Ji Ho
sudah menerima pesan dari pemilik Apartemen yang dianggapnya sebagai wanita
“Apartemennya di kamar 401 Matina Town House. Aku juga sudah mengirim alamatnya
ke kau dan Ini kata sandi masuknya.” Ji Ho sampai lalu menekan password masuk
rumahnya.
Akhirnya
Ji Ho masuk rumah dan melihat kamar dibagian depan lalu melihat bagian kamarnya
sesuai dengan pesan dari pemilk kamar
“Karena
aku lemburr belakangan ini, aku takkan pulang lebih cepat. Ada dua ruangan dan Yang
pintunya terbuka itu kamarmu. Pintu kamarku selalu tertutup, jadi jangan
hiraukan itu”
“Ada tiga
hal permintaanku. Pertama, aku ingin kau beres-beres rumah. Kedua, aku ingin
kau buang sampah sekali seminggu. Terakhir, aku ingin kau merawat kucingku sewaktu
aku kerja lembur”
Ji Ho
berkeliling melihat bagian rumah lainya, lalu membungkuk dibawah kursi melihat
kucing putih dan sangat lucu.
“Kau
pasti sudah tahu, tapi bagaimana pendapatmu kalau. kau menandatangani kontrak
setelah seminggu?”
“Tentu,
aku tak keberatan.” Balas Ji Ho dengan pesanya.
Ho Rang
bertemu dengan Ji Ho tak menyangka kalau
ada semacam magang untuk apenyewa kamar seperti itu di negera korea. Ji
Ho mencaritakan kalau pemiliknya itu kesusahan gara-gara penyewa sebelumnya dan
merasa tak keberatana jadi harus melakukan yang terbaik.
“Apa pekerjaan
pemilik apartemen itu?” tanya Ho Rang penasaran.
“Dia seorang
desainer atau semacamnya. Pokoknya soal desain komputer. Aku belum sempat
bertemu dia karena dia sibuk kerja dan Kurasa dia sangat sibuk, tapi Aku punya
fotonya.” Ucap Ji Ho memperlihatkan foto Se Hee dengan semua temanya.
“Apa Yang
baju merah muda itu? Dia sepertinya baik.” Kata Ho Rang melihat foto Bo mi.
“Hei, dia
lahir tahun 1980, tapi Dia kelihatan muda sekali, 'kan?” kata Ji ho berpikir
kalau teman satu kamarnya adalah Bo Mi karena wanita.
“Dia
berarti pandai merawat dirinya. Kau bilang Siapa tadi namanya?” ucap Ho Rang.
Ji Ho mengatakan kala namanya Nam Se Hee.
Bo Mi
datang menemui Se Hee, dengan tab dan grafiknya memberitahu kalau orang tak mendaftar
karena prosesnya yang panjang dan Terutama saat mereka bisa memasukkan
informasi pribadi mereka menurutnya harus mempersingkat prosesnya di versi
program baru. Se Hee mengerti.
“Tapi, Bo
Mi... Bukankah itu tidak nyaman? Kau sepertinya memakai baju itu tiap kali
tenggat waktu mendekat.” Kata Se Hee melihat Bo Mi dengan baju Pink.
“Paling tidak
aku harus pakai ini agar aku tidak melupakan identitas seksualku” ucap Bo Mi
dengan mata panda dan semua orang terlihat kelelahan dalam ruangan karena harus
lembur.
“Kurasa
hari ini kau lembur dan Aku sudah pindah sesuai jadwal.” Tulis Ji Ho. Se Hee
membaca pesan dan melihat dari account SNS kalau Yoon Ji Ho adaah pria.
Se Hee
akhirnya pulang dan melihat note diatas kulkas “Apa harimu berjalan lancar?
Karena ini sudah malam, jadi aku taruh memo disini. Aku sudah buang sampah pagi
ini dan sudah selesai memeriksa pemakaian listrik jam 11 pagi. Lalu Aku sudah
selesai memeriksa penggunaan gas jam 3 sore. Terakhir, aku sudah kasih makan
kucing dengan setengah kaleng tuna dan dua cangkir makanan kucing. Ada dada
ayam yang sudah kadaluwarsa di kulkas jadi aku merebusnya dan memberikannya
pada si kucing.”
Se Hee
melihat pintu kamar dengan posternya yang sudah tertutup, lalu duduk disamping
kucing kesayangan yang duduk manis karena sudah kenyang. Se He melihat note
dilembaran terakhir [Oh ya, siapa nama kucingnya?]
Ji Ho dan
Se He bangun dipagi hari, tapi mereka
berbeda jam. Se Hee sudah pergi ke kantor di pagi-pagi buta. Ji Ho ingin
melihat kamar ternyata Se Hee sudah tak ada dirumah dan hanya ada kucingnya,
lalu melihat note yang ditempat didepan pintu kamarnya.
“Aku
ingin menulis kontrak. Bagaimana kalau makan siang hari ini?”
Ji Ho
langsung membalas dengan pesan di ponselnya kalau akan datang ke kantornya. Se
Hee membaca kalau pesan itu dari Ji Ho seorang pria. Sang Goo melhat Se Hee kembali semangat
berkerja dan itu artinya sudah memutuskan teman sekamarnya dan mengaku merasa
senang.
“Hei..
Semuanya, pernahkah kalian melihat CEO dan perusahaan semacam ini? Aku cukup baik
mencarikan dia teman sekamar. Tidak semua CEO seperti ini.” Ucap Sang Goo
bangga
“Bagaimana
kau mengenal orang ini?” tanya Se Hee.
“Dia
teman juniorku dari klub bisnis. Apa Kau tak suka? Apa menurutmu dia akan
menelepon polisi lagi Atau Apa kucari orang lain saja?” kata Sang Goo
“Tidak,
aku sangat menyukainya.” Kata Se Hee. Sang Goo kaget karena Se Hee sangat
menyukainya.
Ji Ho
menelp ibunya kalau sedang dalam perjalanan ke kantornya, karena pemiliknya
sangat sibuk. Ibunya mengaku senang mendengarnyam menurutnya karena temannya Ho
Rang, pasti orang baik. Ji Ho pikir seperti itu dengan senang hati lalu melihat
kembali ke dalam note yang ditinggalkan Se hee.
[Aku
ingin menulis kontrak.] lalu lembar berikutnya [Namanya Kitty.] Ji Ho pikir
orangnya menyenangkan. Ibunya berpesan agar Ji Hee Jangan pergi dengan tangan
kosong, tapi makanan buat teman sekantornya juga. Ji Ho pikir Jangan khawatir,
karena pasti akan membelikanya.
“Dia sangat
menyukai teman sekamarnya. Aku belum pernah dengar dia pakai kata "sangat"
ke orang, seumur hidupku..” Ucap Sang Goo setelah melihat temanya keluar dari
ruangan.
“Tapi Kadang,
dia pernah "CEO Ma sangat terlambat hari ini. Candaan CEO Ma sangat
garing." Kata Bo Mi dengan menatap ke layar komputer
“Kau
begini untuk mencari perhatian orang, 'kan? Atau membuatku kesal?” kata Sang
Goo kesal.
Bo Mi
mengalihkan pembicara kalau sandwich yang mereka pesan blum datang padahal
sudah lama. Sang Woo pikir maklum karena sibuk mengirim sandwich, tapi
menurutnya selalu saja terlambat. Bo Mi pikir lebih cepat kalau mereka datang
ke restoran itu saja karena jalan kaki 5 menit.
“Kau ini
terlalu baik. Apa aku saja yang harus mengambil makanannya?”ucap Sang Goo. Bo
Mi mengangguk. Sang Goo akan pergi lalu tersadar kalauia sebagai CEO dan Bo Mi
langsung kabur kalau akan pergi.
Ji Ho
melihat Bo Mi yang keluar langsung menyapanya, Bo Mi binggung Ji Ho membahas
tentang Kucing, Bo Mi tetap binggung. Ji Ho memperlihatkan plastiknya dengan
berisi surat kontrak. Bo Mi pikir kalau itu sandwich lalu mengomel kalau datang
terlambat padahal Jam makan siang sudah hampir selesai. Ji Ho binggung dan
akhirnya hanya bisa meminta maaf.
“Aku tadi
langsung pergi setelah dapat pesannya.” Kata Ji Ho. Bo Mi mengeluh kalau itu
alasan basi dan tak bisa dijadikan alasan.
“Aku
mohon maaf... Tapi, kau kelihatan muda sekali.” Ungkap Ji Ho. Bo Mi pikir
mereka belum pernah bertemu.
“Ya, ini
pertama kalinya kita bertemu.” Kata Ji Ho. Bo Mi pun meminta agar memberikan
sandwichnya.
“Aku
tidak tahu bagaimana, tapi harus
berterima kasih. Ini kesempatan bagus bagiku.” Kata Ji Ho
“Ini
bukan kesempatan. Tapi Ini transaksi yang adil dari negara kapitalistik ini.”
Pikir Bo Mi. Ji Ho pikir seperti itu juga.
“Mulai ke
depannya, aku mohon bantuannya, Unni. Aku boleh memanggilmu "Unni"?”
ucap Ji Ho. Bo Mi menolaknya. Ji Ho kaget dan hanya bisa mengatakan maaf. Bo Mi
akan pergi dan Ji Ho kembali berbicara.
“Apa
nanti malam, kita bisa bertemu lagi?” ucap Ji Ho. Bo Mi pikir kita lihat saja
nanti lalu bergegas pergi.
“Apa dia
ingin kami pesan sandwich buat makan malam lagi? Dia hebat juga mempromosikan tokonya.”
Ucap Bo Mi berdiri didepan lift
“Kurasa
dia tidak suka dipanggil "Unni."” Ucap Ji Ho melihat sikap Bo Mi dan
saat itu tak sengaja bertabrakan dengan Se Hee.
Se Hee
seperti menunggu seseorang yang tak kunjung datang, lalu duduk melihat foto
Yoon Ji Ho dari SNS. Semua pegawai makan siang di ruang rapat makan sandwich
yang dibawakan Ji Ho. Se Hee kembali ke ruangan diajak untuk makan bersama lalu
melihat amplop kontrak diatas meja.
“Siapa
yang menaruh ini di sini?” tanya Se Hee binggung.
“Aku
menemukannya di meja rapat”kata salah pegawai dan menaruh di atas meja Se Hee.
“Apa kau sudah
baca surat kontraknya?”tulis Ji Ho. Se Hee membalas “Ya”
“Aku
tidak bisa memberi tahumu karena kau sepertinya agak sibuk.Kurasa malam ini,
aku pulang telat.” Tulis Ji Ho
“Ya, kau
tak perlu bilang hal-hal semacam itu padaku.” Balas So Hee
“Dia
orangnya tak ambil pusing sekali, sepertinya.” Komentar Ji Ho setelah membaca
pesan Se Hee lalu melihat orang yang ingin motong rambutnya. Ia ingi meminta
potongan rambut seperti yang ada di majalah.
Si
pegawai pikir Ji Ho akan kencan buta. Ji Ho mengaku bukan seperti itu da
meminta agar bisa menata alisnya juga agar rapih.
Se Hee
melihat pesan yang dikirim Ji Ho, lalu melihat pic profilnya stadium Emirates
dengan status [Hari-H! Semangat,
Arsenal!] Bo Mi mendekat dan langsung bertanya siapa itu, Se He memberitahu kalau itu teman serumahnya.
Bo Mi pikir temanya itu suka sepak bola. Se Hee rasa Kebanyakan pria memang begitu, lalu melihat
laporan yang dibawa Bo Mi dan berkomentar sudah cukup.
Ia
melihat sebuah note diatas meja [Senang bertemu denganmu! Aku Ji Ho.] lalu
mengetahui Bo Mi yang suka merah muda, Bo Mi membenarkan karena itu warna ciri
khasnya.
“Apa pria
juga suka warna merah muda belakangan ini?” kata Se Hee heran
“Kau itu
tidak tahu karena kurang punya selera dalam keindahan. Merah muda bukanlah
warna yang cocok untuk semua orang. Warna itu cocok untukku karena kulitku
cocok dengan warna itu. Jadi Apa maksudmu pria seharusnya tidak menyukai warna
merah muda?” ucap Bo Mi.
Saat itu
Sang Goo keluar dari kamar mandi dengan mengunkan semua pernah pernik warna
Pink sambil mengeluh kalau badanya terasa lelah. Keduanya hanya bisa menatap
heran karena pria memang tak malu pakai pernah Pink.
“Zaman
telah berubah, Tidak ada yang namanya preferensi pria dan wanita.” Kata Bo Mi
“Ya. Kita
hidup di dunia yang progresif.” Kata Se He melihat kembali note pink yang
tuliskan Ji Ho padanya.
Ji Ho
masuk ke dalam restoran daging pangang mencari seseorang. Seorang pria
berteriak memanggilnya, Sutradara dan penulis seniora sudah berkumpul, Ji Ho
pun duduk. Si pria mengoda Ji Ho kalau baju yang dipakainya sangat bagus.
“Apa
Pikirmu kau sudah lama bekerja sampai bisa datang setelat ini? Sutradara.. Apa boleh
asisten penulis terlambat menghadiri pesta perpisahan drama?” kata si pria.
“Dia
kumat lagi.. Kau selalu menghentikan semua orang mengatakan itu hanya untuk Ji
Ho.” Ejek Sutradara.
“Wahh...
Kau pasti rindu aku, kan?” ucap Ji Ho mengejek. Si pria mengelak kalau hanya
merasa cepat kepanasan.
“Hei. Aku
benci bertemu kalian sekarang. Kalian bisa saling berkencan atau tidur dan Aku
tidak peduli. Lakukan saja terserah kalian. Kalian itu sudah main mata selama
tiga tahun. Siapa coba zaman sekarang, yang masih sok jual mahal?” ejek penulis
senior melihat keduanya saling mengoda.
Ji Ho
pikir bukan seperti itu. Si pria pikir mereka tahu siapa yang jual mahal dengan
mengoda Ji Ho, karena bkan dirinya. Ji Ho hanya bisa tersenyum malu. Sutradara
pikir Penulis Yoon tidak tertarik dan tidak suka Yong Suk.
Ji Ho terlihat malu
lalu memeluk Yong Suk karena menurutnya bukan dianggap sebagai pria, tapi
mereka adik kakak dan sudah merawat bayi polos selama tiga tahun. Sutradara
pikir Ji Ho memang sungguh tidak tertarik pada Yong Suk. Yong Suk mengoda kalau
sangat sakit hati.
“Tapi Aku
selalu bisa membuatmu jatuh cinta padaku.” Goda Yong Suk. Ji Ho malik mengejek
tak percaya
“Maka sebaiknya
kau tidak boleh tumbang sebelum aku hari ini.” Kata Ji Ho menantang. Mereka pun
minum bersama.
Di
ruangan
Sang Goo
menanyakan tentang flash, anggota Timnya mengatakan Sudah berhasil. Sang Goo bertanya Bagaimana
dengan masalah penutupan saat log in. Pegawainya mengatakan sudah memperbaiki
masalahnya. Sang Goo bertanya Apa ada masalah saat mengunggah profil dan video.
Pegawai lain mengatakan sudah teratasi. Sang Woo memuji lalu semua berkumpul di
meja Se Hee.
“Pembaruan
Gyeol Mal Ae, ver 2.0.” ucap Se Hee lalu menekan enter. Di layar terlihat
proses memperbaharui dan akhirnya dinyatakan berhasil. Semua yang ada diruangan
bersorak gembira karena semuanya Sudah selesai.
“Selama
tiga minggu terakhir, kalian bekerja siang dan malam untuk pembaruan Gyeol Mal
Ae. Untuk menyampaikan rasa terima kasih..., maka aku takkan ragu mengkaji
kalian dengan bonus akhir tahun! Awalnya, Gyeol Mal Ae hanya bisa menghasilkan
50 ribu per bulan. Jadi Rasa terima kasihku tak terkira bagi kalian yang telah
membuat perusahaan ini berkembang 200% setiap tahunnya. Aku bahkan tidak
bisa... Aku tahu ini agak memalukan..., tapi ayo kita nyanyikan slogan kita.”
Ucap Sang Goo berkumpul dengan semua timnya.
Mereka
pun berteriak bersama “Kita... Bukan keluarga! Kita harus digaji” lalu
Bersulang. Se Hee melihat Bo Mi masih mengunakan baju yang sama dan menyuruhnya
untuk ganti baju sekarang. Bo Mi mengaku kalau sudah ganti baju, karena Baju
yang kemarin warnanya lebih gelap dari hari ini. Se Hee tak bisa berkata-kata lagi.
“Hei..
Tebak siapa yang baru kami lihat? Yoon So Hee!” jerit dia pria yang baru saja
keluar dari ruangan.
“Kau
bilang Yoon So Hee? Siapa itu?” kata Se Hee. Semua hanya bisa melonggo karena
Se Hee tak mengenal So He.
“Apa dia
salah satu investor kita?”ucap Se Hee. Sang Goo tak percaya teman-temanya
memang tak tahu dunia luar.
Yong Suk berbicara
dengan So Hee saat itu, Ji Ho datang. Soo Hee langsung mengucapkan Terima kasih
atas kerja kerasnya. Ji Ho piki Soo Hee yang bisa membuat sukses dramanya
juga. Soo Hee pikir tak seperti itu lalu
pamit pergi lebih dulu.
“Maaf,
Penulis Ji Ho... Kau harus bekerja lebih keras untuk menutupi kesalahanku.”
Ungkap Yong Suk. Ji Ho heran melihat sikap Yong Suk seperti baru kenal saja.
“Selama
tiga tahun terakhir, kau biasanya tak seperti ini.” Kata Ji Ho
“Kita
sudah saling kenal selama tiga tahun...Maaf..., ada yang ingin kukatakan
padamu....” ucap Yong Suk
Suasana
terasa tegang, Ji Ho pikir Yong Suk seperti ingin menyatakan cinta dan terlihat
malu-malu. Tapi tiba-tiba Se Hee ada ditengah mereka memitnta izin untuk lewat,
suasana pun jadi buyar. Ji Ho yang gugup
memilih untuk pergi saja dan akan kembali.
Di depan
restoran
Se Hee
duduk di bangku dengan ponselnya, Ji Ho gugup mencoba untuk tenang lalu melihat
Se Hee sedang menonton bola dan ikut menonton dan kesal karena Sanchez tak bisa
membuat gol. Se Hee menatap karena Ji Ho tiba-tiba ikut menonton.
“Maaf.. Aku
sangat ingin menonton pertandingan bola itu.” Ucap Ji Hoo dan melihat arsenal
mengiring bola di depan gawang dan akhirnya Gol. Keduanya menjerit, Ji Hoo
bahagia sambil menepuk baju Se Hee.
“Maaf...
Itu karena... aku... Maksudku, waktu pertandingan sebelumnya...,saat Sanchez
mencetak gol wasitnya bilang itu offside. Tapi ternyata tidak. Aku sudah
menonton pertandingan itu lebih dari tiga kali. Jika itu tidak offside, Arsenal
pasti menang. Bukannya strategi Wenger jelek-jelek amat, tapi...” ucap Ji Ho
terus mengoceh tapi Se Hee hanya menatapnya. Ji Ho akhirnya hanya bisa meminta
maaf kembali dan akan masuk. Se Hee langsung berkata, Arsenal...penggemarnya.
Bo Mi
baru keluar dari toilet, Sang Goo bertanya keberadan Se Hee. Bo Mi tak
memperdulikan kembali masuk ke ruangan. Sang Goo kesal karena sebagai CEO tak
digubris. Sementara penulis senior
bertemu dengan Sutradara Park dan bertanya apakah melihat Ji Ho. Sutradara Park
mengelengkan kepala.
“Jika kau
ingat lagi...,Arsenal menempati posisi ke-4 selama 7 kali setelah debutnya di
Premier League dan Sama dengan Liverpool.” Ucap Se Hee. Ji Ho sudah berjongkok
disamping Se Hee bertanya apakah Se Hee menghitungnya.
“Aku
mengumpulkan statistik arsip mereka sendiri.” Kata Se Hee. Saat itu Ji Ho
melihat sosok Yong Suk sambil menelp memberitahu kalau sudah diluar dan ada di
tempat parkir.
“Pergilah.
Dia pasti pacarmu.” Ucap Se Hee melihat Senyuman Ji Ho penuh arti.
“Tidak,
dia bukan pacarku.... Maksudku.. Belum...Kami cuma saling mengenal. Dia juga
sebenarnya tadi mau menyatakan perasaannya. Tapi aku gugup sekali jadi aku datang
ke sini. Aku pikir awalnya, kalau Arsenal menang hari ini, maka mau menyatakan
perasaanku duluan ke dia. Tapi...” ucap Ji Ho lalu merasa heran karena
menceritakan semua ini padahal baru pertama bertem.
“Dia
tampan dan tinggi.” Kata Se Hee. Ji Ho setuju merasa Yong Suk memang tampan.
“Ya,
kalau kubilang nilainya adalah 7 dari 10.” Komentar Se Hee. Ji Ho mengeluh Se
He itu pelit karena seharusnya angka 9.
“Dia tinggi.
Alis matanya tebal, Bahu lebar, selain itu Punya pekerjaan juga.” Ungkap Ji Ho
lalu melonggo kaget melihat Yang Suk berpelukan dengan So Hee mengaku sangat
merindukanya.
“Dan dia
juga punya pacar”ungkap Ji Ho menahan rasa sedihnya. Saat itu juga Arsenal
membuat gol dan semua orang bersorak.
“Kalau
dipikir-pikir..., aku tidak pernah menjadi striker (penyerang) dalam hidupku.” Gumam
Ji Ho lalu kembali ke restoran.
So Hee
dan Yong Suk duduk bersama, Ji Ho pun ikut duduk. Yong Suk kembali mengoda
kalau merindukan Ji Ho yang pergi. Ji Ho berakting seolah-olah tak ada yang
terjadi adn mereka pun kembali minum bersama. Lalu duduk di halte sendirian.
“Aku selalu membela diri dan melangkah mundur pada waktu yang tepat”
Pesan
dari Yong Suk masuk [Aku lagi pacaran dengan seseorang, aku tadi ingin
mengatakannya padamu.]
“Aku tidak
punya keberanian menggiring bola atau pengalaman untuk menghindarinya. Aku hanyalah
seorang bek amatir.”
Akhirnya Ji
Ho pun membalas dengan mengucapkan selamat. Saat itu Se Hee berjalan sambil menelp Sang Goo kalau ini penyalahgunaan kekuasaan
dan ia hanya ikut ronde pertama makan malam tim. Sang Goo merayu kalau akan
mengantar pulang bahkan memanggil supir.
Se Hee menolak karena naik bus jauh lebih cepat daripada naik mobilnya.
Ketika
sampai halte, kaget melihat Ji Hoo juga ada disana akan pergi karena merasa
canggung akan naik kereta bawah tanah. Ji Ho memanggilnya untuka Naik bus saja,
karena setidaknya rasa malunya agak berkurang.
Keduanya
duduk berjauhan. Se Hee bertanya apakh Ji Ho Yakin rasa malunya akan berkurang.
Ji Ho mengaku Tidak. Se Hee menceritakan Ini kali pertama berada di lingkungan ini,
jarang pergi keluar dan benci pergi
keluar malam-malam, bhakan biasa di rumah atau di kantor Jadi mereka tidak akan
pernah bertemu lagi.
“Aku
harus menunggu setidaknya 10 menit lagi sampai bus datang Tidak perlu merasa
tak nyaman seperti ini dan Kau tidak perlu merasa malu lagi..” Kata Se Hee
“Aku malu
dengan diriku sendiri... Bukan padamu, tapi diriku sendiri. Aku tidak bisa
membedakan mana cinta dan sikap baik, di usia setua ini. Aku menyukai dia
selama tiga tahun. Aku memendam perasaanku sampai berusia 30 tahun. Aku malu
dengan betapa bodohnya aku ini. Umurku padahal bukan 20 lagi, tapi sudah 30
tahun. Aku tidak tahu apa yang kulakukan
di usia 30 tahun ini.” Kata Ji Ho menyalahkan dirinya.
“Maka
dari itu...,jangan dihiraukan. Kau bilang usiamu 30 tahun dan Itulah batas
neokorteks-mu.” Kata Se Hee. Ji Ho binggung apa maksudnya.
“Neokorteks
terletak di bagian luar otak dan tugasnya bertanggung jawab atas konsep waktu
seperti usia 20 atau 30. Kucing tidak memiliki neokorteks, tak seperti manusia.
Jadi kucing tidak bosan atau depresi walau kucing selalu makan makanan yang
sama dan melakukan kegiatan sama, di rumah mereka yang sama selama hidup
mereka. Kucing tidak memiliki masa depan maupun masa lalu.” Ucap Se Hee yang
membuat Ji Hee terdiam
“Apabila
ada yang berpikir "Usiaku 20 tahun. Usiaku 30 tahun. Sebentar lagi usiaku
40 tahun." Hanya satu jenis spesies di Bumi yang mengunci diri pada
waktunya, Yaitu manusia. Hanya manusia yang menggunakan usia untuk membuat
orang lain menghabiskan uang dan menutup emosi mereka. Itulah yang didapat
manusia karena evolusi. Entah kucing berumur 30 atau 40... itu sama saja bagi
si kucing.”Jelas Se Hee.
“Aneh...
Anehnya, omong kosongnya...lebih menghiburku dari apa pun hari itu.” Gumam Ji
Ho
Ia lalu
menanyakan nama pria yang baru pertama ditemuinya. Se Hee menatap binggung. Ji
Ho pikir lebih baik tidak tahu namanya. Se Hee menganguk membenarkan. Ji Ho
megaku kalau Se Hee orang asing tapi merasa nyaman denganya. Se Hee pikir Ji Ho pasti merasa nyaman karena
memang ia orang asing yang mengenalnya.
“Memikirkan
bahwa aku tidak akan pernah melihatnya lagi..., perasaanku sedikit sedih.” Gumam
Ji Ho melihat Se Hee berdiri.
“Terima kasih
buat cerita neokorteksmu. Kurasa aku sudah gagal dalam hidup ini,tapi aku akan
berusaha yang terbaik.” Kata Ji Hoo mengulurkan tangan.
“Semoga
berhasil. Lagipula, melewati hidup ini adalah pertama kalinya bagi kita semua.”
Kata Se Hee menjabat tangan Ji Hoo.
“Untuk
sesaat, aku melupakannya. Hidup ini... Saat ini... Kau hanya punya satu
kesempatan.” Gumam Ji Ho lalu mendekati Se Hee dan menciumnya.
Bus
datang, Ji Ho naik ke dalam bus dan Se Hee terlihat shock hanya berdiam diri di
halte. Ji Ho menaiki bus dengan senyuman bahagia, lalu sampai rumah langsung
mengosok gigi.
“Hari itu
sangat panjang. Aku pindah dari rumah yang kutempati selama lima tahun. Aku
rupanya hanya dianggap teman oleh orang yang kukira menyukaiku selama tiga
tahun. Lalu Aku mencium orang asing.” Gumam Ji Ho
“Daebak
sekali kau..., Yoon Ji Ho.” Puji Ji Ho pada dirinya sendiri dengan menatap
cermin. Setelah itu membereskan kotoran kucing.
Ji Ho
mematikan lampu dan Se Hee pulang disaat yang berbeda, keduanya sempat menatap
kamar roomate mereka diwaktu yang
berbeda.
“Bukan
bayanganku kalau aku menjalani hidup di usia 30tahunku seperti ini..., tapi karena
ini pertama kalinya...,kurasa ini lumayan juga. Seperti perkataannya..., kita semua
melewati hidup ini. untuk pertama kalinya” gumam Ji Hee masuk ke kamarnya. Dan Se Hee melihat teman satu kamarnya sudah
tertidur.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Semangat!!semoga cepet update nya
BalasHapusHahaa seru nih kayanya... Jadi mau liat lah ntar.. Semangat ya nulis sinopnya 👍👍😊😍
BalasHapusD tunggu kelanjutan y..semangat 😊😊
BalasHapus