PS
: All images credit and content copyright : KBS
Ji Ho
memberanikan diri untuk mencium lebih dulu Se Hee dihalte dan saat bus datang
lalu naik lebih dulu. Se He masuk terlihat sangat shock tiba-tiba wanita
menciumnya, lalu di layar informasi memberitahu kalau tadi adalah bus terakhir.
Setelah
itu ia bangun pagi hari dan sempat terlihat masih shock karena dicium oleh
seorang wanita yang dikenalnya beberapa jam. Ia keluar dari kamar melihat pintu
kamar terbuka, akhirnya ia menutup dengan melihat kamar yang masih rapih dengan
tumpukan buku yang masih diikat oleh tali.
Se Hee
duduk sambil makan nasi kotak. Sang Goo mengajak Se Hee makan bersama. Se Hee
menolak menurutnya tak ada alasan menghabiskan
akhir pekan sama temanya. Sang Goo mengatakan kalau ingin menjalin hubungan
dengan perempuan yang ingin ditemuinya, tapi sepertinya malu apabila hanya
mereka berdua saja.
“Bagian
yang terbaiknya temannya itu benar-benar cantik. Apa Kau sudah lihat foto yang
kukirim?” ucap Sang Goo. Se Hee mengaku belum
“Ayolah...
Aku tahu kau juga nantinya makan siang yang tidak enak. Jadi kenapa kau tidak
mau datang?” kata Sang Goo
“Jangan
remehkan bagaimana aku menggunakan waktuku. CEO Ma... Kau tak punya belas
kasihan. Kau baru punya harga diri kalau melalui hubungan sosialmu. Menurutmu,
mungkin sepertinya makan siangku tak enak..., tapi bagiku, makananku seperti
oasis. Aku saja harus makan sambil mendengarkan orang sepertimu sepanjang
minggu. Apa kau tahu tingkatan stres
yang kau buat untuku?” ucap Se Hee marah
Sang Goo
akhirnya meminta maaf, dan mengajak untuk mulai reset, format, dan reboot. Se
Hee meminta agar Sang Goo tak mengangguk kalau sedang makan sendirian setelah
lima hari. Sang Goo mengatakan kalau itu sangat penting dan juga genting.
“Tapi...,
siapa orang yang tinggal di rumahmu? Apa namanya Si Ji Ho? Dia tidak seberapa
dibandingkan dengan kau, tapi aku lebih baik menarik dia sebagai teman
serumahmu. Semua temanku sibuk, Apa kau Yakin tidak mau? Dia pria yang baik, Aku payah soal urusan kencan buta..” Ucap Sang
Goo terus merengek. Se Hee segera
menutup ponselnya dan kembali makan
Ji Ho
berbelanja di supermarket sambil menelp Soo Ji , So Ji mengejek kalau Ji Ho
sebagai seorang penulis drama tidak punya pengalaman berkencan?, bahkan menulis
adegan ciuman, padahal temanya itu belum pernah berciuman menurutnya Ji Ho itu
harusnya diliput dalam acara "TV dalam TV".
“Hei, itu
'kan acara lama... Tapi Selain itu, ciuman bukan hal penting.” Ucap Ji Ho. Soo
Ji bertanya apa maksud ucapan temanya itu dan bagaiman tahu tentang hal itu.
“Aku...
Aku banyak menontonnya di acara seperti "TV dalam TV".” Kata Ji
Hogugup karena sebelumnya sudah melakukan ciuman dengan pria yang baru dikenal.
Soo Ji makin penasaran apa yang dilakukan temanya.
“Ji Ho,
sebaiknya jangan sampai kau berpacaran tanpa memberitahuku.” Tegas Soo Ji
“Tidak.
Aku tidak pacaran.. Hei, Soo Ji. Ada panggilan masuk. Nanti kutlepon lagi.”
Ucap Ji Ho buru-buru menutup telp karena gugup.
Ji Ho
menghela nafas panjang karena Hampir saja dan bodoh bisa mengatakan itu pada
temanya. Lalu melihat barang yang diambilnya, alat Pembersih ubin dan juga
harganya. Ia pun memasukan ke dalam trolly berpikir menganggapnya sebagai hadiah
buat si pemilik apartemen.
“Heei..
Apa Kau gila?? Itu sama sekali bukan hal yang perlu dibanggakan. Dasar... Parah
sekali tapi Untung dia orang asing.” Ungkap Ji Ho mencoba agar bisa menenangkan
dirinya.
Ji Ho
akan masuk apartement dan Se Hee baru saja keluar untuk membuang sampah. Ji Ho
masuk lift dan saat itu seseorang ingin masuk. Ji Ho pun menekan tombol untuk
membuka pintu, Se Hee masuk akan menekan tombol lantai tapi Ji Ho lebih dulu menekanya.
Tiba-tiba
keduanya sama-sama menatap dan sangat kaget karena kembali bertemu. Lift
terbuka dilantai empat, Se Hee memutuskan untuk keluar dari lift. Ji Ho yang
kebingungan memilih untuk kembali menutup lift dan kembali turun.
“Apa?
Dia... si ciuman... Kenapa neokorteks... Kenapa?” ucap Ji Ho berjongkok
kebingungan lalu bertanya-tanya Se Hee yang turun di lantai yang sama.
“Jangan
bilang... Apa dia tinggal disini?” ucap Ji Ho panik tanpa sadar pintu lift
terbuka di lantai bawah.
Seorang
anak kecil melihat Ji Ho dengan tatapan heran. Ji Ho langsung berdiri
berpura-pura kalau Dompetnya ketinggalan.
Ji Ho
keluar dari lift memikirkan nanti akan bertemu dengan Se Hee lagi, tapi
menurutnya harus pulang dulu, karena itu tempat teraman saat ini. Akhirnya Ji
Ho buru-buru masuk rumah dan bisa bernafas lega dengan menutup pintu rumah
“Inilah
yang harus dilakukan saat ini. Karena aku sudah aman di rumah sekarang, jadi
tak masalah Aku bisa tenang sekarang.” Gumam Ji Ho lalu melihat ada sepatu
didepan pintu berpikir kalau itu milik Si pemilik rumah.
Saat itu
terdengar suara Bel, Ji Ho melihat dari lubang pintu kalau tetangganya yang
membeli makanan. Ia mulai berpikir Se Hee yang tinggal di lantai yang sama
denganya, tapi menurutnya tak mungin. Ia sadar dirinya sial tapi menurutnya Seoul itu sangat besar dan tak
mungkin ada di lantai yang sama.
“Aku
harus tanya sama si pemilik apartemen.< Dia pasti tahu siapa tetangganya....
Tapi kaki dia besar juga. Apa Ukurannya 275mm? Apa dia ini pemain bola basket?”
gumam Ji Ho melihat sepatu didepan pintu.
Suara
seseorang menyapa Ji Ho yang baru pulang, Ji Ho kaget melihat sosok Se Hee pria
yang berusaha dihindarinya malah ada didalam rumah. Lalu bertanya kenapa ada
dirumahnya.
[Episode 2: Karena ini Ciuman Pertamaku]
Se Hee
pikir Itulah yang harus ditanyakan, kenapa Ji Ho bisa masuk ke dalam rumahnya.
Ji Ho pikir Ini kamar 401, Se Hee menegaskan kalau ia yang tinggal dirumah
ini. Ji Ho panik merasa kalau itu tak
mungkin dan berpikir kalau salah masuk dan bergegas ingin keluar dari rumah.
Se Hee
mengeluarkan ponselnya. Ji Ho melihat ponselnya dengan nama [Se Hee: Pemilik
Apartemen] lalu mengangkat telp. Se Hee bertanya apakah Yoon Ji Ho. Ji Ho
mentap Se Hee yang ada dibelakangnya, keduanya pun sadar selama ini mereka
saling berbicara lewat pesan tanpa tahu suara masing-masing.
Won Seok
membawakan handuk panas dan menarik kaki Ho Rang yang sedang menonton video
dari telpnya. Ho Rang pikir tak perlu karena kakinya itu bau. Won Seok tak
peduli karena sudah mencium baunya selama tujuh tahun, dan mulai mengompresnya.
“Coba Lihat.
Semuanya urat kakimu kaku. Apa yang pernah kusuruh kau? Kau harus beristirahat
dan seringlah duduk. Dasar bodoh” omel Won Seok yang khawatir.
“Oh, iya.
Apa kau ingat hari ini ?” ucap Ho Rang
mengoda. Won Seok bingung hari apadan berpikir kalau hari istimewa.
“Bukan
apa-apa... Kemarin hari istimewanya.” Kata Ho Rang. Won Seok binggung karena
tak mungkin kemarin dan sudah cek semuanya, kalau itu bukan hari jadi atau hari
yang lainya.
“Itu
memang bukan hari jadi kita, tapi Masa datang bulanku sudah selesai.” Ucap Ho
Rang berisik sambil mengoda.
Won Seok
terlihat marah, karena tak memberitahu
dari tadi lalu menurunkan celananya dan langsung melompat ke atas tempat tidur.
Ho Rang senang menerima ciuman dari Won Seok tapi tiba-tiba terdengar bunyi
ponsel mereka diatas meja. Won Seok pun turun dan memberikan ponsel Ho Rang
juga yang berbunyi.
Ho Rang
menerima telp dari Ji Ho sementara Won Seok dari Sang Goo. Sang Goo menelp dari
kantornya mengatakan kalau keadaan gawat, karena teman serumah yang
diberikan Won Seok itu wanita. Ho Rang
kaget kalau ternyata pemilik apartemennya itu laki-laki, lalu saling
berpandangan dengan pacarnya.
Sang Goo
melihat Profile facebook Yoon Ji Ho dengan wajah pria sementara Won Seok
melihat profile Yoon Ji Ho yang dimiliki oleh temanya Ho Rang. Keduanya tak
habis pikir karena selama ini salah menduga
“Kau
bilang namanya Ji Ho dan dia tampan, selain itu berhenti merokok.” Keluh Sang
Goo menyalahkan Won Seok.
“Ya, Ji
Ho. Dia tampan.. Dia sungguh sudah berhenti merokok.” Ucap Won Seok. Sang Goo
pikir Won Seok sedang bercanda sekarang.
“Bukannya
kau yang bercanda denganku? Kau bilang namanya Se Hee. Orang yang tenang, memelihara
kucing, dan lahir tahun 1980. Lalu Kau bilang dia orang yang berdiri di
sampingmu.” Ucap Won Seok memperlihat foto Sang Goo ada disebelah Bo Mi dan Se
Hee.
“Ya, dia
orangnya tenang, dan dia punya kucing. Dia berdiri tepat di sampingku, dan Itu
si Se Hee.” Kata Sang Goo merasa tak bersalah.
“Hyungnim..
Mana ada yang menyangka ada pria yang tenang memelihara kucing.” Kata Won Seok.
“Lalu siapa
yang menyangka wanita tampan berhenti merokok? Tamatlah kita.” Kata Sang Goo
dan keduanya benar-benar terlihat sangat frustasi.
Ji Ho berbicara
di telp dengan Soo Jin, ditanganya sudah ada ID Card nama Nam Se Hee dan Se Hee
memegang milik So Jin. Sampai akhirnya Soo Jin pun mengembalikan dengan wajah
gugup, bahkan sampai duduk dilantai.
“Temanku
bilang dia akan mengurusnya. Dia bilang minta maaf.” Ucap Ji Ho. Se Hee ingin
tahu bagimana mereka bisa mengurusnya padahal mereka berdua yang mengalami masalah
ini. Ji Ho pikir benar juga.
“Waktu
kudengar namamu, kukira kau itu wanita.” Ucap Ji Ho
“Aku juga
kenal pria yang namanya seperti kau. Dia dulu satu angkatan militer denganku.”
Jelas Se Hee. Ji Ho bisa mengerti lalu terdengar bunyi suara perutnya yang
kelaparan.
“Aku ada
kerjaan, jadi sebaiknya segera keluar.” Ucap Se Hee. Ji Ho berusaha menutupi
dengan cara batuk.
Suara
perutnya malah makin kencang, Se Hee meminta agar Ji Ho bisa menelpnya setelah tahu
cara bereskan masalah ini. Ji Ho mengerti sambil terbatuk menutupi suara
perutnya. Se Hee pun akhirnya keluar dari rumah.
Ji Ho
frustasi dan malu mengacak-ngacak rambutnya lalu berbaring di karpet, Kitty
mendekat dengan mata yang berkilau menatapnya. Ji Ho pikir Sebaiknya makan lebih dulu dan hidup ini
harusnya diakhiri saja.
Ji Ho
bertemu dengan dua temanya. Ho Rang merasa kasihan dengan Ji Ho menawarkan
untuk makan steak. Ji Ho menolak, karena makanan itu sudah cukup. Ho Rang
akhirnya hanya bisa meminta maaf.
“Bong Hee
dan Ok Hee itu 'kan nama perempuan. Jadi Mana mungkin Se Hee itu nama laki-laki?
Nama itu 'kan cantik sekali.” Keluh Ho Rang heran
“Hei,
tidak semua nama cantik itu nama perempuan.” Ucap Soo Ji. Ho Rang pikir benar
juga karena nama temanya So Ji sama seperti nama pria. JiJi Ho sedikit tersedak
dan meminta minum. Ho Rang pun buru-buru mengambil ke dapur.
“Soo
Ji...., si pemilik apartemen itu... Kurasa dia... Aku...” ucap Ji Ho
kebingungan untuk mengatakannya.
“Kenapa?
Apa Dia mendekatimu?” kata Soo Ji. Ho
Rang baru saja dari dapur bisa mendengar ingin tahu apakah pria itu mendekati
temanya.
“Apa dia
tampan? Berapa penghasilannya?” kata Ho Rang mengebu-gebu. Ji Ho memilih untuk mengelengkan kepala tak
ingin membahasnya lagi.
Se Hee
akhirnya duduk didepan Sang Goo sedang makan jajangmyun. Sang Goo membahas
kepala staf tinggal di Namcheon-dong, jadi akan mengurus semuanya, Se Hee diam
dengan tatapan dingin melihat Sang Goo makan jajangmyun yang sudah dingin.
“Kau
ingin aku bagaimana? Aku ingin berdiri di samping wanita yang kusuka. Tapi aku
malah makan jjajangmyeon di kantor saat akhir pekan. Jadi Apa yang kau
inginkan?.. Pukullah aku jika itu bisa menenangkanmu.” Ucap Sang Goo tak bisa
menahan amarah.
“Tak
usah, itu takkan berhasil... Tapi Tusuklah nadiku pakai ini.” Kata Sang Goo
memberikan sumpit. Se Hee sudah siap tapi membuat gebrakan diatas meja dengan
sumpit.
“Maksudku,
sulit dipercaya orang yang begitu teliti tidak memastikan semuanya. Kau itu
'kan sangat teliti.” Kata Sang Goo membela diri.
“Apa itu
hal yang harus dikatakan seorang CEO? “Cinta itu sains. Dunia dimana setiap
orang bisa mencintai. Jalinlah hubungan dengan seseorang melalui data, bukan
telepon atau SMS” kata Se Hee membaca motto perusahan.
Ia pikir Semua data itu sempurna, bahkan
memeriksa wajahnya di Facebook. Yang paling penting isi kontrak, termasuk daur
ulang dan merawat kucingnya, bahkan Semuanya sudah sempurna. Sang Goo pikir kalau
Se Hee tak tahu bahwa teman satu rumahnya adalah wanita dan penasaran apakah ia
cantik atau manis. Se Hee hanya diam sama
“Kenapa
kau tidak jawab?” keluh Sang Goo. Se Hee hanya diam lalu menerima pesan dari Ji
Ho di ponselnya “Aku
akan tidur di rumah temanku malam ini. Jadi jangan merasa tak nyaman.” Sang
Goo terus mengoceh kalau berpikir wanita itu cantik.
Soo Ji
mengantar Ji Ho sambil bertanya Apa sutradara sudah menelponnya. Ji Ho baru
mengingatnya dan berpikir kalau sutradara itu sedang berpergian,
“Apa
menurutmu kau bisa mempercayai sutradara itu? Dia selalu bilang kalau mau
menggunakan skenario darimu.” Ucap Soo Jin merasa tak yakin, saat itu ponselnya
berbunyi.
“Ya, Ketua
Tim... Nanti kuperbaiki kalau sudah di kantor. . Sampai jumpa besok.” Ucap Soo
Ji di telp sambil mengeluh
“Apa itu
Kerjaanmu? Apa kau harus balik lagi ke kantor?” ucap Ji Ho. Soo Ji pikir
seperti itu.
“Sebenarnya
besok aku bisa memperbaikinya, tapi perasaanku tak tenang.” Kata Soo Ji. Ji Ho
juga berpikiran yang sama.
“Jika itu
hal yang harus Kau lakukan...,lebih baik selesaikan hari ini juga.” Ujar Ji Ho.
“Ini
harus kulakukan. Lagipula tak ada yang
mau membantuku.” Gumam Ji Ho lalu meminta agar menurunkan di halte bus saja.
Soo Jin
meminta kalau nelpnya apabil terjadi sesuatu dan apabila pria itu mencoba
bereaksi maka harus menyingkirknya. Ji Ho menganguk mengerti, setelah temanya
pergi berpikia kalau ia malah yang mencoba
beraksi pada pria itu tapi menurutnya sudah terlanjur terjadi.
Se Hee
pulang ke rumah dan melihat ada sepatu didepan pintu. Ji Ho berdiri saat Se He
masuk dan langsung membungkuk. Keduanya akhirnya duduk dengan wajah tegang. Ji
Ho meminta maaf dengan gugup dan itu alasanya datang.
“Waktu...di
halte bis...disana... Aku menciummu... Aku...sungguh minta maaf.” Ucap Ji Ho
gugup.
“Itu
offside... Itu bukan serangan biasa... Rasanya seperti offside saat kau menyerangku saat aku tidak berdaya.” Kata Se
Hee menatap ke arah depan dengan tatapan
kosong
“Ya, kau benar.
Rasanya seperti offside... Aku sungguh minta maaf. Apa kau sangat marah? Aku
juga pasti begitu...” kata Ji Ho
“Mara itu
pasti banyak perasaan yang memuncak.
Saat orang diserang, maka mereka merasa bingung dan tidak nyaman.” Kata Se Hee
“Kau
bilang Terserang? Apa Kau bilang aku menyerangmu? Bukan seperti itu. Aku
hanya... Aku hanya begitu terbawa
suasana malam itu..., tapi bukan berarti aku ingin melecehkanmu atau apapun dan
Bukan niatku untuk menyerangmu. Aku bica Serius. Percayalah padaku.” Ucap Ji Ho
berusaha menjelaskan walaupun sangat gugup
“Aku tahu
sebaiknya...aku harus keluar dari sini sekarang...,tapi... Aku tak punya tempat
tujuan. Aku menunggu pengumuman penerimaan
pekerjaan, dan kalau sudah dapat kerja..., maka aku pasti langsung
pindah. Aku sungguh minta maaf.” Ucap Ji Ho lalu bergegas pergi ke kamarnya.
Ji Ho duduk
didepan laptop melihat folder “Turtle Study Room” setelah itu mengirimkan pesan
melalui email “Pak Sutradara, apa hari Bapak lancar? Aku sudah memperbaiki
lagi skenario yang Bapak sukai. Jangan
merasa tertekan dan segera hubungi aku.” Akhirnya pesan pun terkirim.
Se Hee
masuk kamar dengan mematikan ruangan tengah, lalu mengunci pintunya. Ji Ho bisa
mendengar hanya bisa melonggo tak percaya kalau Se Hee yang mengunci kamar
bukan ia yang melakukan sebagai wanita karena ketakutan.
Ji Ho
tertidur di kamarnya dan dibangunkan dengan telp dari Sutradara Park. Sutradara
Park seperti mengetahui Ji Ho yang baru bangun tidur. Ji Ho langsung terbangun
mengelak kalau baru bangun. Dengan rambut yang masih basah ia merapihkan
rambutnya didepan restoran lalu melihat sosok pria yang disukainya selama 3
tahun duduk dalam restoran.
“Apa ini Drama
buat hari Jumat dan Sabtu?” ucap Ji Ho agak kaget.
“Ya. Atasan
ingin menayangkan melodrama masa muda yang ceritanya unik. Dan Lagipula, karena
kau sudah menulis sebanyak ini jadi tak ada salahnya kalau kita coba.” Ucap
Sutradara Park yang duduk bersama Yong Suk.
“Aku...
sangat berterima kasih.” Kata Ji Ho bisa tersenyum bahagia.
“Hei.. Kau
tahu ini drama pertamaku yang akan aku sutradarai. Semoga kalian berdua bekerja
sama dan membuatku menjadi mahakarya.” Ucap Sutradara Park pada Yong Suk. Yong
Suk pun memberikan senyumanya.
Yong Suk
duduk bersama dengan Ji Ho di dalam mobil. Ji Ho siap menulis. Yong Suk merasa pasti
ada lebih banyak cerita dan rahasia lagi
di tiap karakternya Dan di antara peran pendukungnya, ada satu orang yang
memerankan pelajar yang ingin menjadi penulis. Ji Ho bingung ingin tahu
alasanya.
“Maksudku...tidak
realistis namanya orang lulusan Univ. Seoul ingin jadi penulis skenario.” Kata
Yong Suk seperti menyindir
“Kau
bilang Tidak realistis? Tapi, ada beberapa sutradara ikut beberapa ujian, untuk
menjadi sutradara.” Kata Ji Ho
“Tapi itu
lain cerita... Itu berbeda karena mereka belajar buat dipekerjakan. Namun kalau
soal penulis, Mereka tidak pernah tahu kapan
mereka akan menjadi penulis. Seakan berjalan di terowongan gelap. Kenapa
seseorang yang punya masa depan menonjol melakukan itu?” kata Yong Suk. Ji Ho
hanya bisa tertunduk diam.
Ji Ho
masuk kamar dengan kesal melihat bukunya tertulis, Yoon Ji Ho, Universitas Nasional Seoul, lalu
teringat dengan Yong Suk untuk membuat sejarah dengan pekerjaan berbayar pertama merek dan tahu
kalau Ji Ho ingin menjadi seorang penulis terkenal.
“Ya, ini
bisa jadi kesempatan terakhirku... Aku bisa mewujudkannya... Aku akan menjadi
legenda.” Ucap Ji Ho memakai kacamata dan siap menuliskan naskah hanya berganti
pakaian.
Ketika ia
sedang tak ada ide memilih untuk membereskan urmah dari menyikat lantai kamar
mandi semua sudut ruangan dibersihkan, saat ada ide datang langsung kembali ke
dalam kamarnya.
Se Hee
duduk didepan mejanya pesan dari bank masuk “Pembayaran pinjaman Anda akanjatuh tempo pada tanggal 29
September. Suku bunga akan menjadi 3,2%. Jumlah total pinjaman Anda 187.260.000
won..., dan angsuran Anda sebesar 865 ribu won.”
Ia hanya
diam melihat cicilan yang harus dibayar, lalu berjalan pergi keruangan rapat.
Sang Goo melihat temanya terlihat binggung.
Se Hee
menuliskan di papan bagian atas “Neohee Bank, Pendapatan, Biaya, Cicilan pinjaman,
asuransi, makana, Upah dan sewa dari
penyewa, Makanan Kucing dan acara keluarga.
“Jika
begitu... Penghasilan dikurangi biaya hasilnya negatif 300 ribu, Tidak ada
biaya asuransi kesehatan, Tidak ada biaya rekreasi, lalu Mengubah biaya makanan
menjadi, 45 ribu won dan Tidak ada perubahan
makanan kucing” Se Hee sibuk sendiri dengan angka-angka diatap.
Sang Go
melonggo dari depan pintu bertanya apa yang sedang dikerjakan oleh temanya. Se
Hee mengatakan sedang mencoba menyesuaikan
biaya hidupnya untuk bulan depan. Sang Goo berpikir apakah orang seperti
See Hee bisa dapat penyewa di tempatnya.
“Aku
tidak pernah bisa membayangkanmu sebagai
orang yang bisa hidup dengan manusia
lain.” Ejek Sang Goo
“Aku butuh
uangnya. Jika sewa dibayar selama 10 tahun,
maka jadinya 36 juta. Jika upah bulananku dan uang sewa terjamin..., maka aku bisa
mengembalikan pinjamanku 12 tahun lagi.”
Kata Se Hee. Sang Goo kaget mendengarnya.
“Jika aku
pensiun usia 50 tahun, berarti 12 tahun
lagi sisaku bekerja. Harapan hidup rata-rata orang Korea 81,2. tahun. Aku pasti bisa menghabiskan 32 tahun di rumahku setelah aku pensiun. Lagipula
aku tidak akan berada di rumah selama
aku bekerja dan menghasilkan uang. Oleh karena itu, lebih baik mencari penyewa dan membayar kembali
pinjamanku dengan uang sewa sesegera mungkin. Itulah tujuanku.” Jelas Se Hee
seperti membuat semua seperti yang ada dibuku.
Sang Goo
hanya bisa mengangguk mengerti, lalu
melihat kalau Se Hee yang tidak akan dapat uang sewa bulan depan. Se Hee balik
bertanya itu karena siapa. Sang Goo pun hanya diam karena salah informasi kalau
teman sekamar itu adalah wanita.
Se Hee
pulang kantor dan kaget melihat Ji Ho tertidur tengkurap tanpa menutup pintu,
akhirnya perlahan menutup pintu. Lalu ia berjalan ke dapur binggung karena
semua terlihat bersih, bahkan lantai kamar mandi, tempat sampah, kucingnya juga
terawat dengan baik.
Akhirnya
Se Hee pergi ke kamar mulai memberikan nilai mulai dari Kerajinan, Penyortiran
Sampah, Kedewasaan, Kebersihan, Kucing. Dari Penyewa 1, Han Ji Sang, kalau kepribadian
yang tak sesuai dan Penyewa 2, Sim Jun Ho, perokok dan bawa pulang wanita.
Akhirnya
ia membuat juga untuk Ji Ho dari Kerajinan, Penyortiran Sampah, Kedewasaan,
Kebersihan, Kucing, pada tabel Alasan diskualifikasi adalah kelalaian tugas, ia
kebingungan menuliskan lalu berpikir apa Ji Ho tu alkoholik, Penggemar Chelsea,
marah ke kucing dan terlihat hasilnya Yoon Ji Ho, Penyewa 7
Sang Goo
kaget mengetahui hasilnya 4,7 menurutnya masuk akal dan menyarakan harus
tinggal bersamanya, karena mendapatkan nilai tinggi dari orang gila seperti Se Hee lebih sulit
daripada dapat nilai UN yang sempurna.
“Tapi aku
tidak bisa tinggal bersamanya.” Ucap Se Hee.
“Kenapa?
Ada banyak pria dan wanita yang serumah
belakangan ini. Dan Kau saja tidak tertarik
menjalin hubungan dengan siapa pun.” Kata Sang Goo.
“Tetap
saja aku tak bisa, Ini Terlalu berisiko.” Kata Se Hee. Sang Go heran resiko
seperti apa.
“Memang
apa yang bisa terjadi?” taya Sang Goo heran. Se Hee mengingat kejadian semalam
Se Hee
mengingat kejadian semalam. Ia menulis Alasan diskualifikasi adalah, karena Ji
Ho seorang wanita. Saat esok paginya, Se Hee melihat Ji Ho sedang menginjak
kaleng agar bisa dibuat ke tempat sampah. Keduanya saling menatap tampak
canggung, Se Hee akhirnya mendekat. Ji Ho pun menyapa Se Hee akan pergi ke
kantor.
“Kau
tidak perlu menyortir sampahnya lagi.” Ucap Se Hee. Ji Ho pikir kalau ini
tugasnya sebelum pindah.
“Permisi...
Apa kau memperbaiki ubin di kamar mandi?” ucap Se Hee.
“Ya.
Karena sepertinya sudah lama sekali tak dibersihkan., Jadi aku membersihkannya
akhir pekan lalu. Apa aku harus perlu izinmu buat membersihkan ubin itu?” kata
Ji Ho. Se Hee mengatakan bukan seperti itu maksudnya.
“Apa kau
juga membersihkan jendela di ruang
tamu?” tanya Se Hee.
“Ya. Aku
membersihkannya sebelum aku menulis...”
jelas Ji Ho. Se Hee menganguk mengerti.
“Tapi...
kenapa kau menciumku?” kata Se Hee. Ji Ho kaget dan hanya bisa bergumam kalau
Se Hee sudah gila.
“Kenapa
kau menanyakan itu?” tanya Ji Ho dengan banyak nenek dan kakek yang sedang
berkumpul untuk membuang sampah.
“Itu
sangat penting bagiku... Ini 'kan karena aku tinggal bersamamu.” Kata Se Hee.
Ji Ho pikir kalau ini tidak masuk akal.
“Menurutku
bukan itu yang bisa kita bicarakan saat
ini.” Tegas Ji Ho melirik kalau banyak orang. Se Hee melihat ada banyak orang
dan bisa mengerti.
Bersambung
2 ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar