PS :
All images credit and content copyright : KBS
Shi Kyung
terlihat senang karena akan pergi dengan Bom dan mereka juga bisa melihat laut.
Bom melihat ponselnya berdering dan itu telp dari Shi Kyung yang diberi nama “Bernard” lalu
menerima sebuah pesan “ Mari kita melihat laut. Aku akan menunggumu pada hari Sabtu
jam 8:00 pagi di terminal.” Saat itu juga ibunya menelp tapi Bom
seperti enggan mengangkatnya.
Nyonya Oh
melihat Tuan Kim yang sudah mengunakan setelah jas dan tampak sangat cerita,
tak terlihat seperti orang sakit dan ingin bunuh diri. Ia pun membahas tentang
ibu Tuan Kim yang akan datang. Tuan Kim membenarkan.
“Kudengar
dia tidak bisa datang sendiri. Kurasa ada yang membawanya kesini. “ kata Nyonya
Oh
“Ya, tapi
aku tidak tahu siapa itu.” Kata Tuan Kim
“Aku akan
berterimakasih kepada siapa pun itu. Kau pasti bersemangat.” Kata Nyonya Oh
“Aku
tidak bisa tidur, bahkan untuk mengedipkan mata. Jujur saja, aku masih tidak percaya
ini benar-benar terjadi.” Ungkap Tuan Kim.
“Aku
merasa lega melihat cuaca yang sangat bagus.” Kata Nyonya Oh terlihat ikut
senang melihat Tuan Kim.
“Perjalanan
kami ke laut sangat berbeda dari apa yang semula aku bayangkan.” Gumam Shi
Kyung sudah sampai di halte bus.
Saat itu
Shi Kyung baru keluar rumah, ibunya tiba-tiba datang mengeluh Shi Kyung
yang tidak menjawab teleponnya dan
mengajak bicara di dalam. Shi Kyung mengatakan harus pergi ke suatu tempat
sekarang. Ibunya terlihat marah karena berangkat pagi-pagi hanya untuk
menemuinya jadi menyuruh untuk segara masuk ke dalam rumah.
“Ibu
mendapat telepon dari sekolah dan mendengar kalau kau beberapa hari tidak
berangkat sekolah. Kenapa kau di sini jika tidak ingin sekolah? Apa karena
ayahmu yang hebat itu?” ucap Ibunya marah setelah masuk kamar anaknya.
“Jika aku
tidak di sini, apa yang bisa Ibu lakukan untukku? Apa yang akan Ibu lakukan? Yang
harus kulakukan adalah tetap berada di luar penglihatan Ibu. Kenapa Ibu
bersikap seperti ini?” kata Bom marah. Ibu Shi Kyung tak percaya anaknya bisa
mengatakan hal itu.
“Apa aku
pernah meminta sesuatu pada Ibu? Ibu tidak tertarik padaku, jadi kenapa Ibu
melakukan ini padaku? Apa Karena kau adalah ibuku atau Karena kita keluarga?”
ucap Bom meluapkan semuanya. Ibu Shi Kyung kaget anaknya bisa mengatakan hal
itu.
“Aku
tidak tahu apa arti sebuah keluarga. Ibu membesarkanku seperti ini, jadi apa
yang Ibu harapkan dariku?” kata Bom
“Apa yang
akan kuharapkan? Hiduplah seperti siswi SMA biasa. Dengan Pergi ke sekolah,
belajar, dan jangan membuatku kesal.” Kata Ibu Shi Kyung
“Apa itu
yang tampak normal bagi Ibu? Hal seperti itu sangat sulit bagiku. Apa kau tahu yang
diharapkan?” kata Bom.
Shi Kyung
sudah menunggu di halte merasa sedih karena tidak datang dan hatinya terasa
seperti musim dingin. Ia pun menariki bus measa Pada akhir perjalanan ini,
seperti telah dikhianati. Bom berlari ke halte bus dengan sepeda motornya, tapi
tak bisa menemukan Shi Kyung.
Di rumah
sakit
Dokter
menanyakan keadaan Tuam kim lebih dulu,
dan meminta agar menaarik napas dalam-dalam. Tuan Kim terlihat tegang
sebelum masuk ke dalam ruanga mengikuti petunjuk dokter, lalu pintu pun
bergeser. Terlihat seorang wanita tua dengan pipi yang bersemu merah.
Tuan Kim
langsung bersimpuh di kaki ibunya, memohon ampun. Ibunya pun menangis memeluk
anakya yang sudah lama tak ditemuinya. Nenek Kim dan Nyonya Oh melihat kalau
Shi Kyung yang membawa ibu Tuan Kim sampai kerumah sakit.
“Aku
melihat kedua orang itu menangis keras sekali. Ada sesuatu yang membuatku
merasa kasihan. Dan juga... Aku tahu... apa yang perlu kukatakan pada Bom.”
Gumam Shi Kyung keluar dari ruangan.
Shi Kyung
mengirimkan pesan pada Bom “ Aku perlu bertemu denganmu sekarang. Dimana kau?
Di mana kau sekarang?” lalu pesan diterima. Shi Kyung tak percaya kalau Bom
mengingat saat pertama kali bertemu lalu berlari keluar dari rumah sakit dan
melihat Bom sudah berdiri dengan bersandar di pohon.
“Apa
perjalananmu menyenangkan?” tanya Bom. Shi Kyung mengangguk dengan
memberitahu sudah menunggu lama di
terminal pagi ini.
“Aku
pergi ke terminal. Tapi Aku terlambat, dan kau sudah pergi.” Kata Bom.
“Seharusnya
kau menelepon.” Ucap Shi Kyung. Bom pikir
Sudah dilakukan. Shi Kyung akhirnya berjalan mendekati Bom sambil
bergumam kaalu tidak perlu mengatakan
sesuatu yang keren.
“Mengenai
kita berkencan...” kata Shi Kyung merasa kalau tidak perlu berlatih.
“Aku
ingin memberikan jawabanku sekarang.... Ayo berkencan..” kata Shi Kyung. Bom
setuju dengan mengulurkan tangan untuk saling berjabat tangan.
“Jika kau
meneleponku sambil menangis, maka aku akan lari untuk menemuimu seperti orang
gila.” Kata Shi Kyung. Bom pun menganguk setuju, keduanya saling bertatapan.
“Satu kata yang mengikat kami itu
sudah cukupm yaitu “Baik. Ayo berkencan.”
Shi Kyung
pergi menemui Nenek Oh mengembalikan uang yang diberikan selama ini mengaku
kalau Alasan mengajari cara bermain Go-Stop karena itu adalah sesuatu yang
dikuasai dan juga senang melakukannya.
“Tapi,
dibayar untuk melakukannya... Memang benar kalau aku tidak punya uang, tapi
dibayar untuk melakukannya... Aku merasa sangat buruk. Dan Aku menggunakan
10.000 won untuk makan hamburger dan minum dengan temanku. Nanti Aku akan
membayar Anda kembali.” Kata Shi Kyung
“Aku
ingin kau memiliki ini.” Ucap Nenek Oh memberikan cincinya. Shi Kyung melonggo
kaget.
Shi Kyung
keluar dari rumah sakit terlihat binggung, lalu menerima telp dari Joo Yeon
sebagaiKetua kelas. Joo Yeon terlihat marah pada ia dan juga Bom. Semua
berkumpul di ruang latihan.
“Kau dan
Bom bertanggung jawab atas tarian itu, tapi kalian menghancurkannya. Sekarang,
kalian meninggalkan kami seperti ini.” Ucap Joo Yeon marah
“Aku
tidak pernah mengatakan akan bertanggung jawab.” Kata Shi Kyung
“Meskipun
begitu, kita tidak bisa menari, jadi perlu melakukan sesuatu yang lain.” Kata
Joo Yeon. Shi Kyung ingin tahu kenapa mereka harus melakukannya.
“Shi
Kyung dan Bom mungkin tidak terbiasa dengan hal-hal ini. Mereka berasal dari
Seoul.” Kata Min Suk
“Selain
itu, mereka berdua sibuk akhir-akhir ini.” Ungkap Ga Ram dengan senyuman penuh
arti.
“Apa kalian
berdua berkencan?” tanya si wanita berwajah tambun. Bom langsung membenarkanya.
Semua
langsung menjerit bahagia karena akan makan Ayam, Joo Yeon terlihat kesal
meminta mereka untuk tenang. Shi Kyung binggung melihat mereka bertanya kenapa
teman-temanya seperti bertingkah berlebihan.
Shi Kyung menjelaskan Wakil kepala sekolah mengatakan kalau akan
mentraktir ayam untuk kelas yang punya pasangan pertama kali.
“Bernard,
kau harus tahu apa yang akan kita lakukan untuk talent show kita besok. Kita
bertemu di sini lagi besok.” Tegas Joo Yeon lalu keluar dari ruangan. Temannya
pun mengikutinya keluar dari ruangan.
Shi Kyung
keluar dengan Bom dan Ga Ram, sambil mengeluh Ga Ram itu jadi bermulut besar.
Ga Ram pikir hanya mengatakan kalian sibuk. Shi Kyung pikir itu hanya lelucon
kalau tidak pernah ada pasangan. Ga Ram mengatakan Bukan begitu, kalau Ada satu
pasangan,tapi sudah lulus dan menikah.
“Kami
semua seperti keluarga juga dan Keluarga tidak bisa berkencan satu sama lain.”
Kata Ga Ram. Bom mengeluh merasakan lapar.
“Benar,
'kan? Apa Kau lapar? Haruskah kita makan sesuatu?” kata Shi Kyung bersemangat
“Aku
harus pergi ke Hospice, karena Ayahku ingin aku datang.” Ucap Ga Ram sudah
mengerti.
“Hei..
Tunggu... Aku juga harus mampir ke Hospice.” Kata Shi Kyung, Ga Ram heran Shi
Kyung akan kesana padahal masih pagi.
“Temukan
tempat seperti terakhir kali, dan kirimi aku fotonya. Itu menyenangkan.”
Kata Shi Kyung. Bom pun setuju
membiarkan Shi Kyung pergi dengan Ga Ram lebih dulu.
Joo Yeon
menangis seperti sangat sedih mendengar Shi Kyung sudah berkencan dengan Bom.
Temanya tak percaya kalau Joo Yeon itu menyukai Shi Kyung, ingin tahu apa yang
disukai dan sudah berapa lama menyukainya. Joo Yeon mengaku Sejak berlutut di
depan Yong Gi. Temannya ingin tahu alasanya.
“Dia terlihat
sangat keren saat itu.”ungkap Joo Yeon. Temanya mengartikan kalau Joo Yeon yang
mengirim surat itu
“Ya, aku
khawatir dia sebenarnya adalah gangster pengganggu.” Ungkap Joo Yeon. Temanya
terlihat benar-benar tak percaya kalau Joo Yeon benar-benar menyukai Shi Kyung.
“Aku
sangat iri padamu. Aku juga ingin menyukai seseorang... Maksudku bukan Park Bo
Gum, tapi seperti dalam kehidupan nyata.” Ungkap temanya.
“Apa
pendapatmu tentang Yong Gi? Ji Hye dan Yong Gi terlihat sangat serasi saat
bersama.” Kata Joo Yeon. Ji Hye menegaskan kalau Yong Gi menakutkan. Joo Yeon
pikir bisa dengan Ga Ram.
Nenek Oh
terlihat tertidur di ranjangnya, Nenek Kim memijat kaki temanyanya, sementara
Menantunya terlihat gelisah mondar mandir. Nenek Kim menyuruh menantu Nenek Oh
diam karena Ibu mertuanya sudah tertidur. Shi Kyung memegang cincin milik
Nenek Oh ingin dikembalikan tapi
menundanya.
Pesan
dari Shi Kyung masuk “Datanglah ke tempat kerjaku.” Shi Kyung sudah duduk di meja
sambil berharap ada pesan masuk ke dalam ponselnya. Shi Young datang menemui
kakaknya. Shi Kyung bertanya apa lagi sekarang.
“Ini 10.000
won yang kuambil darimu sebelumnya. Dan ini Hanya mencoba untuk mengucapkan
terima kasih.” Kata Shi Young membelikan kakaknya Youghurt dan juga
mengembalikan uanganya.
“Coba Lihat?
Kakakmu adalah yang terbaik.” Katat Shi Kyung banga. Shi Young seperti tak
yakin kakaknya bisa melakukan ini untuknya.
“Oh ya,
apa kau sudah meminta maaf kepada Nenek?” kata Shi Kyung. Shi Young pikir Kenapa
harus meminta maaf
“Nenek
tinggal di Hospice sampai malam atau bersama temannya setiap malam karena dirimu.”
Kata Shi Kyung
“Kenapa
itu karena aku? Nenek sedang sibuk.” Kata Shi Young tak peduli.
“Aku jelas
mendengarnya mengatakan kalau kau menyukainya saat dia pulang terlambat. Jadi Bersikaplah
baik padanya.” Kata Shi Kyung lalu menerima pesan dari Bom
Ia
bertanya pada adiknya dimana tempat itu. Shi Young memberitahu Ada sungai di belakang sekolah. Shi Kyung
bergegas pergi, Shi Young tahu kakaknya itu mau menemui Bom dan sudah mendengar
keduanya resmi berkencan.
“Butuh
satu menit 30 detik untuk rumor menyebar di sekolah ini. Ada apa dengan selera Bom
pada pria?” ejek Shi Young. Shi Kyung hanya bisa mengumpat pada adiknya yang
kembali menyebalkan.
Shi Kyung
memperlihatkan cincin pemberian Nenek Oh kalau itu Harganya miliaran. Bom
bertanya kenapa Shi Kyung bisa memilikinya, Shi Kyung juga tak tahu.
Flash
Back
Nenek Oh
memberikan cincin pada Shi Kyung dan bisa menerimanya. Shi Kyung pikir Nenek Oh
bercanda dan kenapa harus memberikan ini padanya. Nenek Oh berpesan agar Jangan beritahu siapapun tentang hal itu
karena akan menjadi masalah besar jika anak-anaknya mengetahui hal itu.
“Tidak,
saya tidak menginginkannya.” Kata Shi Kyung dan saat itu mertuanya datang
menyambut nenek Oh dengan senyuman palsu.
“Kudengar
nafsu makanmu kembali. Aku membawakan bubur wijen hitam yang sangat Ibu sukai.
Aku membuatnya dengan sangat baik.” Ucap Si menantu.
“Aku
tidak menginginkannya. Kau mungkin sudah memasukkan racun.” Kata Nenek Oh
Menantunya
meminta Nenek Oh agar tak bersikap seperti itu dan ingin menyuapi karena
makanannya masih hangat. Tapi Nenek Oh langsung mendorongnya sampai jatuh ke
lantai. Shi Kyun menatap si bibi seperti pernah bertemu.
Ia
mengingat saat di restoran, Bibi itu yang menyiram Shi Kyung dengan es kopi dan
dengan sinis ingin tahu nama sekolah dan wali kelasnya, bahkan meminta untuk
orangtuanya sekarang. Shi Kyung pun bisa mengenal si bibi yang membuat Shi
Kyung hampir dipecat. Si bibi pun panik melihat Shi Kyung ada bersama ibu
mertuanya. Nenek Oh pun menyuruh Shi
Kyung, pergi lebih dulu.
Shi Kyung
keluar dari ruangan, tiba-tiba si anak menantu memanggilnya. Shi Kyung dengan
suara lantang bertanya apa yang dinginkanya. Si anak menantu menyuruh Shi Kyung
untuk memelankan suaranya.
“Kau
siapa? Kenapa kau bersama ibu mertuaku? Apa yang kau inginkan?” ucap si bibi.
Shi Kyung berteriak marah
“Kau akan
terluka jika kau macam-macam. Jangan main-main.” Kata si Anak menantu
memperingatinya.
Bom
bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita itu. Si Kyung juga ingin tahu Apa
alasannya si wanita disekitar nenek itu dan yang inginkan. Bom mengetahui Si wanita yang menginterogasi
tentang hal-hal sesuatu yang salah. Shi Kyung pikir seperti itu.
“Apa kau
akan menyimpan cincin ini?” tanya Bom
“Tidak!
Aku tidak akan melakukan itu. Aku akan mengembalikannya padanya. Tapi, dia
belum sadar. Aku mengkhawatirkannya.” Ucap Shi Kyung
“Ini
sangat cantik.” Ungkap Bom melihat cincin ditanganya. Shi Kyung mengambil
cincin dan ingin memakaikan dijari Bom. Bom terlihat marah dan menarik
tanganya, cincinya pun melayang.
Shi Kyung
berteriak panik mencari cincin berlian
disemak-semak dan tepi sungai. Bom terlhat merasa bersalah karena membuat
cincin Shi Kyung hilang.
Bibi Oh
berjalan pulang seperti sambil menghitung, Nyonya Oh sudah menunggu didepan
pintu melihat adiknya langsung
menahannya karena sudah menyembunyikan sesuatu. Bibi Oh menyangkal dengan
menaruh dibelakang badanya. Nyonya Oh ingin adiknya berkata jujur saja.
“Aku
mendapat posisi sebagai guru kontrak. Ini Masih terlalu dini untuk merasa
senang. Aku harus mengikuti tes mengajar di kelas dan harus lulus tes itu untuk
bisa dipekerjakan. Tapi...” kata Bibi Oh gugup. Nyonya Oh ingin tahu apa itu.
“Ini
kebetulan kelasnya Shi Kyung dan Shi Young.” Kata Bibi Oh. Nyonya Oh pikir itu
bagus sekali karena Siswanya sangat sedikit.
”Aku
merasa sangat gugup memikirkan mengajar Shi Kyung dan Shi Young. Ini Aneh
sekali.” Kata Bibi Oh
“Ah, kau
bisa berlatih di depan mereka. Dan Itu juga cara yang bagus.” Kata Nyonya Oh.
Bibi Oh
mulai mengajar didepan keponakannya, dengan membahas tentang Lagu String
Quartet miliknya Tchaikovsky, No.1. Shi Young tak mendengarnya bertanya pada
kakanya apakah menurutnya melakukan
cosplay adalah ide yang buruk juga.
“Apa
Menurutmu itu tidak akan berjalan dengan baik? Aku mungkin akan mencobanya jika
berhasil dengan baik.” Kata Shi Young. Shi Kyung dengan rambut terlihat
frustasi mengatakan tak tahu.
“Apa yang
kelompokmu lakukan? Kudengar kau dan Bom menjadi beban karena tidak bisa
menari.” Kata Shi Young. Shi Kyung hanya menjawab “Entahlah.” Shi Kyung pikir harus
memikirkannya.
“Hei..
Kenapa kalian tidak mendengarkanku?” keluh Bibi Oh. Shi Young mengatakan kalau
Bibinya itu membosankan dan membuatnya mengantuk.
“Bibi,
maafkan aku... Aku sibuk, dan sepertinya aku harus pergi.” Kata Shi Kyung.
Bibi Oh
menahan agar mereka tak pergi, Shi Kyung
menegaskan akalu Ada yang harus dilakukan. Bibi Oh meminta agar mereka duduk
saja. Shi Young menyuruh Bibi Oh agar
Berlatih di depan Nenek saja, karena kala bisa melakukannya di depan
Nenek, maka bisa melakukannya di depan siapa saja.
“Katakan
saja padaku untuk mati sebagai gantinya.” Keluh bibi Oh. Saat itu nyonya Oh
keluar kamar mendengar nama ibu mertuanya dan bertanya.
“Nenek sedang
tidur. Ada apa dengan dia?” kata Nyonya Oh. Shi Kyung kaget neneknya sudah
pulang dan kapan masuk ke rumah.
“Dia
langsung tidur begitu masuk.” Kata Nyonya Oh. Shi Kyung khawatir kalau Neneknya
itu sakit.
“Aku
harus melakukan sesuatu di kamar itu.” Ucap Shi Kyung. Ibunya menyuruh anaknya
agar melakukan saja di ruang tengah.
“Jangan
menyalakan lampu saat dia sedang tidur. Dan juga, apa kau sudah meminta maaf
kepadanya?” kata Nyonya Oh. Shi Kyung terlihat kesal memilih untuk pergi.
Nyonya Oh mengeluh pada anaknya yang belum tumbuh dewasa.
“Lalu
Bagaimana denganmu? Apa latihannya membantu?” kata Nyonya Oh. Bibi Oh binggung
apa yang harus dilakukan sekarang. Diam-diam Shi Kyung pun keluar. Nyonya Oh
khawatir melihat adiknya yang tak khawatir.
Shi Young masuk kamar, duduk didepan meja belajar
lalu seperti menuliskan sesuatu di selembar kertas “Nenek. Ini aku, Shi Young.”
Bom duduk
dikamarnya, melihat jari tanganya seperti masih tak menyangka kalau Shi Kyung
ingin memberikan cincin padanya, lalu menatap foto ayahnya. Ia seperti tak
ingin menerima cincin karena itu artinya seseorang akan pergi.
Sementara
Shi Kyung sibuk mencari cincin di semak-semak dengan senter, saat itu Yong Gi
melihatnya mengumpat karena melihat Shi Kyung yang selalu bersikap gila.
Ga Ram
menelp ingin tahu apakah Shi Kyung memikirkan tentang talent show, Shi kyung tahu harus memikirkannya, lalu
menutup telp sambil mengeluh kalau tidak
punya waktu untuk memikirkan talent show.
Ia berjalan ke bagian rak dan melihat sebuah video peninggalan ayahnya
dengan label
"Seseorang
yang bisa tertawa itu hebat." Seseorang yang bisa membuat orang lain
tertawa lebih hebat lagi."
Pagi
hari, Nyonya Oh memanggil ibu mertuanya untuk sarapan. Nenek Oh sibuk
membersihkan tempat penyimpanan fermentasi, Shi Kyung pergi bergegas ke
sekolah tanpa sarapan, lalu memberikan
surat untuk neneknya.
Semua
berkumpul, Shi Kyung bergumam kalau
merasa gugup, karena menggunakan ide Ayah, dan ternyata hasilnya seperti
prasasti batu nisan sebelumnya. Joo Yeon kaget kalau Shi Kyung ingin melakukan
sesuatu. Gi Hoon pikir itu yang dilakukan nenek moyang ratusan tahun yang lalu
di Zaman Batu
“Reaksi
apa ini?” keluh Shi Kyung dalam hati lalu mengaku kalau sulit ditemukan dan
sama sekali tidak bisa tidur.
“Kupikir
pasien yang lebih tua akan menyukainya. Ini akan lucu.” Kata Ga Ram
“ Hei..
Lee Shi Kyung, apa kau benar-benar dari Seoul?.. Aku sangat menyukainya.”
Ungkap Ji Hye. Ki Hoon juga berpikiran sama.
“Tariannya
akan mudah, jadi itu bagus.” Kata Bom. Shi Kyung bahagia sambil bergumam kalau
itu Jawaban yang bagus dengan memberitahu ayahnya kalau ide dari sang ayah
berhasil untuk saat ini.
“Kenapa
tidak mencari bus wisata? Dengan beberapa musik norak.”kata Joo Yeon
“Ide yang
bagus! Kita harus menggunakan musik seperti itu.” Ucap Shi Kyung penuh semangat
“Oh,
tunggu.. Kenapa aku bertingkah seperti ini?” gumam Shi Kyung seperti menyadari
kalau sikapnya berlebihan. Ga Ram menatap temanya seperti merasakan sesuatu.
Bom
berdiri sendirian, Ga Ram berjalan mendekat dan menanyakan keberadaan Shi Kyung
dan apakah sudah pergi. Bom pikir Shi
Kyung pergi ke Hospice. Ga Ram ingin tahu Apa ada yang terjadi dengan Shi
Kyung.
“Si Nenek
Cincin belum bangun. Apa yang harus kulakukan?” gumam Shi Kyung berdiri didepan
ruangan. Ga Ram memanggilnya.
Mereka
berada di dalam dapur, Tuan Park membawakan sup kacang kedelai. Shi Kyung tak
percaya kalau Tuan Park membuat semua
makanan sendiri. Tuan Park menganguk dengan bangga dan bertanya apakah Shi
Kyung sudah memastikan untuk menutup pintu dengan baik., Shi Kyung binggung
kenapa dengan pintunya.
“Pasien
tidak bisa makan dengan baik. Aku akan merasa tidak enak jika baunya sampai
keluar. Terkadang saat aku sibuk, bersama dengan Ga Ram makan di sini seperti
ini.” Ucap Tuan Park melepas celemek mengajak mereka untuk segera makan.
“Ikan ini
ternyata sangat enak dan Ga Ram, ini untukmu. Hati-hati dengan duri kecil.”
Ucap Tuan Park memisahkan duri dan menaruh di mangku nasi anaknya. Shi Kyung terdiam seperti tak pernah merasakan
itu dari ayahnya.
“Ikan ini
di panggang dengan sangat baik... dan Shi Kyung. Ini untukmu... Makan yang
banyak.” Kata Tuan Park memberikan ikan juga di sendok Shi Kyung.
Shi Kyung
seperti sedih memilih untuk keluar dari ruangan dan berjalan dilorong.
“Jadi,
begitulah seorang ayah.Pada saat seperti ini, aku berharap juga punya
seorang ayah.” Gumam Shi Kyung
Saat itu
terdengar suara si anak menantu kalau Cincin ibu mertuanya hilang jadi ingin
tahu Dimana anak laki-laki yang selalu ada di kamar ibunya. Ketua perawat
mengataakn tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadi pasien jadi lapokan saja
kalau memang sangat curiga.
“Kau
menyebut mereka sebagai keluarga dan bukan pasien. Sekarang, kau akan bertindak
seperti ini? Tidakkah sebaiknya kau melaporkannya ke polisi terlebih
dahulu?”kata si anak mertua. Shi Kyung sengaja bersembunyi agar tak
terlihat
“Ibu
mertuamu mungkin sudah melakukan sesuatu dengan cincin itu. Jadi Tanyakan
padanya saat dia bangun tidur.” Kata kepala perawat.
“Kau
tidak tahu apa-apa. Aku belum pernah melihatnya melepas cincinnya.” Ungkap si
ibu mertua. Shi Kyung terdiam dengan wajah kaget karena si Nenek melepaskan
cincin dan memberikan padanya, lalu setelah itu belum terbangun.
Bersambung
ke episode 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar