Hong Joo
kembali bermimpi seperti dirinya yang berbaring diatas rumput dengan baju
berwarna biru, seperti terlihat tak sadarkan diri. Ia bergumam dalam tidurnya
karena mimpi itu kembali lagi.
“Belum
terjadi namun dalam mimpiku aku merasa berada di sana.”
Saat itu
juga Hong Joo terbangun dengan wajah penuh keringat setelah kembali bermimpi.
“Aku
merasa seolah masih bermimpi bahkan setelah bangun tidur. Itu membuatku merasa seperti
pagi yang takkan datang Dan ini mimpi buruk. Ada suara yang membangunkanku dari
mimpi buruk itu.”
Ibu Hong
Joo sibuk didapur untuk memasak sarapan bersama anaknya.
“Ini
mengingatkanku kalau malam dan mimpi buruk akan hilang untuk saat ini. Ini
mengingatkanku, "Pagi sudah tiba. Kau sekarang baik-baik saja." Dan
Itu membuatku lega. Bagiku, ibuku seperti pagi yang menghabiskan malam.”
Ibu Hong
Joo masuk kamar melihat anaknya sudah bangun dan langsung kembali mengeluh
sambil membuka tirai. Ia merasa tak
percaya kalau Hong Joo itu putrinya karena kamarnya terlihat seperti kandang babi.
Hong Joo ikut mengoceh tanpa suara karena sudah tahu apa yang akan dikatakan
ibunya.
“Itu
sebabnya kenapa aku tidak bisa makan daging babi. Babi cocok untukmu sekarang”
ucap Ibu Hong Joo duduk disamping anaknya. Hong Joo langsung memeluk Ibunya
dari belakang.
“Biarkan
aku memeluk begini lima menit.”kata Hong Joo. Ibunya merasak kalau ini terlalu berlebihan lalu
berpikir kalau anaknya bermimpi lagi. Hong Joo membenarkan. Ibunya pun hanya
bisa mengenggam tangan anaknya agar bisa tenang.
Jae Chan merapihkan
pakaian dan mengingat dengan mimpinya kalau berciuman dengan Hong Joo, lalu
berusaha untuk tak mengingatnya lagi. Seung Woo keluar kamar heran melihat
kakaknya sudah siap berangkat dipagi hari dan berpikir Mau bertemu dengan orang
penting
“Tidak,
aku pergi pagi-pagi untuk menghindari seseorang.” Kata Jae Chan. Seung Woo
ingin tahu Siapa orangnya dan saat itu bel rumah berbunyi, langsung menekan
interkom dan mengucapkan terima kasih.
“Hyung,
ada tetangga yang bawakan kita makarel. Apa Kau bisa mengambilnya? “ kata Seung
Woo. Jae Chan panik menyuruh adiknya saja yang mengambil.
“Kau
saja, Aku harus ke toilet.” Ucap Seung Woo terlihat benar-benar baru bangun
tidur.
“Tidak
bisa. Nanti dia salah paham melihat pakaianku.” Ucap Jae Chan. Seung Woo pikir
tak masalah karena kakaknya terlihat rapih dengan pakaianya.
“Maka
dari itu, ini masalahnya. Aku terlalu modis untuk mengambil makanan makarel Dan
ini tidak terlihat alami, Pasti dia akan salah paham. Aku tidak mau ada
kesalahpahaman.” Ungkap Jae Chan.
Seung Won
tak mengerti maksud kakaknya, Jae Chan menarik baju adiknya agar bisa
mengambilnya. Seung Won meminta agar melepaskan karena ingin pergi ke toilet.
Jae Chan hanya bisa berteriak kesal pada adiknya.
Jae Chan
keluar dari rumah, sedikit kaget karena ternyata yang datang ibu Hong Joo. Ibu
Hong Joo menceritakan Seung Won bilang mereka
kekurangan makanan untuk sarapan, menurutnya tak bagus apalagi untuk
seorang pria karena akibatnya akan kelelahan nanti dan memberikan sekotak
makanan yang sudah sengaja disiapkan.
“Simpan
di kulkas dan pangganglah satu per satu. Itu sudah asin, jadi tinggal
dipanggang saja. Dan makanan Ini jauh lebih mudah daripada membuat ramyeon.”
Kata Ibu Hong Joo. Jae Chan mengucapkan terimakasih.
“Kau
pasti suka mackerel, Seharusnya dari awal aku memberikanmu.” Kata Ibu Hong Joo
seperti sangat sangat dengan Jae Chan.
Jae Chan
pergi ke cafe, si kasir melihat Jae Chan lebih cepat datang. Jae Chan memesan
double-shot Americano dengan... Si kasir sudah tahu kalau akan menambahkan
sirup hazelnut, karena Wanita dengan rambut pendek sebelumnya sudah pesan. Jae
Chan kaget dan melihat sekeliling cafe.
“Dia
sedang ke toilet dan akan segera kembali.” Ucap Si Kasir, Jae Chan bertanya
apakah Hong Joo datang pagi-pagi sekali. Si Kasir membenarkan. “Sepertinya kalian
berdua saling merindukan..., jadi aku beri tahu dia kalau Anda selalu datang lebih
awal. Apa Anda senang?” ucap Si kasir mengoda. Jae Chan mengeluh Hong Joo yang
melakukan ini padanya.
Si kasir
melihat Hong Joo baru saja kembali, Jae Chan panik langsung bersembunyi di
standing banner. Hong Joo tak sadar langsung naik ke lantai atas.
Dua gelas
kopi sudah ada diatas meja, Hong Joo sengaja menunggu di bagian depan jendela
cafe ingin melihat apakah Jae Chan sudah datang. Ia melihat sosok pria yang
dikenalnya, tapi ternyata bukan Jae Chan yang ditunggunya. Jae Chan melihat
dari kejauhan,kalau Hong Joo menunggu akhirnya tak tega dan duduk disampingnya.
“Americano
double shot dengan sirup hazelnut. Benar 'kan?” ucap Hong Joo dengan senyuman
bahagia memberikan pada Jae Chan.
“Aigoo, Apa
kau menguntitku dan Tak ada lagi yang kau lakukan?” ejek Jae Chan. Hong Joo membenarkan kalau tak ada.
“Apa Pagi
ini kau mau rapat? Tidak kusangka kau pergi pagi-pagi sekali.” Ucap Hong Joo
“Aku
menyia-nyiakan waktuku selama beberapa hari. Katamu kau cuti. Bukannya kau mau
kembali kerja?” ucap Jae Chan.
“Berarti
kau takkan sering melihatku. Apa kau mau??” Kata Hong Joo mengoda. Jae Chan
mengaku sangat mengingikan karena meras putus asa.
“Sayang
sekali. Tapi aku suka melihat wajahmu daripada bekerja.” Goda Hong Joo
“Apa Kau
sama sekali tidak ingin masuk kerja?” tanya Jae Chan.
“Bukannya
aku tidak mau masuk kerja lagi. Tapi Haruskah aku kembali bekerja atau tidak?”
ucap Hong Joo.
Jae Chan heran
kenapa bertanya padanya. Hong Joo mengaku
tidak tahu harus berbuat apa, karena Sebagiannya ingin kembali tapi
sebagiannya tidak.
Di rumah,
Ibu Hong Joo membereskan kamar anaknya lalu melihat ada Surat Permintaan Pekerjaan, wajahnya terlihat
lansgung tegang. Di cafe, Hong Joo pikir Jae Chan saja yang memberikan
keputusan dan akan melakukan sesuai dengan saran Jae Chan.
“Haruskah
aku kembali bekerja atau tidak? “ tanya Hong Joo
“Apa
menyusahkan bekerja sebagai reporter? Apa Kau tidak suka kembali pada
pekerjaanmu?” tanya Jae Chan
“Bukan.
Aku ingin kembali bekerja, bahkan Aku sangat ingin kembali.” Ungkap Hong Joo
dengan tatapan sedih ke arah luar cafe.
(Kantor Kejaksaan Distrik Hangang Seoul)
Jae Chan
masuk berbarengan dengan Yoo Bum, Yoo
Bum memuji dengan nada mengejek kalau itu bagus. Jae Chan pikir dirinya memang
bagus. Yoo Bum melihat wajah Jae Chan sangat cerah menurutnya sedang berkencan.
Jae Cahn membenaarkan. Yoo Bum tak percaya kalau Jae Chan meamng benar sedang
berkencan.
“Ya, aku
berkomitmen untuk kasusku.” Ucap Jae Chan. Yoo Bum mengeluh ternyata maksudnya
kasus bukan seorang wanita.
Saat lift
terbuka semua menyapa Yoo Bum, Yoo Bum pun dengan ramah menyapa semua jaksa dan
masuk ke dalam lift. Jae Chan hanya diam saja mengatakan akan menyusul, Yoo Bum
menyuruh masuk saja dengan sedikit bergeser karena masih ada tempat. Hee Min
ada di bagian belakang lift sedikit terdesak. Akhirnya Jae Chan pun masuk lift
walaupun dari wajahnya sangat enggan melakukanya.
Di dalam
lift
Yoo Bum
sengaja bertanya apakah ada kemajuan, karena menurutnya Hari-hari memang cepat
berlalu dan Saat itu, sebulan dibutuhkan untuk... Jae Chan langsung menyuruh
Yoo Bum banyak bicara karena terlalu banyak orang didalam lift.
“Aku
dapat penghargaan sebagai jaksa dalam sebulan. Apa salah aku mengatakannya pada
kalian semua?” ucap Yoo Bum dengan nada mengejek. Semua yang ada di dalam lift
mengaku Tidak sama sekali.
“Kau
pasti memikirkan tentang aku yang bicara kemajuan, Soal Nam Hong Joo” kata Yoo
Bum. Hee Min mendengar nama Hong Joo seperti mulai berusaha mengingatnya. Yoo
Bum keluar lebih dulu dari lift dengan berpamitan pada semuanya,
“Hei.
Kalau masalah kemajuan, aku lebih cepat darimu, Lebih baik ditingkatkan lagi.”
Ejek Yoo Bum sebelum pintu lift tertutup.
Para sekretaris
jaksa mulai membahas tentang kemajuan apa yang dimaksu. Jung Ha pikir kalau Gosip itu pasti benar, kalau Jae Chan merebut
pacar Yoo Bum. Tuan Choi ikut mendengar dan ingn tahu. Jae Chan berada didepan
mereka mengatakan kalau bisa mendengar pembicaraan mereka. “Karena kau
mendengar kami, jadi harus menjelaskannya. “ kata Hyang Mi
“Gosip
seperti itu selalu lepas kendali kalau tidak ada yang bisa kau lakukan pada
mereka.” Kata Tuan Choi. Hee Min yang ada dibagian belakang menganguk setuju.
“Semakin
ku mencoba memberikan alasan, maka semakin besar mereka akan lepas kendali.”
Balas Jae Chan.
Jung Ha
ingin tahu tentang Hong Joo itu seperti apa. Jae Chan mengaku tidak tahu. Hyang
Mi tahu Nam Hong Joo, dan memastikan kalau yang dimaksud adalah wanita di Hong
Joo Samgyeopsal dan hebat membuat sup kimchi. Jung Ha dan temanya membenarkan.
Hyang Mi pikir mereka sudah berkunjung ke sana. Keduanya mengaku belum.
“Tapi
kudengar dia sangat cantik dan cerdas.” Kata Sek Jaksa Lee. Tuan Choi makin
penasaran apakah memang benar Cantik dan cerdas
“Apa dia
seperti Jaksa Shin?” bisik Tuan Choi. Hee Min mendengar namanya di panggil
terlihat bangga.
“Aih,
tentu tidaklah.”kata Jae Chan. Hee Min langsung berubah jadi dongkol.
Tiga
sekertaris pikir memang benar karena tidak
ada gosip tentang Jaksa Shin, mereka pikir Hee Min hanya cantik saat berada di
tengah-tengah orang seperti bawahan. Hyang Mi pikir Nam Hong Joo punya saingan
yang berbeda, yaitu Orang seperti mereka
tak mungkin berani bersaing dengannya.
“Benar,
Pengacara Lee bilang dia pasti tipe yang sulit didapat. Dia itu seperti femme fatale.” Kata Jung Ha. Jae Chan
binggung tak bisa mengetahui istilah nama itu.
“Kau 'kan
tahu. Wanita-wanita yang merayu pria dengan
kecantikan dan kecerdasan mereka tapi tidak pernah membuka hati mereka. Itulah
femme fatale.” Jelas Jung Ha. Jae Chan terlihat benar-benar binggung.
Hong Joo
memperlihatkan tulang ayam pada sebuah kertas dan membentuknya seperti ayah. Si
pemilik restoran tak percaya Hong Joo benar-benar
memilah tulang yang bersih. Hong Joo pikir Si pemilik tahu kalau ada bagian
Paha ayam hilang dan itu bagian terbaik dari ayam kalau ditemani sayap ayam.
“Hei..
Dengar. Aku bukan mesin. Saat aku
mengemasnya, kadang sepotong ayam salah dikemas. Memang biasa terjadi. Aku akan
berhati-hati lagi mulai sekarang. Apa Sudah selesai?” ucap si pemilik tak mau
ambil pusing.
“Aku sudah
memesan 26 ayam di tempat ini sampai sekarang. Kalau satu atau dua bagian dikemas
di kotak yang berbeda..., mungkin ada potongannya, 'kan? Lalu Apa ini? Aku tidak pernah mendapat tambahan satu pun. Dikatakan
"satu ayam" dalam menumu. Tapi Kenapa aku tidak pernah dapat ayam
utuh? Lalu bagian yang hilang itu di mana? Apa itu bisa dimasukkan dalam kotak
dan dijual sebagai "satu ayam"?” ucap Hong Joo terlihat marah.
“Aigoo,
Anda ini berlebihan. Apa Anda ini salah satu pelanggan yang buat keluhan tak
masuk akal? Yang suka mengeluh tanpa bukti cuma buat pemiliknya resah. Kalau
kutuntut, maka aku hukum Anda.” Ucap si pemilik restoran
“Apa Kau Mau
bukti? Aku punya bukti kuat. Aku merekam
video saat ayam goreng sudah jadi. Video dengan jelas diperlihatkan...” kata
Hong Joo tapi saat itu telinganya kena jewer ibunya.
“Kau, Ibu
suruh ambil barang belanjaan. Kau sedang apa di sini? Dasar Kau anak nakal. Aku
melahirkan gadis ini, tapi tidak bisa memahaminya.” Ucap Ibu Hong Joo mengemel
lalu meminta maaf pada pemilik dan menarik anaknya keluar dari restoran.
“Hei.. Aku
awasi kau.” Kata Hong Joo. Ibunya malah mengejek mau mengawasi apa maksudnya
dengan mengejek anaknya seperti Terminator.
(#5: Jangan memercayainya)
Hong Joo
duduk di restoran sambil memakan popcorn tanpa gairah. Ibunya mengeluh dengan
tingkah anaknya.
“Ibu
suruh ambil barang belanjaan. Kenapa kau malah ribut di sana?” kata Ibu Hong
Joo. Hong Joo pikir memang bodoh.
“Aku
biasa mengunjungi jaksa, polisi, dan pemerintahan untuk bekerja. Aku tidak
percaya aku mencoba mebuat keributan di restoran ayam goreng. Ini pemborosan
namanya, Bakatku kubuang ke luar jendela.” Ucap Hong Jooo
“Jadi Apa
Kau berencana kembali bekerja?” ucap Ibu Hong Joo. Hong Joo kaget ibunya sudah
melihat suratnya.
“Tentu
saja. Sepertinya kau meletakkannya di meja agar bisa melihatnya.” Ucap Ibu Hong
Joo. Hong Joo hanya terdiam.
“Kenapa
kau tidak menjawab pertanyaan Ibu? Apa Kau mau kembali bekerja?” kata Ibu Hong
Joo.
Hong Joo
membenarkan, Ibu Hong Joo mulai duduk
dengan wajah serius karena sebelumnya anaknya bercerita kalau dalam mimpinya ia
akan sekara dan terlalu takut untuk mempertahankan pekerjaan itu, bahkan
berjanji pada ibunya kalau akan bantu-bantu bekerja di restoran.
“Kenapa
kau berubah pikiran?” kata Ibu Hong Joo. Hong Joo mengaku bukan berubah pikiran.
“Masa
depan bisa berubah.” Kata Hong Joo. Ibunya tahu kalu anaknya bilag Kau bilang
tidak berubah, bahkan tidak akan berubah apa pun.
“Aku
belajar kalau itu bisa berubah. Coba
Lihatlah Jae Chan. Dia menyelamatkan hidup kita.” Kata Hong Joo merasa yakin
“Jadi, Apa
kau akan bergantung padanya dan kembali bekerja? Apa dia bilang akan menyelamatkan
hidupmu dan akan melindungimu?” kata Ibu Hong Joo.
Hong Joo
pikir Tidak juga, menurutnya kalau di pikir Jae Chan bisa mengubah masa depan sementara ia berpikir tak
bisa. Ibunya langsung menolak kalau tak bisa dan tidak akan pernah bisa
mengubahnya. Hong Joo pikir Kenapa tidak karena Jae Chan asaja lebih kompeten
darinya.
“Dia
kompeten! Dalam banyak hal.” Kata Ibu Hong Joo menolak anaknya.
“Ibu, aku
ini putri Ibu. Apa Ibu akan percaya padanya daripada aku?” ucap Hong Joo kecewa
“Benar.
Di mataku...,kau tidak dapat diandalkan dan jauh lebih lemah dari dia. Kau
membuat Ibu sangat khawatir, dan kau juga... Kau jauh lebih berharga bagiku.
Kau....satu-satunya yang Ibu miliki di dunia ini...,jadi jangan tinggalkan Ibu.”
Ucap Ibu Hong Joo dengan menahan rasa sedihnya.
Hong Joo
terdiam, seperti bisa merasakan yang ibunya rasakan sama seperti mimpinya
sebelumnya, lalu memeluk ibunya. Ibu Hong Joo pun merasa bahagai karena Hong
Joo sebagai ibunya.
Saat itu
Woo Tak dan Tuan Oh masuk restoran melihat keduanya berpelukan memberitahu
kalau akan makan samgyeopsal. Keduanya langsung melepaskan pelukanya, Hong Joo
melihat Woo Tak heran karean akan makan pagi hari.
“Kami
harus keliling pagi ini, jadi kami kelaparan.” Ucap Woo Tak dengan senyuman
khasnya.
Doo Hyun menghitung
mulai dari 44.008 terus seperti sangat serius. Seorang pria melihat Doo Hyun heran
apa yang dilakukanya. Anak buah yang lain memberitahu kalau itu tentang
kejadian Protes di Gwanghwamun kemarin
dan Dae Young ingin menghitung berapa banyak orang di sana untuk melihat siapa
yang benar antara polisi atau penyelenggara.
“Kurasa
dia punya banyak waktu.” Keluh Si ketua Tim dan menghampiri Doo Hyun terus
menghitung sampai 44.015.
“Hei..
Dae Young.. Hong Joo harusnya kembali pekan depan. Bagaimana, Apa Dia akan
kembali?” kata Si ketua Kim. Doo Hyun mengeluh kenapa malah bertanya padanya
dengan terus menghitung tanpa mau kehilangan.
“Aku
perlu tahu berapa banyak orang yang membutuhkan seragam. Kau itu yang
memerintahnya dan harus tahu hal-hal ini.” Kata Si ketua Tim. Doo Hyun tetap
menghitung tak memperdulikanya.
Ketua Tim
sengaja menyebut angka agar Doo Hyun binggung.
Doo Hyun akhirnya berteriak marah karena membuatnya tidak fokus padahal
sebagai ketua tim, bahkan tidak mengharapkan bantuan tapi memohon setidaknya
jangan kacaukan apa yang sudah diperbuatnya. Ketua Tim merasa kalau orang mengira Doo Hyun itu
adalah ketua timnya dan mengejek untuk mulai menghitung juga.
Jaksa
Park menyelesaikan rapat dengan tim dan bertanya akan makan siang dimana. Jae
Chan ingin memberitahu tapi Jaksa Son lebih dulu menyela karena ingin tahu
alasan Jaksa Park tidak menyetujui permintaannya untuk kasus tabrak lari DUI.
“Aku
menulis "kekurangan bukti" sebagai alasannya. Mendakwa pengemudi
karena membantu dan bersekongkol dengan DUI itu terlalu berlebihan. Apa Kau tak
tahu? Dia akan dibebaskan kalau kasusnya
masuk ke pengadilan. Itulah yang terjadi dalam persidangan bulan lalu.” Kata
Jaksa Park kembali bertanya akan kemana mereka.
Jae Chan ingin berbicara tapi Jaksa Son kembali menyela.
“Tahun
lalu..., kasus serupa di Gwangju dan Daejeon, pelaku dijatuhi hukuman
percobaan. Ada kasus yang juga serupa di Jepang dan pengemudi itu dijatuhi hukuman
dua tahun penjara.” Kata Jaksa Son. Jaks Lee juga membaca tentang kasus itu.
“Apa
kasusmu juga sama?” ucap Jaksa Lee. Jaksa Son mengatakan kalau itu lebih parah.
“Mereka
minum bersama sampaimabuk dan dia mengambil kunci dari layanan valet. Kemudian
dia meminta untuk pulang, mengatakan bahwa dia tahu bagaimana cara menghindari
polisi. Dan pada dasarnya menghasut pelanggaran tersebut. Dia menghasut
pengemudi itu untuk mengemudi di bawah pengaruh alkohol.” Ucap Jaksa Son dengan
cerita flash Back Si pelaku.
Dengan
pengaruh alkohol lalu mengemudi terjadilah kecelakaan. Jaksa Son memberitahu
kalau Seorang anak berusia sembilan
tahun kehilangan orang tuanya karena kecelakaan itu dan harus memakai kantung colostomy
sepanjang hidupnya.
“Menurutku Tak satu pun akan terjadi kalau seandainya dia menghentikan pengemudi. Aku
sangat kesal padanya. Bukan berlebihan lagi, tapi Dia layak mendapat hukuman
lebih berat.”Kata Jaksa Son
“Dia
bahkan tidak menyetir. Yang dia lakukan hanyalah memberi pengemudi kunci
mobilnya. Kita sebagai jaksa tak seharusnya mengubah orang tak bersalah menjadi
penjahat.” Ucap Jaksa Park
Keduanya
sama-sama berteriak, Jae Chan kaget karena sebelumnya Jaksa Park melakukan hal
yang sama padanya. Suasana pun tegang, Jaksa Lee akhirnya mengajak untuk makan
siang karena tidak bisa menyelesaikan kasus
apa pun kalau perut kosong lalu bertanya pada Jae Chan kemana mereka akan
pergi.
Jae Chan
mengatakan akan pergi ke Finest Tonkatsu, restoran tonkatsu yang ada dii
seberang jalan. Jaksa Lee memuji pilihan Jae Chan kalau sudah lama ingin makan tonkatsu. Hee
Min tahu Makanan di Finest Tonkatsu memang
enak, tapi melihat Jaksa Park tadi malam habis minum, jadi harus meredakan
mabuknya.
“Kudengar
sup kimchi di Hong Joo Samgyeopsal sangat enak.” Ucap Hee Min
“Restoran
itu terlalu jauh. Kita harus pergi ke restoran lebih dekat seperti yang ada di
seberang jalan.” Kata Jae Chan seperti berusaha untuk menghindari Hong Joo.
Pengacara Lee juga setuju.
“Kalau
begitu, ayo kita ke restoran Hong Joo Samgyeopsal. Ini hari yang menyenangkan, jadi
kita bisa berolahraga dengan berjalan di sana.” Kata Jaksa Park. Jaksa Son
langsung melirik sinis pada Hee Min karena membuat mereka untuk berjalan jauh.
Woo Tak
membuka buku catatanya memberitahu sedang mencoba menganalisis mimpi yang
mereka alami dan melihat sekelompok orang dalam mimpiya tapi Jae Chan selalu
muncul dalam mimpi Hong Joo. Hong Joo membenarkan.
“Sepertinya
Jae Chan selalu bermimpi tentangmu dan aku bermimpi tentang dia.” Kata Woo Tak.
Hong Joo pikir Itu agak aneh.
“Pasti
ada aturan khusus. Kau mulai memiliki mimpi ini terlebih dulu, Setelah itu, Jae
Chan Lalu itu juga terjadi padaku. Kalau ini adalah penyakit menular, maka kau
akan menjadi infektif pertama tapi ini jelas tidak menyebar melalui udara atau
kontak fisik. Kalau begitu, lebih banyak lagi orang yang terinfeksi.” Kata Woo
Tak
Hong Joo
kesal berpikir dirinya dianggap sebagai penyakit, Woo Tak mengatakan kalau
hanya menggunakan analogi itu untuk menjelaskannya lebih baik, lalu bertanya
apakah Hong Joo tidak menyukai mimpi itu. Hong Joo mengaku Tidak.
“Aku
penasaran apa aku melakukan sesuatu yang mengerikan di masa lalu. Itu pasti
hukuman.” Kata Hong Joo kesal
“Tidak,
kau pasti sudah menyelamatkan negara atau sesuatu di masa lalu. Kalau kita bisa
mencari tahu apa aturannya, kita pasti bisa mencegah macam kejahatan dan
bencana.” Kata Woo Tak yakin dengan membantu Hong Joo membawakan nampan.
Hong Joo
lalu bertaya apabila melihat perang atau serangan teroris dalam mimpinya. Woo
Tak pikir mereka harus menguasai bahasa asing untuk mencegah
terjadinya bencana semacam itu di tingkat internasional dan bisa mengetahui
bahasa Jerman sedikit.
Petugas
Oh hanya bisa melihat keduanya didepan kasir. Ibu Hong Jooo memuji Woo Tak yang
punya rasa sopan santun, bahkan tampan dan juga punya American Style. Petugas
Oh membanggakan diri kalau Woo Tak itu belajar darinya.
“Maksudku,
dia bahkan terlihat sepertiku. Orang selalu berpikir kalau dia adikku dan
dianggap kalau aku sudah membesarkannya dengan baik.” Kata Petugas Oh percaya
diri. Ibu Hong Joo tak berkomentar dengan menanyakan kupon yang dibawanya.
Hong Joo
melihat Woo Tak kelihatan bersemangat sekali dan bertanya apakah suka memiliki
mimpi seperti itu, Woo Tak mengaku sangat suak, Hong Joo ingin tahu pendapat
Woo Tak kalaubermimpi tentang kematiannya. Woo Tak pikir itu hanya omong kosong
belaka.
“Kau itu
seorang polisi. Bagaimana kalau kau melihat dirimu meninggal saat menangani
kasus yang berat? Apa Kau akan keluar dari pekerjaanmu?” Ucap Hong Joo. Woo Tak
pikir Hong Joo gila menanyakan hal itu
“Apa kau
tahu yang kualami untuk menjadi polisi?” ucap Woo Tak. Hong Joo tahu kalau Woo
Tak bisa saja mati.
“Kalau
begitu aku akan mengubahnya... Aku hanya harus mengubahnya dan Pasti bisa
diubah.”kata Woo Tak yakin
Hong Joo
tersenyum mendengarnya kalau Woo Tak berpikir seperti itu. Nyonya Yoon
mendengar ucapan Woo Tak langsung mengusir Woo Tak untuk segera keluar, Woo Tak binggung tiba-tiba diusir. Ibu Hong
Joo tak mau tahu menyuruh Woo Tak untuk segera keluar dan Jangan bicara omong
kosong.
Woo Tak
binggung kenapa Ibu Hong Joo tiba-tiba mengusirnya apakah ia mengatakan sesuatu
yang tidak pantas. Tuan Oh pikir kalau Nyonya Yoon itu marah padanya karena meminta
untuk menerima uang tunai. Woo Tak mengeluh dengan Tuan Oh karena sikapnya
terlalu berlebihan,bahkan memberikan nasi gratis. Tuan Oh tahu dan merasa bersalah.
Jae Chan sedang berjalan melihat Woo Tak pergi dengan menaiki mobil polisi. Setelah itu
sampai di restoran yang cukup sepi di jam makan siang, Ibu Hong Joo menyapa Jae
Chan yang juga datang. Jaksa Lee berkomentar kalau Jae Chan ternyata kenal baik
pemiliknya. Hong Joo dengan bangga membenarkan kalau Hong Joo pelanggan tetap restoran.
“Apa Berarti
gosip tentang kalian berdua itu benar?” ucap Jaksa Lee. Jae Chan menegaskan
kalau itu tak benar
“Apa kami
bisa dapat minuman gratis kalau Jaksa Jung pelanggan tetap?” ucap Hee Min
“Kurasa
orang yang meminta minuman gratis atau makanan pembuka gratis di restoran
memang terlihat murahan. Ini seperti menyusahkan mereka.” Kata Jaksa Son sinis.
Hong Joo pikir tidak karena akan memberi menu gratis.
“Dia
pasti Nam Hong Joo, Dia sangat cantik. Dia juga tampak sangat cerdas. Bagaimana
aku mengatakannya? Apa Tipe femme fatale?” ejek Hee Min. Jae Chan hanya
mengernyitkan bibirnya dengan kesal. Jaksa Park yang mendengarnya binggung
dengan julukan itu.
Mereka mulai
berdoa bersama dan Jae Chan sibuk memberikaan sendok serta sumpit. Jaksa Park
berharap agar memberikan kebijaksanaan
dan anugerah, serta memungkinkan setiap jaksa di Divisi Pidana Tiga untuk
mendapatkan keuntungan dari kebijaksanaan sehingga mereka dapat selal .pastikan
untuk menuntut setiap pelaku secara adil.
“Seorang
anak menjadi yatim piatu karena kecelakaan yang tidak disengaja dan dia harus
cacat selama hidupnya. Baik orang yang menyebabkan kecelakaan dan yang
membiarkan kecelakaan itu terjadi adalah orang yang berdosa. Tuhan kami yang
Maha Adil, tolong berilah anugerah untuk menghukum orang yang memilih untuk
tidak mencegah kecelakaan tersebut.” Ucap Jaksa Son langsung disela oleh Hee
Min.
“Kecelakaan
semacam itu dianggap kejahatan kelalaian. Karena ini kesalahan, membantu atau
bersekongkol itu tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, kita tidak bisa
menuduhnya melakukan pelanggaran seperti itu...” kata Hee Min kembali disela
oleh Jaksa Lee
“Mengemudi
di bawah pengaruh alkohol dapat menyebabkan kecelakaan sehingga kecelakaan itu
bisa saja diprediksi dan dicegah.” Kata Jaksa Lee mengebu-gebu.
“Benar...Bapa,
orang yang bungkam terhadap semuanya tentu layak mendapat hukuman, dan karena
itulah hukum harus ditaati. Menurut logika itu, setiap orang yang belum
memberikan apa pu bagi anak kelaparan di seluruh dunia juga layak mendapat
hukuman. Tolong selamatkan kami dari orang-orang yang dengan bodohnya mencob membuat
masalah.” Kata Jaksa Son
“Di
negara ini, menghormati para tetua dianggap sebagai kebajikan. Kami harus
menghormati atasan kami...” kata Jaksa Park
Jaksa Son
akhirnya membuka matanya, dengan
mengeluh Jaksa Park yang bicara tentang
menghormati orang tua dan atasan menurutnya Itu salah satu ajaran Konfusius.
Jaksa Park pikir kenapa merkea tidak bisa mengungkitnya, karena Agama harus
bersatu untuk perdamaian dunia!
“Tolong
tenanglah. Bagaimana kalau kita adil saja? Kita tangani ini secara demokratis.”
Ucap Jaksa Lee. Hee Min meminta agar memberikan minuman gratis.
“Tidak
ada yang gratis, Tetap tambahkan itu dalam tagihan kami.” Kata Jaksa Son. Hong
Joo mengerti dengan mempersiapkan botol minuman.
“Kalau
begitu ayo kita pilih Kalau menurut kalian penumpangnya juga layak dihukum...,
maka angkat tangan kalian.” Kata Jaksa Lee, hasilnya hanya ia dan jaksa Son
yang melakukanya.
“Tolong
angkat tangan kalau tidak setuju.” Ucap Jaksa Lee. Jaksa Park dan Hee Mi pun
mengangkat tangan.
Jae Chan
ada ditengah-tengah meja, Jaksa Son mengeluh Jae Chan yang tidak mengangkat tangan. Jae Chan pikir Argumen
kedua belah pihak valid jadi butuh lebih banyak waktu untuk berpikir. Hee Min
kesal meminta jae Chan Jangan khawatirkan yang orang lain pikirkan menurutnya Menjadi
golput adalah hal yang menyebalkan dan ingin tahu pendapat Hong Joo. Hong Joo
heran kenapa tiba-tiba malah menanyakan hal itu padanya.
“Aku
hanya ingin tahu apa hanya aku yang dianggap pengecut.” Ucap Hee Mi
“Entahlah...Kurasa
kalau berdoa seperti itu, maka netralitas agama itu diharapkan oleh pejabat
publik.” Ucap Hong Joo. Hee Mi mengatakan kalau mereka berempat beragama Kristen.
Hong Joo pikir itutidak mungkin.
“Hanya 20
persen penduduk Korea yang beragama Kristen. Ini berarti bahwa kemungkinan kalian
berempat beragama Kristen adalah 0,2 untuk 4 orang, maka sama saja hasilnya
dengan 0,0016. Probabilitas untuk itu juga kurang. Dengan kata lain, itu tidak
mungkin. Aku yakin beberapa dari kalian menyembunyikan agama kalian yang
sebenarnya untuk memastikan kalian tidak berada di pihak yang salah dari atasan
kalian.” Kata Hong Joo
Jaksa Lee
menutupi gelang yang dipakainya dengan wajah panik. Hong Joo pikir dengan tidak
berdoa bersama dalam budaya organisasi semacam ini agar orang tersebut tidak
takut mengekspresikan keyakinannya. Tapi menurutnya kalau orang itu takut atau
khawatir tentang yang orang lain pikirkan, serta pasti berpikir apa yang
seharusnya dilakukannya bahkan lebih berhati-hati.
“Apa itu
menjawab pertanyaanmu?” ucap Hong Joo lalu masuk ke dapur. Mereka tak percaya
kalau jawaban Hong Joo benar-benar kritis.
“Woah,
siapa Aggashi itu? Dia sangat pandai berbicara. Caranya berbicara... Nampaknya
tidak asing lagi.” Ungkap Jaksa Park mengingat-ingat. Jae Chan mendengar ucapan
Hong Joo bisa tersenyum.
Mereka
kembali ke kantor dengan segelas kopi, tiba-tiba Jaksa Park berteriak menyebut
nama “Nam Hong Joo” Semua pun dibuat kaget. Jaksa Park yakin kalau Wanita di
restoran itu adalah Reporter Nam Hong Joo di SBC.
“Aku
tidak bisa mengenalinya karena dia
memotong rambutnya, tapi memang benar dia. Ini Sudah kuduga, Dia reporter yang dikenal tidak menyerah.”ucap
Jaksa Park mengingat saat itu Hong Joo terus mencecar pertanyaan pada pelaku.
“Dia
selalu tersandung ke tempat terbaik setiap kali kita mengawal pelaku. Dia akan
datang dan membombardir kita dengan pertanyaan. Dia juga sangat keras, selalu
berteriak.” Ucap Jaksa Park
Hong Joo
dengan rambut panjang melaporkan berita dari depan kantor kejaksaan kalau Seorang asisten kepala jaksa telah menganiaya
jaksa perempuan saat acara makan malam yang membuat banyak orang terkejut.
Jaksa
Park mengingat-ingat apakah itu dua tahun lalu tentang kasus pelecehan seksual
di Kantor Kejaksaan Yeonju dan Hong Joo meminta pada asisten jaksa untuk
dipecat, karena Jaksa menyentuh bagian-bagian tubuh jaksa wanita dan melakukan
pelecehan seksual terhadapnya.
“Lalu
tiba-tiba dia terjatuh dari muka bumi ini. Mungkin dia dikirim ke suatu tempat di
luar negeri sebagai koresponden.” Ucap Jaksa Park heran
“Karirnya
sudah sukses. Kenapa dia bekerja di restoran?” ucap Hee Min. Jaksa Park juga
merasa penasara menurutnya Hong Joo tidak akan berhenti dari pekerjaannya
sebagai reporter. Jae Chan hanya menghela nafas mengetahui Hong Joo dulu adalah
reporter.
Hong Joo
mengupas kulit bawang bombay sambil menonton Tv, Doo Hyun sedang melaporkan
berita tentang demonstrasi. Lalu ia mengingat saat direstoran, Jae Chan dan
teman satu kantornya membahas masalah kalau pelaku bertanggung jawab atas
kecelakaan yang menimpanya, mereka terus berdebat.
Dan saat
itu tak sengaja pisau mengenai tanganya dan berdarah, Ibu Hong Joo kaget ingin
melihat dibagian mana jari anaknya yang terluka, meminta agar lebih berhati-hat
dan membiarkan saja karena akan menyelesaikannya.
Tiba-tiba Hong Joo menangis
“Apa Kau
menangis? Apa menyakitkan? Mau Ibu bawa ke rumah sakit?” ucap Nyonya Yoon
“Ibu,
kurasa bawang ini tidak segar dan Mataku jadi terbakar.” Ungkap Hong Joo lalu
keluar dari restoranya.
Ibu Hong
Joo menatap binggung. Hong Joo pergi depan kantor SBC, Ia hanya berdiri, dan
menatapnya tanpa mau menyeberangi jalan. Wajahnya terlihat ada keraguan untuk
kembali, tapi dalam hatinya ingin kembali berkerja.
Bersambung
ke episode 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar