Soo Hyun
dengan tatapan dingin menunggu diruanganya, Tuan Choi akhirnya datang. Soo Hyun
menyuruh untuk duduk, Tuan Chai dengan wajah tersenyum berkomenta kalau Soo
Hyun dijadwalkan pergi untuk perjalanan
bisnis dan Ini belum pernah terjadi
sebelumnya.
“Berkat
kau, aku mengalami banyak hal.” Ucap Soo
Hyun. Tuan Choi berpura-pura bertanya Apa masalahnya
“Apa kau
bertanya karena memang tidak tahu? Selagi aku absen, kau menunjuk seorang
pegawai tanpa seizinku dan
mengkhianatiku.” Kata Soo Hyun
“Sulit
kupercaya CEO Cha menggunakan ungkapan
seperti itu. Astaga, aku sangat terkejut.” Sindir Tuan Choi
“Aku berusaha
menyederhanakan ucapanku agar kau cepat memahami maksudku. Aku belum pernah
melihat penunjukan pegawai yang begitu tiba-tiba dan tidak berdasar seperti itu. Jadi, aku tidak
bisa mengerti. Apa yang kau lakukan?” ucap Soo Hyun
“Apa Tim
Humas yang... “ kata Tuan Choi. Soo Hyun merasa Tuan Choi tak berpikir akan
memanggilnya tanpa mencari tahu sama sekali.
“CEO Cha, mari kita saling jujur.” Kata Tuan
Choi. Soo Hyun mengaku kalau itulah yang diinginkan.
“Apa Ibu
pikir aku melakukan semua ini sendirian? Aku yakin Ibu sudah tahu Taegyeong
mendukungku.” Kata Tuan Choi
“Akhirnya
aku mengerti kenapa kau selalu ada di jalur yang salah. Aku berusaha berbincang
denganmu mengenai Hotel Donghwa, tapi kau menyebutkan Taegyeong. Pantas saja
kau selalu tersesat.” Sindir Soo Hyun
“Apa Ibu
sungguh berpikir Hotel Donghwa adalah perusahaan yang berdiri sendiri?” kata
Tuan Choi
“Jadi,
maksudmu Hotel Donghwa adalah milik Taegyeong. Apa boleh aku mengartikannya
seperti itu?” ucap Soo Hyun. Tuan Choi pikir tidak bisa menyangkalnya.
“Aku
kembali setelah membatalkan jadwalku dan memanggilmu ke ruanganku untuk memberi
tahu bahwa ini yang terakhir. Jadi Jangan sampai terjadi lagi. Jika kau
melanggar batas lagi, kau tidak akan bisa menghadapi apa yang akan terjadi
nanti.” tegas Soo Hyun
“Apa ini
ancaman? Apa Ibu berpikir Taegyeong akan tetap diam?”komentar Tuan Choi
“Alasanku
mencurahkan perasaanku di Sokcho di hadapan semua orang adalah untuk
memperlihatkan aku akan melawan Taegyeong mulai sekarang. Jadi, pilihlah. Apa
kau mau terus tersesat sebagai boneka Taegyeong Atau kamu akan bekerja sebagai
direktur Hotel Donghwa dan belajar cara agar bisa dihargai?” ucap Soo Hyun lalu
meminta Tuan Choi agar meminta keluar.
Jin Hyuk
sudah siap berjalan masuk ke ruangan Soo Hyun, Hye In memanggilnya mengatakan
kalau ingin mengakui sesuatu. Jin Hyuk binggung bertanya mau mengaku apa. Hye In mengaku kalau sudah menelepon CEO Cha.
“Kupikir
CEO Cha harus tahu. Tidak ada yang akan bisa menghentikanmu dan kamu harus
pergi. Jika CEO Cha tahu setelah kembali dari perjalanan bisnisnya, kurasa dia
akan lebih sedih.” Jelas Hye In
“Terima
kasih atas perhatianmu.” Kata Jin Hyuk. Hye In heran karena Jin Hyuk yang tidak
marah.
“Aku akan
melakukan hal yang sama jika ada di posisimu, Karena kita teman.” Ucap Jin Hyuk
lalu berjalan masuk. Hye In sedikit sedih mendengarnya.
Sek Jang
melihat Jin Hyuk ingin tahu alasanya datang ke ruangan Soo Hyun. Jin Hyuk
menjawab kalau datang untuk menemui CEO Cha. Sek Jang bertanya apakah Jin Hyuk
mengirimkan pesan darurat dan meminta bantuan CEO Cha.
“Apa itu
penting?” kata Jin Hyuk dingin. Sek Jang tak bisa berkata-kata akhirnya
memberitahu Soo Hyun kalau Jin Hyuk sudah datang. Soo Hyun pun mempersilahkan
masuk.
Soo Hyun
langsung meminta maaf karena membuat Jin Hyuk terlibat dalam masalah ini dan mengakui kalau
terlalu ceroboh. Jin Hyuk pikir kalau Ini bukan salah siapa pun dan mengaku baik-baik
saja. Soo Hyun menegaskan kalau tidak baik-baik saja.
“Aku akan
mengembalikan segalanya seperti sebelumnya, jadi, jangan khawatir.” Kata Soo
Hyun
“Apa Ibu
akan membatalkan pemindahanku?” kata Jin Hyuk, Soo Hyun pikir Sejak awal, ini tidak adil.
“CEO
Cha... Jika Ibu mengembalikan segalanya seperti sebelumnya, maka Ibu akan
terkesan memihak.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun pikir masalah ini tapi Jin Hyuk
lebih dulu bicara
“Ibu
tidak biasanya seperti ini. Saat pertama mendengar mengenai cara Ibu memulai
hotel ini dan membangunnya, aku sungguh kagum. Membuat keputusan itu tidaklah
seperti sifatmu. Biarkan aku pergi Dan tunggulah saja, bagaimanapun aku akan
kembali.” tegas Jin Hyuk menyakinkan.
“Jin
Hyuk, kenapa...” ucap Soo Hyun dengan mata berkaca-kaca
“Tapi aku
punya satu kekhawatiran. Jaraknya tidak cukup dekat bagiku untuk mengunjungi
Ibu jika aku merasa rindu. Itulah kekhawatiran terbesarku.” Akui Jin Hyuk
mengoda.
Soo Hyun
kesal karena sekarang bukan saatnya untuk bergurau. Jin Hyuk memberitahu kalau akan
mulai bekerja di tempat yang baru besok. Keduanya hanya saling menatap tanpa
banyak bicara.
Nyonya
Jin menemui anaknya, bertanya apakah butuh sesuatu. Soo Hyun mengaku harus
segera pergi. Nyonya Jin bertanya kenapa anaknya datang secara mendadak. Soo
Hyun mengaku kalau datang untuk memberi tahu Ibunya dari awal agar tidak
terkejut.
“Apa kau
membuat masalah lagi?” ucap Nyonya Jin. Soo Hyun pikir Ibunya bisa melihat demikian
dari sudut pandang ibunya. Nyonya Jin tak mengerti maksud ucapan anaknya.
“Saat aku
lahir, Ibu adalah ibuku dan Ayah adalah ayahku.” Kata Soo Hyun. Nyonya Jin tak
ingin anaknya berkata berbelit-belit.
“Aku
tidaklah membencinya. Aku hidup begitu sulit sesuai dengan rencana Ibu hingga
saat ini. Kupikir melakukan apa yang kuinginkan adalah sebuah kemewahan.
Setelah hidup seperti itu, aku kini sudah berada di usia pertengahan 30 tahun.”
Ucap Soo Hyun
“Berkat
ibulah kau bisa menjadi menantu keluarga Taegyeong.” Kata Nyonya Jin bangga
“Itu
pilihanku, jadi, aku tidak menyalahkan Ibu. Namun... Aku tidak akan lagi hidup
seperti itu.” Tegas Soo Hyun. Nyonya Jin ingin tahu apa yang akan dilakukan Soo
Hyun
“Kurasa
Taegyeong akan menuntut kita dengan dokumen perceraian itu.” Kata Soo Hyun
“Apa
maksudmu dengan menuntut kita? Kalian berdua akan kembali bersama. Untuk apa
dia menuntut kita?” ucap Nyonya Jin kaget.
“Tidak
mungkin aku bisa kembali bersama dengannya.” Tegas Soo Hyun. Nyonya Jin
mengerti kalau ibu mertua Soo Hyun tidak mudah untuk dihadapi.
“Ibu juga
mengalami kesulitan dengan nenekmu. Tapi jika terus hidup bersama mereka...”
kata Nyonya Jin yang langsung disela oleh Soo Hyun
“Aku
tersenyum saat bercerai. Aku tanpa sadar tersenyum karena bisa bernapas lagi.
Aku tidak akan kembali, jadi, Ibu harus berhenti menemui Ketua Kim. Hanya Ibu
yang akan terluka.” Tegas Soo Hyun
“Apa Kau
pikir bisa menghadapi Ketua Kim?” ucap Nyonya Jin sinis
“Aku akan
menemui pengacara untuk mempersiapkan tuntutannya.” Tegas Soo Hyun. Nyonya Jin
piki anaknya sudah gila.
“Aku
datang bukan untuk mendiskusikannya. Aku datang untuk memberi tahu keputusanku.”
Tegas Soo Hyun dan akan segera pamit pergi.
Nyonya
Jin menyuruh Soo Hyun duduk, tapi Soo Hyun tetap ingin pergi. Nyonya Jin
menduga kalau semua karena pria itu dan itu alasan Soo Hyun bersikap seperti
ini. Soo Hyun menatap ibunya.
“Untuk
kali pertama, aku memutuskan untuk menjadi pemilik hidupku sendiri. Ini bukan
karena siapa pun atau berkat siapa pun.” Kata Soo Hyun
“Apa kau
tidak memperdulikan ayahmu? Pemilihan akan dilakukan sebentar lagi. Ada apa
denganmu?” kata Jin Hyuk
“Jika
tindakanku memengaruhi karier politik Ayah, maka itu bukan politik. Kesuksesan
karier Ayah adalah hasil dari jerih payah Ayah sendiri. Itu bukan karena aku
atau Ibu. Semua tergantung pada Ayah.” Tegas Soo Hyun lalu berjalan pergi.
Soo Hyun
duduk di dalam mobil lalu menyuruh Tuan Nam pulang setelah menyerahkan mobil
kepadanya. Tuan Nam kaget karena masih siang hari, Soo Hyun pikir Tuan Nam bisa
serahkan mobil di dekat rumahnya saja.
“Ibu mau
ke mana? Aku akan mengantar Ibu.” Ucap Tuan Nam.
“Aku akan
berkencan.” Kata Soo Hyun dengan senyuman bahagia.
“Kalau
begitu, aku turun di sini saja.” Ucap Tuan Nam seperti mendukung hubungan
keduanya.
Hye In
ingin tahu Apa semuanya sudah diselesaikan. Jin Hyuk menjawab sudah, Hye In pin mengucap syukur lalu memikirkan
Jin Hyuk yang pergi ke Sokcho... Jin Hyuk memberitahu kalau akan ke Sokcho. Hye
In kaget mendengarnya.
“Itu
tidak bagus. Apa CEO Cha memintamu untuk pergi saja?” ucap Hye In kaget.
“Tidak,
aku yang bilang akan pergi. Aku harus pergi agar CEO Cha bisa menjaga Hotel
Donghwa.” Ucap Jin Hyuk
“Apa kau
tidak peduli tentang hidupmu sendiri? Apa kau tidak ingat perjuanganmu di
perusahaan ini? Jika orang baru dikirim ke Sokcho...” ucap Jin Hyuk
“Ini yang
terbaik bagi kami. CEO Cha bisa menjaga hotel ini dan aku bisa menjaga CEO Cha.”
Kata Jin hyuk lalu mengajak mereka
kembali bekerja karena Nyonya Kim pasti menunggu. Hye In tak bisa
berkata-kata.
Jin Hyuk
melihat pesan masuk dari CEO Cha "Kita harus menggelar pesta
perpisahan" wajahnya langsung tersenyum bahagia.
Tuan Kim
melihat Nyonya Joo datang mengeluh istrinya yang keluar rumah padahal udaranya
dingin. Nyonya Joo menuangkan minuman untuk suaminya, yaitu teh pohon kismis
oriental dan memperingatkan Jangan berikan kepada orang lain lagi.
“Kenapa
wajahmu tampak muram? Apa ada masalah?” tanya Tuan Kim.
“Tentu
saja aku tidak senang. Aku tidak begitu sedih saat kita mengirim Jin Hyuk wajib
militer. Kita begitu gembira saat dia diterima di perusahaan ini, tapi kini dia
akan dipindahkan ke area terpencil.” Keluh Nyonya Joo sedih
“Dia
bilang memang seperti itulah bekerja di hotel.” Kata Tuan Kim menenangkan.
“Kalau
begitu, kenapa Hye In tidak pindah? Ada banyak hotel di area terpencil.” Kata
Nyonya Joo kesal
“Dia
seorang wanita.” Ucap Tuan Kim. Nyonya Joo pikir Mereka tidak lagi membedakan pria dan wanita.
“Kurasa
Jin Hyuk membuat seseorang kesal.” Dugaan Nyonya Joo, Tuan Kim tak mengerti
maksudnya.
“Kau tahu
dia tidak akan pernah membuat siapa pun marah.” Tegas Tuan Kim. Nyonya Joo
yakin dan itu malah yang membuatnya makin sedih.
“Dia akan
pergi besok. Apa Kau sudah membantu dia berkemas?” tanya Tuan Kim
“Aku
tidak bisa berkonsentrasi melakukan apa pun.” Ucap Nyonya Joo sedih. Tuan Kim
meminta istrinya agar memasak makan malam yang lezat.
“Jangan
bekerja terlalu lama.” Ucap Nyonya Joo, Tuan Kim menganguk mengerti dan
berjanji akan pulang lebih awal.
Nyonya
Joo pun pamit untuk pergi ke pasar. Tuan Kim tiba-tiba memanggil istrinya
memuji teh buatanya sangat enak. Nyonya Joo pun dengan bangga memberitahu kalau
membuatnya sendiri.
Semua
berkumpul seperti tak bisa melepaskan kepergiaan Jin Hyuk. Jin Hyuk berbicara
pada Sun Joo karena Meski singkat, banyak sekali yang sudah dipelajari. Sun Joo
mengaku agak sedih karena Jin Hyuk sudah bekerja dengan baik.
“Kantor
ini akan terasa sepi tanpamu. Kita akan menggelar pesta perpisahan, kan?” goda
Tuan Park. Jin Hyuk terlihat binggung.
“Malam
ini aku sudah punya rencana lain.” Kata Jin Hyuk. Tuan Park menduga kalau itu
Dengan CEO Cha. Jin Hyuk gugup. Tuan Park yakin ucapanya memang benar.
“Kita
biarkan saja mereka menikmatinya.” Kata Sun Joo, Tuan Park berjanji akan
berkunjung ke Sokcho. Jin Hyuk pun senang mendengarnya.
“Kau dan
Bu Cha akan ke mana? Pasti ke tempat yang bagus.” Goda Tuan Park
“Sudahlah,
kenapa kau begitu ingin tahu? Apa kau juga cerewet saat berkencan?” keluh Sun
Joo.
“Aku
ingin berkencan. Aku ingin tahu seperti apa diriku saat berkencan.” Kata Tuan
Park
“Jelas kau
tipe yang menyebalkan.” Komentar Eun Ji, Tuan Park mengeluh kalau tidak
bertanya kepadanya.
Hye In
tak berkata-kata sedari tadi membuat kopi di pantry, Sun Joo masuk pantry. Hye
In menawarkan kopi.Sun Joo menolak karena akan membuat sendiri. Hye In terlihat
gugup sebelum bicara pada seniornya.
“Aku harus
membuat surat permintaan maaf, kan?” ucap Hye In
“Begitulah
persahabatan. Aku memutuskan untuk menganggapnya seperti itu.” Kata Sun Joo merasa itu sikap Hye In adalah
refleks seorang teman.
Jin Hyuk
bergegas pulang ke rumah lalu akan pergi kembali. Nyonya Joo baru pulang
melihat anaknya yang pulang lebih cepat tapi
akan pergi lagi. Jin Hyuk mengaku harus menyelesaikan sesuatu di kantor.
Nyonya Joo bingung karena besok akan pergi
ke Sokcho tapi pekerjaannya masih banyak.
“Aku
harus menyelesaikan perencanaan sebuah acara. Apa Ibu membeli bahan masakan?”
ucap Jin Hyuk melihat dua kantung bahan makanan.
“Ya.
Besok kamu pergi, jadi, ibu rasa kita harus makan enak bersama.” Ucap Nyonya
Joo
“Sepertinya
aku akan pulang terlambat malam ini.” Kata Jin Hyuk sedih
“Kalau
begitu, di akhir pekan saja. Ibu akan membungkus makanan untukmu.” Kata Nyonya
Joo. Jin Hyuk setuju dan akan pamit pada ibunya.
Nyonya
Joo terlihat sedih melihat anaknya, Jin Hyuk yang akan pergi tiba-tiba kembali
dan memeluk ibunya. Nyonya Joo seperti mengerti memelu erat anak kesayangan dan
memberikan semangat.
Jin Hyuk
sudah mengemudikan mobil, Soo Hyun yang duduk disampingnya bertanya kemana
mereka akan pergi. Jin Hyuk menjawab kalau mereka akan pergi ke tempat yang bisa
menikmati semilir angin. Akhirnya mereka pergi ke sebuah tempat banyak ilalang
dan terlihat hanya ada mereka berdua.
“Aku
tidak tahu tempat ini begitu dekat... Indah sekali.” ucap Soo Hyun
“Aku
terkadang datang ke sini untuk memotret. Foto angin.” Akui Jin Hyuk
“Apa Kau
bisa memotret angin?” kata Soo Hyun binggung. Jin Hyuk menunjuk alang-alang
didepanya.
“Kalau
aku memotret alang-alang, maka aku bisa melihat angin.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun
mengejek seharusnya Jin Hyuk menjadi
penyair.
“Ini
rahasia yang tidak diketahui siapa pun. Aku pernah mendaftarkan puisiku di
kompetisi puisi.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun kaget mendengarnya.
“Aku
langsung didiskualifikasi. Aku kemudian sadar tidak semua orang bisa membuat
puisi.” Cerita Jin Hyuk
“Bagaimana
dengan menjadi fotografer?” tanya Soo Hyun, Jin Hyuk menjawab Ini juga rahasia.
“Apa kau
mendaftar di kompetisi?” tanya Soo Hyun, Jin Hyuk mengaku langsung
didiskualifikasi dari kompetisi itu.
“Aku
memutuskan untuk menjadikan keduanya sebagai hobi.” Kata Jin Hyuk
“Sekarang
aku tahu dua rahasiamu.” Ucap Soo Hyun bahagia.
“Hubungan
kita sekarang sudah sangat istimewa. Ibu sudah tahu dua rahasiaku.” Kata Jin
Hyuk yang berjalan sambil bergandengan tangan.
Soo Hyun
menunjuk ke arah atas apakah pernah ke atas sana, Jin Hyuk dengan banga kalau Pemandangannya
luar biasa. Keduanya pun menaiki seperti menari dengan jalan tangga yang
memutar. Soo Hyun melihat Pemandangannya tampak berbeda dari atas karena merasa
segar.
“Anginnya
dingin... Ibu bisa terkena flu.” Ucap Jin Hyuk membuka jaket untuk Soo Hyun.
“Tidak
perlu, nanti kamu yang terkena flu.” Kata Soo Hyun, tapi Jin Hyuk tetap
memakaikan jaket untuk pacarnya.
“Apa Sudah
terasa hangat?” tanya Jin Hyuk, Soo Hyun menganguk keduannya tersenyum dan Jin
Hyuk memegang lengan Soo Hyun seperti terasa bahagai menatap pemandangan dari
atas.
Keduanya
akhirnya turun, Soo Hyun menegaskan agar jangan salahkannya kalau Jin Hyuk terkena
flu. Jin Hyuk menegaskan aklau tidak selemah itu. Soo Hyun merasa punya banyak
kenangan belakangan ini. Jin Hyuk ingin tahu kenangan apa itu.
“Kenangan
indah. Kenangan saat kau sedang bekerja, saat kau tertidur, atau saat kau
menggosok gigi, aku tersenyum sendiri saat memikirkan kenangan itu. Setelah
bertemu denganmu di Kuba, aku punya banyak kenangan indah.” Cerita Soo Hyun
“Aku
juga... Ibu ada dalam kenanganku di taman bermain Hongjae-dong dan juga
kenangan saat bermain mesin capit boneka. Ibu juga ada dalam kenanganku saat di
Kuba. Kita bisa mengatasi apa pun dengan kenangan indah itu.” Kata Jin Hyuk
yakin
“Ya. Mari
kita lakukan bersama.” Ucap Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku punya rahasia lain.
“Aku mempelajari
arti cinta dari buku... Ahh... Benar. Jadi, seperti inilah cinta... Inilah yang
terjadi saat aku jatuh cinta... Sekarang bagiku sudah jelas. Berkat CEO Cha,
bagiku menjadi begitu jelas apa arti cinta.” Akui Jin Hyuk sambil menatap Soo
Hyun.
“Rahasia
ketigamu luar biasa.” Kata Soo Hyun, keduanya saling menatap di tengah-tengah
ilalang, mata mereka terlihat saling jatuh cinta.
Keduanya
duduk dicafe, Jin Hyuk memberikan kameranya sebagai hadiah. Soo Hyun kaget
karena kamera itu penting baginya. Jin Hyuk piki karena itu maka diberikan pada
Soo Hyun, dikarenakan ia sudah berhasil mempelajari cinta dari buku. Soo Hyun
merasa tak enak hati.
“Potretlah
banyak foto bagus saat Ibu memikirkan aku... Akan kuajari cara memakainya.”
Kata Jin Hyuk memegang kameranya.
“Ibu
harus menekan tombol ini, tapi jika fokusnya tidak pas, hasilnya tidak akan
bagus. Atur pencahayaan dengan ini, fokus ke subjek, lalu tekan... cobalah.”
Ucap Jin Hyuk penuh semangat memberikan kameranya setelah mengajarkanya.
“Aku akan
ke toilet sebentar.” Kata Jin Hyuk keluar dari cafe, setelah itu tiba-tiba
sudah ada didepan jendela cafe.
“Karena
subjeknya sangat tampan, hasil fotonya akan bagus. Jadi Potretlah.” Kata Jin
Hyuk mengoda dari depan jendela langsung
bergaya.
Soo Hyun
mengangkat kameranya tapi seperti tak bisa menekan shutternya. Jin Hyuk pikir
gayanya terlihat aneh lalu mengetuk jendela bertanya apakah Soo Hyun tidak bisa
menekannya. Soo Hyun menyuruh Jin Hyuk agar Jangan bergerak karena hasilnya
tidak fokus.
Jin Hyuk
mulai bergaya di luar cafe, saat itu Soo Hyun buru-buru menghapus air mata yang
mengalir dibalik kamera. Sementara Jin Hyuk tak melihatnya terus bergaya
didepan camera.
Jin Myung
keluar dari laundry samil mengeluh karena Seharusnya melakukan ini sebelumnya
dan menurutnya kalau tak ada yang mencuci baju pada hari kencan buta. Tapi Dae
Chan pikir kalau harus mencuci bajunya. Jin Myung pikir Lebih baik kita beli
baju baru saja.
“Lagi pula,
bajumu tidak ada yang cocok.” Keluh Jin Myung
“Karena
aku tampan, tidak penting baju yang kupakai. Bagaimana jika dia jatuh cinta
pada pandangan pertama? Wah... Membosankan.” Kata Dae Chan yakin
“Kenapa
kau sangat sombong? Setidaknya cukurlah kumismu.” Ucap Jin Myung kesal
“Jin
Myung... Kurasa tempat pertemuan yang dia inginkan terlalu mahal. Bagaimana
kalau kami bertemu dan aku tidak suka? Buang-buang uang saja. Aku bisa membeli
beberapa mangkuk siput bulan dengan uang itu.”kata Dae Chan.
“Kau
memang pelit. Anggap saja investasi.” Tegas Jin Myung, Dae Chan pun bisa
mengerti.
Dae Chan
sudah menunggu di dalam sebuah restoran, wajahnya terlihat sangat gugup. Saat
itu Sek Jang masuk dengan wajah penuh semangat dan kaget melihat Dae Chan ada
didalam restoran lalu mencoba menelp dan kaget melihat Dae Chan yang mengangkat
telpnya.
“Kenapa
kau yang menjawab?” tanya Sek Jang kaget. Dae Chan pun kaget karena menjawab
telp dari Sek Jang.
“Apa Namamu
Lee Dae Chan?” ucap Sek Jang akhirnya duduk. Dae Chan pun baru tahu kalau Sek
Soo Hyun itu Jang Min Jin?
“Aplikasi
kencan buta yang jelek.” Keluh Sek Jang. Dae Chan merasa Sia-sia berharap banyak.
“Kenapa
aku tidak terpikirkan Siput Bulan Chan?” ejek Sek Jang. Dae Chan kesal karena
Sek Jang terus menghina bisnisnya.
“Aku
mengabdikan hidupku mengelola bisnis itu sejak usia 23 tahun setelah menjalani
wajib militer.” Tegas Dae Cha
“Pasti kau
memulai bisnismu sejak muda. Apa kau mulai berbisnis saat kuliah?” kata Sek
Jang
“Aku
tidak pernah berkuliah.” Akui Dae Chan. Sek Jang kaget dan terlihat
merendahkan.
“Apa aku
butuh gelar sarjana untuk menjual siput bulan?” ucap Dae Chan. Sek Jang ingin
tahu alasan Dae Chan tidak berkuliah
“Kau
sangat aneh. Apa kau pernah menanyai orang alasan mereka berkuliah? Tidak ada
yang menanyakan hal itu, jadi, kenapa menanyai orang alasan mereka tidak
berkuliah? Kita semua punya jalan hidup yang berbeda, jadi, kenapa kamu hanya
memikirkan satu jalan?” ucap Dae Chan marah
“Baik,
tapi kau juga menulis bahwa kamu presdir waralaba restoran. Kenapa berbohong di
profilmu?” kata Sek Jang kesal
“Aku
tidak bohong, aku sudah memiliki restoran dan berniat membuka cabang lain.”
Ucap Dae Chan membela diri
“Seharusnya
kau tulis seperti itu. Presdir bukan jabatan sembarangan!” tegas Sek Jang
Dae Cha
menawarkan buku menu, Sek Jang menolak menyuruh Dae Chan untuk makan sendiri
saja lalu berjalan pergi. Dae Chan hanya bisa menatapnya, saat itu tiba-tiba
Sek Jang kembali duduk dan mengambil buku menu lalu mendekati Dae Chan.
“Soal
pertemuan kita hari ini... Jangan ceritakan kepada Kim Jin Hyuk.” Bisik Sek
Jang lalu berjalan pergi. Dae Chan tak habis pikir dengan sikap Sek Jang karena
berpikir akan makan malam bersama.
Di
restoran sandwich
Sek Jang
makan sendiria dengan wajah kesal karena terpaksa melewatkan makan malam juga.
Lalu teringat kembali saat bertanya pada Dae Chan “Kenapa kau tidak berkuliah?”
dengan nada merendahkan.
“Apa aku
butuh gelar sarjana untuk menjual siput bulan?” ucap Dae Chan.
“Kau juga
menulis bahwa kamu presdir waralaba restoran. Kenapa berbohong di profilmu?”
kata Sek Jang
“Aku
berniat membuka cabang lain.” Akui Dae Chan. Sek Jang menegaskan kalau Presdir
bukan jabatan sembarangan!
“Apa
sikapku terlalu kasar? Ahh.... Masa bodoh. Itu ganjarannya karena berbohong.”
Kata Sek Jang berpura-pura tak peduli.
Sementara
di restoran, Hye In melihat Dae Chan yang minum terus dan mengunakan seperti
helm dikepalanya bertanya apa yang terjadi pada temanya. Dae Chan mengeluh Hari
ini sangat melelahkan karena itulah berusaha mencegah kebotakan.
“Ahh...
Menyebalkan sekali!” teriak Dae Chan kesal. Jin Myung yang membawakan makanan
sampai kaget mendengarnya.
“Dia
tampak cukup normal di foto profilnya. Dia terlihat ramah. “ pikir Jin Myung
“Kita
tertipu. Semua isi profilnya bohong. Aku sudah memprotes perusahaan aplikasi
itu.” Ucap Dae Chan kesal
“Masih
banyak wanita baik. Kau hanya terlalu sibuk di sini untuk bertemu wanita baik.”
Ucap Hye In menyakinkan.
Jin Myung
sibuk melihat barang yang ada diatas kepala Dae Chan, sementara Hye In mengajak
Dae Chan adatang ke acara akhir tahun kantornya yaitu Acara pesta topeng.
“Itu
sempurna untukmu. Kecuali wajahmu, kamu benar-benar pria idaman.” Ucap Jin
Myung. Dae Chan mengeluh kalau Stresnya makin parah.
“Hei...
Memang wajahnya kenapa? Menurutku dia menarik.” Kata Hye In tak ingin mengejek.
“Karena
kamu bersosialisasi dengan rekan kerjamu, kau menjadi tahu cara memuji orang
lain.” Keluh Jin Myung, Hye In mengeluh bukan seperti itu maksudnya.
“Keluarga
dan teman boleh ikut. Datang dan bersenang-senanglah di sana.” Ucap Hye In
“Kalau
begitu, kita harus ke sana. Penampilanku sempurna untuk pesta seperti itu. Apa
temanya?” kata Jin Myung penuh semangat.
“Pesta
kelab.. Pasti seru. Ada undian juga... Hadiahnya banyak, termasuk voucer hotel
gratis.” Kata Hye In
“Aku sangat
beruntung dalam undian. Aku sudah beruntung sejak kecil.” Kata Dae Chan bangga
“Menyukai
barang gratis justru akan membuat rambutmu... Apa yang akan kau kenakan? Kau harus
membeli sesuatu kali ini. Bagaimana dengan setelan yang pas?” kata Jin Myung
“Pinjam
saja dari Jin Hyuk.” Ucap Hye In. Jin Myung yakin kalau Gaya Dae Chan tidak
akan pas.
“Asal tahu
saja, aku juga punya setelan. Selain itu, Jin Hyuk dan aku... “ tegas Dae Cha
merasa sangat berbeda
“Ingat
apa yang terjadi ketika ibuku memberimu celana jeans yang terlalu besar pada
Jin Hyuk? Kau tampak seperti kakek-kakek.” Ejek Jin Myung
“Lalu
bagaimana denganmu? Wajahmu tidak setampan dia meskipun kau adiknya.” Balas Dae
Chan.
“Kau akan
terkejut melihat betapa kerennya aku memakai setelan. Lagi pula, aku tidak
pernah membandingkan diriku dengannya. Kenapa? Itu tidak pernah berakhir dengan
baik untukku.” Akui Jin Myung, Dae Chan memuji Jin Myun bijak, keduanya saling
mengejek dan Hye In hanya bisa tersenyum melihat keduanya.
Jin Hyuk
mengemudikan mobil sambil sedikit terbatuk. Soo Hyun memegang dahi Jin Hyuk
lalu menyadari kalau pacarnya itu demam. Jin Hyuk dengan senyuman mengaku baik-baik
saja. Soo Hyun pun menyalahkan Jin Hyuk yang tak mendengar ucapnya kalau
sekarang terkena flu. Jin Hyuk tetap mengaku baik-baik saja dan akhirnya
kembali terbatuk.
Akhirnya
Jin Hyuk duduk disofa rumah Soo Hyun, Soo Hyun memberikan obat karena itu akan
langsung menyembuhkan flunya dan akan membuatkan teh hangat karena Cairan bagus
untuk flu. Akhirnya Jin Hyuk meminum obat dan melihat Soo Hyun mengambil air
panas didapur.
“Tidak
seenak buatan Bu Lee, tapi ini cukup enak. Harganya cukup mahal.” Kata Soo Hyun
menuangkan air panas dicangkir. Tiba-tiba Jin Hyuk mendekat dan memeluk Soo
Hyun dari belakang.
“Keserakahanku
tidak ada batasnya. Aku ingin minum teh bersamamu. Tapi begitu aku melakukannya,
aku ingin menyantap makanan bersamamu. Aku ingin menceritakan kisahku kepadamu.
Aku ingin mengungkapkan perasaanku. Aku ingin menggenggam tanganmu yang halus.”
Akui Jin Hyuk, Soo Hyun terlihat gugup memegang tangan Jin Hyuk yang ada di
pinggangnnya.
“Aku
ingin memelukmu.” Kata Jin Hyuk, Soo Hyun pun membalikan badan menatap Jin Hyuk
dalam-dalam lalu keduanya berpelukan. Seperti sudah tak ada jarak lagi diantara
mereka untuk saling menyayangi.
Bersambung
ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar