PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 14 Desember 2018

Sinopsis Encounter Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
“Bagaimana jika kita tinggalkan emosi  ketidakpastian dan keraguan untuk bertarung bersama dan mencari  tahu apakah kita saling menyukai? Bagaimana jika kita anggap kalau kita sekarang  dalam tahap pendekatan dan bertemu lagi di sini?” ucap Jin Hyuk menyakinkan Soo Hyun.
“Kita anggap sekarang kita dalam tahap pendekatan.” Ucap Soo Hyun
“Karena kini kita dalam  tahap pendekatan, apa yang perlu kita lakukan?” kata Jin Hyuk. Soo Hyun kaget kalau akan secepat itu.
“Entahlah. Bagaimana kalau bersepeda romantis?” saran Jin Hyuk. Soo Hyun binggung diajak bersepeda.
“Tangan Ibu pasti kedinginan, jadi Pakai ini.” Ucap Jin Hyuk memasangkan sarung tangan pada Soo Hyun dan melihat kalau Tangan Soo Hyun yang kecil sekali lalu memujinya kalau terlihat manis.
“Jika kau terus berkata aku manis,  aku akan berpikir itu benar.” Keluh Soo Hyun. Jin Hyun mengaku kalau ucapanya memang benar dan mengajak segera pergi. 


Akhirnya Jin Hyuk mengambil sepeda meminta Soo Hyun naik ke jok belakang, dengan mengejejek kalau Mungkin tidak seperti mobil Soo Hyun  yang nyaman dan mahal, tapi ini tetap menyenangkan. Soo Hyun mengeluh Jin Hyuk yang ternyata mendendam lalu duduk di jok belakang.
“Kemarilah... Kau Pegang yang erat... Aku akan berangkat sekarang.” Ucap Jin Hyuk menarik tangan Soo Hyun agar memegang pinggangnya.
Soo Hyun hanya bisa tersenyum dan meninggalkan lukisan "'Where, in What Form, Shall  We Meet Again?' oleh Kim Hwan Ki"
Jin Hyuk mengayuh sepedanya lalu mengejek Soo Hyun  lebih berat dari kelihatannya dan memberitahu kalau sepeda tidak terlalu kokoh. Soo Hyun kembali mengeluh Jin Hyuk sungguh menyimpan  dendam, Jin Hyuk tertawa mengaku ucapanya hanya bergurau.

Jin Hyuk melihat ada bola berwarna merah seperti sedang merayakan hari natal.
Flash Back
 “Kita cari minuman hangat dahulu.” Kata Jin Hyuk berhenti didepan sebuah cafe.
Jin Hyuk membawa dua cangkir kopi dan juga memilih cake. Soo Hyun heran Jin Hyuk yang membeli kue. Jin Hyuk pikir harus merayakan hari pertama tahap pendekatan mereka. Soo Hyun melihat kalau sebentar lagi Natal.
“Masing-masing ambil satu untuk  merayakan hari pertama kita.” Ucap Jin Hyuk memberikan sebuah sepasang bola merah. Soo Hyun pun menerimanya.
“CEO Cha... Kenapa Ibu tidak memakainya? Apa Kau tidak suka dengan warna lipstik yang kubelikan?” ucap Jin Hyuk melihat Soo Hyun tak mengunakan lipstik yang dibelikan.
“Warnanya bagus dan cerah, tapi kupikir akan tampak bagus  jika kupakai di musim semi.” Kata Soo Hyun.
“Penyair Rainer Maria Rilke berkata hanya mereka yang berpegangan tangan  saat berjalan di kota yang dinginlah yang akan bisa melihat musim semi. Kita sudah naik sepeda  dan minum kopi bersama. Ini sudah musim semi bagi kita.” Kata Jin Hyuk.
Keduanya tersenyum sambil makan cake untuk hari jadi hubungan pendekatan mereka.
Soo Hyun menaruh bola merah disamping sandal yang pernah di belikan Jin Hyuk. Sementara Jin Hyuk menaruh bola merah disamping sepatu dan juga boneka pemberiakn dari Soo Hyun, setelah itu menuliskan di kalender “Tahap Pendekatan”
Keduanya sama-sama ingin menuliskan nama di ponsel, Soo Hyun menuliskan nama "Kim Jin Hyuk" lalu Jin Hyuk ingin menuliskan nama "Soo Hyun" Tapi berpikir kalau berlebihan, akhirnya tetap menuliskan “CEO Cha” Sementara Soo Hyun menuliskan nama "Jin Hyuk" saja.




Tuan Choi bertemu dengan Woo Suk mengaku  tidak pernah menduga akan mencarinya dan merasa terhormat. Woo Suk menyindir Woo Suk yang  merasa terhormat tapi merasa kalau itu Tidak masala lalu membahas Tuan Choi adalah orang yang dipercaya ibunya jadi harus mengenal juga.
“Orang lain bisa salah mengerti  jika kau berkata begitu.” Komentar Tuan Choi merendahkan diri.
“Aku ingin menemuimu karena  ada yang ingin kutanyakan.” Ucap Woo Suk. Tuan Choi ingin tahu bertanya mengenai apa.
“Kudengar ada sedikit keributan di kantor. Dampaknya terlalu besar untuk  menganggapnya keributan kecil.” Kata Woo Suk menyindi. Tuan Choi pikir Woo Suk hanya mendengar sekilas
“CEO Cha terlalu lembut. Dia tidak bisa menghentikan kebodohan yang disebabkan pegawai baru itu.  Pasti itulah penyebabnya.”Akui Tuan Choi

“Dia terlihat dingin, tapi hatinya sangat lembut. Benar, kan?” ucap Woo Suk
“Tapi membiarkan pria itu bertindak semaunya akan membuatnya hilang kendali. Aku jadi khawatir.” Ungkap Tuan Choi
“Omong-omong, ada banyak pegawai di lobby, saat kau meminta CEO Cha memberi penjelasan terkait rumor itu. Kenapa  kau melakukannya? Aku menanyakannya karena penasaran.” ucap Woo Suk
“Itu karena dia terus menghindariku.” Akui Tuan Choi, Woo Suk seperti tak percaya mendengarnya.
“Kau membicarakannya seolah dia temanmu.” Sindir Woo Suk. Tuan Choi pikir pasti terkejut karena Woo Suk tiba-tiba bertanya
“Biasanya, perusahaan memberi bisnis  hotel pada putra sulungnya. Hotel adalah wajah perusahaan dan bisnis inti yang mereka butuhkan. Jika Presdir Hotel Donghwa disingkirkan, siapa yang sewajarnya akan menggantikannya?” kata Woo Suk.
Tuan Choi terlihat gugup lalu menjawab kalau Woo Suk yang pantas,  Woo Suk mengaku tidak tertarik karena yang menjadikan Hotel Donghwa  seperti sekarang adalah CEO Cha jadi Tidak tepat jika melengserkannya dan mengambil alih, menurutnya itu tidak jantan.
“Aku tidak mengerti apa maksud Bapak.” Ucap Tuan Choi pura-pura bodoh.
“Aku tidak pantas mendapatkan  posisi presdir Hotel Donghwa, begitu pula kau.” Tegas Woo Suk.
“Kurasa kau salah mengerti, Aku hanya seorang direktur.” Akui Tuan Choi. Woo Suk mengaku lega mendengarnya. Tuan Choi terliha gugup karena Woo Suk tak ingin menjatuhkan Soo Hyun. 



Pagi hari , Soo Hyun memoles wajahnya dengan bedak lalu menatap lipstik yang diberikan oleh Jin Hyuk, lalu memakainya seperti ingin menghargai pemberianya. Saat sampai di kantor, Ia melihat Jin Hyuk sedang mengunakan dasi risletingnya, wajah Soo Hyun hanya bisa menahan senyum.
Sun Joo bertanya apakah sudah amankan selebritas  untuk perusahaan penerbangan. Tuan Park mengaku sudah memastikannya. Sun Joo meinta agar  seseorang periksa kembali para reporter yang diundang. Hye I mengaku kalau sudah melakukan pemeriksaan akhir.
“Bagus. Apa Kau berkomunikasi  dengan tim di hotel Sokcho untuk makanan dan minumannya?” tanya Sun Joo
“Ya, menunya sudah dipastikan. Aku hanya perlu memberi  mereka perhitungan akhirnya.” Kata Hye In
“Kau harus meminta kursi tambahan untuk pengawal selebritas VIP.” Tegas Sun Joo. Hye In mengerti.
“Bagaimana jika Pak Kim yang menangani para selebritas?” saran Tuan Lee. Tuan Park pikir Berlebihan untuk Jin Hyuk tangani  sendiri karena ini acara besar karena ini bagian tersulitnya.
“Tidak. Seperti inilah orang belajar.” Ucap Tuan Lee seperti ingin menjebak Jin Hyuk.
“Aku akan berusaha keras  jika diberikan peluang.” Kata Jin Hyuk tak ingin menolak.
“Baiklah kalau begitu. Eun Jin,  bisakah kau bantu dia?” kata Sun Joo, Eun Jin seperti dengan terpaksa akan membantunya. 


Jin Hyuk akan membuka kopi menerima telp dari Nyonya Lee memberitahu kalau ada di kantor tapi tak masalah karena bisa berbincang sebentar.  Wajahnya terlihat bahagia mendengar berita yang dibertahu Nyonya Lee.
Soo Hyun sedang ada diruanga membaca berkas "Upacara Pembukaan Hotel Sokcho" wajahnya tersenyum melihat ada pesan masuk dari Jin yuk
"Apa Ada waktu luang  nanti malam? Bu Lee bilang ada teh bagus datang.  Dia tanya apa aku mau mencobanya. Aku ingin tahu bisakah kau ikut.”
Soo Hyun memikirkan sebelum membalasnay akhirnya menolak tak bisa ikut karena punya janji lain. Jin Hyuk merasa sedih tappi meminta agar mengabarinya jika nanti ada waktu jadi pergi bersama.

Dae Chan sibuk memotong bawang bombay,  Jin Myung sibuk memainkan ponselnya membahas tentang  Jin Hyuk dan presdir itu berharap keduanya bisa bersama. Dae Chan menegaskan Jin Hyun harus tahu posisinya.  Jika tidak maka akan terluka.
“Cinta bisa atasi apa pun. Kamu hanya perlu merasakannya, lalu semua akan berakhir, Kakakku cukup tampan. Aku bisa mengerti  kenapa dia menyukai kakakku.” Ucap Jin Myung bangga
“Presdir itu juga sangat cantik. Kupikir dia seorang aktris.”kata Dae Chan. Jin Myung setuju  kalau CEO Cha sangat cantik.
“Soal teman wanita presdir itu... Apa masalahnya?” ucap Dae Chan mengeluh
“Dia lebih baik darimu. Wajahnya juga manis, kan?” puji Jin Myung. Dae Chan memperingatkan kalau sedang memegang pisau.
“Wahh... Dia memancarkan kepercayaan diri... Hyung.. Dae Chan, hentikan  pekerjaanmu dan lihat ini.” Ucap Jin Myun meminta Dae Chan mendekat
“Bagaimana pun kupikirkan, kurasa aku bukan bosmu. Aku menangis karena memotong bawang, tapi kau duduk di sini memegang ponselmu.” Keluh Dae Chan. Jin Myung menyuruh Dae Chan agar Berhenti menangis.
“Aku menemukan istri untukmu, Coba Lihat.” Kata Jin Myung memberikan ponselnya.
Dae Chan melihat caption dari foto wanita yang terlihat dari samping “Aku melihat nilai dengan serius. Jangan hanya memulai perbincangan.” Lalu berkomentar kalau wanita itu kasar sekali. Jin Myung membela kalau wanita bukan kasar.
“Itu membuatnya lebih menarik. Dia sangat percaya diri dan berkilauan.” Puji Jin Myung
“Aku tidak menyukainya.” Ucap Dae Chan kembali memotong bombay, Jin Myung mengeluh Dae Chan  sangat menyebalkan dan hanya terus memotong bawang bombai.


Saat itu Sek Jang sedang ada diruangan kaget melihat ada Chat baru dari situs dating wajahnya penuh bersemangat melihat “Presdir Waralaba, Anggota Baru.” Mengirimkan pesan.
“Halo. Begitu melihat foto profilmu, aku merasa berbeda. Aku memutuskan mengirimimu  pesan dengan hati-hati.” Tulis Jin Myung mewakili Dae Chan.
“Terima kasih.” Balas Sek Jang dengan senyuman malu-malu.
“Apa Kau seorang sekretaris?” tanya Jin Myung, Sek Jang mengaku sebagai kepala sekretaris.
“Wanita itu... sangat aneh.” Ucap Dae Chan kesal sendiri mengingat Sek Jang sambil memukul pisaunya.
Jin Myung kaget dan bertanya Apa yang aneh lalu kembali mengirimkan pesan pada Sek Jang, memuji Pekerjaan Sek Jang yang sangat keren. Teman kerjanya memberikan kopi untuk Sek Jang dan terlihat menikmatinya. Sementara Dae Chan terus berkomentar kalau Sek Kang itu sangat aneh.


Sun Joo melaporkan pada Soo Hyun kalau Sepertinya sulit mendapat  jawaban dari para aktor itu. Soo Hyun pikir itu sudah diperkirakan. Sun Joo berjanji akan mencari cara lain  tanpa merepotkan Taegyeong. Soo Hyun pikir mereka harus konsisten.
“Tolong berikan perhatian  lebih untuk penduduk lokal.” Kata Sun Hyun
“Baik. Omong-omong Aku belum bisa mengirim undangan  untuk Ketua Kim, lalu bagaimana?” tanya Sun Joo, Soo Hyun pun mengirimkanya.
“Lalu, bagaimana dengan Tuan Jung?” tanya Sun Joo, Soo Hyun mengirimkan saja karena pekerjaan tetap pekerjaan. Sun Joo menganguk mengerti. 

Nyonya Jin datang yakin kalau tahu Soo Hyun ada diruangan. Sek Jang berusaha menahanya tapi Nyonya Jin langsung menerobos masuk. Sek Jang meminta Nyonya Jin bisa masuk setelah rapatnya berakhir. Sun Joo melihat kalau Nyonya Jin sudah masuk dan langsung meninggalkan ruangan.
“Kau di sini saja, karena Tidak akan lama.” Ucap Nyonya Jin lalu melirik memastikan Sek Jang dan Sun Joo sudah ada diluar ruangan.
“Hotel. Ibu tahu, Hotel yang sangat kau cintai.” Kata Nyonya Jin. Soo Hyun ingin tuhu apa yang ingin dikatakan.
“Seperti apa seharusnya gedungnya? Pohon apa untuk lanskapnya? Lobinya harus elegan atau harus layaknya area publik?” ucap Nyonya Jin. Soo Hyun tak ingin berlama-lama karena harus rapat.
“Kolam luar ruangan? Tamannya? Perabotannya? Bentuk jendelanya? Cangkir teh? Itu Semua yang kau pikirkan. Kau memikirkan semuanya  bahkan sebelum hotel dibangun. Sejak ayahmu yang dahulunya  pembawa acara berita terpercaya menjadi anggota kongres, ada satu hal yang ibu pikirkan.” Ucap Nyonya Jin
“Bahwa setidaknya ibu akan menjadi istri perdana menteri. Lebih baik lagi, ibu bersedia  mempertaruhkan hidup demi bisa menjadi ibu negara. Siapa pun yang menghalangi  impian sempurna ibu itu tidak akan lepas begitu saja. Meski anak ibu sendiri”tegas Nyonya Jin
“Kini tidak lama lagi.. Kau dikeluarkan dari Taegyeong,  namamu tidak akan disebut, tapi tetap tenang dan jangan cari perkara. Ibu tidak mau dengar gosip  apa pun soal kau dan pemuda itu. Diam saja seperti batu. Apa Kau mengerti?” kata Nyonya Jin lalu akan pergi.
“Ibu adalah orang tuaku. Ibu adalah ibuku dan aku ini putri Ibu.” ucap Soo Hyun dengan mata berkaca-kaca
“Sepenting itu arti hubungan bagimu?Bagi ibu, nilailah yang penting. Hiduplah layaknya anak yang berguna.” Tegas Nyonya Jin tak peduli lalu keluar ruangan. 



Tuan Choi bertemu kembali dengan Tuan Lee menceritakan Setelah Woo Suk ikut campur menurutnya sulit untuk menyingkirkan CEO Cha, jadi meminta Tuan Lee  memasukkannya dalam  daftar reporter undangan. Tuan Lee mengerti menerima note nama reporter.
“Kita pastikan CEO Cha menjelaskan sendiri di hadapan para tokoh penting. Kita lihat semahir apa  dia menjelaskan situasinya bermain-main dengan pegawai baru. Undang semua pemegang saham  dan kumpulkan mereka juga.” Ucap Tuan Choi
“Setahuku,Ketua Kim ingin Anggota Kongres  Cha menjadi kandidat presiden Tapi jika putrinya dipermalukan...” kata Tuan Lee ragu.
“Dasar Kau mengesalkan sekali. Apa hubungannya masa depan  Anggota Kongres Cha dengan kita? Kita hanya perlu memperdulikan  presdir baru Hotel Donghwa. Siapa yang peduli Ketua Kim mendapat  dukungan Anggota Kongres Cha demi kesuksesan Taegyeong atau tidak? Mereka hidup di dunia yang berbeda.” Tegas Tuan Choi. Tuan Lee menganguk mengerti.
“CEO Cha harus mundur agar aku bisa hidup dan kau mendapat promosi. Tamat riwayat kita kalau Ketua Kim tahu rencana ini. Jadi Berhati-hatilah.” Kata Tuan Choi. Tuan Lee mengingatnya. 


Soo Hyun terdiam mengingat yang dikatakan ibunya “Sepenting itu arti hubungan bagimu?Bagi ibu, nilailah yang penting. Hiduplah layaknya anak yang berguna” wajahnya terlihat sedih. Akhirnya Soo Hyun pulang menaiki mobilnya.
Jin Hyuk baru pulang melihat Soo Hyun naik mobil dan sempat memberikan hormat dengan senyuman. Tapi Soo Hyun membalas dengan wajah sendu lalu masuk ke dalam mobilnya. Jin Hyuk pun pamit pergi pada Sek Jang saat dalam bus ingin mengirimkan pesan.
“CEO Cha, aku tidak tahu ada masalah apa, tapi bertahanlah.” Tapi terlihat ragu untuk mengirimkan pesanya.
“Aku sudah bilang, kau lebih cantik dibanding model. Sekarang musim semi.” Soo Hyun membaca pesan Jin Hyuk dengan senyuman bahagia.
Soo Hyun menerima telp dari Nyonya Koo kalau sudah tanyai semuanya  via telepon, tapi mereka menolak jadi akan menemui mereka secara langsung. Jadi akan pergi ke lima tempat lalu menghubunginya kembali.

Soo Hyun pergi ke bagian design hotelnya, Pegawainya merasa tak enak karena Seandainya Soo Hyun menghubungi lebih dulu pasti sudah mempersiapkannya dan meminta maaf karena Soo Hyun jauh-jauh datang. Soo Hyun pikir Pergi melihat perubahan itu bagus.
“Apa Ini jendelanya? Menurutmu bagaimana kalau jendela lebar?” ucap Soo Hyun melihat denah hotelnya.
“Akan terlihat keren, tapi cahaya matahari  di negara itu sangat terang, mungkin akan terlalu silau.” Jelas pegawainya.
“Kalau begitu, bagaimana jika kita  memakai jendela lebar dan berikan tirai hias agar tidak  terlihat terlalu berat?” kata Soo Hyun.
“Kami akan memikirkan solusinya...Omong-omong, soal taman itu.. Lokasinya tepat berada di tengah hotel. Daripada taman tua, bagaimana  jika kita menyingkirkannya dan menggantinya dengan kolam luar ruangan?”kata pegawai.
“Tolong jangan sentuh taman itu. Aku yakin inti hotel itu adalah taman itu. Dari sana kau bisa merasakan nilai waktu.” Ucap Soo Hyun. Si pegawai menganguk mengerti. 


Setelah selesai Soo Hyun meminta Tuan Nam agar mampir  dahulu ke toko penjahit. Sesampai disana, pegawai menyambutnya memberikan tas merasa kalau sudah menunggu lama dengan menjelaskan kalau Pembuatannya memakan waktu, Soo Hyun mengaku tak masalah.
“Apa Ibu mau minum teh dahulu?”tanya Pegawai toko, Soo Hyun menolak dengan halus seperti ingin buru-buru pergi tapi melihat deretan dasi dalam etalase dan menginga dengan Jin Hyuk.
“Kami memiliki rangkaian dasi baru... Pelanggan kami menyukainya.” Ucap Pegawai. Soo Hyun mengaku menyukai warnanya.
“Boleh kusarankan satu dasi untuk  Anggota Kongres Cha? Warna ini juga sangat trendi... Klien muda usia 20-an memilih warna ini.” Kata Pegawai. Soo Hyun langsung meminta agar membungkuskan dasi garis-garis abu-abu dan hitam.

Saat itu terdengar suara Pria dari belakang “Aku mau memakainya di akhir pekan dan cemas mungkin tidak  akan tiba tepat waktu.”  Pegawai memberitahu kalau menghubungi Italia beberapa  kali untuk memastikannya dan memuji kalau terlihat hebat.
“Apa Ada rencana penting di akhir pekan?” tanya pegawai. Soo Hyun diam-diam mendengarnya dan terlihat tak peduli.
“Aku ingin memikat seorang wanita. Ini Terlihat baguskah?” kata Woo Suk.
“Meski Bapak berkeringat,  semua wanita akan menatapmu” ucap Pegawai. Woo suk memberitahu kalau wanita itu pemilih.
“Sepemilih apa pun dia, kau adalah Presdir Jung Woo Suk.” Kata si pegawai yakin.
Soo Hyun akhirnya menerima bungkusan dasinya, Woo Suk melihat Soo Hyun terlihat gugup dan langsung menghampirinya, menyapa karena bertemu lagi. Soo Hyun mengaku sudah mau pergi. Woo Suk menghentikanya.
“Apa Kau dengar semuanya?” tanya Woo Suk panik. Jin Hyuk pun mengaku tidak lalu bergegas pergi. Woo Suk kebingungan.
“Dia mendengar semuanya, Pak.” Kata pegawai yakin. Woo Suk pun menyadarinya.
“Apa yang CEO Cha beli?” tanya Woo Suk. Pegawai memberitahu CEO Cha datang untuk mengambil  kardigan yang dipesannya.
“Dia juga membeli dasi selagi menunggu.” Kata Pegawai. Woo Suk pikir  Untuk pria berusia akhir 30-an
“Kurasa itu hadiah untuk ayahnya, tapi dia memilih dasi  dengan pola untuk pria muda.” Kata Pegawai. Soo Hyun terdiam mengingat kalau yang dimaksud adalah Jin Hyuk. 



Jin Hyuk pergi menemui Nyonya Lee di rumahnay. Nyonya Lee pikir Seharusnya Jin Hyuk datang bersama wanita itu. Jin Hyuk mengaku kalau keinginya seperti itu tapi Soo Hyun sudah punya rencana lain. Nyonya Lee ingin tahu Apa hubungan Jin Hyuk dengannya
“Masih masa pendekatan.” Akui Jin Hyuk. Nyonya Lee tersenyum  mendndenagrnya.
“Waktu itu aku tidak mengenalinya,tapi bukannya dia presdir kantormu?” kata Nyonya Lee. Jin Hyuk membenarkan.
“Berarti bukan hubungan cinta” kata Nyonya Lee. Jin Hyuk mengaku kalau ini sebaliknya.
“Aku senang mendengarmu  dalam masa pendekatan, tapi dia presdir Hotel Donghwa. Apa Kau yakin?” kata Nyonya Lee khawatir.
“Kita berdua tahu kehidupannya menyesakkan.” Kata Jin Hyuk
“Bagaimana jika kau terkena imbasnya?” tanya Nyonya Lee makin khawatir.  Jin Hyuk megaku bersedia menjalaninya.
“Orang lain mungkin  akan mempertanyakan niatmu. Dia adalah wanita istimewa.” Kata Nyonya Lee.
“Aku sama sekali tidak memperdulikannya. Dia terus tersenyum dan aku terhibur melihatnya.” Ungkap Jin Hyuk dengan senyuman
“Bagimu ini bukan hal biasa, Kau pasti sangat menyukainya.”komentar Nyonya Lee. Jin Hyuk hanya bisa tersenyum. Nyonya Lee memberikan jeruk yang sudah dikupas. 


Soo Hyun sibuk membaca di dalam mobil. Tuan Nam bertanya apakah Soo Hyun akan mengirimkannya pada ayahnya hari ini. Soo Hyun menjawab semuanya mungkin tidak terkendali. Tuan Nam pikir Tidak semua orang terlahir  beruntung dengan wajah secantik itu
“lalu kenapa kau tidak pernah  tertawa atau tersenyum? Kadang aku benar-benar tidak suka harus mengantarmu” keluh Tuan Nam
“Kenapa aku tidak tersenyum?” kata Soo Hyun. Tuan Nam ingin tahu keberdaan Kim Jin Hyuk untuk minum soju bersamanya. Soo Hyu kaget mendengarnya.
“Jujur saja, tidak ada yang salah dengannya,  kenapa kau berhati-hati sekali? Aku tidak bermaksud menyuruhmu bersamanya. Kau tahu, ada orang  yang membuatmu tersenyum. Jadi Makan dan minumlah  dengan orang seperti itu. Melihatmu begini membuatku tertekan.” Ungkap Tuan Nam kesal
“Sudah lama kau tidak marah begini.” Kata Soo Hyun dengan senyuman. Tuan Nam merasa tak peduli
Saat itu nama "Kim Sun Joo"  terlihat dilayar, Tuan Nam langsung menolaknya. Soo Hyun menyuruh agar menjawabkanya. Tuan Nam pikir Sun Joo mungkin ingin minum-minum lagi. Soo Hyun menyuruh agar menemani saja karena Belakangan ini Sun Joo merasa tertekan  karena pembukaan hotel baru
“Kau Gantikan aku menyemangatinya.” Ucap Soo Hyun. Tuan Nam pikir agar memikirkan dirinya sendiri.
“Presdir kita sama tertekannya. Tanpa ada yang menyemangatimu, kau pergi dari rumahmu ke kantor dan ikuti rapat. Apa Kau tidak lelah?” ucap Tuan Nam. Soo Hyun pikir sudah biasa.
“Waktu cepat berlalu, Soo Hyun. Menyesalkan berlalunya waktu  hanya akan membuatmu sedih. Uang tidak bisa membeli waktu.” Kata Tuan Nam menasehati. Soo Hyun hanya diam saja. 


Soo Hyun sudah kembali rumah dan akhirnya pergi ke tempat Nyonya Lee tapi menghela nafas seperti melakukan sesuatu yang bukan dirinya. Saat itu Jin Hyuk baru keluar dari rumah kaget melihat Soo Hyun didalam mobil sedang membaringkan kepala di atas stir lalu mengetuk jendela. Soo Hyun kaget dan akhirnya keluar dari mobil dengan senyuman. 
“Jadwalku sebelumnya selesai lebih cepat.” Kata Soo Hyun
“Aku memang mengharapkannya semalaman. Harapanku terwujud.” Akui Jin Hyuk dengan senyuman
“Harapan macam apa itu.” Tanya Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku kalau harapannya hari ini dan Besok ada harapan baru.
“Kurasa aku datang terlalu malam.” Ucap Soo Hyun. Jin Hyuk pikir mereka Kbisa masuk lagi.
“Nyonya Lee baru masuk kamar setelah lampu dimatikan,  jadi kita harus menunggunya. Lalu Aku akan buatkan teh.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun menolak tidak perlu dan mengajak untuk jalan-jalan. Jin Hyuk setuju. 


Mereka berjalan di sepanjang trotoar, mereka terlihat gugup.  Jin Hyuk melihat Soo Hyun lalu membuka syal dan memakaikan pada CEO-nya, Soo Hyun mengaku tidak kedinginan. Jin Hyun meminta agar Soo Hyun jangan sampai terkena flu dan yakin kalau syalna itu hangat.
“Aromanya enak.” Ucap Soo Hyun, Jin Hyuk mengoda kalau itu aroma pelembut kain. Keduanya pun kembali berjalan.
“Kau pasti disibukkan pembukaan hotel baru.” Komentar Jin Hyuk, Soo Hyun pikir seperti itu.
“Kau sendiri? Ini bidang baru bagimu.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku menyukainya.
“Bukannya sulit mengundang selebritas?”ucap Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku tak sulit karena tahu akan berhasil.
“Aku belum lama terlibat,  tapi ini membuatku takjub. Bagaimana kau bisa berhasil membuat Hotel Donghwa sukses  dalam waktu sesingkat ini? Aku sering memikirkanmu” kata Jin Hyuk.
“Senang mengetahui kau sering memikirkanku. Aku hanya mengerahkan segalanya. Aku membutuhkan bakat terbaik serta panduan untuk hotel  peringkat terbaik dunia. Itu sebabnya aku mengundang  Pak Kim yang berbakat, para koki, Pak Nam, dan para direktur dalam tur ke hotel-hotel  terbaik di seluruh dunia.” Cerita Soo Hyun.
Jin Hyuk kaget kalau semua ikut dengan Soo Hyun pergi. Soo Hyun menceritakan Hotel itu diberikan  padanya sebagai tunjangan tapi baginya hotel itulah segalanya jadi menghabiskan sisa uang yang diterima sebagai tunjangan lalu berkeliling dunia.
“Setelah itu Aku mengambil pinjaman  dan mendekorasi ulang hotel. Semua yang aku pelajari dari tur hotel itu kucurahkan untuk hotelku sendiri. Aku berterima kasih pada  mereka yang membantuku saat itu. Tanpa mereka, aku tidak  akan sampai sejauh ini.” Cerita Soo Hyun
“Tindakanmu sebelumnya  menunjukkan kau dapat mengambil risiko, lalu kenapa kau ragu denganku?” komentar Jin Hyuk sedikit menyindir.
“Entahlah.” Ucap Soo Hyun, lalu keduanya kembali berjalan dalam diam.
Tiba-tiba Soo Hyun merangkul lengan Jin Hyuk dengan sangat yakin, Jin Hyuk kaget tapi tak bisa menutupi wajah bahagianya. Soo Hyun pun terus merangkul lengan Jin Hyuk tanpa melepaskanya.
Jin Hyuk akhirnya memegang tangan Soo Hyun bergandengan tangan berjalan bersama. Keduanya terlihat bahagia, lalu Jin Hyuk pun memasukan tangan mereka kedaam saku jaketnya.
Bersambung ke part 2

 Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


2 komentar: