PS : All images credit and content copyright : TVN
“Aku datang karena rindu. Aku ingin melihatmu.
Itulah sebabnya aku datang.” Akui Jin Hyuk. Soo Hyun terdiam mendengar ucapan
Jin Hyuk yang blak-blakan.
“Siapa saja,
yang mengetahui ada seseorang yang merindukannya adalah hal menyenangkan. Tapi
kau juga tahu itu hal yang sangat berbahaya untuk dikatakan, kan?JadiAku akan
pura-pura tak dengar.” Kata Soo Hyun tak mengangap serius ucapan Jin Hyuk
“Bumi itu
sangat besar dan luas. Ada banyak negara yang berbeda, dan dari semua negara
itu, kita bertemu di negara dan kota yang sama. Kita menghabiskan satu hari
bersama. Dan sesudah kembali, kita bahkan bertemu lagi sebagai karyawan dan
atasan.” Ucap Jin Hyuk
“Lalu,
kita juga menghabiskan hari yang singkat tapi menyenangkan bersama. Semua ini adalah
takdir yang luar biasa.” Ungkap Jin Hyuk berusaha menyakinkan.
“Kim Jin
Hyuk, kata-katamu membuatku tak nyaman. Tak nyaman rasanya mendengar, kau
mengatakan bahwa kami menghabiskan satu hari bersama.” Komentar Soo Hyun
“Lalu bagaimana
aku harus mengatakannya? Kita tak menghabiskannya sendirian.” Ucap Jin Hyuk.
Soo Hyun mencoba mengatakan sesuatu tapi terlihat binggung.
“Coba Lihatlah?
Kita menghabiskannya bersama.” Komentar Jin Hyuk. Soo Hyun tak ingin
membahasnya mengajak mereka makan saja. Mereka berada di restoran Sup Beras
Sokcho terlihat seperti pasangan.
Jin Hyuk
menuruni tangga memastika kalau takkan memulangkan begitu saja. Soo Hyun tahu
kalau Jin Hyuk lelah tapi tak akan menyarankan untuk beristirahat. Jin Hyuk
pikir kalau mereka harus minum secangkir kopi karena menemukan kafe yang sangat
bagus.
“Itu Sangat
sempurna... Ayo pergi.” Ajak Jin Hyuk penuh semangat mengajak Soo Hyun pergi.
Soo Hyun
menunggu di pinggir pantai, Jin Hyuk datang membawa makanan dan juga kopi lalu
melepaskan jaketnya agar Soo Hyun yang memakainya. Soo Hyun pikir tak perlu
melakukanya. Jin Hyuk mengaku tak kedinginan sama sekali.
“CEO seperti
penghangat bagiku.” Goda Jin Hyuk ingin Soo Hyun tetap hangat. Keduanya duduk sambil meminum kopi, suasana
terlihat canggung.
“Hei, Jin
Hyuk...” kata Soo Hyun tapi melihat Jin Hyuk tertidur dengan tangan memegang
kopi. Akhirnya Ia mengambil gelas dari tangan pegawainya, lalu tiba-tiba Jin
Hyuk bersandar di bahu Soo Hyun.
“Aku tak
punya teman saat masih kecil. Aku ingin bermain dengan mereka, tapi ibuku
melarangnya. Jika aku dekat,maka aku harus menjauh lagi. Jadi, suatu waktu, Aku
mulai berpikir sendiri itu semua tak berguna. Karena sangat menyakitkan menjauh
dengan teman yang kusukai.” Cerita Soo Hyun
“Itu Aku
lupakan sejenak... Bahagia rasanya, menghabiskan hari dengan seorang teman.Tapi
hubungan yang menjauh dan kembali ke titik ketika hubungan tak berarti masih
sangat menyakitkan. Karena itulah aku mencoba berhenti.” Ungkap Soo Hyun
Jin Hyuk
akhirnya terbangun karena ada ponselnya bergetar dan tersadar kalau bersandar
di bahu Soo Hyun lalu buru-buru meminta maaf karena sangat ngantuk. Ia
buru-buru melihat ponselnya mengaku kalau hanya panggilan spam.
“Kepalamu
pasti lebih besar dari yang terlihat. Apa Kau tak tahu wanita punya bahu yang halus?”
goda Soo Hyun. Jin Hyuk hanya bisa terlihat malu lalu mengambil kopi daritangan
Soo Hyun.
Keduanya
minum kopi bersama dengan saling berpandangan seperti sangat bahagia dan tak
memikirkan masalah yang akan terjadi.
Woo Suk
akhirnya memberikan hadiah pada bagian receptionist dan meminta agar memberikan
note. Ia terlihat gugup dengan mencari keyword di ponselnya [Apa yang harus dikatakan ketika tak ingin menekan
seseorang dengan hadiah] tapi tak dapat menemukan hasil apa pun.
Akhirnya
Woo Suk kembali ke mobil dan kaget melihat Soo Hyun naik truk dengan Jin Hyuk
seperti bukan mantan istrinya.
Jin Hyuk
mengantar Soo Hyun turun dari mobil lalu memberikan bungkusan kalau membeli
saat perjalanan pulang. Soo Hyun terlihat bingung, Jin Hyuk mengaku kalau ini
kue beras kentang. Soo Hyun pun mengucapkan
Terima kasih.
“Ini
Enak, kan? Senang rasanya sarapan dengan seorang teman daripada makan
sendirian, kan?” goda Jin Hyuk
“Berkendaralah
dengan aman.” Kata Soo Hyun. Woo Suk dalam mobil seperti benar-benar tak
percaya melihat mantan istrinya jalan dengan pria yang lebih muda dari dirinya.
Soo Hyun
masuk kamarnya melihat hadiah dari Woo Suk bertuliskan note [Aku membelinya saat perjalanan kesini.] lalu
menatap bungkusan diberikan Jin Hyuk yang memang membelikan saat perjalan
pulang. Ia akhirnya mengambil kue beras kentang walaupun terlihat sederhana,
memakanya dengan senyuman bahagai.
Jin Hyuk
mengemudikan mobil pulang, Dae Chan menelp mengumpat marah pada Jin Hyuk yang
sudah gila karena membuatnya harus naik kereta bawah tanah membawa dua karung
bawang dan Orang-orang mengeluh tentang baunya karena truknya tak ada.
“Dan
Juga, Jin Myung bilang dia akan bekerja di sini. Dimana dia? Kau ataupun adikmu
siap-siap kupukul.” Ucap Dae Chan marah. Jin Hyuk hanya bisa tertawa lalu
meminta maaf.
“Di mana
kau? Apa Kau akan datang?” tanya Dae Chan marah
Soo Hyun
kembali bertemu dengan Ass Pelukis Jang agar memberitahu untuk meneleponny dan
katakan kalau ia sedang menunggu di daerah itu. Woo Suk melihat Soo Hyun yang
berusaha bertemu dengan Pelukis Jang, lalu menelp Seseorang ingin tahu
keberadaan Pelukis Jang.
Pelukis
Jang bertemu dengan seorang wanita mengeluh karena meminta ingin bertemu. Si
wanita mengaku hanya mengajak untuk minum-minum. Pelukis Jang berkomentar Berbaring
rendah seperti ini melelahkan. Dan membuatnya membosankan juga.
“Kenapa
kau bersembunyi?” goda Woo Suk masuk ruangan, Pelukis Jang terlihat marah
seperti dijebak.
“Jangan
marah padanya... Aku mengancamnya dengan galeri. “ kata Woo Suk
“Aku tak
punya pilihan lain. Kau juga tahu itu. Ibumu adalah sponsorku.” Ucap Pelukis
Jang. Woo Suk mengaku sudah tahu.
“Ini akan
membuat semuanya rumit. “ keluh Pelukis Jang
“Ibuku
adalah sponsormu, dan CEO Cha Soo Hyun adalah fans beratmu. Aku meminta untuk
memberitahumu betapa CEO memuja karyamu.” Ucap Woo Suk
“CEO
Jung.. Aku memenangkan beberapa pujian saat menikah. Aku ingat itu satu-satunya
pujian yang kuterima.” Ungkap Peluksi Jang tak percaya
“Kami
pergi ke Spanyol bersama dalam perjalanan bisnis, dan dia bilang ingin pergi ke
Portugal. Tapi dia ingin berkendara ke sana daripada naik pesawat. Rasanya
tidak nyaman jika seorang sopir mengantar kami, jadi, dia bertanya apa bisa aku
saja yang mengemudi.” Cerita Woo Suk
“Jadi
Kami menyewa mobil dan berkendara ke barat tanpa akhir. Kami menghadapi terik
matahari saat berkendara ke barat, disana udaranya panas, walaupun AC-nya pada
setelan paling dingin. Kami berkendara selama sekitar enam jam dan aku bertanya
kenapa mengambil rute tersebut.” Cerita
Woo Suk
“Kurasa CEO
Cha ingin mengikuti langkah yang kau ambil untuk ke barat. Dia ingin melihat
apa hamparan bunga matahari sungguh ada. Apa berkendara menuju arah matahari
sungguh lebih panas daripada matahari? Akankah kami bisa mencium aroma bunga
violet dari embusan angin di ujung barat benua tersebut?” ungkap Woo Suk ingin
menyadarkan Pelukis Jang
“Dia membaca
semua hal ini dari karyamu. Dia ingin melacak jejakmu. Sebesar itulah
kekagumannya akan karyamu. Sokcho adalah kampung halamanmu, jadi, mungkin dia
makin ingin karyamu di sini.” Kata Woo Suk. Pelukis Jang hanya bisa terdiam.
Soo Hyun
menunggu di ruangan menerima telp dari Peluksi Jang, Pelukisa Jang memberitahu
Soo Hyun kalau bisa mengambil lukisannya, dengan syarat tak akan menerima uang pembayaran. Soo Hyun
ingin tahu alasanya. Pelukis Jang
mengatakan kalau Lukisan itu hanya hadiah untuk penggemar karena Soo Hyun sudah
melakukan tur hingga jauh ke barat.
“Apa kau
harus melakukan itu? Berhentilah melakukan hal seperti itu. Dahulu dia menantu
Ibu.” Ucap Woo Suk bertemu ibunya.
“Persis
seperti itulah maksudku. Dia pernah menjadi anggota keluarga ini. Tapi Berani
sekali dia membuat rumor tanpa berpikir, Karena itulah aku menghukumnya.”
Komentar Nyonya Kim
“Kita tak
lagi berhak melakukan itu kepadanya. Bahkan saat dia menjadi keluarga kita pun,
maka kita tak boleh memperlakukan dia seperti itu.” Tegas Woo Suk
“Jika dia
menjadi bagian dari keluarga ini lagi, aku berniat bersikap baik kepadanya.
Jangan khawatir.” Kata Nyonya Kim sinis
“Ibu... Aku
dan Soo Hyun yang menentukan apa kami ingin kembali bersama.” Tegas Woo Suk
“Masalah
ini melibatkan dua keluarga. Ayahnya yang tak tahu apa pun bahkan tak becus
dalam bekerja... Ayah dan anak sama saja, jadi Ibu akan mengurus semuanya. Kau
fokus saja pada Taegyeong.” Ucap Nyonya Kim sinis
“Soo Hyun
bukan barang... Dia berhak untuk memilih jalan hidupnya sendiri.” Balas Woo Suk
membela.
Nyonya
Kim ingin tahu apa alasan Woo Suk menyia-nyiakan hidupnya. Woo Suk menegaskan
kembali kalau mereka yang berhak menentukannya dan meminta ibunya agar Jangan
lakukan apa pun dengan mengancam kalau Ini terakhir mengatakannya,apabila Jika ibunya terus melakukan ini, maka akan
menjalani hidupnya sendiri.
“Apa
sebenarnya tujuan hidupmu?” tanya Nyonya Kim
“Setidaknya,
aku tak akan hidup sebagai anggota keluarga Taegyeong.” Tegas Woo Suk.
Jin Hyuk
pulang ke warung siput meminta Dae Chan agar
membiarkan tidur sebentar di kamarnya karena tak bisa tidur di rumah.
Dae Chan berteriak marah karena Jin Hyuk yang membawa mobilnya di malam hari dan
bahkan tak menelepon.
“Apa Kau
pikir ini penginapan?” teriak Dae Chan melihat Jin Hyuk masuk kamar dan tidur
berpikir kalau temanya itu bersikap mencurigakan.
Jin Hyuk
memejamkan mata saat menyentuh tempat tidur, lalu mengingat saat Soo Hyun mulai
menceritakan hidupnya. Saat Jin Hyuk bersadar di bahu Soo Hyun sebenarnya ia
membuka mata dan mendengarnya.
Flash Back
“Kulupakan
sejenak... Bahagia rasanya, menghabiskan hari dengan seorang teman. Tapi
hubungan yang menjauh dan kembali ke titik ketika hubungan tak berarti masih
sangat menyakitkan. Karena itulah aku mencoba berhenti.”
“Aku
mendengar setiap perkataanmu, Cha Soo Hyun” ucap Jin Hyuk dengan senyuman
bahagia.
Hye In
datang, Jin Myung tersenyum bahagia melihat teman kakaknya. Dae Chan mengeluh
kalau cafenya dianggap seperti ruang santaikarena mereka seperti meremehkannya.
Hye In heran melihat sikap sinis Jin Myung bertanya apakah Sesuatu terjadi
“Jin Hyuk
menggedor pagarku di tengah malam” cerita Jin Myung
“dan Dia meminta
untuk membawa trukku... Jin Myung adalah pegawai yang bekerja semaunya. Aku
makin menua karena mereka.” Keluh Dae Chan marah
“Apa Jin
Hyuk meminta trukmu di malam hari? Kenapa?” kata Hye In kaget. Dae Chan juga
tak tahu kemana Jin Hyuk pergi.
“Itu
mencurigakan. Jika pria bertindak mendadak seperti itu di malam hari, kemungkinannya
hanya masalah orang tua atau wanita.”ucap Dae Chan
“Tidak
terjadi apa pun dengan Ibu dan Ayah.” Kata Jin Myung, Dae Chan menduga itu
masalah wanita.
“Jika
untuk wanita, seharusnya dia tak membawa truk itu. Seharusnya dia menyewa mobil
yang bagus.” Komentar Jin Myung
“Apa
salahnya dengan trukku?” keluh Dae Chan. Jin Myung pikir Itu sama sekali tak romantis.
“Romantis?
Kau bicara tak masuk akal. Itu hanya untuk pamer.” Ejek Dae Chan. Hye In ingin
tahu keberadann Jin Hyuk sekarang.
“Dia
tidur nyenyak di dalam kamar, “ kata Dae Chan. Hye In gugup melihat Jin Hyuk
yang tertidur lelap seperti menduga sesuatu tentang temanya.
Soo Hyun
dalam kamar mengingat kembali yang dikatakan oleh Jin Hyuk “Aku datang karena rindu. Aku ingin
melihatmu. Karena itulah aku datang.”
Lalu segera menelp Sek Jang karena butuh bantuan.
Sek Jang
mengirim bertemu dengan Woo Suk, kalau Soo Hyun
harus mengembalikannya kepada Woo Suk secara pribadi, tapi terlambat.
Woo Suk tahu kalau Sebentar lagi Woo Suk berulang tahun, dan berpikir kalau tak
berlebihan jika mantan suaminya memberikan hadiah.
“Mungkin
dia tak nyaman kau jauh-jauh datang ke Sokcho.” Kata Sek Jang
“Jadi, apa
kau sendiri yang mengantarnya ke sini? Kau punya banyak tugas sebagai
sekretaris.” Komentar Soo Hyun
“Anggap
saja aku datang sebagai teman.” Ucap Sek Jang
“Kalau kau
temannya, berikan dia saran. Keadaan cukup berisik karena semua gosip itu. Kurasa
dia harus lebih berhati-hati.” Ucap Woo Suk. Soo Sek Jang terlihat gugup
Sek Jang
bertemu dengan Soo Hyun ingin tahu pendapatnya karena Woo Suk mengatakan kalau
bosnya itu harus lebih berhati-hati. Ia menduga Soo Hyun bertemu dengan Jin
Hyuk lagi. Soo Hyun pikir Sek Jang tak
perlu cemas.
“Aku tak
mengerti dengan duniamu, tapi Apa kau tak merasa insiden gambar Pelukis Jang
adalah peringatan? Kau tahu sedang berurusan dengan orang seperti apa.” Kata
Sek Jung
“Meski
tak terjadi apa pun, apa menurutmu mereka akan pua dan tak mengusikku?”
komentar Soo Hyun santai. Sek Jang tak berkata-kata
Jin Hyuk
melhat Hye In berjalan dilorong lalu menyengolnya dengan sipan bertanya Mau ke
mana seniornya itu. Hye In kaget melihat Jin Hyuk tiba-tiba sudah ada
disampingnya, Jin Hyuk mendengar Hye In datang ke toko Dae Chan kemarin.
“Kau
benar-benar tidur nyenyak. Kenapa tak tidur di rumahmu?” keluh Hye In. Jin Hyuk
menjawab Ada alasan tertentu.
“Alasan
apa? Apa kau punya pekerjaan paruh waktu?” sindir Hye In
“Untuk
apa bekerja paruh waktu kalau punya pekerjaan hebat ini?” kata Jin Hyuk
“ Apa Kau
senang bekerja denganku?”tanya Hye In, Jin Hyuk dengan polos menjawab tidak.
Hye In kesal memilih untuk pergi. Jin Hyuk pun mengejarnya.
Tuan Park
di ruangan memberitahu dengan penuh semangat kalau sebentar lagi CEO Cha
berulang tahun dan mengusulkan untuk memberi ucapan selamat di buletin kantor.
Sun Joo mengingatkan kalau CEO Han tak menyukai itu.
“Semua
orang kaya mendapat kado mewah saat ulang tahun, kan?” ucap Tuan Park. Sun Joo
menegaskan kalau CEO Han juga tak menyukai itu.
“Aku tahu
kau akrab dengannya, tapi siapa tahu? Dia mungkin suka hadiah mewah.” Kata Tuan
Park
“CEO Cha sendiri
adalah orang yang mewah. Berhentilah bicara tak masuk akal.” Kata Sun Joo. Tuan
Park akhirnya tak bisa berkata-kata lagi hanya bisa memuji Sun Joo tampak luar
biasa
“Jangan
sampai terjebak. Dia serius soal pekerjaan.
Kalau kau melakukan kesalahan, maka dia akan membuatmu menyesal, CEO Cha
sendiri yang merekrutnya. Kau bisa menganggapnya anggota asli.” Tegas Tuan Park
di pantry. Jin Hyuk seperti terkesima
“Tuan
Park , apa kita akan adakan acara untuk ulang tahun CEO Cha?” tanya Jin Hyuk.
“Kau tak
dengar ucapan Sun Joo? Dia tak suka hal semacam itu.” Ucap Tuan Park kesal
“Tapi
kenapa kau ingat ulang tahun CEO Cha?” tanya Jin Hyuk. Tuan Park mengaku Karena hari ulang tahun mereka sama.
“Tahun
ini jatuh pada hari Sabtu. Jangan berikan kado untukku.” Kata Tuan Park
memberikan minum. Jin Hyuk tak bisa
menolaknya
“Karena
jatuhnya hari Sabtu, kau boleh beri aku kado hari Jumat, tapi jangan, aku tak
suka itu... Aku tak memakai kosmetik pria... Aku memakai kosmetik ibuku karena
kulitku sensitif... Kulitku kering.” Ucap Tuan Park memberikan kode.
Sek Jang
berteriak memanggil Sopir Nam, Sopir Nam berusaha untuk kabur berpura-pura tak
melihat. Sek Jang bisa menghadangnya, Supir Nam pun menyapa Sek Jang
seolah-olah tak terjadi apapun.
“Kau
harus beri tahu yang sebenarnya karena aku sudah tahu.” Ucap Sek Jang. Tuan Nam
pikir tak bisa berkata apa-apa.
“Ada
urusan apa dengan Kim Jin Hyuk?” tanya Sek Jang. Tuan Nam mengaku mereka sedang
mengobrol...
“dan dia
ada urusan di Sokcho juga, jadi aku memberinya tumpangan.” Ucap Tuan Nam. Sek
Jang kaget mereka pergi bersama ke Sokcho
“Kupikir
kau sudah tahu.” Komentar Supir Nam. Sek Jang tak percaya dengan yang dilakukan
Supir Nam.
“Kau tahu
seperti apa situasi Soo Hyun sekarang. Bagaimana kalau ada yang memotretnya
lagi? Bagaimana itu kalau sudah terjadi?” kata Sek Jang panik dan marah
“Aigoo,
kami selalu berada di hotel. Siapa yang mau memotret kalau aku bersamanya?”
keluh Tuan Nam
“Mungkin
ada rumor bahwa dia putramu.” Kata Sek Jang. Tuan Nam yakin Tak ada rumor apa pun jadi meminta agar
jangan cemas. Sek Jang panik karena Mungkin saja terjadi hal buruk.
“Jujur
saja, aku malah berharap sesuatu terjadi. Coba kau Lihat saja wajah Soo Hyun. Ekspresi
wajahnya lebih polos dibandingkan boneka.Hotel yang dikelolanya ini, apa
artinya? Dia harus bahagia lebih dahulu. Lebih baik dia berhenti dan berternak
dengan pria yang dicintainya.” Kata Tuan
Nam.
Sek Jang
kesal merasa Tuan Nam memang berbahaya. Tuan Nam pun ikut marah. Sek Jang
seperti tak peduli dengan Sikap Tuan Nam malah yang akan membuat masalah. Tuan
Nam menceritakan kalau Soo Hyun tersenyum bahagia.
“Aku
belum pernah melihat dia tertawa seperti itu sejak SMP.” Ungkap Tuan Nam
“Kalau
orang yang dikencani Soo Hyun mirip seperti seseorang dari Taegyeong, aku akan
turun tangan membantunya, tapi dia hanya pekerja baru dan tak cukup baik
untuknya.” Tegas Sek Jang
“Kalau
kau terus bersikap pemilih, maka kau tak akan menikah.” Ejek Tuan Nam. Sek Jang
terlihat marah
“Kau bahkan
tak begitu menginginkannya, tapi selama ini kau terus menekanku?” ucap Pelukis
Jang
“Aku
sangat menginginkannya. Karena itulah waktuku di Sokcho tak sia-sia. Sama seperti
keinginan yang kurasakan, aku hanya akan memikul beban berat kalau
menerimanya.” Kata Soo Hyun
“Ada orang
yang tak bisa kau kalahkan. Sekeras apa pun kau melawan orang yang tak bisa kau
kalahkan, Kau hanya akan menghabiskan tenaga.” Ucap Pelukis Jang. Soo Hyun
mengucapkan terimakasi atas sarannya.
Berita di
TV sedang membahas berita terpanas pekan
ini yang terkait mantan istri Jung Woo Suk, Cha Soo Hyun. Joo Myung melihat
gambar wajah yang di blur berkomentar kalau pria itu memakai kardigan yang sama
dan terlibat skandal cinta tak terduga. Ibunya pun sadar kalau bajunya sama.
“Ibu yang
memilih baju itu untuknya. Jadi Selera ibu memang bagus. Dengan selera mode
ini, seharusnya ibu tak berjualan buah. Benarkan, sayang?” ucap Ibu Jin Hyuk
meminta persetujuan suaminya. Tapi Tuan Kim hanya diam sambil makan buah.
“Apa
Hyung pernah bertemu dengan CEO perusahaanmu?” tanya Jin Myung manja bersandar
di bahu kakaknya. Jin Hyuk mengaku pernah bertemu di kantor.
“Bagaimana?
Apa dia cantik?” tanya Jin Myung. Jin Hyuk langsung mengagguk dengan cepat.
“Dia
benar-benar cepat menjawabnya, Pasti dia sangat cantik.” Kata Jin Myung bangga.
Ibu Jin Hyuk pikir itu tak peduli.
“Ibu
kasihan padanya. Memang kenapa kalau dia kaya? Pasti melelahkan sekali
untuknya. Wanita harus hidup berbahagia dengan suaminya dan anak-anaknya
layaknya orang biasa. Ketenaran tak ada gunanya, benarkan sayang?” ucap Ibu Jin
Hyuk pada suaminya. Tuan Kim tetap diam.
“Zaman
sekarang siapa yang berpikir seperti itu, Ibu? Dia berbakat dan penuh karisma.”
Kata Jin Hyuk. Jin Myung pikir Ibu mencemaskan hal yang tak perlu.
“Tidak
perlu mencemaskan selebritas dan orang kaya. Aku rela melakukan apa pun demi
mengencani wanita seperti itu.” Kata Jin Myung bersender pada kakaknya.
“Tidak.
Ibu tak suka wanita kompete atau yang punya sejarah sedih. Benar kan sayang?”
kata Ibu Jin Hyuk, suaminya tetap tak
menjawab.
“Tapi
orang itu tampak tak asing. Dia mirip...” ucap Jin Myung berpikir, Jin Hyuk
panik takut kalau ketahuan itu dirinya. Jin Myung langsung menduga kalau itu
adalah Dae Chan. Tuan Kim membenarkan.
“Jadi,
kau tahu caranya menjawab pertanyaan... Kau tak menjawabku sama sekali.” keluh
ibu Jin Hyuk kesal dengan suaminya.
Tuan Nam
ingin membawakan barang Sun Joo karena terlihat berat. Sun Joo menolak, lalu
berkomentar Tuan akan pindah karena selalu melihat di kantor dan lingkungan dekat sini. Tuan Nam
mengeluh kalau Sun Joo yang pindah sesudahnya.
“Kau tahu
suamiku yang memilih lingkungan ini.. Sebenarnya area ini kenapa? Benar, kan?
Ada energi negatif di sini. Mungkin karena itulah suamiku berselingkuh.” Ucap
Sun Joo
“Apa
hasilnya sudah ada?” tanya Tuan Nam. Sun Joo mengaku belum.
“Lalu
kenapa kau sudah berpikir seperti itu? Kau selalu saja bersikap konyol.”
Komentar Tuan Nam
“Kau tahu
firasatku tajam. Saat baru masuk kuliah, ketika kakakku meninggal. Aku merasa
ada yang aneh, lalu aku minta kau mencarinya sambil menangis. Apa Kau ingat?”
kata Sun Joo. Tuan Nam kesal Sun Joo yang
membahas soal itu.
“Oppa,
bagaimana kalau dugaan itu benar?” kata Sun Joo khawatir.
“Kalau
ternyata benar, akan kuhabisi suamimu.” Ucap Tuan Nam geram
“Jangan
lakukan itu. Bagaimana aku hidup tanpa suamiku padahal aku tak punya kakak
lagi?” tegas Sun Joo lalu mengomel karena Tuan Nam yang tak membantu barangnya karena
berat.
Nyonya
Kim menerima foto-foto saat Soo Hyun pergi dengan Jin Hyuk dengan truk seperti
seorang paparazi yang mengikuti seorang artis dan berkomentar kalau mantan
menantunya itu sangat menikmatinya, lalu melihat Jin Hyuk foto bersama Hye In.
“Ini
siapa? Apa ini Pacarnya?” tanya Nyonya Kim. Sek pikir bukan dan memberitahu
kalau Hye In pegawai di Donghwa Hotel dan teman lamanya. Tuan Kim seperti
berusaha untuk merencanakan sesuatu.
Jin Hyuk
pergi ke mall, pergi ke bagian kosmetik dan melihat sebuah lipstik. Esok pagi, Tuan
Park duduk cemberut di meja kerjanya, Eun Ji mengingatkan Tuan Park agar Jangan
lupa matikan lampu sebelum pulang, semua sudah siap-siap untuk pulang.Jin Hyuk
tiba-tiba memberika sebuah hadiah untuk Tuan Park diatas meja. Wajah Tuan Park
terlihat bahagia.
“Kenapa
tak berikan dari tadi? Aku seharian khawatir menunggunya!” ungkap Tuan Park
merasa terharu
“Akan
lebih bagus jika kau tak menantikannya.” Ejek Eun Ji
“Kenapa
kau bisa tahu aku berulang tahun? Bagaimana bisa kau tahu kulitku sensitif?”
komentar Tuan Park ingin menganggap seperti kejutan.
“Selamat
ulang tahun dan selamat malam.” Kata Jin Hyuk. Tuan Park pun menganggap Jin
Hyuk layaknya pacar dan akan mentratirnya makan malam.
Jin Hyuk
dan Sun Joo menunggu bus di halte. Sun
Joo membahas Tuan Park itu lucu. Jin Hyuk membenarkan menurutnya suasana kantor
menjadi ceria karena Tuan Park. Sun Joo pikir Tuan Park itu kekanak-kanakan. Sun Joo lalu melihat telpnya
tapi tak mengenal nomornya dan akhirnya mengangkat telpnya.
“Apa Bisa
kita bertemu sebentar?” tanya suara seorang pria. Sun Joo bertanya siapa yang
menelpnya.
“Ini soal
Kim Jin Hyuk.” Kata Si pria. Sun Joo langsung menutup telpnya memutuskan akan naik
kereta bawah tanah saja.
“Tapi ini
rute bus ke rumahmu.” Ucap Jin Hyuk binggung karena bus yang datang ke arah
rumah Sun Joo.
“Benar,
tapi aku ingin mampir ke tempat lain dahulu” kata Sun Joo lalu pamit pergi.
Soo Hyum mengemudikan
mobilnya melihat Jin Hyuk duduk sendirian duduk di halte, lalu seperti
tatapanya melamun tak sadar akan menabrak mobil di depanya dan akhirnya
mengerem mendadak. Mobil dibelakangnya pun menabrak dari belakang.
“Kenapa
mengerem mendadak?” keluh Paman yang berada di mobil belakang. Soo Hyun turun
dari mobil meminta maaf. Saat itu Jin Hyuk melihatnya langsung menghampiri
“Maafkan
aku juga.” Kata Jin Hyuk. Si pria ingin tahu siapa pria itu. Jin Hyuk mengaku
sebagai rekan kerja Soo Hyun. Jin Hyuk
memastika keadaan Soo Hyuk lebih dulu.
“Terlalu
gelap untuk menilai kerusakannya.” Ucap Si Pria. Jin Hyuk menanyaka cara mereka
akan membagi biaya perbaikannya
“Kita
hubungi asuransi saja.” Kata Si pria. Jin Hyuk tahu si pria pasti terkejut karena Soo Hyun yang mengerem
mendadak.
“Biar
kami ganti biayanya.” Kata Jin Hyuk, Si pria pikir mereka tak tepati janji jadi lebih baik menghubungi
asuransi saja.
“Tidak,
biar kami ganti kerusakannya... Aku sangat menyesal. Tolong hubungi aku sesudah
memperkirakan biayanya.” Ucap Jin Hyuk memberikan kartu namanya
“Aku
lihat kau bekerja di kantor yang bagus. Kalau begitu, biar aku foto
kerusakannya dahulu.” Kata si pria.
**
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar