Shi Kyung
bertemu dengan gurunya di kantor. Pak Guru memuji Shi Kyung benar-benar beradaptasi di lingkungan ketika
sampai didesa, menurutnya itu bagus, lalu memberitahu kalau ia dan Kim Bom melewati
"pengalaman kematian" dan ia sekarang harus melakukannya sendiri.
“Apa aku
harus melakukannya?” tanya Shi Kyung ragu. Pak guru membenarkan.
“Hal lain
bersifat opsional, tapi ini wajib bagi
semua junior. Peraturan sekolah.” Kata Pak Guru.
“Astaga,
aku punya trauma di peti mati.” Kata Shi Kyung. Pak guru pikir belum pernah
mendengarnya. Shi Kyung menyakinkan kalau memang memiliki itu.
“Baiklah,
aku tidak bisa memaksamu. Mari kita pikirkan itu dan Ada tugas. Kau harus
datang dengan batu nisan.” Kata Pak Guru. Shi Kyung kaget apakah itu Batu
nisan.
Ibu Shi
Kyung mengeluarkan semua bahan makanan diatas meja. Bibi Oh masuk rumah kaget
karena tahu kakaknya yang tidak punya uang tapi membeli bahan makanan begitu
banyak. Nyonya Oh tahu tapi menurutnya harus mendapatkan poin dengan Ibu
mertuanya.
“Apa
Dengan kemampuan memasakmu?” ejek Bibi Oh. Nyonya Oh bertanya Apa masakannya
buruk?
“Tidak,
maksudku anak-anak dan aku tidak punya
pilihan selain memakannya.” Kata bibi Oh. Nyonya Oh makin kesal adiknya mengatakan
Tidak ada pilihan.
“Kau
membuat makanan sendiri mulai hari ini. Apa
artinya "tidak ada pilihan"?” kata Nyonya Oh.
“Tidak,
maksudku makananmu sesuai dengan selera kita, tapi...” kata Bibi Oh seperti
serba salah.
“Aku tahu.
Ibu mertuaku itu pilih-pilih makanan. Dia seorang juru masak yang hebat, jadi kurasa dia juga pemilih. “ kata Nyonya
Oh
“Kenapa
tidak memasak sesuatu yang dia tidak tahu
daripada sesuatu yang dia bisa masak?” kata Bibi Oh.
“Apa ada
sesuatu yang bagus untuk dibuat?” tanya Nyonya Oh. Bibi Oh menjawab ramen.
Nyonya Oh pikir tak perlu membahasnya lagi.
“Biar aku
coba dulu. Kau tak pernah tahu. Aku bisa memenangkannya, dan dia mungkin menyerahkan dapur itu padaku. Dia mungkin
membiarkanku mengelola rumah tangga.” Kata Nyonya Oh yakin
“Saudariku
pasti sudah tua. Dia menolak situasi yang sedang dia hadapi.” Ejek Bibi Oh.
“Diamlah
dan bantu aku memasak. Anggap saja seperti menyiapkan makanan untuk royalti. Aku
akan menang dengan pikiran yang kumasukkan
ke dalamnya.” Kata Nyonya Oh.
Bibi Oh
pikir memang terkadang makananknya enak
dan Hari ini bisa jadi hari yang baik jika beruntung. Nyonya Oh menyuruh masuk
saja kalau memang tak mau menolongnya.
Mereka
makan malam bersama, Nenek Yoon mencicipi masakan yang dibuat oleh menantunya.
Ibu Yoon dengan penuh semangat ingin tahu komentarnya. Apa makanannya sesuai
dengan keinginannya. Nenek Yoon menunjuk ke arah sup yang asin lalu lauk
yang Tidak ada rasanya menurutnya Rasa
makanan yang dibuat Nyonya Oh ada di mana-mana.
“Apa
tidak tahu makanan apa yang kau sukai?? Kau tidak tahu apa-apa saat menikah 20
tahun yang lalu. Tidak ada yang aneh dengan seleraku. Kau memberi mereka
makanan seperti ini dan Tak heran anak-anak sangat kurus.” Ucap Nenek Yoon
sinis. Nyonya Oh pun hanya bisa diam saja.
“Nenek..
Apa yang akan kau masukkan ke batu
nisanmu saat kau mati?” tanya Shi Kyung.
“Hei, Lee
Shi Kyung. Pertanyaan kasar macam apa itu yang kau tanya pada nenekmu?” kata
Ibunya menegur.
“Ini
untuk PRku... Aku harus membuat batu nisanku dan batu nisan keluargaku.” Kata
Shi Kyung, Nenek Yoon pikir tak masalah.
“Di kota
ini, kita berbicara tentang orang yang
sekarat saat kita makan. Aku akan dikremasi, jadi tidak membutuhkan batu nisan.” Kata Nenek Yoon.
“Tapi Tetap
saja, jika kau punya satu, jadi tulisannya
apa?”tanya Shi Young penasaran.
“Aku
bilang aku akan dikremasi!” kata Nenek Yoon dengan nada tinggi dan lantang. Shi
Young mengeluh pada neneknya tidak mengatakan apapun pada Shi Kyung dan malah
marah padanya padahal mereka menanyakan hal yang sama.
“Hentikan
itu. Aku sudah menyuruhmu untuk tidak memanggilnya Shi Kyung.” Ucap Nenek Yoon
karena seperti tak sopan. Shi Kyung
tersenyum bahagia karena dibela oleh neneknya. Shi Young marah memilih untuk
masuk kamar. Ibunya meminta anaknya untuk kembali makan.
“Dia
tidak punya sopan santun... Sama sepertimu.” Ucap Nenek Yoon menyindir ibu
mertuanya.
“Ibu,
kapan aku pernah...” kata Nyonya Oh lalu seperti tersadar kalau baru saja
melawan orang tuanya.
Shi Kyung
seperti kebinggungan dalam kamar dan ingin mendengar sesuatu diluar kamar
menurutnya tempat ini sangat gelap, dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk
bersenang-senang bahkan harus memikirkan sebuah batu nisan.
“Aku
tidak dapat mendengar satu hal pun. Malam hari di kota pedesaan membuatku
merasa tercekik.” Gumam Shi Kyung dan saat itu adiknya masuk langsung
memberikan ubi rebus. Shi Kyung memarahinya karena menyuruhnya agar mengetuk
pintu lebih dulu.
“Aku
sangat bosan hingga bahkan hampir senang melihat Shi Young.” Gumam Shi Young
seperti masih ada kehidupan.
“Pasti bagus
jika punya kamar sendiri.” Ejek Shi Kyung lalu keluar dari kamar setelah
melepar ibu. Shi Kyung hanya bisa berteriak marah merasa kalau hidupnya sama
seperti ubi jalar, lalu melihat tulisan di figura ayahnya [Aku tahu jika aku
tinggal cukup lama, hal seperti ini akan
terjadi.]
Pak Guru
menulis di papan tulis, Shi Kyung binggung karena tulisan batu nisanya ditulis
di papan lalu berpikir tertangkap karena sedang menyalin tulisan Ayah. Lalu
bertanya pada Eom Yong Gi, apakah pendapat tentang kalimat di papan.
“Kau
menulisnya dengan sangat buruk.” Ucap Yong Gi memicingkan matanya untuk
mengejek. Semua anak pun tertawa
“Ya,
tulisanku berantakan. Tapi, katakan bagaimana perasaanmu tentang apa yang
tertulis di sana.” Kata Pak guru.
“Sedang
dalam pelarian. Jika seseorang tidak bisa melarikan diri dan tertangkap, dia
mungkin akan mengatakan hal seperti itu.” Kata Yong Gi
“Itu
adalah interpretasi yang menyenangkan. Jadi seperti kamu, Eom Yong Gi.
Selanjutnya, Lee Shi Young.” Kata Pak Guru.
“Sepertinya
hidup orang lain... Melekat, hidup senang, dan saat hidup berakhir... Kupikir
itulah yang akan dia katakan.” Jawab Shi Young.
“Aisshh..
Lihatlah dia yang terang-terangan menghinaku. Dia benar-benar” gumam Shi Kyung
marah. Pak guru pun bertanya siapa yang dimaksud.
“Dia
mungkin tahu siapa dia. Dia mungkin sudah sangat marah sekarang.” Kata Shi
Young. Pak Guru pun ingin tahu pendapat Park
Ga Ram.
“Aku tahu
yang ini... Ini batu nisan Bernard Shaw.” Kata Ga Ram. Shi Kyung kaget
mendengarnya bahkan tak bisa mengulang nama dengan lafal inggris. Pak guru
bertanya siapa Bernard Shaw.
“Dia
adalah seorang penulis Inggris yang memenangkan Hadiah Nobel. Dia adalah seorang
penulis sampai usia 94 tahun. Dia menikmati humor, kecerdasan, dan sindiran. Aku
pribadi berpikir bahwa karyanya lucu dan nakal.” Ucap Ga Ram. Semua terkesia
medengar jawaban Ga Ram. Pak guru meminta mereka agar bisa Tepuk tangan.
“Sama
seperti yang Ga Ram katakan, kutipan ini... Adalah yang tertulis pada batu
nisan Bernard Shaw. Tapi, seseorang di kelas kita menggunakan ini untuk batu
nisannya. Dia memakainya seperti ini. Jadi Bernard Shaw yang palsu bisa
mengajukan yang baru. Itu tidak perlu unik, tapi ada yang jujur, mengerti?”
kata Pak Guru.
Saat itu
Bom masuk tanpa banyak berkata-kata langsung duduk dikursi kosong. Shi Kyung
langsung terkesima. Pak Guru melihat Bom datang, menyuruh keduanya datang ke kantornya setelah
kelas berakhir dan memberitahu kalau Ada pernikahan di rumah sakit jadi Siapa
saja yang punya waktu meminta agar bisa bantu.
Ga Ram
eminta mereka agar Datang padanya untuk mendaftar menjadi sukarelawa, Pak guru
lalu memanggil ketua kelas. Seok Joo Yeon berdiri untuk memberi aba-aba
agar memberikan hormat pada guru. Setelah Pak guru keluar, Shi Kyung langsung
mengejak kalau kakaknya itu adalah Bernard Shaw. Shi Young berusaha menyangkal,
tapi semua temanya seperti percaya dan langsung mengejeknya.
Shi Kyung
menatap tulisan ayahnya, mengeluh pada ayahnya yang tidak menandainya biar tahu
kalau itu kutipan, karena membuat anaknya terlihat seperti orang bodoh. Shi
Young masuk dengan mengejek memanggilnya Bernard dan bertanya apa yang
dilakukanya. Shi Kyung kesal menyuruh adiknya untuk keluar saja.
“Siapa
yang menyuruhmu masuk tanpa mengetuk?” keluh Shi Kyung.
“Bernard,
apa yang terjadi di kantor dengan gadis itu, Kim Bom? Dia tidak datang.” Kata
Shi Young.
“Dia
datang ke sekolah saat dia mau dan hanya jika dia menginginkannya. Apa yang dia
lakukan?” ejek Shi Kyung
“Apa kau punya
hak untuk mengatakan itu?” ejek Shi Young. Shi Kyung membela diri kalau ia tidak
seburuk itu...
“Kim Bom
juga dipindahkan ke sini dan Ternyata, dia sangat aneh. Hei.. Bernard,
anak-anak akan membeli beberapa barang untuk pernikahan besok. Apa kau mau
pergi?” kata Shi Young
“ Kenapa
aku pergi? Karena hari Sabtu, aku akan bermain game...” kata Shi Kyung
Shi Young
mendengar kakaknya yang menyampaikan surat dan membuat mereka menikah. Shi
Kyung kesal adiknya terus saja memanggilnya
Bernard menurutnya Tidak seperti itu tapi hanya menjalankan tugas untuk
seseorang.Shi Young makin mengejak kelau Bernard tidak akan pernah melakukan
sesuatu yang bijaksana. Shi Kyung langsung mendorong adiknya untuk keluar dari
kamar.
“Bernard,
masih banyak yang harus kukatakan.” Ucap Shi Young.
“Keluar.
Berhenti memanggilku Bernard!” teriak Shi Kyung kesal.
Malam
hari
Nenek
Yoon terus mendengkur dengan keras, Shi Young tak bisa tidur akhirnya
menyalakan lampunya. Nenek Yoon akhirnya terbangun karena merasakan lampu
menyala. Shi Young pergi ke dalam lemari seperti mengambil sesuatu. Nenek Yoon
pun dibuat kaget melihat Shi Young mengunakan topeng.
“Oh,
kenapa kau tidak tidur? Kupikir jantungku akan berhenti.” Keluh nenek Yoon. Shi
Young mengeluh tidak bisa tidur.
“Kau
menyalakan lampu dan mengenakan masker, jadi bagaimana kau bisa tidur?” kata
Nenek Yoon. Shi Young mengaku menyalakan lampu karena tidak bisa tidur.
“Kau
harus mematikan lampu agar bisa tidur adji Matikan lampu sekarang, dan masukkan
masker itu.” Kata Nenek Yoon..
“Nenek,
tidak bisakah kau berhenti mendengkur?” keluh Shi Young. Nenek Yoon menyangkal
kalau tak mendengkur.
Shi Young
berani berkomentar dengan mengatakan “Heol”. Nenek Yoon pikir omongan bodoh apa
dan berpikir itu kata umpatan. Shi Young mengatakan kalau bukan seperti itu
tapi Itu hanya sebuah pepatah. Nenek Yoon mengaku saja dengan mengejek kalau
tak menikmatinya.
“Nenek,
kau membuatku mengatakan "Heol” keluh Shi Young
“Aku
belum pernah melakukannya. Cepat, dan matikan lampu.” Tegas Nenek Yoon
“Aku
tidak mau. Kau akan mulai mendengkur lagi jika aku melakukannya.” Kata Shi
Young
“Nyalakan
lampu sepanjang malam dan Kau bisa pakai masker sepanjang malam dan mengatakan
"heol" kapanpun kau inginkan.” Kata Nenek Yoon tak peduli lalu
kembali tertidur.
Shi Kyung
keluar dari rumah melihat Ga Ram datang dengan sepedanya. Ga Ram heran melihat
Shi Kyung masih tidur. Shi Kyung pikir kalau Ini hari Sabtu. Ga Ram tahu kalau
Shi Kyung tidak perlu melakukan apa-apa di malam hari, karena tidak punya
komputer.
“Tidur
larut malam adalah kebiasaan, jadi aku tidak bisa tertidur.” Kata Shi Kyung
“Kau
pergi ke pasar hari ini, kan? Aku ingin pergi juga dan ingin melihatnya.” Shi
Young keluar rumah sudah berpakaian rapih
“Tentu.
Bagaimana denganmu, Shi Kyung?” kata Ga Ram. Shi Kyung engejek kakaknya,
bernard yang tak mau ikut, Shi Kyung pun setuju akan datang.
“Aku
sudah menyuruhmu untuk menghentikan itu.” Kata Shi Kyung kesal lalu masuk ke
dalam rumah. Ga Ram bertanya apakah Shi
Kyung punya jas. Shi Kyun binggung kenapa ia membutuhkan jas.
Mereka
semua pergi ke pasar, Shi Kyung mengeluh kalau ini tak masuk akal karena harus
berjalan menyusuri lorong. Ga Ram memberitahu Pengantin wanita tidak punya orang
tua atau saudara kandung. Joo Yeon pikir wanita itu akan menikah berkat Lee Shi
Kyung jadi itu sebebanya memilih dia. “Banyak hal yang tidak masuk akal terjadi
di rumah sakit.” Kata Ga Ram. Shi Kyung pikir Ia Bukan adalah keluarganya.
“Aku akan
melakukannya dengan senang hati jika aku jadi kau. Kau tidak tahu kapan dia
bisa mati.” Kata Min Suk
“Mungkin
sulit bagimu untuk mendapatkan jas. Kau sangat tinggi.” Kata temanya
berkacamata
“Bukankah
itu salah satu setelan Ayah yang di rumah? Dia juga tinggi.” Pikir Shi Young.
Shi Kyung
tak tahu adiknya mengingat hal itu. Shi Young mengejek kakaknya bahkan tak
tahu, dengan mengejeknya Bernard. Shi Kyung kesal mencubit pipi adiknya kalau
sudah menyuruhnya untuk berhenti. Shi Young pun membalasnya, dua temanya hanya
bisa mengeleng melihat kelakuan adik dan kakak.
Bibi Oh
melihat pemukul kayu di tanganya merasa kalau Mereka pasti sudah menggebrak
cucian dengan ini. Nyonya Oh sambil melipat baju merasa harus mulai bekerja.
Bibi Oh pikir apa Tidak ada pekerjaan. Nyonya Oh mengejek kalau adiknya itu
juga harus berkerja dan menyuruhnya agar Pulang saja ke Pulau Jeju.
“Tidak,
aku tidak bisa melakukan itu. Ibu akan mencoba menjebakku dengan laki-laki. Aku
mohon Tunggu saja, aku akan segera mendapat kontrak.” Pinta Bibi Oh.
“Hei,
kita punya saudara perempuan lainnya. Kenapa kau hidup denganku?” kelu Nyonya
Oh.
“Aku
paling nyaman denganmu.” Kata Bibi Oh. Nyonya Oh pikir itu dianggap sebagai
penyokong hidupnya. Bibi Oh menyakinkan kalau itu tidak benar.
Saat itu
Shi Young masuk membawa sebuah jas dan memastikan kalau itu jas milik ayahnya.
Nyonya Oh bertanya dimana menemukanya karena suaminya itu sudah memakainya
sejak lama. Shi Young mengatakan kalau Itu ada di lemari nenek.
“Ini akan
cocok dengan Shi Kyung, bukan?” kata Shi Young. Bibi Oh bertanya kenapa Shi Kyung
butuh jas.
“Apa Kau
belum dengar? Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Shi Kyung adalah bintang
dari sebuah dongeng.” Kata Shi Young.
Saat itu
Nenek Yoon masuk melihat dengan sinis kalau itu jas Shi Yoon dan memarahi
karena Shi Young mengambil itu. Shin Young mengaku kkalau perlu menggunakannya
untuk sesuatu. Jadi bertanya apakah
menggunakannya, Nenek Yoon ingin tahua apa yang lakukan dengan itu dan
berpikir akan membuangnya.
“Tidak,
Shi Kyung akan memakainya.” Ucap Shi Young. Nenek Yoon kaget kalau Shi Kyung
akan memakai jas.
“Apa itu
sesuai dengan dia? Itu perlu disetrika.” Kata Nenek Yoon lalu menatap Nyonya Oh
kalau perlu bicara denganya.
Keduanya
duduk di dalam kamar. Nenek Yoon langsung bertanya pa yang direncanakan. Nyonya
Oh pun balik mengenai apa. Nenek Yoon mengatakan dengan sinis kalau Nyonya Oh menghabiskan
sepanjang hari di rumah... Apa uang tumbuh dari tanah atau turun dari langit.
“Aku
mencari pekerjaan, tapi tidak ada yang cocok.” Kata Ibu Oh.
“Kau
belum cukup menderita. Apa kau dalam posisi untuk memilih?” kata Nenek Yoon
“Tetap
saja, ada pekerjaan yang akan aku hadapi dan pekerjaanku akan menjadi buruk.”
Kata Ibu Oh
“Apa ini
saatnya bagimu untuk memilih pekerjaan? Pergi ke rumah sakit dan bantu di sana.”
Tegas Nenek Yoon.
Ibu Oh
memasangkan dasi untuk anaknya, seperti bangga melihat Shi Young yang gagap
memakai jas, lalu menatapnya. Shi Kyung pikir kalau ada yang aneh dengan
pakaianaya. Nyonya Oh mengatakan tak ada menurutnya Setelan Ayah Shi Young
sangat cocok untuk anaknya, walaupun agak kuno.
“Kenapa
itu penting? Aku hanya akan memakainya sekali. Dan Kenapa kau repot-repot datang
kesini? Apa kau punya urusan di sini?” ucap Shi Kyung. Ibunya mengatakan bukan
itu.
Saat itu
Ga Ram datang bertanya apakah Shi Kyung sudah siap. Shi Kyung balik bertanya
apa ia harus pergi sekarang. Ga Ram mengangguk kalau Shi Kyung untuk bawa pengantin wanita dan keluar ke lobi.
“Kudengar
ada lagu ucapan selamat. Siapa yang menyanyikannya? Bibiku adalah penyanyi yang
baik.” Kata Shi Kyung
“Pengantin
mempersiapkan sesuatu.” Ucap Ga Ram
Upacara
penikahan dimulai, semua anakn mengikutinya bahkan nenek Yoon. Shi Kyung
mendorong kursi roda pengantin masuk ke altar layaknya sebagai ayahnya. Setelah itu memberikan pada calon
suami, si tentara yang menitipkan surat. Lagu yang dikumandangkan pun
terdengar, dengan mata berkaca-kaca pengantin pria menyanyikan dengan merdu.
Di lorong
rumah sakit
Dokter
binggung karena Nyonya Oh menanyakan pekerjaan yang berhubungan dengan Seorang
terapis seni dan menurutnya itu bukan sesuatu yang mereka butuhkan saat ini,
lalu bertanya apakah punya lisensi sebagai perawat rumah sakit. Nyonya Oh
mengaku tak punya.
“Kita
membutuhkan perawat, orang untuk membersihkan, memasak, dan mencuci pakaian. Tempat
ini begitu jauh sehingga orang tidak mau datang ke sini.” Kata Dokter
“Apa
pekerjaan embersihkan dan mencuci bisa dilakukan dengan segera?” kata Ibu Oh.
Saat itu Shi Young baru keluar melihat ibunya ternyata sedang mencari pekerjaan
di rumah sakit.
“Tapi,
itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan siapapun juga. Pekerjaan di sini bisa
sangat sibuk. Sulit bagi semua orang jika ada satu orang berjuang.” Kata
Dokter.
Tiba-tiba
dokte lain bergegas dan memberitahu si dokter perempuan kalau Lee Myung Ji sedang mengalami keadaan
darurat.
Min Suk
menceritakan Myung Ji pingsan tepat setelah pernikahan. Dan benar-benar
mengkhawatirkannya. Joo Yeon pun juga kaget tapibersyukur kalau tidak dalam
bahaya sekarang dan menyakinkan kalau pasti baik-baik saja. Min Suk juga yakin
karena Mereka sangat mencintai satu sama lain.
“Omong-omong,
kakakmu... Kudengar Shi Kyung adalah kakakmu.” Kata Temany yang berwajah bulat.
Shi Young bertanya apakah kakaknya yang mengatakan hal itu.
“Tidak,
Ga Ram memberitahuku. Dia terlihat sangat tampan di sana. Ketika dia mendorong
kursi roda pengantin wanita, dia benar-benar hebat...” kata si wanita kagum.
“Kau
benar-benar akan menyesal mengatakannya nanti... Tunggu saja sebentar... Kau
akan segera melihat sifat sejati Bernard.” Kata Shi Young.
Bom masuk
rumah sakit seperti sangat dingin tanpa menyapa teman-temanya, mereka pun kaget karena tidak biasa
melihatnya di rumah sakit dan bertanya-tanya kenapa ada diruma sakit.
Ga Ram
merasa bersyukur karena Myung Ji tidak lagi dalam bahaya. Shi Kyung seperti masih khawatir memastikn
keadaan Myung Ji baik-baik saja. Ga Ram pikir mereka tidak pernah tahu di rumah
sakit. Shi Kyung pikir Myung Ji baru saja menikah jadi harus hidup lama. Ga Ram
pun setuju.
“Kenapa
kau tidak melakukan "Pengalaman Kematian" sekarang?” kata Ga Ram
“Apa aku
harus melakukan itu? Apa yang terjadi jika aku tidak mau?” kata Shi Kyung. Ga
Ram mengaku tahu tahu.
“Tidak
ada yang pernah mengulurkan tangan dan menolak.”kata Ga Ram.
“Sejujurnya...
Aku tidak pernah trauma pada peti mati. Aku mungkin terlalu malas untuk
melakukan semua ini. Menemukan makna dalam hal seperti ini.” Gumam Shi Kyung
akhirnya terpaksa berbaring di peti mati.
“Aku akan
menutup peti mati itu. Istirahatlah dengan nyaman. Jangan memaksakan diri untuk
memikirkan batu nisanmu.” Kata Ga Ram menutup peti mati lalu menerima pesan di
ponselnya.
“Aku
meminta Lee Shi Kyung, Dengarkan saja... Baru saja ... Lee Myung Ji meninggal
dunia, Dia ingin kau tahu bahwa dia bersyukur.” Ucap Ga Ram dan Shi Kyung langsung
keluar dari peti mati.
“Aku
benar-benar membenci hal semacam ini. Apa yang aku lakukan? Apa bedanya jika
aku berbaring di peti mati ini dan memikirkan batu nisanku? Aku hanya ingin
pergi ke sekolah dan tidur di kelas. Aku ingin bermain game di warnet. Aku
hanya ingin hidup seperti itu.” Ucap Shi Kyung kesal saat itu Bom ada didalam
peti mendengarnya.
“Kenapa
aku berbaring di sini? Kenapa aku harus mendengar tentang kematian seorang mempelai
yang baru saja menikah? Dia sangat senang menerima surat itu. Kenapa aku harus
mendengar tentang kematiannya!” kata Shi Kyung kesal
Saat itu
Bom keluar dari peti mengeluh Shi Kyung itu sangat berisik. Keduanya melonggo
karena ternyata ada Bom di dalam peti. Bom mengeluh kalau Shi Kyung itu membuatnya
melupakan tulisan batu nisan yang di pikirkan. Shi Kyung melonggo binggung. Bom
menyurh Shi Kyung agar melakukan tugas itu untuknya.
Shi Kyung
dengan seragam sekolahnya berjalan ke ruangan tempat terakhir Myung Ji menangis
menerima surat darinya lalu menarik tanganya dan mengucapkan terimakasih.
“Air mata
hangat, Tangan hangat. Seseorang dengan senyum cerah, sekarang hilang dari
dunia ini. Tapi Tetap saja, pagi hari selalu seperti biasa”
Lalu Ia
pergi ke bagian lobby rumah sakit, terakhir kali Myung Ji melakukan
pernikahanya dengan pria yang dicintainya. Seperti ada rasa bahagia, tapi di
hari itu juga Myung Ji menghembuskan nafas terakhirnya.
“Seperti
aku, yang masih hidup, Aku membuka mataku untuk aroma sup kedelai.” Gumam Shi
Kyung sudah lelah tertidur dikamarnya. Terdengar suara ibunya memanggil untuk
bangun dan makan.
Ibunya
membuka tutup panci memberitahu kalau ada Rebusan kedelai hari ini spesial,
jadi nikmati saja. Shi Young pikir Rebusan kedelai tetaplah rebusan kedelai
lalu mencoba kuahnya dan matanya langsung melotot, kalau itu Luar biasa. Lalu
bertanya apakah ibunya yang membuatnya. Nyonya Oh mengaku kalau Nenek Yoon yang
memasak. Shi Young mengejek itu Pantas saja.
“Shi
Kyung, kamu coba juga.” Kata Nenek Yoon. Shi Young memberitahu kalau Shi Kyung tidak
menyukai rebusan kedelai.
“Coba
satu sendok saja. Ini bukan rebusan kedelai yang sangat enak.” Kata Nenek Yoon.
Shi Kyung dengan malas mencobanya lalu melotot kaget
“Bagaimana
bisa rasa kedelai seperti ini? Ini adalah seni...?” kata Shi Kyung. Shi Kyung pikir kalau rebusan kedelai tak pernah dibuat Ibu mereka.
“Aku
masih hidup dan masih nafsu makan juga.” Gumam Shi Kyung dan sangat lahap
memakan masakan buatan neneknya.
“Kau
terlihat seperti benar-benar menikmatinya. Melihat seberapa baik kau makan,
cucuku akan hidup dengan baik. “ kata Nenek Yoon tersenyum bahagia.
“Kau
pasti tahu makanan enak.” Ejek Shi Young ingin mencoba bersama bibinya. Tapi
Nenek Yoon langsung mendekatkan panci pada Shi Kyung agar bisa menghabiskanya.
“Tidak
peduli berapa banyak yang kau makan, kau tidak akan bosan dengan itu.” Kata Nenek
Yoon.
Shi Young
lalu mengaku pada ibunya Ibu kalau Lee Shi Kyung pergi ke warnet kemarin.
Nyonya Oh mengomel anaknya melakukan lagi, Nenek Yoon menyuruh menantunya
berhenti dengan menyindir kalau Manusia bahkan tidak mengganggu seekor anjing
saat sedang makan dan menyuruh agar cucunya makan sampai kenyang.
“Ibu, apa
kau memberi uang pada Shi Kyung? Dia tidak punya uang untuk warung internet.” Keluh
ibu Shi Young.
“Warnet
atau apapun itu, aku bilang berhenti saat sedang makan.” Ucap Nenek Yoon.
“Ini
tidak akan terjadi lagi.. Lee Shi Kyung, kau tidak aka mendapatkan uang saku
mulai hari ini.” Kata Nyonya Oh. Shi Kyung berteriak mengeluh pada ibunya.
“Kau
tidak bisa memberikan uang pads Shi Kyung nanti.” Kata Nenek Yoon membela
“Kenapa
aku harus mendengarkanmu? Ibu, dia akan berada dalam masalah.” Kata Ibu Shi
Kyung
“Kau
berada dalam masalah yang lebih besar, menurut pendapatku. Kenapa kau tidak bisa
mempercayai anakmu sendiri? Dia anak Shi Yoon. Aku yakin dia bisa mengurus
dirinya sendiri. Jangan ganggu dia!”
tegas Nenek Yoon membela. Shi Kyung senang karena dibela oleh neneknya.
“Kau
tidak bisa mempercayai suamimu, dan kau mengganggunya.” Sindir Nenek Lee.
“Aku
mencemaskannya Karena dia putra Lee Shi Yoon.” Balas Nyonya Oh dengan nada
tinggi.
Nenek Lee
seperti merasakan kepalanya sangat sakit, berpikir kalau sudah cukup hari ini
dan merasa bisa bernapas karena punya dua lubang hidung. Shi Young pun
menyindir neneknya kalau bilang manusia bahkan tidak mengganggu anjing saat
sedang makan. Nenek Yoon tak habis pikir kalau cucunya bisa berkata seperti itu
padanya.
“Bagiku, siapa
yang masih hidup...Aku benar-benar butuh uang untuk pergi ke warnet hari ini.” Gumam
Shi Kyung mencari keseluruh ruangan agar bisa menemukan uang peninggalan
ayahnya.
Ia
mengeluh kalau tak ada satu koin pun didalamnya, lalu matanya melihat ke arah koleksi piringan
hitam milik ayahnya. Pagi hari, Shi Young seperti biasa tertidur didalam bus
dengan mulut terbuka.
Yong Gi
berdiri didepan Shi Kyung dengan sudut piringan hitam mengenai pahanya karena
bus melewati jalan yang bergelombang. Bus berhenti, Bom turun dengan sengaja
mendorong Shi Kyung yang berdiri didepan pintu.
Tanpa sengaja
bagian piringan hitam langsung menyentuh bagian selangkangan Yong Gi. Shi Kyung
berjalan ke bagian jendela bus dan mengeluarkan kepalanya. Bom melihat Shi
Kyung yang terang-terangan menatapnya.
“Ada apa
dengan dia? Wajahnya berbeda setiap kali melihatnya. Dia melakukan sesuatu yang
aneh setiap kali aku melihatnya. Lihatlah dia sekarang. Dia membuatku
mengerjakan PR-nya. Kemana dia?” gumam Shi Kyung benar-benar terpana dengan Bom
Bersambung
ke episode 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar