PS : All images credit and content copyright : TVN
Su Kyung
bergegas masuk stasiun mengaku tak menyangka akan bertemu Jin Woo tiba-tiba dan
itu Sudah tiga tahun sejak terakhir bertemu Tapi menurutnya Jin Woo sama sekali
tak berubah dengan wajah kesal. Su Jin tak banyak komentar hanya diam saja. Jin
Woo terdiam mengingat pembicaraan dengan Su Jin.
“Aku
menemani suami urusan bisnis. Tapi dia tiba-tiba harus datang ke Granada. Kami
tak punya rencana kemari.” Ucap Su Jin. Jin Woo ingin tahu kapan sampai
Granada.
“Kemarin
pagi.” Kata Su Jin akhirnya Jin Woo mengeluarkan sesuatu dari saku celananya,
lalu memasangkan kembali ke matanya.
Ia
mengeluarkan pedang yang didapatkan setelah berhasil menang di level 1. Yang Joo binggung Kata Jin Woo tak mau main.
Seon Ho heran karena Seharusnya Jin Woo mencari Jung Se Joo tapi malah
bermain games. Jin Woo melihat kalau
untuk mengambil senjata baru dengan Kunci prajurit yang didapatkan tadi malam.
Jin Woo
melihat ada “PEMAIN BARU MASUK” Yang Joo bertanya-tanya siapa pemain baru dan
berpikir kalau Seseorang pasti akses server. Seon Ho pun bertanya siapa
orangnya. Akhirnya Jin Woo pun masuk ke dalam mobil akan menlacak pemain baru.
“DISTRIK
SACROMONTE 5,5 KM DARI LOKASI SAAT INI”
Jin Woo
langsung mengemudikan mobilnya sesuai dengan petunjuk peta dalam gamesnya. Yang
Joo pikir itu Se Joo yang sedang memainkanya, Seo Ho heran Se Joo tak pulang ke
rumah jika sudah tiba di Granada. Yang Joo yakin kalau Insting pemrogram adalah
mencoba gamesnya.
“Game
sudah seperti anaknya, jadi, dia akan periksa apakah ada masalah, atau dia
punya ide baru untuk gamenya.” Jelas Yang Joo dan Jin Woo tinggal 2 kilo lagi
menuju lokasi.
Akhirnya
Ji Woo sampai di tempat yang terlihat seperti gurun dan sebuah rumah besar
dengan dinding yang tinggi. Jin Woo melihat ada banyak penjaga Aragon yang
sudah mati seperti dibunuh seseorang. Ketika turun dari mobil Jin Woo melihat
ada sesorang yang sedang bertarung, Yang Joo melihat kalau itu Tuan Cha.
“DR. CHA:
LEVEL 4, LEVEL SERANGAN 380, LEVEL PERTAHANAN 395, PEDANG BIARAWAN”
Akhirnya
Cha Hyung Seok berhasil mengalahkan semua musuh Aragon “ PENGALAMAN +150, LEVEL
SERANGAN +10, LEVEL PERTAHANAN +5” lalu diberitahu kalau ada pemain baru
datang. Jin Woo pun berjalan mendekati Hyung Seok dan sama-sama berhadapan.
“Bajingan
ini Cha Hyung Seok... Sahabat dan sesama pendiri perusahaanku... Kini, dia
bukan keduanya.” Gumam Jin Woo seperti punya rasa dendam.
Mereka
pun diminta untuk menyapa pemain, menyuruh untuk BANGUN RELASI DENGAN PEMAIN
untuk TINGKATKAN POIN PENGALAMAN.
“Bagaimana
kau tahu? Kukira tak ada yang tahu game ini.” Kata Hyung Seok
“Tak ada
rahasia di bidang ini. Jika kau tahu, maka aku juga tahu.” Kata Jin Woo
“Jin-woo,
menyingkirlah dari proyek ini... Game ini sudah selesai.” Komentar Hyung Seok
“Kau
bilang Selesai? Aku dapat telepon kemarin... Katanya dia tak mau Tanda tangan
kontrak denganmu. Aku tahu tawaran masih terbuka, tapi aku percaya dustamu dan
kuberi tahu yang terjadi selanjutnya.” Ucap Jin Woo
“Anggap
kau beruntung dan beli game ini. Kau masih akan butuh bantuanku karena aku
punya lensa kontak. New Word tak akan pernah mendapatkannya karena takkan
kubiarkan. Kau hanya perlu tahu triliunan won yang kau investasikan untuk game
ini akan sia-sia. Aku beri tahu lebih dulu agar tak berharap bisa bergabung
denganku.” Tegas Jin Woo
“Kau
bukan pemilik tunggal J One Holdings. Aku masih punya hak veto penawaran. Bukankah
harusnya direktur memikirkan profit perusahaan?” sindir Hyung Seok.
“Ada
pengecualian yang lebih penting daripada laba. Aku menganggapmu pengecualian.
Aku yakin kau tahu ini... Kau akan selalu jadi pengecualian hingga aku mati.
Jadi, berhentilah bermimpi, jangan buang uangmu, dan jaga istrimu. Seharusnya
jangan biarkan istrimu yang hamil naik kereta sendirian.” Ejek Jin Woo
“Aku
sudah melawannya enam kali seumur hidupku. Skor pertarungan kami tiga menang
dan tiga kalah. Kekalahan paling menyakitkan adalah istriku yang dia rebut.”
Gumam Jin Woo penuh amarah.
Mereka
siap bermain games, bertanya apakah mereka ingin bergabung jadi tim atau
lawan. Dan keduanya menolak jadi tim
jadi keduanya adalah musuh dan mereka bebas berduel apabila memenangkanya akan
menambah poin pengalaman.
“Apa mau
berduel? Aku belum pernah lakukan ini.” Ucap Hyung Seok dengan nada mengejek.
“Duel
dengan pemain lain... Peluang tak terduga.” Gumam Jin Woo.
“Level
Pak Cha dan senjata dia lebih tinggi. Itu sebabnya kuminta dia cari pedang
baru. Bagaimana jika dia akan melawan habis-habisan?” kata Yang Joo yang
melihatnya panik.
Sebelum
mulai, Jin Woo meminta waktu untuk mengangkat telpnya. Seon Hoo meminta agar
Jin Woo mundur dan tak melakukan duel. Jin Woo pikir tak ada alasan untuk
mundur. Seon Hoo menegaskan kalau Ini bukan saatnya berduel.
“Kita
tahu dia juga belum mengontak Jung Se Joo, jadi, kita aman. Dan Kini lebih baik pergi saja” kata Seon Hoo dengan
wajah apanik.
“Tapi dia
memancingku.” Keluh Jin Woo. Seon Hoo meminat Jin Woo agar Jangan bersikap
kekanakan dan pergi saja.
“Kata "Kekanakan"
itu nama tengahku.” Ucap Jin Woo, Yang Joo meminta agar Jin Woo tak berduel
karena tak mungkin bisa menang.
“Aku tahu
dia tak sebanding” kata Jin Woo tak ingin dianggap remeh.
“Game
video adalah soal benda, bukan kemampuan fisik. Pedangmu tak sebanding. Kau
bisa mati dengan goresan. Ini Akan sangat memalukan.” Jelas Yang Joo ingin Jin
Woo mundur.
Jin Woo
mematikan ponselnya siap melawan Hyung Seok, Dan Hyung Seok siap melawan
temanya sendiri tapi tiba-tiba Jin Woo terlihat meninggalkan permainan. Hyung
Seok bingung tak percaya kalau Jin Woo mundur.
“Levelmu
lebih tinggi... Kau tahu itu, Dasar Brengsek... Tetaplah di sini, aku akan menghubungimu.”
Ucap Jin Woo lalu melangkah pergi.
“Berapa
lama kau di sini? Kita harus duel, telepon aku! Aku tak akan main serius.”
Teriak Hyun Seok.
Setelah
Jin Woo pergi, Hyung Seok menelp seseorang terlihat marah karena Jin Woo ada
dalam games juga dan terlihat anak buahnya juga binggung. Ia berteriak marah
karena tahu Se Joo pasti mengontak Jin-woo juga jadi menyuruh agar mencari tahu
apa ada kesepakatan.
“Sejak
tiga tahun lalu, tujuan hidupku jadi simpel. Apa pun yang diinginkan Hyung
Seok, maka aku akan merebutnya. Makin besar pendiriannya, maka makin aku
bertekad mendapatkannya. Itu sebabnya...” gumam Jin Woo sambil mengemudikan
mobilnya.
Flash Back
Se Joo
menelp memberitahu kalau bertemu Pak Cha Hyung-seok dan Jin Woo pasti
mengenalnya. Jin Woo sedang tertidur langsung terbangun mendengar nama Hyung
Seok. Se Hoo tahu kalau keduanya berteman.
“Saat dia
menyebut Hyung Seok, tekadku menjadi bulat. Aku harus mendapatkan game ini.”
Gumam Jin Woo
Jin Woo
menerima telp dari Mr A ingin membahas Hyung Seok tapi, Mr A membahas tentang
Hak Paten. Jin Woo mengaku belum memeriksanya dan terlihat terkejut.
“Ini
pertarungan ketujuh kami, dan bagaimanapun aku harus menang. Akan kulakukan
segala cara untuk menang.”
Jung Hoon
menerima telp dari Jin Woo dibawah tangga. Jin Woo menanyakan keberadaan Hee
Joo sekarang, Jung Hoon melihat Hee Joo ada di dapur bersama seorang teman
Sekarang.
Di dapur
Sang Bum
mengumpat kesal mengetahui ada yang meremehkan karena Hee Joo adalan wanita dan masih muda, jadi
tahu Pasti Hee Joo hanya bisa bergeming dan menangis. Hee Joo mengaku sudah
menumpah semua ungkapnya. Sung Bum ingin
tahu yang dikatakan Hee Joo.
“Tadinya
ingin kubiarkan, tapi Aku tak bisa. Ini sangat menyebalkan sekali. Jadi aku
mengembalikan uangnya lalu kuusir.” Ucap Hee Joo. Sang Bum tak percaya
mendengarnya.
“Ya, itu
baru saja aku lakukanya” ucap Hee Joo bangga. Sang Bum ingin tahu Apa yang
dikatakan
“Aku tak
ingat. Kukatakan yang terlintas. Amarah membuatku bicara lepas.” Ucap Hee Joo.
Sang Bum ingin tahu apa yang dikatakan pria itu.
“Dia
bilang Pelafalanku bagus dan hanya mendengarku mengoceh saat kupikir dia akan
marah.” Ucap Hee Joo
“Itu
sebab orang brengsek harus mendapat balasannya. Jika tidak, mereka akan
menginjakmu.” Ungkap Sang Bum juga merasa kesal
“Dia hanya
mendengarkan dan itu aneh. Ke mana rasa marahnya?” ucap Hee Jo heran
“Dia
patah semangat. Apa Kau tak sadar? Begitu cara mengurus orang brengsek. Jadi Berhenti
tersedu dan diam-diam menangis.” Ucap Sang Bum. Hee Joo mengelak kalau tak
pernah melakukanya.
Jung Hoon
masuk dapur, Hee Joo pikir Jung Hoon akan pergi sekarang. Jung Hoon mengaku
tidak, tapi berniat memberi kartu namana
yang belum sempat diberikan sebelumnya
dan menyebutkan namanya. Hee Joo
mengerti dengan wajah binggung.
“Apa kau Bisa
terima kartu ini?” ucap Jung Hoon, Hee Joo pun menerimanya.
“J One
Holdings? Bukankah ini perusahaan investasi besar?” kata Sang Bum melihatnya.
Jung Hoon kaget karena Sang Bum mengetahuinya.
“Kami
perusahaan terbesar di bidang ini.” Kata Jung Hoon bangga, Sang Bum pasti tahu
karena selalu disebut di berita.
“Kenapa kau
memberiku ini?” tanya Hee Joon bingung, Jung Hoon memberitahu kalau Direktur
ingin bertemu dengan Hee Joon untuk
berbincang.
Hee Joo
bingung akan bertemu dirinya, dan ingin tahu alasannya dan siapa orang itu.
Jung Hoon memberitahu kalau itu Pria di Kamar 601 yaitu Pria dengan jam tangan
palsu, sepatu palsu, dan lainnya menegaskan kalau Jin Woo adalah bosnya.
“Apa Maksudmu
Pak Yoo Jin-woo? Direkturnya?” ucap Sang Bum kaget, Jung Hoon berpikir kalau
sudah mengenalnya.
“Apa
benar dia? Apa Pak Yoo Jin-woo menginap di Kamar 601? Hei, pria yang kau
bicarakan. Apa dia adalah Yoo Jin-woo?” ucap Sang Bum terlihat benar-benar tak
percaya.
Sang Bum
mencari keyword nama “Yoo Jin Woo” wajah dan artikel sudah terlihat dihalaman
pertama. Hee Joo terlihat kesal sendiri karena mengatakan barang palsu
menurutnya kalau hanya diam saja maka tak akan ada masalah
“Ini
semua salah Nenek... Dia bilang semua barangnya palsu.” Kata Hee Joo kesal
sendiri.
“Ini Sudah
kuduga. Aku mengira semuanya asli... Dugaanku sejak awal benar. Dan kau Tolonglah.
Jangan tertinggal berita Korea... Kau bahkan tak tonton berita.” Kata Sang Bum
memarahi temanya.
“Aku tak
akan kembali. Kenapa harus melakukanya?” keluh Hee Joo, Sang Bum tahu istri Jin
Woo adalah Go Yu Ra. Hee Joo binggung
siapa Yu Ra.
“Apa Kau
tak kenal aktris itu? Dia sangat cantik. Mereka akan bercerai.” Kata Sang Bum.
Hee Joo kaget kalau Jin Woo itu adalah duda.
“Mereka
hendak cerai... Go Yu-ra menggugat cerai... Ini nikah kedua Jin-woo. Dan Dia
cerai lagi.” Cerita Sang Bum. Hee Joo tak percaya berpikir Ji Woo itu dari
Hollywood
“Sang Bum,
kenapa dia mau menemuiku? Apa Dia mau menuntut karena tersinggung? Tapi Jika
begitu, dia orang kaya yang picik.” Keluh Hee Joo.
Saat itu
Jin Woo turun dari mobil lalu menyapa keduanya dengan melambaikan tangan, Sang
Bum seperti tak percaya kalau yang didepanya itu Jin Woo CEO yang sebelumnya
hanya dilihat pada layar ponselnya. Hee
Joo pun panik, Sang Bum pikir Jin Woo tak tampak seperti ingin menuntut.
“Maaf,
aku terlambat.” Kata Jin Woo, Hee Joo pikir Tak perlu minta maaf. Karena juga
baru tiba.
“Apa kau
mau bersalaman dulu? Untuk berbaikan.” Kata Jin Woo, Hee Joo setuju mereka pun
berjabatan.
“Aku
minta maaf soal pagi ini... Belakangan ini aku stres, jadi Tolong jangan marah.”
Kata Jin Woo
“Tak apa,
aku yang harus minta maaf... Kau berhak marah.” Ucap Hee Joo
“Meski
begitu, aku cukup kasar.” Kata Jin Woo, Hee Joo pikir dirinyajuga tak sopan.
“Aku tak
menonton berita, jadi Aku tak tahu kau terkenal... Yang kukatakan sebelumnya
absurd.” Akui He Joo
“Jam ini
bukan barang palsu.” Kata Jin Woo mengejek, Hee Joo mengakuinya kalau Terlihat
berbeda dari dekat.
“Kuharap
kau melupakan kejadian pagi ini. Aku tak biasanya sekejam itu.” Kata Jin Woo
“Aku juga
berharap hal yang sama dan Aku tak biasanya hilang kendali.” Balas Hee Joo
“Bagaimana
jika kita lupakan saja karena memalukan?” kata Jin Woo, Hee Joo pun setuju
bahkan memohon untuk melupakanya.
“Kita pura-pura
saja menderita hilang ingatan singkat.” Ucap Jin Woo, Hee Joo pikir Itu Cukup
bagus.
“Mulai
sekarang, kita lupakan kejadian pagi ini.” Kata Jin Woo, Hee Joo mencoba
berpura-pura lupa ada kejadian apa pagi tadi.
Jin Woo
bisa tersenyum lalu mengajak duduk dan bertanya siapa pria didepanya. Sang Bum
memperkenalkan diri, Hee Joo mengaku Sang Bum sebagai teman dekatnya Jin Woo
pun menyapanya. Sang Bum memberitahu kalau Hee Jo tak pintar.
“Aku tak
tahu ini soal apa, tapi aku di sini mengikuti pertemuan ini.” Ucap Sang Bum.
“Aku tak
bisa mengizinkan.” Tegas Jin Woo, Sang Bum dan Hee Joo kaget
“Pertemuan
ini hanya antara kami... Tolong beri privasi.” Kata Jin Woo, Sang Bum pikir Jin
Woo bisa bicara denganya.
“Aku
dekat dengannya. Kami sudah seperti keluarga.” Ucap Sang Bum. Jin Woo tahu tapi
menurutnya secara teknis Sang Bum bukan keluarganya. Sang Bum kaget dengan
sikap Jin Woo yang blak-blakan.
“Aku tak
percaya orang yang manfaatkan kata "sudah seperti". Aku tak suka dan
Sulit percaya bahkan pada keluarga sendiri. Sejak tahu identitasku, aku yakin
kau mencari informasi tentangku. Aku sudah menikah dua kali, tapi gagal.” Ucap
Jin Woo
“Yang
pertama gagal karena sahabat dan istriku mengkhianatiku. Yang kedua hanya bertahan
setahun. Dia bahkan minta separuh asetku untuk alimentasi... Dia mata duitan. Kurasa
proses hukum lebih panjang dari pernikahan kami. Mungkin terdengar kasar, tapi
ini kenyataannya.” Ucap Jin Woo
“Aku tak
punya orang yang "sudah seperti" keluarga atau teman. Aku tak percaya
itu dan Nona Jung, jangan percaya juga.”ucap Jin Woo. Hee Joo tak bisa
berkata-kata
“Yang
akan kukatakan ini dapat mengubah hidupmu. Saat keadaan berubah, begitu juga
hubunganmu. Khususnya terkait uang. Jadi, aku akan diskusi hanya dengan Nona
Jung.” Kata Jin Woo
“Aku
pergi dulu. Aku akan ada di bengkel.” Kata Sang Bum melangkah pergi Jin Woo pun
mengucapkan Terima kasih atas perhatian Sang Bum.
Jin Woo
dan Hee Joo pun akhirnya duduk, Hee Joo
ingin tahu ada apa sebenarnya dengan wajah bingung. Jin Woo pikir melewatkan
beberapa hal tapi karena waktu sangat penting jadi akan langsung saja. Ia pikir
Hee Jo sudah tahu siapa dirinya.
“Aku
seorang investor... Aku beli produk hebat, tanam modal, dan jual dengan harga
besar. Itu tugasku. Apa kau Tahu kenapa aku di Granada sekarang? Dalam setahun,
Granada akan lebih terkenal untuk hal selain Alhambra.” Ucap Jin Woo
“Untuk
apa?” tanya Hee Joo bingung, Ji Woo menjawab kalau itu Sihir. Hee Joo binggung.
“Ya, itu
benar... Mulai sekarang, Granada akan terkenal sebagai kota ajaib. Dengan
Terpesona sihirnya, orang akan kemari seperti kawanan lebah. Mereka akan
tinggal minimal sebulan alih-alih hanya beberapa hari. Orang kaya dengan waktu
dan uang untuk dihabiskan akan datang kemari alih-alih ke Mediterania.” Jelas Jin
Woo yakin
“Ini
alasannya, jadi Mereka akan bersenang-senang. Uangnya dipakai untuk
bersenang-senang. Jadi, aku akan beri saran sejak awal. Kau harus Segera pasang
lift. Tak cuma tambal lubang tikus dan perbaiki jendela. Aku menyarankan kau perbaiki
seluruh gedung. Atau Ka jual saja rumah bobrok itu dan beli hotel sekalian... beli
hotel bagus saja.” Saran Jin Woo. Hee Joo makin binggung.
“Dalam
setahun, kota ini akan kacau sebab tak akan ada cukup kamar. Aku seorang ahli,
jadi, saat kubilang investasi, percayalah dan lakukan. Kau bisa Beli hotel dan
pekerjakan manajer... kau bisa lakukan apa pun. Itu Menyenangkan, kan?” ucap
Jin Woo dengan wajah penuh semangat.
“Lalu Apa
impianmu, Nona Jung? “ Adakah yang mau kau lakukan jika uang bukan masalah?”
tanya Jin Woo. Hee Joo bingung meminta waktu sebentar.
“Bagaimana
bisa aku membeli hotel? Aku bahkan Tak ada uang untuk renovasi. Dan Aku sedang
cari pinjaman untuk rumah bobrok itu.” Kata Hee Jo
“Uang
akan datang padamu.” Ucap Jin Woo, Hee Joo pikir itu tak mungkin bisa.
“Seseorang
akan memberikannya.”ucap Jin Woo, Hee Joo bertanya siapa. Jin Woo balik bertanya
Menurut Hee Jo siapa
“Inilah
yang terjadi pada hari pertama aku datang ke Granada.” Gumam Jin Woo.
[Setahun berlalu]
Jin Woo
terlihat lusuh duduk didalam kereta, sepatunya terlihat kotor dan tak terawat.
Pengeras suara memberitahu kalau pemberhentian selanjutnya adalah Stasiun
Granada. Jin Woo dengan kaki terlihat pincang berjalan ke toilet.
Saat itu
ada orang di dalam toilet, Jin Woo pun menunggu didepan pintu. Tiba-tiba awan menghitam dan hujan mulai turun,
Jin Woo bergegas masuk ke dalam toilet lalu mengeluarkan pistolnya. Lampu
kereta mulai mati saat Jin Woo akan membuka pintu toilet.
Jin Woo
mulai melawan semua pria dengan wajah ditutup kain hitam dan membawa senjata. Jeritan
penumpang ketakutan terdekat, Jin Woo bisa melawan semua pria yang tak dikenal.
“Setahun
lalu, apa yang terjadi dengan masa depan yang kuramal pada Hee-Joo? Aku separuh
benar, Tapi Aku sungguh keliru untuk sebagiannya.”
Jin Woo
dan salah satu pria yang mengunakan soflens akan saling menembak dan suara
tembakan terdengar.
Bersambung
ke episode 3
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar