lee lalu
melihat Jaksa Son dan berteriak memanggilnya.
Jaksa Son
melihat Jaksa Lee memilih untuk bergegas pergi, Jaksa Lee sengaja mengejar
sambil berteriak walaupun sudah ada didepan wajahnya. Jaksa Son pun
berpura-pura kaget melihat rekan kerjanya, Jaksa Lee bertanya apakah Jaksa Son
tadi tak mendengarnya.
“Aku
tidak mendengar apa-apa... Ada apa kau kemari?” tanya Jaksa Son terlihat panik.
“Apa
maksudmu? Aku ingin menjenguk Jae-Chan. Bukankah kau juga mau menjenguknya?”
kata Jaksa Lee
“Aku
kemari karena..” kata Jaksa Son pank dan terdengar suara yang memangilnya.
Jaksa Son terlihat senang melihat anaknya.
“Apa Dia
putramu?” tanya Jaksa Lee. Jaksa Son membenarkan dan meminta Chan Woo agar
membungkuk memberikan salam kalau itu rekan kerjanya.
“Halo,
Jaksa Lee. Aku sudah mendengar banyak tentangmu.” Kata Chan Woo. Jaksa Lee
melihat Chan Woo yang pintar lalu bertanya apakah anak Jaksa Son yang sakit. Jaksa
Son memberitahu kalau anaknya terkena gagal ginjal kronis. Jaksa Lee terlihat
sangat kaget.
Chan Woo
sedang melakukan cuci darah diruanganya, Jaksa Son menceritakan kalau anaknya
perah pingsan karena anemia saat 8 tahun, jadi memeriksakannya dan dokter
memberitahu kalau terkena gagal ginjal jadi menjalani dialisis 3-4 kali
seminggu dan Belakangan makin parah, makanya harus melakukan setiap hari.
“Kami
sedang menunggu transplantasi karena itu satu-satunya cara. Itu cukup berat.” Kata
Jaksa Son menatap ke arah luar jendela yang hujan.
“Aku tak
tahu karena kau tidak pernah bilang.” Ungkap Jaksa Lee ikut sedih.
“Sebelumnya,
saat hujan, aku sering berpikir,... "Tidak. Aku baru mencuci mobil. Apa
aku membawa payung?" Itu yang kupikirkan. Tapi setelah putraku sakit, kau
tahu apa yang kupikirkan? "Pasti banyak kecelakaan mobil karena hujan deras."
"Apa akan ada orang yang bisa memberikan ginjalnya kepada putraku di
antara orang-orang yang meninggal?" Aku mengharapkan itu sambil memandangi
hujan.” Ungkap Jaksa Son dengan anak kecil yang juga ditemani oleh ibunya.
Mobil
ambulance melewati hujan dengan kecepatan tinggi dengan membawa pasien yang
luka parah ke bagian IGD. Jaksa Son tahu kalau
Suara ambulans berarti ada yang terluka dan Ini mungkin tragedi
mengerikan bagi orang lain, tapi bagi mereka yang menunggu donor, membuat memiliki
harapan meskipun kecil.
“Aku tahu
aku kejam... “ kata Jaksa Son. Jaksa Lee menenangkan kalau itu tak seperti itu
karena bisa mengerti perasaan seniornya.
“Kau tidak
mendengar apa-apa dariku. Aku tidak mau berpikir seperti itu bahkan di tempat
kerja.” Kata Jaksa Son. Jaksa Lee berjanji kalau takkan mengatakan apa-apa.
Jae Chan
akan kembali ke ruangan, seorang perawat memanggilnya bertanya apakah ia
baru-baru ini masuk ICU karena luka tembak. Jae Chan membenarkan. Si perawat memberikan
sebuah benda karena ada di lantai dekat ranjangnya. Jae Chan melihat itu anting
dan teringat dengan telinga Hong Joo mengunakan anting yang sama.
Hong Joo
membuka sandwichnya. Jae Cha mengeluh kalau Hong Joo itu sedang
mempermainkannya karena makanan rumah sakit itu tak enak. Hong Joo tersadar
lalu berpikir akan makan diluar saja. Jae Chan menyuruh makan bersama saja
karena setidaknya menciumnya.
“Yahh.. Kau
bisa menciumnya semaumu.” Ucap Hong Joo sengaja menyodorkan makanan pada hidung
Jae Chan. Jae Chan mengeluh dengan sikap Hong Joo. Hong Joo mengulang kalau Jae
Chan sebelumnya ingin mencium bau makannya dan mulai memakanya.
“Aku baru
ingat... Ini antingmu, 'kan?” ucap Jae Chan. Hong Joo bertanya Dari mana mendapatkan
karena sudah mencarinya.
“Ada di
lantai ruang ICU... Kenapa kau berbohong kepadaku? Kau menemuiku di ICU saat operasiku
selesai, 'kan?” ucap Jae Chan dengan nada seperti jaksa. Hong Joo mengeluh Jae
Chan itu seperti menginterogasinya.
“Kau
ingat semua dari kejadian 13 tahun yang lalu, 'kan? Kau ingat semuanya termasuk
Kastanye dan waduk itu, 'kan?” kata Jae Chan. Hong Joo seperti berusaha
menghindar dan ingin mengambil air. Jae Chan menahan tangan Hong Joo.
“Jangan
melarikan diri dan katakan sekarang. Kau membuatku berpikir aku berhalusinasi
karena operasiku. Aku ingat semuanya dengan jelas. Kau mengatakannya sendiri,
bahwa kau ingat hari itu. Kenapa kau menghindarinya? Kenapa kau berpura-pura tidak
mengingat apapun?” kata Jae Chan. Hong Joo akhirnya kembali duduk.
“Aku
mengingatnya... Bagaimana mungkin aku melupakanmu? Kau orang yang bersamaku di
hari tersedihku dan Kau yang menciptakan hari yang paling ingin kulupakan.” Ucap
Hong Joo
“Kenapa
kau ingin melupakan hari itu?”tanya Jae Chan heran
“Aku...Aku
nyaris membunuhmu hari itu.” Akui Hong Joo. Jae Chan pikir Hong Joo sudah
menyelamatkannya.
“Aku
ragu-ragu... Aku sempat berpikiran jahat.. Aku sangat marah kepada lelaki itu.
Kupikir, takkan terlalu penting jika kau mati bersamanya.” Ungkap Hong Joo
Flash Back
Hong Joo seperti tak ingin menarik tali untuk
menyelamatkan Jae Chan dan paman karena sangat membencinya, tapi ia berusaha
melawan bahan memberikan pertolongan pada Jae Chan.
“Aku
sangat ketakutan saat kau keluar dari air. Kupikir, aku membunuh seseorang. Tanganku
gemetar memikirkan kejadian hari itu. Aku tahu alasanku tak bisa diterima. Tapi
aku kehilangan orang yang sangat kusayangi.” Ungkap Hong Joo masih mengingat
saat melihat ayahnya dalam bus dan terjadi ledakan hebat.
“Kepergiannya
terlalu besar bagiku. Aku tidak mampu menahannya. Jadi, aku mengisinya dengan
kemarahan. Penyesalannya melekat seperti bekas luka. Dirimu 13 tahun yang lalu,
adalah bekas luka bagiku, yaitu Luka yang sangat dalam.. Maafkan aku... Kupikir
tidak masalah jika aku berpura-pura tidak ingat. Tapi melihat itu sangat
melukaiku, kurasa aku salah.” Kata Hong Joo.
Jae Chan
berjalan dan hanya terdiam aseperti mengingat ucapan Hong Joo. Hee Mi berusaha
menelp Jae Chan dan terlihat kesal saat melihat orang yang ditunggunya sudah datang
dan tidak menjawab teleponnya. Jae Chan malah bertanya kenapa Hee Mi datang.
“Kau
memintaku datang, Katanya kau ingin bertemu Yoo Man-Ho.” Ucap Hee Mi. Jae Chan
tersadar kalau melupakan hal itu dan ingin mengambil catatan dikamar.
Keduanya
masuk ke dalam kamar, sudah ada istri Tuan Yoo. Hee Mi melihat Banyak yang sudah ditulis Jae Chan dan apakah mau memberitahu semua itu. Hong Joo membenarkan.
Hee Mi berpesan agar Jae Chan Jangan
terlalu jauh, karena Tuan Yoo masih kritis.
“Tn. Yoo
Man-Ho... Aku Jaksa Jung, yang menangani kasus pembunuhan putri Anda. Aku ingin
meluruskan kesalahpahaman Anda soal penyelidikan itu.” Ucap Jae Chan lalu
terdiam.
Ia teringat
ucapan Hong Joo sebelumnya “Tapi aku kehilangan orang yang sangat kusayangi. Kepergiannya
terlalu besar bagiku. Aku tidak mampu menahannya. Jadi, aku mengisinya dengan
kemarahan. Penyesalannya melekat seperti bekas luka.”
“Tn.
Yoo... Aku tahu kau sangat kesal. Seseorang membunuh putri cantikdan berhargamu
karena marah, Anda tak bisa memahami itu. Jadi, Anda pasti membenci Do
Hak-Young. Anda juga pasti membenciku karena membebaskannya. Aku mengerti
kekesalanmu.” Ungkap Jae Chan menutup semua catatanya. Hee Mi terlihat kaget
melihat sikap Jae Chan.
“Aku
telah menemui banyak orang di sekitar Yoo Soo-Kyung untuk ini. Semuanya memuji, menghormati, dan
menyayanginya.” Jelas Hong Joo menceritakan saat menginterogasi Bibi Kim.
Flash Back
Bibi Kim
bercerita Soo-Kyung sangat jujur sampai tidak butuh hukum. Lalu ketika menemui
petugas keamana, si bapak memperlihatkan kertas di dinding ruangan kalau Yoo
Soo-Kyung memberikan tanda tangan, bahkan tidak pernah menolak permintaan tanda
tanganku.
Hak Young
yang memperbaiki kabel internet, diberikan minuman bahkan Soo Kyung masih
memberikan senyuman. Hak Young menceritakan Soo Kyung selalu memberi minuman setiap
datan dan sangat baik.
“Bahkan tersangka
utama, Do Hak-Young, berkata putri Anda baik. Ini bukti paling penting bahwa
dia tidak dibunuh. Dan Aku harus memberi tahumu ini. Semoga Anda tidak salah
paham dengan putrimu yang amat baik. Dia bukan orang yang akan membuat orang
lain marah.” Ungkap Jae Chan. Tuan Yoo yang mendengarnya hanya bisa menangis.
Jae Chan
keluar dari ruangan, Nyonya Yoo memanggil dan membungkuk meminta maaf. Jae Chan
seperti tak tega, Nyonya Yoo tahu kalau permintaan maafnya tidak berarti banyak
tapi ia benar-benar meminta maaf. Jae Chan seperti sudah bisa memaafkan Tuan
Yoo,
“Dan Catatan
itu... Bolehkah kubaca? Aku ingin membacanya dengan saksama. Aku hanya mendengar
kata-kata Pengacara Lee. Sekarang aku ingin tahu pendapatmu.” Kata Nyonya Yoo.
Jae Chan pun mempersilahkan dan memberikanya.
“Terima
kasih banyak telah mengatakan, bahwa putriku baik.” Ucap Nyonya Yoo. Jae Chan
pikir Tidak perlu berterima kasih.
Nyonya Yoon pun mengucapkan Terima kasih sudah datang hari ini.
Hee Mi
berjalan dengan Jae Chan ingin tahu Kenapa sikapnya berubah kepada keluarga
Yoo. Jae Chan bertanya balik sikap apa maksudnya. Hee Mi mengingat Jae Chan yang tadinya ingin
menyalahkannya dan menanyakan banyak hal.
“Kenapa
kau tiba-tiba menjadi lembut?” tanya Hee Mi heran.
“Aku
hanya berpikir, bahwa aku tidak lebih baik dari siapapun.” Kata Jae Chan. Hee
Mi binggung apa maksudnya. Jae Chan seperti mengingat sesuatu langsung
melepaskan infusnya dan berlari ke dalam kamar. Hee Mi binggung melihat Jae
Chan.
Hong Joo
tertidur di dalam taksi dengan hujan yang cukup deras, saat terbangun melihat
jam lalu meminta supir taksi pergi ke RS
Universitas Seogu. Jae Chan sudah menganti baju rumah sakit dengan jaketnya,
ketika akan berjalan perutnya masih terasa sakit, lalu memakai penutup kepala
keluar dari rumah sakit sambil menelp Hong Joo.
Tiba-tiba
Hong-Joo datang membawa payung, Jae Chan kaget melihat Hong Joo sudah ada
didepanya. Hong Joo mengumpat Jae Chan sudah gila karena keluar dari rumah
sakit padahal masih terluka dan menyuruhnya kembali.
“Waktu
kunjungan sudah habis. Apa Kau datang untuk menemuiku?” tanya Jae Chan
“Apa Kau
keluar untuk mencariku? Disini hujan. Kau bahkan tidak tahu dimana aku.” Kata Hong
Joo marah
“Apa Kau
melihatku di mimpimu?” tanya Jae Chan. Hong Joo membenarkan.
“Kau
basah kuyup karena hujan padahal kau sedang sakit, bahkan Kau tersesat. Di dalam
mimpiku, kau kehilangan akal. Kau demam, lukamu terinfeksi. Tapi kau dengan
bodohnya mencariku di tengah hujan.” Ucap Hong Joo.
Dalam mimpi
Hong Joo, Jae Chan mencari dengan hujan-hujanya lalu mengedor pintu rumah Hong
Joo. Jae Chan pun bertanya apakah dalam mimpnya akan bertemu denganya. Hong Joo
menjawab akan bertemu tapi Jae Chan hampir mati.
Dalam mimpi,
Hong Joo baru turun dari bus dan melihat Jae-Chan berjalan terhuyung-huyung. Di papan halte bus tertulis "Apapun yang
terjadi, kita harus bertemu"
“Apa
berkata apa saat kita bertemu? Apa Kau mendengarnya juga?” tanya Jae Chan
dengan senyuman
“Kau merasakan
hal yang sama denganku, 13 tahun yang lalu.” Kata Hong Joo.
Di dalam
mimpi, Jae Chan mengatakan kalau ia sama
dengan Hong Joo, kalau tidak jujur. Hong Joo tak mengerti maksudnya. Jae Chan
mengaku kalau ia juga merasa ragu.
Flash back
Jae Chan
memasang tali meminta agar menyelamatkan dia dan paman itu,kalau memang tidak
ingin menyesal dan bisa mempercayai Hong Joo. Ia terlihat sangat yakin mulai
masuk ke sungai lalu berhenti.
“Saat aku
masuk ke air untuk menyelamatkan pria itu, aku juga ragu untuk sesaat. Haruskah
aku keluar saja? Aku juga sangat marah, sepertimu
kala itu.” Kata Jae Chan.
“Kau
bilang di mimpiku kau marah sepertiku. Kau melawan dirimu.” Kata Hong Joo di
dunia nyata
“Itu
sangat berat... Aku juga sepertimu. Bagiku itu juga bekas luka. Jadi, aku
mencoba melupakannya, tapi teringat lagi karenamu. Tapi akhirnya, kita membuat
keputusan. Bahwa kita seharusnya tidak melewati batas. Aku masuk ke air dan kau
menarik tali itu. Aku menyelamatkan polisi itu, dan kau menyelamatkanku.” Ucap
Jae Chan juga bertanya apakah mengatakan seperti itu di dalam mimpi Hong Jo.
“Lalu
kau, memintaku tidak menghindari apapun. Kau memintaku untuk tidak melarikan
diri. Kau juga berkata jangan menghilang saat kau mencariku.” Kata Hong Joo.
Jae Chan pun ingin tahu jawaban Hong Joo dalam mimpinya.
Hong Joo
memberikan ciumanya, sama seperti dalam mimpinya. Jae Chan tak bisa lagi
menahan perasanya mencium Hong Joo karena sudah lama mencarinya, perbedaan
mimpi hanya ditempat. Hong Joo bermimpi mereka bertemu di Halte dan dalam
kehidupan nyata mereka bertemu dirumah sakit.
Jae Chan
menatap Hong Joo lalu menyapa kalau Senang bertemu lagi dengan Nam Hong-Joo.
Hong Joo juga memberikan senyuman kalau ia juga
Senang bertemu Jung Jae Chan lagi.
Bersambung
ke episode 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar