PS : All images credit and content copyright : TVN
“CEO Cha
Soo Hyun... Apa Sudah mau pulang? Aku punya sedikit uang. Hari ini aku yang
traktir, jadi, bagaimana jika kita pergi
makan ramyeon?” ucap Jin Hyuk berani. Tuan Park tak percaya kalau pria itu
adalah Jin Hyuk.
“Hari ini
Macetnya terlalu parah untuk ke tempat
peristirahatan, jadi, bagaimana jika kita makan
mi instan saja di toserba?” kata Jin Hyuk.
Soo Hyun
pun dengan senyuman menjawab kalau ia yang akan traktir, lalu bersama dengan
Tuan Nam dan Sek Jang keluar dari gedung. Tuan Choi yang melihatnya tak bisa
berkata-kata. Tuan Park melihat Jin Hyuk pergi dengan Soo Hyun seperti tak
percaya dengan yang dilihatnya.
Dalam
mobil, terasa hening. Jin Hyuk terlihat gugup.
Tuan Nam pikir kalau harus mengantarnya ke toserba. Sek Jang pikir
mereka bisa menurun Jin Hyuk di tempat yang sepi. Soo Hyun pikirkan aneh
rasanya jika kita berempat makan ramyeon bersama. Sek Jang setuju.
“Tolong
tepikan mobilnya di tempat yang sepi.” Ucap Soo Hyun
“Kau bisa
menepi di sana. Bagaimana, Pak Nam?” kata Sek Jang
“Ya. Kau
bisa turun di sana, Sekretaris Jang.” Kata Soo Hyun, Sek Jang kaget diminta
turun.
“Ya. Aku
dan kau harus turun.” Tegas Tuan Nam bisa mengerti kalau Soo Hyun ingin bicara
berdua dengan Jin Hyuk. Sek Jang memastikan kalau ini bukan candaan.
“Kita bukan
anggota klub. Kenapa harus ke toserba bersama? Bukan begitu, CEO Cha?” ucap
Tuan Nam
“Jika
merasa terasingkan, kau bisa mampir ke toserba itu bersama Pak Nam.” Balas Soo
Hyun. Jin Hyuk bisa tersenyum bersama dengan Tuan Nam, sementara Sek Jang hanya
bisa menghela nafas kalau semua akan menjadi masalah besar.
Akhirnya
Tuan Nam turun dari mobil bergantian dengan Soo Hyun yang mengambil kemudi. Jin
Hyuk pun dengan gugup pamit pergi dengan masuk ke dalam mobil. Sek Jang
memperingatkan temanya agar harus berpikir baik-baik, karena Ini bisa sangat
memusingkan. Soo Hyun tak peduli segra masuk mobil.
“Pak Nam,
kenapa tidak hentikan dia? Ada apa denganmu?” keluh Sek Jang kesal
“Sudah
berapa lama? Apa Sekitar 25 tahun? Aku belum lihat pria sekeren itu... Aku sama
seperti dia 25 tahun lalu.” Ucap Tuan Nam bangga. Sek Jan pikir keadaanya
membuat gila.
“Kau tidak
dapat pria seperti dia, kan?” ejek Tuan Nam, Sek Jang pun tak bisa
berkata-kata.
“Mari
pergi ke toserba, Mi Jin... Sayang, mari makan ramyeon!” goda Tuan Nam, Sek
Jang memilih untuk menghentikan taksi.
Soo Hyun
duduk diam mengemudikan mobil, Jin Hyuk bertanya apakah Soo Hyunsungguh tidak
akan pergi ke toserba, Soo Hyun mengaku
akan mengantarnya pulang. Jin Hyuk menolak juga karena Wajah Soo Hyun bisa menjadi bengkak jika makan ramyeon
selarut ini.
“Mari
pergi ke kedai teh yang bagus.” Ucap Jin Hyuk
“Kau
pasti tahu mesin penjual otomatis hebat lainnya.” Komentar Soo Hyun
“Saat
jantungmu berdebar kencang seperti hari ini, ada kedai teh yang cocok untuk hal
tersebut.” Kata Jin Hyuk lalu menunjukan jalan untuk berbelok.
Keduanya
sampai didepan sebuah kedai, Soo Hyun tak yakin kalau yang didatangi adalah
kedai teh. Saat itu seorang wanita tua membuka pintu terlihat bahagia menyambut
Jin Hyuk, mereka pun saling berpelukan. Soo Hyun seperti tak menyangka melihat
Jin Hyuk yang dekat dengan wanita tua.
“Aku
hampir lupa wajahmu... Sudah lama sekali, bukan? Kenapa kamu menjadi begitu
kurus?” ucap Si bibi
“Bibi
menjadi makin cantik.” Puji Jin Hyuk, Si bibi hanya tersenyum akhirnya mereka
pun masuk kedai.
“Apa Kau
bersenang-senang di Kuba?” tanya Si bibi, Jin Hyuk emngaku Rasanya
menyenangkan.
“Dia
teman yang kutemui di Kuba.” Akui Jin Hyuk, Si bibi tersenyum bahagia melihat
Soo Hyun.
“Selamat
datang... Pasti rasanya sedikit asing di sini.” Sapa bibi
“Ini
terlihat seperti ruang pribadi. Maaf sudah mengganggu.” Ucap Soo Hyun
“Aku
yakin semua yang suka teh adalah teman. Karena Jin Hyuk sudah datang, haruskah
kusajikan teh enak?” kata Nenek. Jin Hyuk setuju.
“Anggap
saja seperti di rumah sendiri.” Kata si bibi sebelum meninggalkan mereka berdua
Jin Hyuk
melihat seluruh ruangan menyakinkan kalau tempat kedai teh pilihnya pasti
bagus, dan merasa sudah pernah menceritakan soal BibiLee pada Soo Hyun di Kuba
dan bertanya apakah mengingat tentang teman fotografer ayahnya.
“Apa dia,
Orang yang memberimu sebuah kamera?” tanya Soo Hyun.
“Ya.
Dialah istri dari teman ayahku tersebut. Dahulu dia seorang guru. Setelah
suaminya tiada, dia menghabiskan waktu berwisata. Bangunan ini terlihat seperti
gereja... Ya, dia pindah kemari saat gereja kosong ini dijual murah. Dia unik,
bukan?” cerita Jin Hyuk lalu meminta Soo Hyun menungu karena akan membantu
Nyonya Lee.
Jin Hyuk
pergi ke dapur, Nyonya Lee bertanya apakah Soo Hyun itu Kekasihnya. Jin Hyuk
terlihat binggung. Nyonya Lee pikir kalau Jin Hyuk mengajaknya kemari untuk
diperkenalkan kepadanya. Jin Hyuk mengaku bukan seperti itu.
“Aku
butuh bantuan untuk merasakan ketenangan”kata Jin Hyuk
“Kenapa? Apa
Kau menyatakan perasaanmu padanya?” tanya Nyonya Lee penuh semangat.
“Menurut
Bibi, apa dia akan menerimaku?” tanya Jin Hyuk. Nyonya Lee menatap wajah Jin
Hyuk lebih dulu
“Kau
terlihat jelek hari ini. Lakukan saja lain waktu.” Ejek Nyonya Lee. Jin Hyuk
mengeluh kalau sudah menjadi makin tampan tiap harinya.
“Pandangan
Bibi pasti memburuk.” Balas Jin Hyuk mengejek lalu meminta Nyonya Lee agar
menatapnya lagi.
“Lupakan
saja... Hari ini buruk. Bibi tidak mau melihat. Tidak akan bibi lihat.” Ucap
Nyonya Lee mengoda.
Keduanya
pun minum teh, Nyonya Lee ingin tahu
pendapat Soo Hyun dengan tehnya. Soo Hyun mengaku Rasanya enak dan lembut.
Nyonya Lee mengakuu punya banyak teh lainnya jadi Soo Hyun harus mencicipi semuanya lalu bergegas pergi.
“Bibi mau
ke mana?” tanya Jin Hyuk. Nyonya Lee pikir
Tugas menyajikan teh sudah dilakukan jadi meminta agar menjaga rumahnya sebentar.
“Bibi
harus memijat seorang nenek di daerah lain dan Tidak akan lama. Jin Hyuk, bibi
baru dapat teh enak dari Kunming.. Kau juga harus mencobanya. Rasanya enak... Baiklah.
Sampai nanti.” kata Nyonya Lee bergegas pergi.
“Apa Kau
sudah tenang sekarang?” tanya Jin Hyuk melihat Soo Hyun meminum tehnya.
“Aku
terkejut karenamu, lalu aku menjadi tenang berkatmu.”akui Soo Hyun
“Maaf
sudah mengejutkanmu... Tapi aku tidak menyesal.” Balas Jin Hyuk
“Jin
Hyuk, rasanya akan sulit di kantor mulai besok, setelah semua orang tahu. Semua
orang akan mulai mengarang lebih banyak cerita.” Jelas Soo Hyun
“CEO Cha,
aku sudah memutuskan, Karena itulah aku bertindak.” Ungkap Jin Hyuk
Soo Hyun
ingin tahu memutuskan apa yang dimaksud dan memikirkan kalau Jin Hyuk tahu akan
terlibat masalah yang diakibatkan gosip. Jin Hyuk pikir kalau Soo Hyun tidak
boleh emosi setelah minum teh lezat. Soo Hyun menegaskan kalau ucapanya tadi
tak bercanda.
“CEO
mengatakan apa yang ingin kukatakan... Aku tidak bergurau. Aku harus berusaha
menjadi orang yang berarti bagimu. Itulah yang kuputuskan.” Tegas Jin Hyuk. Soo
Hyun mengajak pergi saja.
“Kita
harus menjaga rumah ini. Dia belum kembali. Selain itu Dia juga punya banyak
teh mahal dan Teh itu tidak bisa dicuri. Yang paling penting, teh yang diminum
untuk kali kedua rasanya akan sangat enak.” Kata Jin Hyuk menuangkan teh di
cangkir. Keduanya pun menunggu bibi lee sambil meminum teh.
Hye In
duduk di cafe sendirian, mengingat kembali yang di katakan Jin Hyuk saat di
lobby dengan berani. “CEO Han... Hari
ini aku yang traktir, jadi, bagaimana jika kita pergi makan ramyeon?”
Pikirannya pun melayang memikirkan kejadian saat SMA.
Flash Back
Hye In
masih memakai seragam sekolah, mengambil
foto dengan dua temanya. Temanya memberitahu
kalau harus makan siang bersama orang tuanya jadi bertemu setelah itu. Dan
teman yang mengambil foto mengatakan akan menelepon keduanya setelah makan bersama
keluarganya.
“Kita
harus banyak berpesta. Hye In, bagaimana denganmu? Apa Kau mau bergabung?” ucap
temanya.
“Kurasa
orang tuaku hampir tiba. Sepertinya ayahku baru saja tiba. Mungkin kami akan
pergi makan setelah berfoto jadi Pergilah dahulu. Aku akan mengirimkan pesan
nanti.” kata Hye In lalu melambaikan tangan pada dua temanya.
Hye In
duduk sendirian lalu wajahnya tersenyum melihat sosok pria yang datang. Jin
Hyuk datang dengan membawakan sebuket bunga, lalu berlari melihat Hye In yang
ada di lapangan, mengucapakn Selamat atas kelulusannya.
“Berkatmu,
aku bisa datang berkunjung ke SMA putri.” Ucap Jin Hyuk lalu memberikan buket
bunganya.
“Kenapa
kau ada di sini? Bagaimana dengan kerja paruh waktu?” tanya Hye In
“Aku
bertukar shift. Ayahmu tidak bisa datang, kan?” kata Jin Hyuk tahu
“Ya. Aku
memintanya menemani ibuku di rumah sakit.” Kata Hye In
“Mari
makan siang bersama dan pergi menemui ibumu. Apakah pembedahannya lancar?” ucap
Jin Hyuk. Hye In menganguk dengan senyuman.
“Ini
tetap sebuah kelulusan. Kita harus berfoto.” Kata Jin Hyuk mengelurkan kamera.
“Aku
tidak tahu kamu akan datang. Terima kasih.” Ungkap Hye In. Jin Hyuk pikir
Jangan berterima kasih padanya karena mereka
sudah berteman.
Jin Hyuk
mengambil foto Hye In sendiri, setelah itu mereka selfie bersama. Hye In
terlihat bahagai walaupun orang tuanya yang tak bisa datang dan sempat terkejut
ketika tangan Jin Hyuk merangkul pundaknya saat foto.
“Lalu, apa
yang harus kulakukan, Jin Hyuk?” ucap Hye In kebingungan menatap foto bersama
Jin Hyuk yang masih disimpanya.
Sek Jang
masuk ke restoran Dae Chan memanggil pemiliknya, untuk membantunya. Dae Chan
pikir bisa dengan memberi syarat kalau harus sesuatu hal yang masuk akal. Sek
Jang meminta agar Dae Chan mengirimkan pesan untuk Jin Hyuk dan minta agar
mampir ke cafenya.
“Kenapa
tidak kau lakukan sendiri?” ucap Dae Chan. Sek Jang yakin Jin Hyuk tidak akan
mau datang.
“Aku
merasakan hal ini saat melihatmu kemarin. Apa kau ini lintah darat? Astaga, Jin
Hyuk bukan tipe pria yang suka meminjam uang.” Ucap Dae Chan.
“Bagaimana
bisa aku terlihat seperti lintah darat?” kata Sek Jang marah
“Ayolah.
Orang-orang di jalanan bertanya apakah aku profesor. Jadi Jangan menilai dari
penampilan.” Komentar Dae Chan.
“Tapi
tetap saja, kau tidak terlihat intelektual.” Balas Sek Jang tak mau kalah
“Terserah
saja. Kau bisa kirimkan pesannya sendiri.” Ucap Dae Chan. Sek Jang mengaku
tidak bermaksud menyebut Dae Chan terlihat bodoh.
“Kumohon,
kirimkanlah untukku.” Kata Sek Jang memohon. Dae Chan mengeluh kalau Sek Jang
itu berisik sekali.
“Kenapa
kau marah saat meminta bantuan? Kau terdengar seperti perawan tua yang rewel.”
Keluh Dae Cha. Sek Jang makin kesal karena terlihat seperti perawan tua
“Lalu, kau
pikir dirimu masih muda? Kurasa tidak.” Ejek Dae Chan. Sek Jang pikir Dae Chan
ingin berkelahi dengannya.
“Kenapa
aku berkelahi dengan orang yang baru dua kali kutemui?” keluh Dae Chan. Sek
Jang pikir kalau Dae Chan memulai pertengkaran
“Kaulah
yang menerobos masuk dan memulai pertengkaran. Ada apa dengan Ahjumma ini?”
kata Dae Chan. Sek Jang berdiri terlihat sangat marah.
“Katamu
kau bukan perawan tua. Jika begitu, kau pasti Ahjumma” kata Dae Chan. Sek Jang menegaskan diri wanita
muda dan belum tua.
“Kau
tidak perlu memberitahuku. Aku bahkan tidak mau tahu. Omong-omong, apa kau akan
diam jika kukirimkan pesan padanya? “ kata Dae Chan mengetik pesan di
ponselnya.
“Anggap
dirimu beruntung karena aku harus menemui Jin Hyuk hari ini. Dasar Kau dan
siput bulan kecilmu.” Ucap Sek Jang. Dae Chan menegaskan kalau betapa enak
rasanya makanan itu lalu melangkah pergi.
Nyonya
Kim kaget mengetahui kalau Pemuda itu mengakuinya sendiri, tak percaya kalau keduanya
pasti sudah gila. Ia pun ingin tahu apa yang
Tuan Chai rencanakan sekarang. Saat itu Woo Suk masuk rumah mendengar
ibuny sedang bicara.
“Apa Kau
akan biarkan Bu Cha lari dari situasi seperti ini?!! Aku percaya padamu, Pak
Choi... Kuharap kau tidak mengecewakanku.” Tegas Nyonya Kim
“Apa
maksud hal tersebut?” tanya Woo Suk mendekati ibunya
“Soo Hyun
sudah gila bersama pemuda bodoh itu. Apa sebenarnya perilaku vulgar di hadapan
para pegawai ini? Ini sungguh memalukan.” Ungkap Nyonya Kim. Woo Suk ingin tahu
apa terjadi masalah.
“Ibu
tidak mau lagi membicarakannya.” Kata Nyonya Kim.
“Apa
maksud Ibu saat bilang tidak mau CEO Cha lepas dari situasi ini?” ucap Woo Suk
“Apa Kau
hanya akan tinggal diam melihat Hotel Donghwa hancur? Jika Presdirnya gila,
sudah waktunya mencari pemilik baru.” Kata
Nyonya Kim sinis.
“Itu
bisnis hotelnya sendiri.” Balas Woo Hyun. Nyonya Kim ingin tahu siapa yang
memberikannya?
“Apa Ibu
lupa bahwa itu tunjangannya?” kata Woo Hyun kesal. Nyonya Kim mengaku tidak
lupa.
“Ibu
berharap pada hotel itu, tapi dia nyaris kehilangannya. Jadi Adakan rapat dewan
direksi dan keluarkan dia.” Tegas Nyonya Kim
Woo Hyun
tak bisa menolak menelp Sekretaris Kim untuk mencari tahu ada apa di Hotel
Donghwa hari ini.
Soo Hyun
mengemudikan mobil, Jin Hyuk brtanya apakah
lukisan yang ditunggu saat diSokcho sudah diterima. Soo Hyun mengaku
kalau sudah diurus. Jin Hyuk mengucap syukur karena Soo Hyun mengalami banyak
kesulitan karena itu.
“Aku
tidak akrab dengan seni atau lukisan. Tapi Tetap saja, ada pameran lukisan
terkenal di lingkunganku dan aku juga senang karenanya.” Cerita Jin Hyuk
“Apa Ada
galeri seni di sana?” tanya Soo Hyun. Jin Hyuk menganguk.
“Ada lukisan
artis terkenal era '40-an dan lukisan lanskap seniman asing yang tidak kukenal.
Aku mampir ke sana tiap ada waktu.” Kata Jin Hyuk
“Aneh.
Aku tahu semua galeri seni... Apa Lokasinya di Hongjae-dong?” ucap Soo Hyun.
Jin Hyuk mengangguk.
“Sepertinya
kau bohong. Apa nama galeri seni itu? Bukankah maksudmu galeri seni di
Buam-dong?”kata Soo Hyun.
“Itu
Benar-benar di areaku... Aku pertaruhkan namaku sebagai pemandu Hongjae-dong.”
Kata Jin Hyuk bangga
“Kenapa nama
panggilanmu banyak sekali? Sebelumnya penggali Hongjae-dong, apa sekarang
pemandu?” ejek Soo Hyun
“Kalau
nanti Ibu berkunjung, akan kuantarkan ke galeri itu.” KataJin Hyuk lalu meinta
agar menurunkankan di depan stasiun itu
karena naik kereta bawah tanah saja.
“Omong-omong,
Jin Hyuk... Di kantor besok...” ucap Soo Hyun gugup. Jin Hyuk memotong
“CEO
Cha... Keadaan sudah begini, akan lebih aneh kalau kita terlihat canggung. Mulai
besok, kita harus lebih akrab lagi.” Jelas Jin Hyuk
“Perusahaan
bukan tempat bersantai.” Ugkap Soo Hyun. Jin Hyuk menegaskan kalau dirinya tidak
terlalu bodoh untuk langsung bicara santai dengan Soo Hyun.
Soo Hyun
hanya bisa tersenyum, Jin Hyuk pikir kalau ucapanya dianggap lucu. Soo Hyun mengaku kalau itu lucu. Jin Hyuk pun
meminta agar menghubungi jika ingin berkunjung ke galeri seni itu dan berpikir
kalau foto nomor ponselnya sudah dihapus jadi akan menuliskan kembali.
“010-4329-2026...
Aku ingat karena kau menulisnya di telapak tangan, Aku cukup cerdas.” kata Soo
Hyun bangga.
“Wahh...
Hebat. Sungguh brilian... Tapi kenapa tidak pernah mengirimiku pesan?” keluh
Jin Hyuk . Soo Hyun mengaku Tidak ada alasannya.
“CEO
punya nomorku, kenapa tidak memberiku nomormu?” ucap Jin Hyuk
“Kapan
aku memintanya? Kamu sendiri yang menuliskannya, Jin Hyuk.” Komentar Soo Hyun
“Sepertinya
kita jadi lebih akrab karena kau memanggil namaku.” Goda Jin Hyuk. Soo Hyun
menyindir Jin Hyuk yang belum turun.
“Aku akan
berhenti bercanda. Aku hanya berusaha menghibur karena kejadian hari ini.”
Ungkap Jin Hyuk
“Aku
tidak takut. Aku sudah lalui lebih banyak dibanding yang kau tahu.” Balas Soo
Hyun
“Aku
tegaskan, Semuanya tidak masalah jika kau bisa tersenyum. CEO Cha, Kau adalah
Presdir Hotel Donghwa, putri Anggota Kongres Cha, dan mantan menantu Grup
Taegyeong. Oleh karena itu aku harus memperlakukanmu dengan hormat.” Ucap Jin
Hyuk. Soo Hyun pikir Tidak perlu.
“Ahh...
Benar sekali... Kita tidak perlu seformal itu.” Kata Jin Hyuk
“Kau
mengatakan "Kita" lagi... Sudah kubilang jangan ucapkan itu.” Keluh
Soo Hyun merasa tak nyaman.
“Apa
alasan untuk tidak mengucapkannya?” kata Jin Hyuk lalu pamit pergi tapi kembali
berpesan.
“Kau akan
kalah jika takut. Jadi kau akan terlihat buruk besok jika terlalu
memikirkannya. Tidurlah dengan nyenyak.” Pesan Jin Hyuk lalu turun dari mobil.
Jin Hyuk
tersenyum melihat Soo Hyun pergi, sementara Soo Hyun juga tak bisa
menyembunyikan senyuman bahagia karena di buat tenang oleh Jin Hyuk.
Dae Chan
melihat Jin Hyuk datang ke restoran, Jin Hyuk sempat kaget melihat Sek Jang
lalu menanyakan keberadaan adiknya. Dae Chan memberitahu kalau Jin Myung pulang
lebih cepat karena ada permainan penting atau semacamnya.
“Astaga.
Pekerja paruh waktu macam apa dia?” keluh Dae Chan lalu Jin Hyuk melihat Sek
Jang sudah menunggu lama. Sek Jang dengan wajah serius menyuruh duduk.
“Hari ini
kamu berani sekali, Jin Hyuk.” Komentar Sek Jang
“Aku
hanya bicara yang sebenarnya. Kau mungkin sudah tahu, tapi CEO Cha tidak
lakukan apa pun untuk menerima makian itu.”ucap Jin Hyuk
“Sebenarnya
aku sedikit terharu. Tidak mudah untuk bertindak seperti itu. Karena aku
sekretarisnya, aku harus memikirkan posisi CEO Cha. Aku mengkhawatirkan apa
yang akan terjadi besok. Aku menunggu untuk bilang bahwa meski sangat bersyukur
atas semua yang kau lakukan, seharusnya kau diam saja dan berpura-pura tidak
tahu. Lagi pula tidak ada apa pun di antara kalian.” Ungkap Sek Jang
“Kalau
kau serius seperti ini, situasi akan jadi lebih canggung. Itulah alasan kami
memutuskan bersikap lebih santai.” Kata Jin Hyuk
"Kami"?
Kau bilang "kami"? Apa Maksudmu "kami" itu kau dan CEO Cha?”
kata Sek Jang kaget. Jin Hyuk membenarkan.
“Itu kata
ganti orang pertama termasuk aku.” Kata Jin Hyuk bangga. Sek Jang merasakan
kepalanya sakit lalu meminta agar dibawakan soju.
“Coba
juga siput bulannya... Enak sekali.” kata Jin Hyuk ikut memesan. Sek Jan
benar-benar merasa kalau semua ini sudah gila.
Dae Chan
memanggil Jin Hyuk kalau taksinya sudah datang. Sek Jang setengah mabuk keluar
dan langsung masuk ke dalam taksi. Dae Chan bertanya pada Jin Hyuk apakah ada
masalahnya dan Bagaimana mengenalnya.
“Dia
seniorku di kantor.” Akui Jin Hyuk. Dae
Chan tak percaya kalau Sek Jang bekerja
di kantor hebat itu menurutnya Kasihan kantornya.
“Dia
terlalu banyak minum-minum.” Kata Dae
Chan lalu bergegas masuk ke restoran.
Jin Hyuk
duduk di ayunan mengingat kembali yang dikatakan Sek Jang setelah minum soju.
Flash Back
“Aku
satu-satunya teman Soo Hyun yang tersisa. Dia kaya raya, tapi tidak pernah
berkesempatan berpacaran. Ibunya memaksanya menikah. Kau terlalu muda untuk
berurusan dengan Soo Hyun. Apa Kau pikir mudah melawan Taegyeong? Aktivitas
politik ayahnya? Jika bukan karena Taegyeong, dia tidak akan di posisinya
sekarang. Baginya mereka hanya belenggu. Orang yang mengundang mantan menantunya
ke pesta ulang tahun. Kalau dia tidak datang, sang ketua akan mengamuk. Tapi
tetap saja Soo Hyun tidak akan menangis meski terluka.” Ucap Soo Hyun
“Hidup
macam apa itu, CEO Cha?” komentar Jin Hyuk merasa sedih mendengarnya.
Soo Hyun
duduk dikamarnya melihat "Papan Buletin Anonim" lalu menyakinkan diri
kalau ini bukan masalah besar. Lalu berusaha tidur dan teringat kembali yang
dikatakan Soo Hyun sebelumnya.
“Aku serius...
Aku harus berusaha menjadi seseorang yang berarti bagimu Itu keputusanku.”
Tegas Jin Hyuk saat mereka minum teh.
“Dengan
situasi sekarang, akan lebih aneh kalau kita canggung. Mulai besok, kita harus
lebih akrab lagi. Aku tidak cukup bodoh untuk mulai bicara santai kepadamu”kata
Jin Hyuk ketika ada didalam mobil
Soo Hyun
berbaring bisa tertidur dengan senyuman
seperti ada orang yang melindunginya sekarang.
Soo Hyun
berjalan masuk ke kantornya, memasuki lobby banyak orang yang menatapnya dan
menyapa sopan. Didepan lift, tak percaya Soo Hyun pergi ke kantor. Soo Hyun tak
memperdulikan masuk ke dalam lift.
Sek Kim
memberitahu kejadian yang ada di hotel. Woo Suk seperti tak percaya kalau
terjadi di lobby, lalu mengucapkan Terima kasih dan meminta agar mencari
informasi karyawan itu secara rinciannya.
Jin Hyuk
masuk ke dalam kantor, banyak orang yang menatapnya. Ia berusaha agar tak
mengubrisnya dengan menarik nafas panjang lalu berjalan masuk.
Di meja
kantornya, Sun Joo hanya bisa terdiam melihat foto pria dengan seorang wanita,
seperti detektif menemuikan perselingkuhan suaminya. Tuan Park membahas kalau Sudah
bertahun-tahun berkerja tapi baru kali pertamanya terkejut seperti ini.
“Hye In, apa
kau bisa mempercayainya?” tanya Tuan Park. Hye In terlihat masih dalam lamunan
tak mengerti yang dikatakan Tuan Park.
“Seluruh
situasi ini.” Ucap Tuan Park, Saat itu Jin Hyuk datang menyapa semua seniornya.
“Si pria
beruntung datang.” Ejek Tuan Park, Jin Hyuk tak mendengarnya. Tuan Park mengaku
kalau sedang bicara sendiri.
“Jin
Hyuk, apa hubunganmu dengan Presdir kita?” tanya Tuan Park penasaran.
“Kami kebetulan
bertemu di suatu tempat, tapi aku baru tahu setelah bekerja bahwa dia Presdir
Donghwa.” Akui Jin Hyuk jujur.
“Apa Kau
pikir aku percaya? CEO Cha itu seperti artis. Aku tidak tertarik pada gosip,
jadi, aku tidak tahu.”ucap Tuan Park
“Han
Gil... Lakukan tugasmu sebagai anggota tim ini.” Ucap Sun Joo. Tuan Park
menganguk mengerti.
Di
ruangan
Soo Hyun
melihat Sek Jang masih pengar setelah minum. Sek Jang mengaku kalau itu berkat
temanya. Soo Hyun pikir kenapa tak makan
ramyun saja malah minum sebanyak itu. Sek Jang mengaku sangat mabuk sampai
meninggalkan dompetnya di bar.
“Aku
tidak pernah seceroboh itu, tapi kemarin...” keluh Sek Jang kesal dengan
dirinya.
“Apa Kau
tahu ada galeri di Hongjae-dong?” tanya Soo Hyun
“Mendengar
"Hongjae-dong" membuatku mual. Aku tidak ingin tahu apa pun tentang
itu. Kau dan Kim Jin Hyuk memutuskan menyebut diri "kami", kata ganti
orang pertama. Sekarang Aku tidak mau mengetahui apapun lagi.” Tegas Sek Jang.
Soo Hyun tak mengerti maksudnya.
“Kudengar
kau setuju menjadi temannya.” kata Sek Jang. Soo Hyun kaget kalau Sek Jang
menemui Jin Hyuk. Sek Jang kaget Soo Hyun memanggil "Jin Hyuk" tanda kalau itu
panggilan sudah dekat, lalu merasakan perutnya terasa sakit.
“Cepat Pulihkan
dirimu.” Kata Soo Hyun. Sek Jang merasa kalau
Perutnya sudah tertutup jelaga jadi lebih baik minum kopi hitam. Soo
Hyun mengaku kalau ingin juga kopi hitam.
“Tidak.
Buat saja saja sendiri.” Kata Sek Jang kesal lalu bergegas pergi. Soo Hyun hanya
bisa tersenyum lalu seperti termenung memikirkan sesuatu.
Dae Chan
mengelap sendok sambil bernyanyi, Jin Myung menyuruh Dae Chan, membuka
ponselnya dan mendaftar aplikasi kencan apa pun sambil mengeluh kalau
pasangannya hanya siput. Dae Chan heran dengan “Aplikasi kencan” Jin Myung
menyuruh Dae Chan segera melakukanya.
“Kenapa
pakai aplikasi kencan untuk berkenalan dengan wanita?” keluh Dae Chan.
“Percaya
saja padaku. Kau tinggal mencari dan akan mentemukan. Ayolah.” Kata Jin Myung
penuh semangat.
Dae Chan
membuka ponsel membentu huruf L, Jin
Myung mengeluh kalau Polanya persis diri Dae Chan lalu membuatkan account
kencan untuk Dae Chan, setelah itu meminta Dae Chan menaruh tangan diwajahnya
untuk tidak perlihatkan wajahnya karena akan banyak wanita akan berkerumun
mendekatinya.
“Memangnya
wajahku kenapa?” keluh Dae Chan. Jin Hyuk mengaku Agak sedikit .... lalu
bergegas mengambil foto.
Sek Jang
berbaring di atas meja kerjanya karena Kepalanya terasa pusing. Lalu ada
notifikasi d ponsenya “Ada yang baru saja bergabung dengan aplikasinya.” Dengan
rasa malas, Sek Jang akan melihatnya.
“Apa kau
dapat membuat sakit kepala ini hilang?” ucap Sek Jang lalu melihat nama "Lee
Dae Chan" dan kepalanya merasakan sakit kembali.
“Tapi dia
terlihat tidak asing... Di mana aku melihatnya? Apa dia karyawan di sini?
"Lee Dae Chan,Dalam bisnis restoran waralaba." Apa Ayam goreng? Pizza? Restoran keluarga?”
ucap Sek Jang penuh semangat.
Di
ruangan
Tuan Cha
berbicara dengan rekan kerjanya kalau mereka
tidak perlu membahas penggabungan dengan Partai Hwamin lagi. Temanya
pikir Semua anggota partai setuju, tapi Taegyeong akan menekan mereka. Tuan
Chan pikir mereka tidak bisa memiliki perusahaan yang mendikte urusan politik.
“Mereka
harus tahu batasnya. Kita tidak boleh membiarkannya mereka mengendalikan kita.
Penggabungan? Itu bisa terjadi jika ada kesamaan tujuan, tapi Partai Hwamin
tidak memiliki cita-cita yang sama dengan kita. Kita akan terus berjalan sesuai
dengan yang kita inginkan.” Tegas Tuan Cha yakin dengan pilihanya.
Jin Hyuk
berjalan dengan Hye In di lorong kantor. Hye In mengajak Jin Hyuk untuk makan
siang di luar karena ada Restoran daging itu enak. Jin Hyuk pikir Tidak perlu
karena bisa makan di kantin dan tahu kalau Hye In pasti terkejut. Hye In
mengaku Sedikit terkejut.
“Jin
Hyuk, unggahan anonim yang dicantumkan di papan buletin...” kata Hye In ingin
bicara serius
Tapi saat
itu Tuan Park datang melihat Jin Hyuk mengajak untuk makan siang. Jin Hyuk
setuju dan ingin tahu apa yang akan dikatakan Hye In tadi. Hye In mengelak dan
akan memberitahu nanti setelah makan siang. Tuan Park pun mengajak Jin Hyuk
pergi ke kantin.
Saat
masuk kantin, menatap Jin Hyuk berkomentar kalau cukup tampan dan membahas
tentang yang ada Di papan buletin. Jin Hyuk tak bisa menahan diri akhirnya
meminta maaf pada Tuan Park kalau Perutnya terasa sakit jadi tak ingin makan.
Tuan Park mengerti menyuruh Jin Hyuk Beristirahat
akan lebih baik.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar