PS : All images credit and content copyright : TVN
"Spanyol"
Jung Se
Joo menelp seseorang dari telp umum, dengan wajah panik mengaku sudah membaca
artikel soal kunjungannya ke Barcelona jadi sudah mengirimikan email dan
meminta agar membacanay. Se Joo terus melihat ke arah belakang seperti takut
ada orang yang mengikutinya.
“Aku
enggan menjual kepadanya, tapi harus kuputuskan besok. Ayo bertemu di Granada.
Tunggulah di Hostal Bonita. Aku sering menginap di sana.” Ucap Se Joo dan
bergegas kabur seperti dikejar oleh seseorang
Se Joo
terus berlari menghindari sesesorang, lalu masuk ke "Stasiun Kereta Sants
Barcelona" dan berhasil naik sampai ke dalam kereta sebelum pintu di
tutup.
Ia bisa
bernafas lega masuk ke dalam stasin mencari ruangan lalu melihat tiga orang
pria sudah duduk diatas tempat tidur susun dan hanya tersisa untuk dirinya
saja.
“Hei, kau
mau ke mana?” tanya Si pria, Se Joo dengan bahasa Spanyol yang fasih menjawab “Granada.”
“Bagus.
Aku juga menuju ke sana. Maukah kau membangunkan jika aku tertidur?” kata Si
pria. Se Joon menganguk
Akhirnya
pagi datang, Pengera suara memebritahu kalau mereka akan tiba di Stasiun
Granada. Se Joo berbaring dengan mata terbuka akhirnya bangun dari tidurnya. Ia pun membangunkan teman disampingnya agar
bangun karena sebentar lagi akan tiba di Granada.
Si pria
seperti masih mengantuk memilih untuk kembali tidur. Se Joo tiba-tiba melihat
suasana diluar kereta berubah menjadi gelap, awan hitam terlihat dilangit.
Seseorang masuk ruangan dan langsung menembakan pistol dan menembus ke jendela
kereta.
Kereta
tetap melaju kencang dan saat sampai stasiun, Pria disebelah Se Joo tidur pun
akan pergi tapi binggung karena Se Joo turun tanpa membawa tasnya.
“Inilah saat terakhir keberadaan
pria muda ini diketahui.”
Poster
besar "Romantika Alhambra" di tempel pada sebuah dinding, berita di
TV terdengar dengan keras “... akan memecahkan rekor dari edisi sebelumnya. Di
antara yang lainnya, yang paling menarik perhatian adalah lensa kontak pintar
produksi J One dari Korea Selatan.”
“Direktur
J One, Yoo Jin-woo, mempresentasikan lensa kontaknya sebagai perangkat pertama yang
mendukung realitas virtual. Ditambah lagi, pengalaman inovatif beresolusi
tinggi cukup membuktikan bahwa teknologi Korea makin berkembang.”
“Direktur
Yoo Jin-woo akan merilis produk ini tahun depan. Kemungkinan akan diluncurkan
Desember tahun ini, memberi cukup waktu untuk menambah konten.”
Saat itu
sebuah bel di tekan dengan ada bendera korea dibagian atasnya, Jung Hee Joo
sedang tertidur di ruang TV mengeluh Siapa kemari selarut ini. Saat membuka
pintu, Yoo Jin Woo datang lalu bertanya apakah datang terlalu larut. Hee Joo
bingung siapa pria itu.
“Apa Ada
kamar kosong?” tanya Jin Woo dengan senyuman sumringah seperti mengenal sosok
wanita.
“Di sinilah cerita berawal. Saat
aku datang ke Granada, mencari lelaki itu, saat dia sedang mencariku.”
Hee Joo
mengajak Jin Woo masuk ke dalam hostelnya,
Jin Woo meminta maaf karena sudah membangunkannya. Hee Joo pikir tak
masalah karena mungkin Jin Woo tiba larut malam di bandara. Jin Woo membenarkan
kalau penerbangannya tertunda.
“Dari
mana kau terbang?” tanya Hee Joo, Jin Woo menjawab dari Barcelona, karena urusan bisnis di sana.
“Baiklah.
Kami jarang kedatangan tamu tanpa reservasi.” Ucap Hee Joo sibuk di meja
kerjanya.
“Ini
perjalanan tak terduga.” Kata Jin Woo, Hee Joo ingin tahu Berapa lama akan berencana mengina,
“Aku
Tidak yakin dan bisa lihat nanti.. Bagaimana jika satu malam untuk saat ini?”
kata Jin Woo. Hee Joo seperti binggung, tapi akhirnya membiarkanya.
“Ada kamar
empat orang dan kamar ganda. Harganya 20 dan 35 euro per malam. Itu Tidak
termasuk sarapan dan Sarapan tambah 6 euro...” jelas Hee Joo dan disela oleh
Jin Woo
“Tunggu.
ApaTak ada kamar untuk sendiri?” tanya Jin Woo, Hee Joo menjawab tak ada.
“Apa Kau benar-benar
tak punya kamar untuk tinggal sendiri?” tanya Jin Woo memastikan kembali.
“Orang
yang menginap di kamar tunggal biasanya datang ke hotel. Tapi Sebenarnya ada
satu di lantai enam.” Kata Hee Joo.
“Aku
ambil kamar itu.” Ucap Jin Woo cepat, Hee Joo memberitahu kalau ada di lantai
enam. Jin Woo pikir Tidak masalah. Hee Joo pun menganguk mengerti.
Mereka
pun keluar ruangan, Jin Woo melihat tangga yang melingkar ke lantai enam lalu
bertanya apakah Tidak ada lift. Hee Joo memberitahu karena bangunan tua, jadi tak
mudah memasang lift. Jin Woo bisa mengerti.
“Pak... Kau
membawa barang, mungkin sebaiknya ke hotel. Akan kuberi daftar hotel sekitar dengan
lift.” Saran Hee Joo
“Tidak perlu.
Aku akan menginap di sini.” Tegas Jin Woo tak peduli
“Apa Mungkin
kau mau di kamar asrama? Ada di lantai dua.” Ucap Hee Joo, Jin Woo ingin tahu
apa itu Kamar asrama.
Mereka pun
naik tangga ke lantai dua, Hee Joo membuka pintu dan terlihat kamar berantakan
dengan semua barang ada dimana-mana. Jin Woo melihatnya seperti sangat jijik
“Para
siswa sedang tidur, tapi kau boleh mengintip. Ranjang paling atas kosong.” Jelas
Hee Joo
“Ayo ke
lantai enam.” Kata Jin Woo yang tak ingin satu kamar dengan pria lain bahkan
kotor.
Jin Woo
berusaha mengangkat kopernya naik tangga, Hee Joo melihatnya berpikir kalau
kopernya pasti berat dan akan memberikan bantuan. Jin Woo menolak menyuruh Hee
Joo naik tangga saja lebih dulu dengan nafas terengah-engah.
“Kau
pasti sangat menjaga kopermu.” Kata Hee Joo
“Ada
benda berbahaya di dalamnya.” Ucap Jin Woo. Hee Joo ingin tahu "Benda berbahaya"
“Aku
membawa beberapa pistol.” Kata Jin Woo, Hee Joo kaget mendenagr Jin Woo membawa
Pistol
“Aku
bercanda... Aku hanya tak ingin koperku tergores.” Kata Jin Woo lalu meminta
izin untuk bisa masuk. Hee Joo pun
memperbolehkan walaupun masih terlihat shock.
Saat
membuka pintu, ruangan diatas seperti gudang. Hee Joo meminta maaf kalau belum
dibereskan sejak kemarin. Jin Woo melihat tumpukan debu seperti tak yakin
kalauSejak kemarin. Hee Joo mengaku kalau
Kamar ini biasanya kosong jadi lupa memeriksanya.
“Aku akan
pastikan kamar ini dibersihkan besok pagi.” Kata Hee Joo mencoba membuka
jendela lalu mengeluh karena tak bisa membukanya.
“Sebaiknya
kau ke hotel saja. Bahkan Tangganya juga akan merepotkan.” Kata Hee Joo merasa
tak enak hati.
“Apa Kau menyuruhku
turun lagi ke bawah? Dengan barang ini? Aku Tidak mau.” Ucap Jin Woo. Hee Joo
tahu kalau merasa akan sulit.
“Rasanya
seperti dihukum mati.” Keluh Jin Woo, akhirnya Hee Joo pun membiarkan Jin Woo
sendiri.
Nenek Oh
Young Shim seperti baru bangun bertanya Siapa yang datang selarut ini. Hee Joo
menjawab kalau ada tamu pria di lantai enam menurutnya entah mau apa pria itu
kemari tapi merasa Jin Woo membuatnya tak nyaman. Nenek Oh ingin tahu alasanya.
“Dia
jelas kaya, Nenek... Semua yang dimilikinya tampak sangat mahal. Jam tangan dan
kopernya juga merek mewah.” Kata Hee Joo yang tadi sempat melihat jam tangan
Jin Woo
“Omong
kosong. Apa Menurutmu semuanya asli? Pasti barang palsu.”ucap Nenek Oh. Hee Joo
seperti tak yakin
“Lalu
kenapa orang yang sanggup membeli barang mewah menginap di kamar itu?” kata
Nenek Oh
“Nenek
benar. Kenapa aku tak terpikir itu barang palsu?” ucap Hee Joo. Nenek Oh pun
mengaak Hee Joo untuk masuk kamar dan tidur.
Jin Woo
mengeluh melihat kamar yang tak terawat, lalu mencoba membuka jendela tapi
karena terlalu dipaksa malah membuat kayunya lepas. Tiba-tiba ada tikus lewat
dan masuk ke lubang tikus yang ada dinding. Akhirnya Ia mencoba menutup lubang dengan
tissue, dengan wajah panik.
“Astaga,
berdebu sekali di sini.” Keluh Jin Woo membersihkan meja dan melihat tumpukan
debu di tissue.
“Apa Tak
ada tempat sampah di kamar ini?”ucap Jin Woo kesal saat masuk kamar mandi
akhirnya membuang di dalam toilet.
Tapi saat
menekan flush, tak mau masuk bahkan terlihat sangat kotor. Jin Woo melihat
tulisan di atas toilet “Airnya sangat pelan. Jangan buang tisu ke dalam toilet.
Jika tersumbat, silakan gunakan toilet di lantai dasar.” Ia pun hanya bisa
mengumpat.
Seo Jung
Hoon dalam kamar yang terlihat sangat besar dalam hotel dengan kasur yang besar
memanggil atasanya, lalu bertanya-tanya Apa yang terjadi. Jung Hoon menelp Jin
Woo ingin tahu keberadanya. Jin Woo sibuk didepan toilet.
“Apa Kau
baru bangun?” tanya Jin Woo dengan nada kesal
“Ya. Aku
baru bangun dan tak melihatmu di sini. Kau sedang apa?” tanya Jung Hoon.
“Kau
tanya Sedang apa? Memperbaiki toilet.” Kata Jin Woo. Jung Hoon terlihat kaget.
“Aku
berada di Granada.” Kata Jin Woo, Jung Hoon mengerti dan ingin tahu apakah itu
club,
“Apa Kau
tak tahu Granada? Sebuah kota di selatan Spanyol.”kata Jin Woo kesa
“Apa
Granada yang itu? Apa Maksudmu, kau sungguh berada di Granada sekarang? Kenapa
mendadak ke sana? Kau tak memberitahuku. Pesawat kita ke Seoul pukul 09.00.
Kenapa kau pergi ke sana... Ini Sungguh absurd.” Ucap Jung Hoon
“Apa
Menurutmu ini absurd? Kuberi tahu kau yang lebih absurd. Aku ingin ke Granada, jadi,
kubangunkan sekretarisku. Tapi sekretarisku, yang mabuk dan pingsan, tak mau
bangun. Dia bahkan memakiku karena membangunkannya. Jadi, aku terpaksa membeli
tiket pesawat dan pergi sendirian. Karena sekretarisku tak berguna dan tak bisa
apa-apa. Apa Menurutmu ini masuk akal?” ucap Jin Woo menyindir.
“Kita
sudah menyelesaikan seluruh agenda, yang tersisa hanya naik pesawat, dan ini
malam terakhir, jadi...” kata Jung Hoon
“Siapa
bilang kita sudah selesai? Urusanku belum selesai. Apa kau atasanku? Apa Kau
yang membuat keputusan? Apa Kau direkturnya? Apa Kau pikir siapa dirimu?” kata
Jin Woo marah
Jung Hoon
akhirnya meminta maaf, Jin Woo menyuruh agar mengirim surat pengunduran segera
setelah tiba di Seoul. Jung Hoon pikir Jin Woo sedang bercanda. Jin Woo kesal
karena ucapanya dianggap bercanda. Jung Hoon berharap agar bercanda dan kembali
meminta maaf.
Jin Woo
yang kesal memilih untuk menutup telpnya, beberapa kemudian kemmbali menelp naik
pesawat paling pagi kemari dan menelpnya kalau sudah sampai. Jung Hoon mengerti
akan menelpnya lalu menutup telpnya.
“Kenapa
dia pergi ke Granada tengah malam?” ucap Jung Hoon lalu terlihat bahagia.
Jin Woo
akhirnya berhasil membuat toilet yang mampet jadi lancar kembali dan terlihat
bahagia. Setelah itu Ia mencoba menchager ponselnya tapi ternyata tak ada
listrik yang mengalir. Akhirnya Ia menuruni tangga sambil mengeluh karena ada
banyak sekali tangga.
“Kenapa
gelap sekali di sini? Bagaimana jika tamu tewas terjatuh? Jika tak bisa juga di
sini, akan kututup tempat ini.”keluh Jin Woo sambil menuruni tangga lalu masuk
ke dapur menyalakan lampu.
Setelah
itu ia mengisi handphonenya pada colokan yang ada didapur, lalu mengirimkan
pesan pada Choi Yang Jung bertanya “Berapa lama lagi?” Yang Ju menjawab butuh
setengah jam lagi.
Jin Woo
melihat ada tulisan peringatan "Sarapan 6 Euro" lalu "Peraturan
Dapur Hostal Bonita" dan ada
tulisan depan lemari “Mi instan gratis! Ini bonus spesial untuk tamu Bonita.
Selamat menikmati.”
Jin Woo
memasak mie instant sambil menunggu ponselnya penuh lalu melihat sosok wanita
muda masuk dapur lalu bertanya siapa. Jung Min Ju memberikan tahu namanya. Jin
Woo bertanya apakah tinggal di sini. Min Ju membenarkan.
“Pemilik
hostel ini pasti ibumu.” Kata Jin Woo. Min Ju pikir kalau sudah jelas Hee Joo
itu adalah kakaknya. Jin Woo kaget kalau Hee Joo adalah kakaknya.
“Apa Kau
kira dia ibuku? Umurnya baru 27 tahun.” Ucap Mi Joo, Jin Woo mengerti dan
meminta agar tak memberitahunya.
“Aku akan
menari di sini... Tolong jangan hiraukan aku... Hanya di saat ini aku bisa
latihan... Aku ada audisi minggu depan.” Kata Mi Joo.
Akhirnya
Jin Woo makan ramyun sambil diganggu dengan Mi Joo yang latihan menarik
berputar-putar sekitar meja makan dengan earphone di telinganya. Jin Woo tak bisa mengeluh akhirnya selesai
mkan dan menaruh ditempat cuci piring.
“Ahjussi..
Bersihkan sendiri... Kau harus cuci piring sendiri.” Ucap Mi Joo.
“Aku bisa
bersihkan besok.” Ucap Jin Woo, Mi Joo mengatakan tak bisa. Jin Woo ingin tahu alasanya.
Mi Joo menegaskan Tidak bisa.
Akhirnya
Jin Woo pun terpaksa mencuci piring lalu menerima pesan dari "Choi
Yang-Ju" [Sudah selesai, Pak. Silakan diperiksa.] Ia pun bergegas
memberitahu Mi Joo kalau sudah cuci semuanya lalu keluar dari hostel.
“Mayoritas orang datang ke Granada untuk
mengunjungi Istana Alhambra. Namun, aku kemari untuk sesuatu yang lain. Sesuatu
yang lebih ajaib dari Alhambra.....”
Saat itu
Jin Woo sudah berdiri di tengah ruang lapang, dan melihat sosok seseorang
menaiki kuda datang dalam kabut asap. Jin Woo takjub melihat pria dengan baju
besi dan siap perang, tapi tiba-tiba si pria jatuh tersungkur terlihat ada
banyak panah dibagian punggungnya.
“Sihir..
Aku datang jauh-jauh kemari untuk melihat sihir “
Jin Woo
terlihat ketakutan dan kebingungan, lalu melihat si pria sudah tak ada
kepalanya. Tiba-tiba patung dibagian atas turun mendekati Jin Woo, ditanganya
ada pedang panjang. Jin Woo kaget sampai terjatuh dan pedang si pria menyentuh
tanah dan membuat jalanan berantakan.
Pria dengan
jubah hitam mengayuhkan pedangnya dan tangan Ji Woo terluka dengan darah yang
menetes dan pedang terlihat bekas darah. Di dalam mata Jin Woo terlihat seperti
komputer yang memberitahu "Serangan Kritis -100"
"Kau telah dibunuh Prajurit
Kerajaan Nasrid, Kau akan dikeluarkan"
Saat itu
pria yang membunuhnya dan juga darah ditanga Jin Woo pun hilang, wajah Jin Woo
kebingungan seperti baru saja tersirih.
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar