Si pria
penjual ayam goreng memanggil kurirnya itu adalah Tae Seob kalau ini antaran
terakhir hari ini. Ia dengan sengaja sengaja menyisihkan satu potong ayam dalam
tiap ayam yang diantarnya. Saat itu Hong Joo pulang dan melihat si pria yang
memberikan potongan ayam pada kucing-kucing liar.
“Jadi Di
sanakah potongan ayam goreng yang hilang
itu? Baiklah, sebaiknya aku diam.” ucap Hong Joo merasatidak punya tenaga lagi.
Hong Joo
memasang plester pada luka ditanganya dan mengingat kembali pembicaraan dengan
Woo Tak, tentang pendapatnya kalau bermimpi soal kematian. Woo Tak pikir kalau
hanya perlu mengubahnya dan menurutnya bisa diubah.
Hong Joo
melihat lembaran note bertuliskan "Universitas Myunwon, Festival Lilin, 28
Maret, 20.00" Dalam mimpinya ada yang memegang kembang api, lalu seorang
pria seperti ingin melamar dengan membawa sebuket bunga dan ada yang
menyemprotkan salju buatan, tapi saat itu juga mengenai kembang api akhirnya
api menyambar tangan si wanita.
Hong Joo akhirnya
mengambil note yang ada di dalam mimpinya. Sementara Jae Chan tertidur bermimpi
Hong Joo oleh beberapa orang pria dan diperlakukan kasar, melihat spanduk
bertuliskan "Universitas Myunwon" lalu kembali terbangun dengan wajah
kaget.
Pagi
hari, Jae Chan melihat Jaksa Lee dan Hee Min ada didepan pintu lalu bertanya
apa yang mereka lakukan. Keduanya langsung menyuruh diam, di dalam ruangan
Jaksa Son sedang mengingterogasi si pria yang duduk dibangku penumpang.
“Aku pun
seorang ayah. Aku menangis kencang saat mendengar anak kehilangan orang tuanya Tapi
bukan aku yang menyetir. Aku hanya duduk di kursi penumpang. Aku tidak menyetir
dan tidak menewaskan mereka.” Ucap si pelaku
“Anda
tidak hanya duduk di kursi penumpang, tapi menyerahkan kunci mobil kepadanya dan
bahkan menyuruh dia untuk menghindari polisi.” Kata Jaksa Son merasa si pria
itu bersalah.
“Apa Menyerahkan
kunci kepadanya dianggap tindak kriminal? Lagi pula, orang lain akan memberikan
kunci itu kepadanya. Jadi walaupun kucegah, dia tetap akan menyetir malam itu.
Dan Jujur saja. Aku bukannya menarik kerah bajunya ataupun memukul dia untuk
memaksa dia menyetir. Aku hanya melakukan ini.” Kata Si pria berusaha
menyakinkan.
“Itu dan
sekadar menyarankan tidak bisa dijadikan alasan Anda memperlakukanku seperti
kriminal!” kata Jaksa Son.
Jaksa Lee
merasa kalau ini sangat memusingkan dan setuju kalau bukan sekadar saran. Hee
Min berpikir kalau Jaksa Son sangat keras kepala, karena Seharusnya mendengarkan
jaksa Park dan menyudahi kasus itu, bahkan Tidak menyangka memanggilnya lagi
untuk interogasi.
“Omong-omong,
kenapa kau di sini? Apa Kau sudah memutuskan apakah dia harus didakwa?”tanya
Jaksa Lee pada Jae Chan.
“Sebenarnya,
aku ingin meminta bantuanmu.” Kata Jae Chan. Hee Mi memilih untuk menghindar
kalau harus mewawancara seorang korban dan bergegas pergi.
“Aku
tiba-tiba ada urusan sore ini.” Ucap Jaksa Lee. Jae Chan meminta tolong agar
bisa menggantikan tugasnya malam hari ini saja.
“Ada
kutukan yang diketahui semua orang di sini. Hal buruk terjadi setiap kita
menggantikan shif orang lain jadi Sampai nanti.” Kata Jaksa Lee menolak
“Aku akan
menggantikanmu di akhir pekan.” Kata Jae Chan mencoba merayu
“Waktu
dahulu aku menggantikan orang, maka ada ledakan di bar karaoke.”kata Jaksa Lee.
Jae Chan pikir akan menggantikan saat liburan.
“Banyak
orang mati. Dari autopsi sampai pemeriksaan posmortem, banyak yang harus
dilaporkan. Akhirnya, kerjaanku menumpuk hanya karena menggantikan orang.” Kata
Jaksa Lee akan berjalan pergi
“Kalau
begitu, aku akan mengenalkanmu dengan gadis cantik.” Kata Jae Chan.
Jaksa Lee
langsung membalikan badan mengulurkan tangan memastikan kalau Hari ini. Jae
Chan sempat binggung tapi akhirnya menganguk membenarkan, lalu mengucapkan
terimakasih karena mau mengantikanya.
Woo Tak
kembali bertidur, dalam mimpinya Jae Chan dan Hong Joo sedang berjalan lalu
dikejar oleh beberapa orang dan langsung menerima perlakukan kasar. Hong Joo
sampai berteriak histeris dan saat itu Woo Tak pun terbangun dari tidurnya.
Tuan Oh
mengejek melihat Woo Tak akhirnya sudah bangun. Woo Tak mengelak kalau tidak
tidur. Tuan Oh pikir merasa lapar dan mengajak untuk pergi ke warung tenda,
karena Sosis sundae gorengnya sangat enak.
Woo Tak pikir kalau mereka patroli di
sekitar Universitas Myungwon. Tuan Oh setuju kalau mereka bisa makan sosis
sundae dulu lalu ke Universitas Myungwon. Woo Tak memutuskan akan menyetir jadi
patroli lebih dahulu. Tuan Oh mengaku kalau memang maksudnya seperti itu.
Ibu Hong
Joo melihat anaknya membawa alat pemadam dan bertanya mau kemana malam hari.
Hong Joo pikir akan pulang larut jadi meminta agar Jangan menunggunya. Ibu Hong
Joo ingin tahu anaknya akan pergi kemanan dan kenapa membawa alat pemadam.
“Aku
ingin menyelamatkan seseorang yang kulihat cedera di mimpiku. Dan Ibu,
berjanjilah kepadaku. Jika kali ini aku tidak bisa mengubah yang kulihat di
mimpiku dan menyelamatkan orang itu, maka pertimbangkan kembali aku ingin kembali
bekerja, oke?” kata Hong Joo lalu pergi.
Hong Joo
masuk ke kampus dengan banyak orang yang berkumpul dan ada kembang api lalu
penyemprot salju Sebuah spanduk besar terlihat "Cho Hee, terimalah
cintaku!" Seorang pria siap dengan sebuket bunga dan saat itu juga Hong
Joo langsung menyiram dengan pemadam sebelum terjadi kebakaran.
Si pria
terlihat marah dan si wanita merasa sangat membencinya lalu bergegas pergi.
Hong Joo bisa bernafas lega karena menyelamatkan si wanita dari musibah
kebakaran. Si pria terlihat marah
menatap Hong Joo.
“Maaf,
Aku pikir Kalian tidak akan percaya, tapi aku baru mencegah kecelakaan.” Ucap Hong
Joo. Si pria mendekati Hong Joo seperti ingin memukulnya.
“Siapa
wanita ini? Apa Kau tahu berapa lama kami menyiapkan ini dan seberat apa usaha
kami untuk ini?” ucap teman lainya terlihat ikut marah karena usaha mereka
gagal.
Hong Joo
pun memilih untuk berlari kabur dari kejaran pria-pria sangar, dan saat itu Jae
Chan menariknya bersembunyi dibalik semak. Hong Joo kaget Jae Chan datang
menyelamatkanya. Semua pria mencari Hong Joo dan memilih untuk pergi ke arah
lain mencarinya.
“Kenapa
kau di sini, Jae Chan?” kata Hong Joo. Jae Chan menyuruh untuk Hong Jo diam
bahkan tak memperbolehkan untuk mengintip. Setelah itu mengandeng tanganya
untuk keluar dari kampus.
Hong Joo
panik melihat gerombolan pria ada didepan mereka, Jae Chan melihata dan anak
jurusan lain sedang berbaris dan mengikutinya tanpa terlihat saat mereka lewat
didepan para pria. Mereka akhirnya pun selamat dari kejaran pria kampus.
“Aku
melihat seorang gadis terbakar di festival lilin dalam mimpiku, jadi menyemprot
pemadam api dan menyelamatkannya. Tapi kemudian aku sadar kalau dia... Astaga...
Kau tahu gadis di kafe itu, kan?” ucap Hong Joo merasa kalau itu Kebetulan
sekali.
“Apa Kau
kemari karena melihatku di mimpimu?” tanya Hong Joo bahagia. Jae Chan mengaku
kalau Woo Tak memberitah bahwa Hong Joo sering memimpikannya.
“Kenapa
bisa seperti itu? Apa kita seperti kutub
magnet yang berlawanan? Apa kita saling menarik karena alasan yang tidak bisa
dijelaskan atau Seperti takdir?” pikir Hong Joo.
“Maaf
soal hari itu, dan aku sangat berterima kasih.” Kata Jae Chan. Hong Joo hari
itu kapan maksudnya.
“Kau
membelaku di depan kolegaku saat di restoran.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengaku
tak membela tapi hanya berkata jujur. Jae Chan pikir akan menarik omongnya
saja.
“Omong-omong,
Apa kau sudah memutuskan? Apakah pria yang dihasut menyetir saat mabuk harus
didakwa Atau dibebaskan saja?” kata Hong Joo. Jae Chan mengatakan kalau si pria
harus didakwa.
“Kenapa?
Dia tidak menyetir, Apa Hanya karena dia menyerahkan kunci mobil itu?” kata
Hong Joo
“Itu
kriminal karena bukan masalah besar. Tidak memberinya kunci juga bukan masalah
besar. Seperti dia menghasut menyetir mabuk hanya dengan beberapa kata, dia
juga bisa mencegahnya hanya dengan beberapa kata. Dia bisa saja menyelamatkan
nyawa jika menganggap serius aksinya itu. Dia tidak melakukan hal yang tepat
karena tahu itu mudah, maka itu kriminal. Tindakannya sepele, itu yang
menjadikannya tindak kriminal.” Jelas Jae Chan.
Hong Joo
pikir Jae Chan berubah. Jae Chan mengaku kalau itu karena seseorang. Saat itu
gerombolan pria melihat Hong Joo ada diseberang jalan, mereka siapa untuk membalas dendan dan akan
memberikan pelajaran ketika akanmenyeberang jalan, mobil Woo Tak datang.
“Permisi.
Aku Letnan Han Woo dari Polsek Sangku. Kau menyeberang dengan sembarangan dan
melanggar Pasal 10 Bab 2” ucap Woo Tak.
“Apa
maksudmu? Kami bahkan tidak menyeberang dan menunggu lampunya berubah warna
hijau. “ kata Si pria
“Aku
mendengar semuanya, Siapa wanita itu? Kalian bilang dia akan merasakan
akibatnya. Hei.. Berandal, kalian mau memukuli orang, kan?” ucap Tuan Oh ikut
memarahinya. Si pria mengelak kalau tak
melakukanya,
“Jangan
berkeliaran seperti anjing mencari daging busuk Memukul orang itu tidak baik.
Jadi Ikut aku. “ kata Tuan Oh. Woo Tak bisa tersenyum karena menyelamatkan Hong
Joo yang berjalan pulang dengan Jae Chan.
Cho Hee
pulang dengan temanya tapi seperti merasakan sesuatu. Temanya bertanya apakah
Cho Hee terluka. Cho Hee memegang tangan seperti merasa anehh karena tanganya
seperti ada rasa terbakar, saat itu ponselnya berdering, ia pun bergegas masuk
ke dalam kamar mayat.
“Oppa... Apa...
Apa yang terjadi?” ucap Cho Hee melihat seorang anak yang terbujur kaku dan
pria pemilik kedai ayam juga terluka parah.
“Cho Hee,
apa yang harus kita lakukan? Dia tidak bangun.” Ucap si pria histeris. Cho Hee
panik berpikir kalau itu hanya mimpi saja.
“Kenapa
tubuhnya sangat dingin? Kumohon, bangun... Ini aku, Cho Hee. Kumohon...” ucap
Cho Hee panik memegang tangan si anak.
Sementara
di sisi ruangan, Jaksa Lee mengeluh karena menggantikan Jae Chan jadi harus melakukan posmortem ini, menurutnya
kutukan itu terbukti benar. Tuan Choi memberitahu Adiknya tidak mengenakan
sabuk pengaman jadi Benturan itu menyebabkan tengkoraknya retak dan lehernya
patah.
“Astaga,
kenapa dia tidak memakai sabuk pengamannya?” ucap Jaksa Lee sudah siap dengan
sarung tanganya.
“Untuk
kecelakaan sebesar ini pendarahannya tidak banyak. Apa Kita mulai autopsinya?”
kata Jaksa Lee meminta mereka sedikit menyingkir.
“Tidak....,
jangan lakukan autopsi.” Ucap Si pemilik restoran. Jaksa Lee menjelaskan kalau
itu dilakukan Agar tahu penyebab pasti kematian...
“Jangan,
kumohon... Aku yang menyebabkan dia mati. Dia bisa saja naik bus, tapi aku... Aku
menyetir, dan menewaskan dia.” Kata si pria
“Batalkan
autopsinya, karena itu permintaan keluarga korban.” Kata Jaksa Lee memberikan
berkasnya. Tuan Choi ikut keluar tapi merasakan ada sesuatu yang aneh dengan
mayat korban. Di ruangan mayat, Choi Hee masih saja menangis kepergian adiknya.
Hong Joo
pulang ke rumah kaget melihat ibunya yang
membeli banyak kepiting dan sedih membersihkanya. Ibunya hanya diam
saja. Hong Joo dengan bangga memberitahu kalau sudah menyelamatkan orang itu
yaitu Gadis yang dilihat terluka di mimpinya jadi ia menagih janji ibunya.
“Ibu
tidak menjanjikan apa-apa. Itu hanya asumsimu saja.” Tegas Nyonya Yoon tak
ingin anaknya celaka.
“Ibu tahu
betapa aku suka menulis di buku harianku. Aku tidak bisa tidur satu jam pun
selama masa percobaanku, tapi aku tetap menulis di buku harianku setiap hari. Aku
terbiasa mengisi belasan lembar dengan hal jahat tentang seniorku. Tapi
belakangan ini, aku hanya menulis enam kata, yaitu "Hari ini tidak berbeda
dari kemarin." Aku bahkan bisa menulis lebih dulu dan Besok juga tidak akan berbeda. Yang kutulis
sepanjang tahun lal kurang dari yang biasa aku tulis dalam sehari.” Ucap Hong Joo.
Nyonya Yoon
tak mengerti maksud ucapan anaknya itu,
Hong Joo mengaku akalu hanya ingin hari ini sedikit lebih baik adan tidak
ingin menyia-nyiakan hidup hanya karena takut akan mimpinya. Ibunya pun
bertanya apakah maksudnya Hong Joo ingin kembali bekerja Setelah melihat dirimu
sendiri mati sebagai reporter dalam mimpinya.
“Aku
tidak akan mati. Aku hanya perlu mengubah yang kulihat dalam mimpi itu. Aku
bisa mengubah mimpiku sejak bertemu Jae Chan dan Woo Tak. Maksudku, hari ini
juga dan Itu memberiku pencerahan. Yaitu "Ada satu hal yang aku tahu pasti
tentang hidup."” Kata Hong Joo. Ibunya ingin tahu apa itu
“Bahwa
tidak ada yang tidak bisa diubah dalam hidup. “ungkap Hong Joo
“Jadi, kau
sebenarnya bukan meminta izin ibu tapi Kau hanya memberi tahu ibu.” Kata Nyonya
Yoon. Hong Joo mengaku tidak akan
kembali bekerja jika tidak Ibunya izinkan. Nyonya Yoon hanya diam saja.
Pagi hari
Woo Tak
membuka kotak susu yang ternyata sudah
basi, lalu memanggang roti dan akhirnya malah gosong, ia pun hanya bisa
membuang semua sarapan di tempat sampah.
Jae Chan keluar dari kamarnyanya melonggo binggung karena banyak asap.
“Aku
bertugas membuat sarapan. Apa aku ini hebat? Aku koki andal. Aku akan memanggang
makerel untukmu saat kau ke rumah dan libur. Aku tahu cara memanggang makerel
dengan sempurna.” Ucap Seung Won berbicara di telp dan terlihat ikan makarel
yang gosong
“So Yoon,
itu bohong! Mintalah dia mengubahnya ke panggilan video!” teriak Jae Chan.
Seung Won panik mendorong kakaknya untuk pergi saja. Jae Cha sengaja berteriak kalau Kebakaran
karena banyak asap.
Woo Tak
makan sandwich dengan menuliskan dalam bukunya "Mimpi Jae Chan, mimpi Hong
Joo, mimpiku" Jae Chan melihat Woo Tak langsung duduk didepanya dengan
bertanya apakah mereka biasa sarapan, lalu bertanya kenapa datang ke restoran
sandwich. Woo Tak memberitahu kalau sudah membuat roti panggang, tapi gosong
jadi memilih sandwich agar membuatnya kenyang. Jae Chan mengaku kalau Pagi harinya sama
seperti Woo Tak
“Ya, ada
yang ingin kutanyakan, Soal kecelakaan itu. Menurutku itu sangat aneh. Kau
jelas menyelamatkan aku, tapi anehnya, aku merasa seperti tertabrak mobil dan
mati saat itu. Rasanya... Rasanya seperti mimpi. Apa hal seperti itu pernah
terjadi padamu? Seolah kau kembali hidup setelah nyaris mati.” Ucap Woo Tak
masih ingat kejadian diselamatkan oleh Jae Chan.
“Aku juga
pernah merasakannya.” Akui Jae Chan. Woo Tak kaget ingin tahu kapan itu terjadi
“Saat aku
masih sangat kecil. Aku terjatuh ke dalam air, dan seseorang menyelamatkan aku.
Aku selamat berkat anak itu, tapi anehnya, aku merasa seperti tenggelam. Itu
terasa sangat nyata.” Ungkap Jae Chan mengingat saat masih SMP ada seorang
berambut pendek menyelamatkanya tapi ia seperti tenggelam dengan tali terbelit
ditubuhnya.
“Ini
sudah kuduga... Anak yang menyelamatkanmu itu Hong Joo, kan?” ucap Woo Tak
yakin.
Jae Chan
hanya bisa melonggo binggung. Woo Tak meminta Jae Chan agar mendengarkan hipotesisnya
dan sangat berterima kasih kepada Jae Chan karena perasaan itu. Ia berpikir, dalam
hati Jae Chan "Aku bisa saja mati. Aku ingin membalas budi kepadamu karena
telah menyelamatkanku."
“Pemikiran
itu pasti yang memulai mimpi-mimpi itu. Mimpi di mana aku bisa melihat masa
depan penyelamatku. Kau terus melihat Hong Joo di mimpimu, jadi, pasti dialah
yang menyelamatkanmu. Jadi Bagaimana menurutmu?” ucap Woo Tak
“Itu
sungguh tidak masuk akal. Anak yang menyelamatkanku anak lelaki, jadi bukan
Hong Joo.” Kata Jae Chan mengingat rambutnya pendek. Woo Tak memastikannya, Jae
Chan sangat yakin.
“Aku
memanggilnya Kastanye, yaitu anak lelaki yang suka bisbol, yaitu Anak lelaki
kuat dan berani.” Kata Jae Chan.
Di rumah,
terlihat foto Hong Joo dengan rambut pendek bersama ayah dengan perlengkapan
baseballnya. Hong Joo memanggil ibunya kalau sudah pulang kerumah, dan
memberitahu aklau da diskon di pasaraya, ketika membuat pintu wajahnya terlihat
kaget.
Di luar
rumah, Jae Chan membuang sampah binggung melihat ikan yang gosong, apakah masih bisa
dikategorikan sebagai kompos. Ibu Hong Joo melihatnya berpikir kalau itu makerel
yang diberikan. Jae Chan ingin menyangkal tapi akhirnya mengaku kalau Memanggang
ikan ternyata lebih sulit dari yang diduga, karena Mengontrol panasnya juga
sulit.
“Astaga.
Bagaimana jika kalian datang setiap pagi untuk sarapan?” kata Ibu Hong Joo. Jae
Chan langsung menolaknya.
“Ayolah.
Aku ingin meminta bantuanmu sebagai gantinya, ini Soal Hong Joo. Kau tidak tahu
alasan dia memutuskan cuti, bukan? Dia bermimpi akan tewas sebagai reporter, Karena
itu aku meminta dia untuk segera berhenti kerja.” Cerita Ibu Hong Joo. Jae Chan
kaget mendengarnya.
“Kau
tahu, kan? Mimpi-mimpinya agak istimewa.” Kata Ibu Hong Joo. Jae Chan menganguk
kalau mengetahuinya.
“Tapi dia
malah ingin kembali bekerja dan Seharusnya aku tidak termakan bujukannya. Aku
memutuskan membiarkan dia karena kasihan kepadanya. Aku sedih melihat dia
menahan diri melakukan yang diinginkan.” Cerita Ibu Hong Joo.
Hong Joo
ada dikamarnya tak percaya ibunya mempersiapka dua baju kerjanya dan juga
sepatu, matanya berkaca-kaca ternyata ibunya mendukungnya. Di Luar rumah, Jae
Chan hanya diam medengar cerita Ibu Hong Joo. Ibu Hong Joo bertanya makanan apa
yang disukai oleh Jae Chan, apakah Korea, Tiongkok, atau Barat, karena ia
sudah mengelola banyak restoran, yang
semuanya bangkrut jadi bisa membuat segala macam makanan.
“Kau
hanya perlu memberitahuku, jadi apa yang kau dan adikmu suka. Aku akan
membuatkan sarapan untuk kalian setiap hari. Ini Gratis, tidak perlu bayar.” Ucap
Ibu Hon Joo.
“Astaga.
Kenapa Anda tiba-tiba menawarkan membuatkan sarapan?” pikir Jae Chan merasa tak
enak hati.
“Kau pasti
tahu, aku hanya ingin berterima kasih. Kudengar kau beberapa kali menyelamatkan
purtiku. Jadi Aku ingin membalas budi. Selain itu, seandainya kau membantunya
lagi... Jangan sampai itu terjadi... Tapi jika hal seperti itu terjadi, maka tolong
lindungi Hong Joo.” Pesan Ibu Hong Joo.
Jae Chan
kembali ke rumah mengingat saat Hong Joo bertanya apakah ia harus kembali
berkerja atau tidak. Ia pikir Bukan
karena Hong Joo tidak mau kembali tapi ia takut dan ingin kembali bekerja.
“Ekspresi
wajah bisa menipu.” Gumam Jae Chan bisa melihat wajah Hong Joo.Sementara Hong Joo masih tak percaya kalau ibunya mendukung keinginan dan percaya kalau bisa merubah keadaan yang akan tewas.
Hong Joo
pergi ke kantor dengan menaiki bus, sambil menatap cermin cembung menyakinkan
diri kalau dirinya pasti bisa melakukanya. Beberapa orang di halte hanya bisa
menatap heran melihat Hong Joo yang berteriak sendirian. Jae Chan pun melihat
dari kejauhan.
“Terkadang,
kita bisa membaca suasana hati, pikiran, dan perasaan orang dari ekspresi
wajahnya seperti membuka buku.” Gumam Jae Chan ikut naik bus dan menatap Hong
Joo yang duduk menerima telp dari ibunya.
“Tapi
sebagian orang bisa menggunakan ekspresi wajahnya sebagai topeng untuk menutupi
suasana hati, pikiran, dan perasaan mereka. Tapi ada saat-saat yang meruntuhkan
batasan antara tipuan itu dan kebenaran.
Saat itu
di depan ruangan kremasi, Cho Hee memegang foto adiknya. Si pria menangis
histeris kepergiaan adiknya, tapi terlihat ada senyuman dari pembunuh berdarah
dingin dan terlihat dijalan banyak kucing-kucing yang tergeletak mati setelah
diberi makan oleh si pemilik restoran.
“Kebenaran
yang tidak dapat dilihat siapa pun. Hal-hal yang kau tidak ingin orang ketahui.
Ada saat-saat di mana mereka ditampakkan pada dunia. Jangan memejamkan mata
jika kita menghadapi saat-saat itu dan Jangan berpura-pura tidak melihatnya.
Jangan menghindarinya dan Hadapilah dengan ikhlas.”
Hong Joo
berdiri didepan kantor SBC, terlihat sangat gugup sampai tak bisa melangkah
ketika lampu hijau untuk pejalan kaki. Jae Chan datang langsung mengenggam
tangan Hong Joo untuk menyebrang jalan. Hong Joo sempat kaget tapi akhirnya
mengikuti langkah Jae Chan untuk menyeberang jalan.
Hong Joo
masuk ke dalam ruangan dengan penuh semangat, beberpaa orang menyapanya mengucapkan
Selamat datang kembali. Ketua Tim pun menanyakan keadaan Hong Joo sekarang. Doo
Hyun melihat Riasan mata Hong Joo yang berantakan dan menyuruhnya agar bercermin.
“Aku
menaruh seragammu di meja sebelah sana.” Ucap Doo Hyun, ketua tim mengejek Doo Hyun menyiapkan semua untuknya
dan sangat munafik.
“Kapten!
Aku menjadi lupa gara-gara Anda!” keluh Doo Hyun kesal karena sedang menyatukan
potongan kertas. Si ketua tim mengaku kalau memang sengaja sedang
mengganggunya.
Hong Joo
melihat seragam warna biru dan ID cardnya, teringat kembali dirinya tewas
dengan pakaian seragam yang sama. Doo
Hyun memberitahu mendapat desain seragam baru dan bosan dengan warna ungu. Hon Joo hanya terdiam melihatnya.
Flash back
Depan
gedung SBC, Jae Chan mengejek kalau menyeberang jalan sulit bagi Hong Joo. Hong
Joo pikir itu karena sudah lama tidak datang ke kantornya jadi Semua terasa
beratdan entah kenapa merasa sangat gugup. Jae Chan pun mengoda akan
mengantarnya sampai masuk ke dalam kantor saja.
“Kenapa
kau seperti ini? Aku akan salah paham lagi. Aku akan mengikutimu dan memintamu
mengantarku ke kantor setiap hari. Aku juga akan memaksamu untuk melindungiku.”
Ucap Hong Joo mengejek.
“Kita
bisa melakukan itu, jadi Mintalah aku melindungimu, hampiri dan ganggulah aku.
Bahkan Mintalah untuk mengantarmu pulang dan mengantarmu ke tempat kerja. Aku
akan mencobanya...Itu... Aku akan melakukannya jika itu bisa membuatmu lega.” Ucap
Jae Chan
“Kenapa
kau seperti ini kepadaku? Kau terdengar sungguh-sungguh.” Kata Hong Joo tak
percaya. Jae Chan mengaku kalau memang yang dikatakan sangat serius.
Hong Joo
tiba-tiba menangis. Jae Chan tak percaya hanya Karena itu Hong Joo bisa
menangis. Hong Joo mengaku kalau menangis karena mempercayai Jae Chan dan
sangat merasa lega bahkan sangat ingin mendengar itu jadi Karena itu aku menangis,
lalu melihat dari ponselnya.
“Astaga,
riasanku berantakan.” Kata Hong Joo lalu menarik dasi Jae Chan untuk menghapus
air manya. Jae Chan mengeluh kalau Hong Joo tak boleh melakukan itu.
“Katamu
kau akan melindungiku. Apa Ini saja tidak bisa?” kata Hong Joo sambil
merapihkan riasan dari air matanya, lalu sengaja menyadarkan kepalanya di dada
Jae Chan.
“Jangan
menghindariku hari ini.” Ungkap Hong Joo dengan bersandar di dada Jae Chan. Jae
Chan pun memeluk Hong Joo sambil menepuknya.
Doo Hyun
bertanya apakah Hong Joo tak suka dengan seragam barunya. Hong Joo dengan
senyuman mengaku sangat menyukainya. Jae Chan berdiri didepan gedung melihat
ada bekas eyeliner di dasinya, lalu berjalan menatap gedung tempat Hong Joo
seperti sudah siap melindunginya.
Bersambung
ke episode 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar