“Bagaimana
jika kita tinggalkan emosi ketidakpastian
dan keraguan untuk bertarung bersama dan mencari tahu apakah kita saling menyukai? Bagaimana
jika kita anggap kalau kita sekarang
dalam tahap pendekatan dan bertemu lagi di sini?” ucap Jin Hyuk menyakinkan
Soo Hyun.
“Kita
anggap sekarang kita dalam tahap pendekatan.” Ucap Soo Hyun
“Karena
kini kita dalam tahap pendekatan, apa
yang perlu kita lakukan?” kata Jin Hyuk. Soo Hyun kaget kalau akan secepat itu.
“Entahlah.
Bagaimana kalau bersepeda romantis?” saran Jin Hyuk. Soo Hyun binggung diajak
bersepeda.
“Tangan
Ibu pasti kedinginan, jadi Pakai ini.” Ucap Jin Hyuk memasangkan sarung tangan
pada Soo Hyun dan melihat kalau Tangan Soo Hyun yang kecil sekali lalu
memujinya kalau terlihat manis.
“Jika kau
terus berkata aku manis, aku akan
berpikir itu benar.” Keluh Soo Hyun. Jin Hyun mengaku kalau ucapanya memang
benar dan mengajak segera pergi.
Akhirnya
Jin Hyuk mengambil sepeda meminta Soo Hyun naik ke jok belakang, dengan
mengejejek kalau Mungkin tidak seperti mobil Soo Hyun yang nyaman dan mahal, tapi ini tetap
menyenangkan. Soo Hyun mengeluh Jin Hyuk yang ternyata mendendam lalu duduk di
jok belakang.
“Kemarilah...
Kau Pegang yang erat... Aku akan berangkat sekarang.” Ucap Jin Hyuk menarik tangan
Soo Hyun agar memegang pinggangnya.
Soo Hyun
hanya bisa tersenyum dan meninggalkan lukisan "'Where, in What Form,
Shall We Meet Again?' oleh Kim Hwan
Ki"
Jin Hyuk
mengayuh sepedanya lalu mengejek Soo Hyun
lebih berat dari kelihatannya dan memberitahu kalau sepeda tidak terlalu
kokoh. Soo Hyun kembali mengeluh Jin Hyuk sungguh menyimpan dendam, Jin Hyuk tertawa mengaku ucapanya hanya
bergurau.
Jin Hyuk
melihat ada bola berwarna merah seperti sedang merayakan hari natal.
Flash Back
“Kita cari minuman hangat dahulu.” Kata Jin
Hyuk berhenti didepan sebuah cafe.
Jin Hyuk
membawa dua cangkir kopi dan juga memilih cake. Soo Hyun heran Jin Hyuk yang
membeli kue. Jin Hyuk pikir harus merayakan hari pertama tahap pendekatan mereka.
Soo Hyun melihat kalau sebentar lagi Natal.
“Masing-masing
ambil satu untuk merayakan hari pertama
kita.” Ucap Jin Hyuk memberikan sebuah sepasang bola merah. Soo Hyun pun
menerimanya.
“CEO
Cha... Kenapa Ibu tidak memakainya? Apa Kau tidak suka dengan warna lipstik
yang kubelikan?” ucap Jin Hyuk melihat Soo Hyun tak mengunakan lipstik yang
dibelikan.
“Warnanya
bagus dan cerah, tapi kupikir akan tampak bagus
jika kupakai di musim semi.” Kata Soo Hyun.
“Penyair
Rainer Maria Rilke berkata hanya mereka yang berpegangan tangan saat berjalan di kota yang dinginlah yang
akan bisa melihat musim semi. Kita sudah naik sepeda dan minum kopi bersama. Ini sudah musim semi
bagi kita.” Kata Jin Hyuk.
Keduanya
tersenyum sambil makan cake untuk hari jadi hubungan pendekatan mereka.
Soo Hyun
menaruh bola merah disamping sandal yang pernah di belikan Jin Hyuk. Sementara
Jin Hyuk menaruh bola merah disamping sepatu dan juga boneka pemberiakn dari
Soo Hyun, setelah itu menuliskan di kalender “Tahap Pendekatan”
Keduanya
sama-sama ingin menuliskan nama di ponsel, Soo Hyun menuliskan nama "Kim
Jin Hyuk" lalu Jin Hyuk ingin menuliskan nama "Soo Hyun" Tapi
berpikir kalau berlebihan, akhirnya tetap menuliskan “CEO Cha” Sementara Soo
Hyun menuliskan nama "Jin Hyuk" saja.
Tuan Choi
bertemu dengan Woo Suk mengaku tidak
pernah menduga akan mencarinya dan merasa terhormat. Woo Suk menyindir Woo Suk
yang merasa terhormat tapi merasa kalau
itu Tidak masala lalu membahas Tuan Choi adalah orang yang dipercaya ibunya
jadi harus mengenal juga.
“Orang
lain bisa salah mengerti jika kau
berkata begitu.” Komentar Tuan Choi merendahkan diri.
“Aku
ingin menemuimu karena ada yang ingin
kutanyakan.” Ucap Woo Suk. Tuan Choi ingin tahu bertanya mengenai apa.
“Kudengar
ada sedikit keributan di kantor. Dampaknya terlalu besar untuk menganggapnya keributan kecil.” Kata Woo Suk
menyindi. Tuan Choi pikir Woo Suk hanya mendengar sekilas
“CEO Cha
terlalu lembut. Dia tidak bisa menghentikan kebodohan yang disebabkan pegawai
baru itu. Pasti itulah penyebabnya.”Akui
Tuan Choi
“Dia
terlihat dingin, tapi hatinya sangat lembut. Benar, kan?” ucap Woo Suk
“Tapi
membiarkan pria itu bertindak semaunya akan membuatnya hilang kendali. Aku jadi
khawatir.” Ungkap Tuan Choi
“Omong-omong,
ada banyak pegawai di lobby, saat kau meminta CEO Cha memberi penjelasan terkait
rumor itu. Kenapa kau melakukannya? Aku menanyakannya
karena penasaran.” ucap Woo Suk
“Itu
karena dia terus menghindariku.” Akui Tuan Choi, Woo Suk seperti tak percaya
mendengarnya.
“Kau
membicarakannya seolah dia temanmu.” Sindir Woo Suk. Tuan Choi pikir pasti
terkejut karena Woo Suk tiba-tiba bertanya
“Biasanya,
perusahaan memberi bisnis hotel pada
putra sulungnya. Hotel adalah wajah perusahaan dan bisnis inti yang mereka
butuhkan. Jika Presdir Hotel Donghwa disingkirkan, siapa yang sewajarnya akan
menggantikannya?” kata Woo Suk.
Tuan Choi
terlihat gugup lalu menjawab kalau Woo Suk yang pantas, Woo Suk mengaku tidak tertarik karena yang
menjadikan Hotel Donghwa seperti
sekarang adalah CEO Cha jadi Tidak tepat jika melengserkannya dan mengambil
alih, menurutnya itu tidak jantan.
“Aku tidak
mengerti apa maksud Bapak.” Ucap Tuan Choi pura-pura bodoh.
“Aku
tidak pantas mendapatkan posisi presdir
Hotel Donghwa, begitu pula kau.” Tegas Woo Suk.
“Kurasa
kau salah mengerti, Aku hanya seorang direktur.” Akui Tuan Choi. Woo Suk
mengaku lega mendengarnya. Tuan Choi terliha gugup karena Woo Suk tak ingin menjatuhkan
Soo Hyun.
Pagi hari
, Soo Hyun memoles wajahnya dengan bedak lalu menatap lipstik yang diberikan
oleh Jin Hyuk, lalu memakainya seperti ingin menghargai pemberianya. Saat
sampai di kantor, Ia melihat Jin Hyuk sedang mengunakan dasi risletingnya,
wajah Soo Hyun hanya bisa menahan senyum.
Sun Joo
bertanya apakah sudah amankan selebritas
untuk perusahaan penerbangan. Tuan Park mengaku sudah memastikannya. Sun
Joo meinta agar seseorang periksa
kembali para reporter yang diundang. Hye I mengaku kalau sudah melakukan
pemeriksaan akhir.
“Bagus.
Apa Kau berkomunikasi dengan tim di
hotel Sokcho untuk makanan dan minumannya?” tanya Sun Joo
“Ya,
menunya sudah dipastikan. Aku hanya perlu memberi mereka perhitungan akhirnya.” Kata Hye In
“Kau
harus meminta kursi tambahan untuk pengawal selebritas VIP.” Tegas Sun Joo. Hye
In mengerti.
“Bagaimana
jika Pak Kim yang menangani para selebritas?” saran Tuan Lee. Tuan Park pikir
Berlebihan untuk Jin Hyuk tangani
sendiri karena ini acara besar karena ini bagian tersulitnya.
“Tidak.
Seperti inilah orang belajar.” Ucap Tuan Lee seperti ingin menjebak Jin Hyuk.
“Aku akan
berusaha keras jika diberikan peluang.”
Kata Jin Hyuk tak ingin menolak.
“Baiklah
kalau begitu. Eun Jin, bisakah kau bantu
dia?” kata Sun Joo, Eun Jin seperti dengan terpaksa akan membantunya.
Jin Hyuk
akan membuka kopi menerima telp dari Nyonya Lee memberitahu kalau ada di kantor
tapi tak masalah karena bisa berbincang sebentar. Wajahnya terlihat bahagia mendengar berita
yang dibertahu Nyonya Lee.
Soo Hyun
sedang ada diruanga membaca berkas "Upacara Pembukaan Hotel Sokcho"
wajahnya tersenyum melihat ada pesan masuk dari Jin yuk
"Apa
Ada waktu luang nanti malam? Bu Lee
bilang ada teh bagus datang. Dia tanya
apa aku mau mencobanya. Aku ingin tahu bisakah kau ikut.”
Soo Hyun
memikirkan sebelum membalasnay akhirnya menolak tak bisa ikut karena punya
janji lain. Jin Hyuk merasa sedih tappi meminta agar mengabarinya jika nanti
ada waktu jadi pergi bersama.
Dae Chan
sibuk memotong bawang bombay, Jin Myung
sibuk memainkan ponselnya membahas tentang
Jin Hyuk dan presdir itu berharap keduanya bisa bersama. Dae Chan
menegaskan Jin Hyun harus tahu posisinya.
Jika tidak maka akan terluka.
“Cinta
bisa atasi apa pun. Kamu hanya perlu merasakannya, lalu semua akan berakhir,
Kakakku cukup tampan. Aku bisa mengerti
kenapa dia menyukai kakakku.” Ucap Jin Myung bangga
“Presdir
itu juga sangat cantik. Kupikir dia seorang aktris.”kata Dae Chan. Jin Myung
setuju kalau CEO Cha sangat cantik.
“Soal
teman wanita presdir itu... Apa masalahnya?” ucap Dae Chan mengeluh
“Dia
lebih baik darimu. Wajahnya juga manis, kan?” puji Jin Myung. Dae Chan
memperingatkan kalau sedang memegang pisau.
“Wahh... Dia
memancarkan kepercayaan diri... Hyung.. Dae Chan, hentikan pekerjaanmu dan lihat ini.” Ucap Jin Myun
meminta Dae Chan mendekat
“Bagaimana
pun kupikirkan, kurasa aku bukan bosmu. Aku menangis karena memotong bawang, tapi
kau duduk di sini memegang ponselmu.” Keluh Dae Chan. Jin Myung menyuruh Dae
Chan agar Berhenti menangis.
“Aku
menemukan istri untukmu, Coba Lihat.” Kata Jin Myung memberikan ponselnya.
Dae Chan
melihat caption dari foto wanita yang terlihat dari samping “Aku melihat nilai
dengan serius. Jangan hanya memulai perbincangan.” Lalu berkomentar kalau
wanita itu kasar sekali. Jin Myung membela kalau wanita bukan kasar.
“Itu membuatnya
lebih menarik. Dia sangat percaya diri dan berkilauan.” Puji Jin Myung
“Aku
tidak menyukainya.” Ucap Dae Chan kembali memotong bombay, Jin Myung mengeluh
Dae Chan sangat menyebalkan dan hanya
terus memotong bawang bombai.
Saat itu
Sek Jang sedang ada diruangan kaget melihat ada Chat baru dari situs dating
wajahnya penuh bersemangat melihat “Presdir Waralaba, Anggota Baru.”
Mengirimkan pesan.
“Halo.
Begitu melihat foto profilmu, aku merasa berbeda. Aku memutuskan
mengirimimu pesan dengan hati-hati.”
Tulis Jin Myung mewakili Dae Chan.
“Terima
kasih.” Balas Sek Jang dengan senyuman malu-malu.
“Apa Kau
seorang sekretaris?” tanya Jin Myung, Sek Jang mengaku sebagai kepala
sekretaris.
“Wanita
itu... sangat aneh.” Ucap Dae Chan kesal sendiri mengingat Sek Jang sambil
memukul pisaunya.
Jin Myung
kaget dan bertanya Apa yang aneh lalu kembali mengirimkan pesan pada Sek Jang,
memuji Pekerjaan Sek Jang yang sangat keren. Teman kerjanya memberikan kopi
untuk Sek Jang dan terlihat menikmatinya. Sementara Dae Chan terus berkomentar kalau
Sek Kang itu sangat aneh.
Sun Joo
melaporkan pada Soo Hyun kalau Sepertinya sulit mendapat jawaban dari para aktor itu. Soo Hyun pikir
itu sudah diperkirakan. Sun Joo berjanji akan mencari cara lain tanpa merepotkan Taegyeong. Soo Hyun pikir mereka
harus konsisten.
“Tolong
berikan perhatian lebih untuk penduduk
lokal.” Kata Sun Hyun
“Baik.
Omong-omong Aku belum bisa mengirim undangan
untuk Ketua Kim, lalu bagaimana?” tanya Sun Joo, Soo Hyun pun
mengirimkanya.
“Lalu,
bagaimana dengan Tuan Jung?” tanya Sun Joo, Soo Hyun mengirimkan saja karena pekerjaan
tetap pekerjaan. Sun Joo menganguk mengerti.
Nyonya
Jin datang yakin kalau tahu Soo Hyun ada diruangan. Sek Jang berusaha menahanya
tapi Nyonya Jin langsung menerobos masuk. Sek Jang meminta Nyonya Jin bisa
masuk setelah rapatnya berakhir. Sun Joo melihat kalau Nyonya Jin sudah masuk
dan langsung meninggalkan ruangan.
“Kau di
sini saja, karena Tidak akan lama.” Ucap Nyonya Jin lalu melirik memastikan Sek
Jang dan Sun Joo sudah ada diluar ruangan.
“Hotel.
Ibu tahu, Hotel yang sangat kau cintai.” Kata Nyonya Jin. Soo Hyun ingin tuhu
apa yang ingin dikatakan.
“Seperti
apa seharusnya gedungnya? Pohon apa untuk lanskapnya? Lobinya harus elegan atau
harus layaknya area publik?” ucap Nyonya Jin. Soo Hyun tak ingin berlama-lama
karena harus rapat.
“Kolam
luar ruangan? Tamannya? Perabotannya? Bentuk jendelanya? Cangkir teh? Itu Semua
yang kau pikirkan. Kau memikirkan semuanya
bahkan sebelum hotel dibangun. Sejak ayahmu yang dahulunya pembawa acara berita terpercaya menjadi
anggota kongres, ada satu hal yang ibu pikirkan.” Ucap Nyonya Jin
“Bahwa
setidaknya ibu akan menjadi istri perdana menteri. Lebih baik lagi, ibu
bersedia mempertaruhkan hidup demi bisa
menjadi ibu negara. Siapa pun yang menghalangi
impian sempurna ibu itu tidak akan lepas begitu saja. Meski anak ibu
sendiri”tegas Nyonya Jin
“Kini
tidak lama lagi.. Kau dikeluarkan dari Taegyeong, namamu tidak akan disebut, tapi tetap tenang
dan jangan cari perkara. Ibu tidak mau dengar gosip apa pun soal kau dan pemuda itu. Diam saja
seperti batu. Apa Kau mengerti?” kata Nyonya Jin lalu akan pergi.
“Ibu
adalah orang tuaku. Ibu adalah ibuku dan aku ini putri Ibu.” ucap Soo Hyun
dengan mata berkaca-kaca
“Sepenting
itu arti hubungan bagimu?Bagi ibu, nilailah yang penting. Hiduplah layaknya
anak yang berguna.” Tegas Nyonya Jin tak peduli lalu keluar ruangan.
Tuan Choi
bertemu kembali dengan Tuan Lee menceritakan Setelah Woo Suk ikut campur
menurutnya sulit untuk menyingkirkan CEO Cha, jadi meminta Tuan Lee memasukkannya dalam daftar reporter undangan. Tuan Lee mengerti
menerima note nama reporter.
“Kita
pastikan CEO Cha menjelaskan sendiri di hadapan para tokoh penting. Kita lihat
semahir apa dia menjelaskan situasinya bermain-main
dengan pegawai baru. Undang semua pemegang saham dan kumpulkan mereka juga.” Ucap Tuan Choi
“Setahuku,Ketua
Kim ingin Anggota Kongres Cha menjadi
kandidat presiden Tapi jika putrinya dipermalukan...” kata Tuan Lee ragu.
“Dasar
Kau mengesalkan sekali. Apa hubungannya masa depan Anggota Kongres Cha dengan kita? Kita hanya
perlu memperdulikan presdir baru Hotel
Donghwa. Siapa yang peduli Ketua Kim mendapat
dukungan Anggota Kongres Cha demi kesuksesan Taegyeong atau tidak? Mereka
hidup di dunia yang berbeda.” Tegas Tuan Choi. Tuan Lee menganguk mengerti.
“CEO Cha
harus mundur agar aku bisa hidup dan kau mendapat promosi. Tamat riwayat kita
kalau Ketua Kim tahu rencana ini. Jadi Berhati-hatilah.” Kata Tuan Choi. Tuan
Lee mengingatnya.
Soo Hyun
terdiam mengingat yang dikatakan ibunya “Sepenting itu arti hubungan bagimu?Bagi
ibu, nilailah yang penting. Hiduplah layaknya anak yang berguna” wajahnya
terlihat sedih. Akhirnya Soo Hyun pulang menaiki mobilnya.
Jin Hyuk
baru pulang melihat Soo Hyun naik mobil dan sempat memberikan hormat dengan
senyuman. Tapi Soo Hyun membalas dengan wajah sendu lalu masuk ke dalam
mobilnya. Jin Hyuk pun pamit pergi pada Sek Jang saat dalam bus ingin
mengirimkan pesan.
“CEO Cha,
aku tidak tahu ada masalah apa, tapi bertahanlah.” Tapi terlihat ragu untuk
mengirimkan pesanya.
“Aku
sudah bilang, kau lebih cantik dibanding model. Sekarang musim semi.” Soo Hyun
membaca pesan Jin Hyuk dengan senyuman bahagia.
Soo Hyun
menerima telp dari Nyonya Koo kalau sudah tanyai semuanya via telepon, tapi mereka menolak jadi akan menemui
mereka secara langsung. Jadi akan pergi ke lima tempat lalu menghubunginya
kembali.
Soo Hyun
pergi ke bagian design hotelnya, Pegawainya merasa tak enak karena Seandainya
Soo Hyun menghubungi lebih dulu pasti sudah mempersiapkannya dan meminta maaf
karena Soo Hyun jauh-jauh datang. Soo Hyun pikir Pergi melihat perubahan itu
bagus.
“Apa Ini
jendelanya? Menurutmu bagaimana kalau jendela lebar?” ucap Soo Hyun melihat
denah hotelnya.
“Akan
terlihat keren, tapi cahaya matahari di
negara itu sangat terang, mungkin akan terlalu silau.” Jelas pegawainya.
“Kalau
begitu, bagaimana jika kita memakai
jendela lebar dan berikan tirai hias agar tidak
terlihat terlalu berat?” kata Soo Hyun.
“Kami
akan memikirkan solusinya...Omong-omong, soal taman itu.. Lokasinya tepat
berada di tengah hotel. Daripada taman tua, bagaimana jika kita menyingkirkannya dan menggantinya
dengan kolam luar ruangan?”kata pegawai.
“Tolong
jangan sentuh taman itu. Aku yakin inti hotel itu adalah taman itu. Dari sana
kau bisa merasakan nilai waktu.” Ucap Soo Hyun. Si pegawai menganguk mengerti.
Setelah
selesai Soo Hyun meminta Tuan Nam agar mampir
dahulu ke toko penjahit. Sesampai disana, pegawai menyambutnya
memberikan tas merasa kalau sudah menunggu lama dengan menjelaskan kalau Pembuatannya
memakan waktu, Soo Hyun mengaku tak masalah.
“Apa Ibu
mau minum teh dahulu?”tanya Pegawai toko, Soo Hyun menolak dengan halus seperti
ingin buru-buru pergi tapi melihat deretan dasi dalam etalase dan menginga
dengan Jin Hyuk.
“Kami
memiliki rangkaian dasi baru... Pelanggan kami menyukainya.” Ucap Pegawai. Soo
Hyun mengaku menyukai warnanya.
“Boleh
kusarankan satu dasi untuk Anggota
Kongres Cha? Warna ini juga sangat trendi... Klien muda usia 20-an memilih
warna ini.” Kata Pegawai. Soo Hyun langsung meminta agar membungkuskan dasi
garis-garis abu-abu dan hitam.
Saat itu
terdengar suara Pria dari belakang “Aku mau memakainya di akhir pekan dan cemas
mungkin tidak akan tiba tepat waktu.” Pegawai memberitahu kalau menghubungi Italia
beberapa kali untuk memastikannya dan
memuji kalau terlihat hebat.
“Apa Ada
rencana penting di akhir pekan?” tanya pegawai. Soo Hyun diam-diam mendengarnya
dan terlihat tak peduli.
“Aku
ingin memikat seorang wanita. Ini Terlihat baguskah?” kata Woo Suk.
“Meski
Bapak berkeringat, semua wanita akan
menatapmu” ucap Pegawai. Woo suk memberitahu kalau wanita itu pemilih.
“Sepemilih
apa pun dia, kau adalah Presdir Jung Woo Suk.” Kata si pegawai yakin.
Soo Hyun
akhirnya menerima bungkusan dasinya, Woo Suk melihat Soo Hyun terlihat gugup
dan langsung menghampirinya, menyapa karena bertemu lagi. Soo Hyun mengaku
sudah mau pergi. Woo Suk menghentikanya.
“Apa Kau
dengar semuanya?” tanya Woo Suk panik. Jin Hyuk pun mengaku tidak lalu bergegas
pergi. Woo Suk kebingungan.
“Dia
mendengar semuanya, Pak.” Kata pegawai yakin. Woo Suk pun menyadarinya.
“Apa yang
CEO Cha beli?” tanya Woo Suk. Pegawai memberitahu CEO Cha datang untuk
mengambil kardigan yang dipesannya.
“Dia juga
membeli dasi selagi menunggu.” Kata Pegawai. Woo Suk pikir Untuk pria berusia akhir 30-an
“Kurasa
itu hadiah untuk ayahnya, tapi dia memilih dasi
dengan pola untuk pria muda.” Kata Pegawai. Soo Hyun terdiam mengingat
kalau yang dimaksud adalah Jin Hyuk.
Jin Hyuk pergi
menemui Nyonya Lee di rumahnay. Nyonya Lee pikir Seharusnya Jin Hyuk datang
bersama wanita itu. Jin Hyuk mengaku kalau keinginya seperti itu tapi Soo Hyun sudah
punya rencana lain. Nyonya Lee ingin tahu Apa hubungan Jin Hyuk dengannya
“Masih
masa pendekatan.” Akui Jin Hyuk. Nyonya Lee tersenyum mendndenagrnya.
“Waktu
itu aku tidak mengenalinya,tapi bukannya dia presdir kantormu?” kata Nyonya
Lee. Jin Hyuk membenarkan.
“Berarti
bukan hubungan cinta” kata Nyonya Lee. Jin Hyuk mengaku kalau ini sebaliknya.
“Aku
senang mendengarmu dalam masa pendekatan,
tapi dia presdir Hotel Donghwa. Apa Kau yakin?” kata Nyonya Lee khawatir.
“Kita
berdua tahu kehidupannya menyesakkan.” Kata Jin Hyuk
“Bagaimana
jika kau terkena imbasnya?” tanya Nyonya Lee makin khawatir. Jin Hyuk megaku bersedia menjalaninya.
“Orang
lain mungkin akan mempertanyakan niatmu.
Dia adalah wanita istimewa.” Kata Nyonya Lee.
“Aku sama
sekali tidak memperdulikannya. Dia terus tersenyum dan aku terhibur
melihatnya.” Ungkap Jin Hyuk dengan senyuman
“Bagimu
ini bukan hal biasa, Kau pasti sangat menyukainya.”komentar Nyonya Lee. Jin
Hyuk hanya bisa tersenyum. Nyonya Lee memberikan jeruk yang sudah dikupas.
Soo Hyun
sibuk membaca di dalam mobil. Tuan Nam bertanya apakah Soo Hyun akan mengirimkannya
pada ayahnya hari ini. Soo Hyun menjawab semuanya mungkin tidak terkendali.
Tuan Nam pikir Tidak semua orang terlahir beruntung dengan wajah secantik itu
“lalu
kenapa kau tidak pernah tertawa atau
tersenyum? Kadang aku benar-benar tidak suka harus mengantarmu” keluh Tuan Nam
“Kenapa
aku tidak tersenyum?” kata Soo Hyun. Tuan Nam ingin tahu keberdaan Kim Jin Hyuk
untuk minum soju bersamanya. Soo Hyu kaget mendengarnya.
“Jujur
saja, tidak ada yang salah dengannya,
kenapa kau berhati-hati sekali? Aku tidak bermaksud menyuruhmu
bersamanya. Kau tahu, ada orang yang
membuatmu tersenyum. Jadi Makan dan minumlah
dengan orang seperti itu. Melihatmu begini membuatku tertekan.” Ungkap
Tuan Nam kesal
“Sudah
lama kau tidak marah begini.” Kata Soo Hyun dengan senyuman. Tuan Nam merasa
tak peduli
Saat itu
nama "Kim Sun Joo" terlihat
dilayar, Tuan Nam langsung menolaknya. Soo Hyun menyuruh agar menjawabkanya.
Tuan Nam pikir Sun Joo mungkin ingin minum-minum lagi. Soo Hyun menyuruh agar
menemani saja karena Belakangan ini Sun Joo merasa tertekan karena pembukaan hotel baru
“Kau Gantikan
aku menyemangatinya.” Ucap Soo Hyun. Tuan Nam pikir agar memikirkan dirinya
sendiri.
“Presdir
kita sama tertekannya. Tanpa ada yang menyemangatimu, kau pergi dari rumahmu ke
kantor dan ikuti rapat. Apa Kau tidak lelah?” ucap Tuan Nam. Soo Hyun pikir sudah
biasa.
“Waktu
cepat berlalu, Soo Hyun. Menyesalkan berlalunya waktu hanya akan membuatmu sedih. Uang tidak bisa
membeli waktu.” Kata Tuan Nam menasehati. Soo Hyun hanya diam saja.
Soo Hyun
sudah kembali rumah dan akhirnya pergi ke tempat Nyonya Lee tapi menghela nafas
seperti melakukan sesuatu yang bukan dirinya. Saat itu Jin Hyuk baru keluar
dari rumah kaget melihat Soo Hyun didalam mobil sedang membaringkan kepala di atas
stir lalu mengetuk jendela. Soo Hyun kaget dan akhirnya keluar dari mobil
dengan senyuman.
“Jadwalku
sebelumnya selesai lebih cepat.” Kata Soo Hyun
“Aku memang
mengharapkannya semalaman. Harapanku terwujud.” Akui Jin Hyuk dengan senyuman
“Harapan
macam apa itu.” Tanya Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku kalau harapannya hari ini dan Besok
ada harapan baru.
“Kurasa
aku datang terlalu malam.” Ucap Soo Hyun. Jin Hyuk pikir mereka Kbisa masuk
lagi.
“Nyonya
Lee baru masuk kamar setelah lampu dimatikan,
jadi kita harus menunggunya. Lalu Aku akan buatkan teh.” Kata Jin Hyuk.
Soo Hyun menolak tidak perlu dan mengajak untuk jalan-jalan. Jin Hyuk setuju.
Mereka
berjalan di sepanjang trotoar, mereka terlihat gugup. Jin Hyuk melihat Soo Hyun lalu membuka syal
dan memakaikan pada CEO-nya, Soo Hyun mengaku tidak kedinginan. Jin Hyun
meminta agar Soo Hyun jangan sampai terkena flu dan yakin kalau syalna itu
hangat.
“Aromanya
enak.” Ucap Soo Hyun, Jin Hyuk mengoda kalau itu aroma pelembut kain. Keduanya
pun kembali berjalan.
“Kau pasti
disibukkan pembukaan hotel baru.” Komentar Jin Hyuk, Soo Hyun pikir seperti
itu.
“Kau
sendiri? Ini bidang baru bagimu.” Kata Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku menyukainya.
“Bukannya
sulit mengundang selebritas?”ucap Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku tak sulit karena tahu
akan berhasil.
“Aku
belum lama terlibat, tapi ini membuatku
takjub. Bagaimana kau bisa berhasil membuat Hotel Donghwa sukses dalam waktu sesingkat ini? Aku sering
memikirkanmu” kata Jin Hyuk.
“Senang
mengetahui kau sering memikirkanku. Aku hanya mengerahkan segalanya. Aku
membutuhkan bakat terbaik serta panduan untuk hotel peringkat terbaik dunia. Itu sebabnya aku
mengundang Pak Kim yang berbakat, para
koki, Pak Nam, dan para direktur dalam tur ke hotel-hotel terbaik di seluruh dunia.” Cerita Soo Hyun.
Jin Hyuk
kaget kalau semua ikut dengan Soo Hyun pergi. Soo Hyun menceritakan Hotel itu
diberikan padanya sebagai tunjangan tapi
baginya hotel itulah segalanya jadi menghabiskan sisa uang yang diterima
sebagai tunjangan lalu berkeliling dunia.
“Setelah
itu Aku mengambil pinjaman dan mendekorasi
ulang hotel. Semua yang aku pelajari dari tur hotel itu kucurahkan untuk
hotelku sendiri. Aku berterima kasih pada
mereka yang membantuku saat itu. Tanpa mereka, aku tidak akan sampai sejauh ini.” Cerita Soo Hyun
“Tindakanmu
sebelumnya menunjukkan kau dapat
mengambil risiko, lalu kenapa kau ragu denganku?” komentar Jin Hyuk sedikit
menyindir.
“Entahlah.”
Ucap Soo Hyun, lalu keduanya kembali berjalan dalam diam.
Tiba-tiba
Soo Hyun merangkul lengan Jin Hyuk dengan sangat yakin, Jin Hyuk kaget tapi tak
bisa menutupi wajah bahagianya. Soo Hyun pun terus merangkul lengan Jin Hyuk
tanpa melepaskanya.
Jin Hyuk
akhirnya memegang tangan Soo Hyun bergandengan tangan berjalan bersama.
Keduanya terlihat bahagia, lalu Jin Hyuk pun memasukan tangan mereka kedaam
saku jaketnya.
Bersambung
ke part 2
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Obat penasaran. ...You are so sweet
BalasHapusObat penasaran. ...You are so sweet
BalasHapus