Jin Hyuk
duduk di cafe sendirian seperti termenung sendirian menghindari omongan
pegawai. Saat itu Sopir Nam berhenti di lampu merah melihat Jin Hyuk duduk
sendirian lalu memberitahu Soo Hyun. Soo
Hyun melihat Ji Hyuk duduk sendirian dengan wajah termenung.
“Dia
pasti melewatkan makan siang.” Ucap Tuan Nam merasa sedih. Soo Hyun hanya
menatap terlihat merasa khawatir.
Akhirnya
Soo Hyun mengeluarkan ponselnya “Itu akan berlalu jika kamu tersenyum...” lalu
menghapusnya. Jin Hyuk duduk sendirian mencoba menenangkan diri dan menerima
pesan dari Soo Hyun
“Kau
mengunduh aplikasi radio, kan?” wajah Jin Hyuk tersenyum membaca pesan dari
bosnya.
Jin Hyuk
teringat saat menyarankan untuk mengunduh aplikasi radio di ponsel Soo Hyun
karena Mereka akan memutar banyak musik yang bagus.
“Kau
harus mendengarkannya jika kau bosan. Kenapa tidak meminta DJ favoritmu untuk
memainkan lagu?
“Aku
berpikir untuk melarikan diri karena cuacanya bagus. Tapi aku sepertinya tidak
bisa mengumpulkan keberanianku sendiri. Jadi, aku hanya duduk dengan linglung.”
Balas Jin Hyuk
“Itu
tidak terlalu enak didengar sebagai Presdir.” Balas Soo Hyun
“Aku
pikir mungkin akan aman jika aku kabur dari kantor dengan Presdir. Apa CEO
ingin bolos dan pergi ke galeri seni di Hongjae-dong? Cuacanya sangat bagus.”
Tulis Jin Hyuk
“Aku
harus mengurus banyak hal penting, jadi, kurasa...” ketik Soo Hyun tapi
langsung terdiam. Jin Hyuk gugup menunggu balasn dari Soo Hyun.
“Kurasa
aku bisa membantumu untuk membolos kerja dengan aman.” Balas Soo Hyun. Wajah
Jin Hyuk terlihat bahagia membacanya.
“Kusarankan
CEO untuk mengenakan pakaian joging daripada sesuatu yang elegan.” Soo Hyun
membaca pesan Jin Hyuk merasa pameran seni yang aneh. Tuan Nam yang
mendengarnya hanya bisa tersenyum, seperti sangat mendukung hubungan keduanya.
Sun Joo
melihat Jin Hyuk menyakinkan kalau merasa sakit. Jin Hyuk mengaku baik-baik
saja tapi ada sebuah masalah dengan gugup. Sun Joo meminta agar bisa jujur saja
padanya. Jin Hyuk mengaku tidak benar-benar sakit. Hanya saja... dengan nada
gugup.
“Tidak
ada yang mendesak hari ini, jadi kau bisa pulang.” Ucap Sun Joo bisa mengerti.
Jin Hyuk meminta maaf dan bergegas pergi
“Dia
sangat beruntung.”komentar Tuan Park melihat Jin Hyuk bisa pulang. Eun Ji
terlihat kesal melihat Jin Hyuk ternyata punya hubungan dengan CEO Cha.
Soo Hyun
memberitahu kalau harus pergi ke suatu tempat jadi dapat memberikan mobil dan
pulang saja. Tuan Nam senang karena Ayah Soo Hyun sebenarnya ingin menemui
anaknya. Soo Hyun yakin ayahnya pasti tahu.
“Kau
tidak melakukan hal buruk. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Kata Tuan Nam.
“Ibuku
mungkin akan meneleponku.” Ucap Soo Hyun dan melihat saat itu ponsel berdering.
Nyonya
Jin dengan nada marah bertanya keberadaan anaknya. Soo Hyun mengaku sedang
dalam perjalanan bisnis. Nyonya Jin ingin tahu dimana, Soo Hyun mengaku adadi
Busan. Nyonya Jin tahu anaknyaakan kembali hari ini. Soo Hyun menegaskan harus
memeriksa jadwalnya.
“Apa kau
serius akan bersikap seperti ini?” kata Nyonya Jin kesal.
“Aku
harus menghadiri rapat. Nanti aku hubungi lagi.” Tegas Soo Hyun lalu mematikan
ponselnya.
“Apa aku
juga perlu memberi tahu ayahmu bahwa datang dari Busan?” tanya Tuan Nam
“Tolong
minta ayahku memberi tahu Ibu bahwa aku ada di Busan.” Pinta Soo Hyun. Tuan Nam
menganguk mengerti dengan senyuman.
“Soo Hyun...
Tidak ada yang bisa menghentikan bunga mekar di musim semi. Sekeras apa pun
perlawanan bunga-bunga itu, mereka semua akhirnya akan mekar.” Pesan Tuan Nam.
Soo Hyun menganguk mengerti.
Jin Hyuk
pulang ke rumah bergegas masuk ke dalam kamar, Ibunya yang ada di ruangan
tengah binggun karena seperti ada oranga yang melintas dan memastikan kalau itu
Jin Hyuk yang pulang. Lalu bertanya kenapa pulang siang hari.
“Aku
sakit. Tidak, maksudku, aku punya janji.” Ucap Jin Hyuk dengan senyuman bahagia
masuk ke dalam kamar mandi. Ibunya hanya bisa melonggo melihat tingkah anaknya.
Setelah selesai mandi, Jin Hyuk memakai jaketnya dengan senyuman bahagia.
Keduanya
akhirnya sudah berjalan bersama. Jin Hyuk melihat pakaian Soo Hyun padahal
sudah meminta memakai baju joging karena
harus berjalan sedikit lalu memberikan jaketnya. Soo Hyun menolak,
mengeluh karena terlihat kedinginan karena Jin Hyuk yang selalu menawarkan
jaketnya.
“Aku
hanya khawatir kau akan kedinginan.” Ucap Jin Hyuk kembali memakai jaketnya.
“Aku
pikir kita akan melihat pameran. Kenapa kau membawaku ke sini?” kata Soo Hyun
karena seperti melihat hanya jalan saja.
“Untuk
melihat pameran.” Kata Jin Hyuk, Soo Hyun merasa sedang dibohongi dan akan
pergi saja.
Jin Hyuk
membalikan badan Soo Hyun dan menunjuk ke arah bagian benton tiang jalan yang
di tempel lukisan berjejer. Soo Hyun tak percaya melihatnya, Jin Hyuk
menegaskan kalau dirinya tidak berbohong.
“Apa ini
galeri seni yang kau ceritakan kepadaku?” tanya Soo Hyun. Jin Hyuk membenarkan
kalau ada banyak lukisan.
“Ada
kau yang suka lukisan... Lalu ada aku
yang menyukaimu yang suka lukisan. Jadi Tidak ada masalah dengan galeri seni.”
Ucap Jin Hyuk mengodanya.
“Bisakah
kau pindahkan tanganmu?” kata Soo Hyun seperti tak nyaman melihat tangan Jin
Hyuk di pundaknya. Jin Hyuk langsung melepaskanya dengan wajah gugup.
“Ada
lukisan sampai ujung jalan dan Ada
banyak yang bagus.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun pikir dirinya tertipu. Jin Hyuk
mengajak Soo Hyun kembali berjalan.
“Sudah
waktunya kau mendengarkan pemandu Hongjae-dong. Pertama-tama, ini adalah
lukisan karya Lee Jung Seob. Dia dikenal sebagai pelukis gaya Barat paling
representatif di Korea.” Jelas Jin Hyuk sambil berjalan dengan Soo Hyun.
Ibu Jin
Hyuk masuk kamar anaknya karena penasaran apakah membersihkan kamarnya hari ini
lalu melihat ada sepatu heels wanita diatas rak buku. Jin Myung masuk kamar
kakaknya meminta agar membuatkan makanan. Ibu Jin Hyuk kaget karena sudah
pulang ke rumah.
“Aku
datang untuk tidur sebelum berangkat kerja malam ini.” Ucap Jin Myung. Ibu Jin
Hyuk pikir anaknya masih terlihat mengantuk.
“Jin
Myung.... Menurutmu ini apa?” kata Ibu Jin Hyuk tersipu malu, Jin Myun pikir
ibunya membeli sepatu baru
“Tidak,
kakakmu...” kata Ibu Jin Hyuk, Jin Myung pikir kakaknya pasti membelikannya
untuk ibunya. Ibu Jin Hyuk makin tersenyum bahagia mendengarnya.
“Kau
Cobalah Atau mungkin tidak.. mungkin bukan untuk ibu.” Kata Jin Myung santai,
tapi Ibu Jin Hyuk seperti berharap hadiah untuknya.
Jin Hyuk
memberitahu kalau paling suka lukisan yang ada diujung jalan, terlihat lukisan
seperti tumpukan kotak-kotak. Jin Hyuk mengaku selalu melihat lukisan itu
ketika keluar untuk berolahraga. Soo Hyun pun ikut melihatnya.
“Pada
awalnya, aku tidak mengerti lukisan macam apa ini karena dipenuhi dengan banyak
kotak. Tapi makin dilihat, kau akan makin terpesona. Ternyata, butuh banyak
daya tahan untuk mendapatkan warna-warna itu.” Kata Jin Hyuk
“Aku juga
suka lukisan pelukis ini, Karya awalnya juga bagus.”ucap Soo Hyun
“Bukankah
kau suka judulnya? "Where, in What Form, Shall We Meet Again?” Judulnya
berasal dari sebuah puisi yang berjudul "In the Night". "Di
antara banyak bintang, Ada satu yang menatapku. Di antara banyak orang, Aku
menatap bintang itu" kata Jin Hyuk
“"Di
mana, kapan, dan seperti apa kita berdua nanti. Kau, yang begitu hangat, dan
aku, yang begitu lembut, bertemu lagi?" ucap Soo Hyun
Jin Hyuk
kaget Soo Hyun tahu puisi itu. Soo Hyun mengaku tidak tahu puisi itu Tapi mengetahui
belakangan karena suka lukisan itu. Jin Hyuk ingat kalau mereka bertemu di Kuba
tanpa uang dan bertemu lagi sebagai karyawan dan bos menurutnya itu menarik.
“Kau
mengatakannya begitu sering, hingga aku mulai terbiasa mendengar kata "kita",
kata ganti orang pertama.” Kata Soo Hyun
“Aku
ingin tahu di mana dan bagaimana kita akan bertemu lagi.” Ucap Jin Hyuk dengan
senyuman bahagia.
“Tidak
banyak yang akan berubah dari sekarang.”komentar Soo Hyun
“Matahari
akan terbenam, dan kita menikmati semua lukisan. Ayo makan sesuatu yang enak.”
Ajak Jin Hyuk. Soo Hyun menolak karena harus pergi sekarang.
“Aku
sangat menikmati lukisan-lukisan itu.” Ucap Soo Hyun. Jin Hyuk yakin kalau Soo
Hyun pasti sibuk dengan wajah sedih .
“Jika kau
menanyakan pertanyaan itu dengan tatapan seperti itu, maka aku harus menjawab
apa?” kata Soo Hyun
"Aku
rasa kita bisa makan bersama jika kau merasa kecewa."kata Jin Hyuk dengan
senyuman bahagia.
Tuan Cha
dan Tuan Nam minum bersama layaknya teman.
Tuan Nam mengaku senang sekali minum denganmu, Anggota Kongres Cha. Tuan
Cha mengeluh meminta agar jangan memanggil seperti itu dan meminta agar melupakan semua gelar di antara mereka.
“Kau
sibuk belakangan ini, kan?” ucap Tuan Cha. Tuan Nam pikir kalau pekerjaannya selalu sama.
“Bagaimana
keadaan Soo Hyun akhir-akhir ini?” tanya Tuan Cha ingin tahu.
“Ada
beberapa masalah, tapi bagiku dia terlihat baik.” Jawab Tuan Nam
“Aku
melihat artikel itu, lalu Istriku mengatakan sesuatu kemarin.” Ungkap Tuan Cha
“Pria di
artikel itu sebenarnya adalah karyawan baru di Hotel Donghwa.” Akui Tuan Nam.
Tuan Cha kaget mendengarnya.
“Tapi
menurutku dia mengagumkan.” Komentar Tuan Nam. Tuan Cha bingung ingin tahu
alasanya.
“Seseorang
menulis artikel kejam tentang dia dan Soo Hyun di papan buletin anonim.” Cerita
Tuan Nam. Tuan Cha ingin tahu seperti apa tulisanya.
“Percuma
mengulanginya, Lalu Soo Hyun benar-benar dalam kesulitan. Tapi pria itu
memutuskan untuk maju di depan semua orang.
Dia ingin menegaskan "Aku pria di artikel itu. CEO Cha tidak
berhubungan dengan pria aneh dan dia tidak pantas menerima semua gosip
itu." Itu membuatku merasa senang dan sungguh terpuji.” Kata Tuan Nam
“Lalu Apa
yang Soo Hyun katakan?” tanya Tuan Cha penasaran. Tuan Nam menceritakan Soo
Hyun tidak mengatakan apa-apa, tapi yakin sangat berterima kasih.
“Bagaimana
jika pria itu berhubungan tanpa berpikir panjang dan malah memperburuk situasi
Soo Hyun?” ucap Tuan Cha khawatir.
“Kita
harus lihat nanti, tapi dia kelihatannya tidak begitu.” Ucap Tuan Nam lalu
mereka pun kembali minum bersama.
Dae Chan
memberikan sibuk memberikan pesanan siput bulan pedasnya. Saat itu Sek Jang masuk, mengaku Kemarin meninggalkan dompetnya. Dae Chan menunjuk
dompetanya digantung di meja kasir. Sek Jang berteriak panik melihatnya, smabil mengeluh karena menggantungnya dengan
jepitan baju.
“Apa Kau
tahu harga dompet ini?” jerit Sek Jang panik.
“Astaga.
Aku mengamankannya agar tidak terkena saus. Apa aku pantas menerima perlakuan
ini?” keluh Dae Chan.
“Apa Kau
menyebut ini aman? Kau menggantungnya!” jerit Sek Jang
“Kau
memang orang aneh. Kau yang mabuk dan meninggalkannya di sini.” Keluh Dae Chan
“Kenapa
kau bilang begitu? Kau terdengar murahan.”jerit Sek Jang.
Saat itu
Soo Hyun dan Jin Hyuk masuk ke restoran,
Sek Jang melonggo melihatnya. Soo Hyun kaget melihat Sek Jang ada di bar
bertanya ada apa datang ke tempat itu. Sek Jang menyindir keduanya yang datang ke restoran bersama.
“Kami
pergi melihat pameran dan aku mengajaknya makan di sini.” Ucap Jin Hyuk
“Aku
ingin minum-minum lagi padahal pengarku baru saja reda.” Balas Sek Jang sinis.
“Jin
Hyuk, wanita itu...Maksudku, orang ini. Bisakah kau menyingkirkan orang yang
kau sebut kolegamu ini?” ucap Dae Chan kesal
“Aku
bukan benda. Kenapa kau menyuruhnya menyingkirkanku?” balas Sek Jang
“Apa Kau
bicara santai kepadaku? Kau terdengar murahan.” Ucap Dae Chan. Jin Hyuk
menengahi keduanya mengajak untuk makan saja. Sek Jang menolak tapi Soo
Hyun pun mengajak untuk makan bersama saja.
“Apa Kau
juga kolega Jin Hyuk? Syukurlah kau kemari. Aku akan membuatkanmu makanan
lezat.” Ucap Dae Chan sopan mempersilahkan mereka duduk.
Sek Jang
duduk dengan menatap sinis Jin Hyuk. Soo Hyun memperingatkan Sekretaris Jang
kalau matanya akan menempel jika terus melirik sinis. Jin Hyuk yang
mendengarnya bisa tersenyum karena dibela oleh Soo Hyun. Sek Jang menegaskan
kalau itu bukan urusan Soo Hyun.
“Semua
junior di kantor kalian baik hati.” Kata Dae Chan membawakan minuman. Sek Jang
kesal mendengarnya.
“Dia tampak
jauh lebih muda daripadamu.” Kata Dae Chan. Sek Jang makin marah. Jin Hyuk
memberitahu kalau keduanya seumuran. Dae Chan hanya menahan senyum lalu pamit
untuk pergi ke dapur.
“Tempat
ini membawa sial... Secara keseluruhan, ada masalah... Kalian berdua lebih
bermasalah!” ucap Sek Jang marah lalu menatap Jin Hyuk.
Soo Hyun lirik
dingin. Sek Jang pun memilih untuk diam. Jin Hyuk terus tersenyum karena terus
dibela oleh Soo Hyun di depan sekertarisnya.
Hye In
akan masuk restoran melihat Jin Hyuk membawa Soo Hyun dan Sek Jang. Dae Chan
terlihat sangat senang melihat Soo Hyun yang datang berpikir kalua Serasa bulan
datang ke restoranny karena Kecantikan
soo Hyun menerangi seluruh restoran ini. Jin Hyuk mengeluh mendengarnya.
“Tolong
jagalah Jin Hyuk... Dia naif....Kau pasti ingin kembali.” ucap Dae Chan. Hye In
pun memilih untuuk pergi.
Hye In
berjalan pergi ke sebuah toko menatap yang ada di dalamnya seperti teringat
sesuatu.
Flash Back
Hye In
melihat deretan buku-buku dalam rak dan memilih sesuatu. Saat itu Jin Hyuk
masuk toko. Hye In kaget karena berpikir
ada di perpustakaan. Jin Hyuk mengaku akan pulang tapi harus pergi ke toko buku
untuk membeli pena.
“Bagaimana
denganmu?” tanya Jin Hyuk. Hye In mengaku hendak membeli jurnal.
“Ahh...
Sebentar lagi tahun baru. Apa Kau sudah memilih?” tanya Jin Hyuk. Hye In
mengaku belum.
“Bagaimana
kalau buku ini? Apa warnanya terlalu mencolok?” ucap Jin Hyuk.
“Bagus.
Pasti mudah menemukannya karena warnanya cerah. Tadi aku juga melihat ini.” Kata
Hye In melihat buku berwarna merah. Jin Hyuk pikir mereka sepikiran.
Dae Chan
membawa makanan diatas meja, Soo Hyun mengucapkan terimakasih. Jin Hyuk
melayani Soo Hyun dengan memberikan potongan daging siput dari cangkangnya. Jin
Myung masuk restoran melihat kakaknya, Jin Hyuk bertanya apakah adiknya sudah
makan malam?
“Bos tidak
pernah memberiku makanan... Bukankah orang ini... Bukankah dia...” ucap Jin
Myung kaget melihat Soo Hyun.
“Kenalkan...
Dia adikku.” Kata Jin Hyuk, Soo Hyun pun menyapa Jin Myung dengan sopan.
“Mereka
senior Jin Hyuk di kantor.” Kata Dae Chan. Jin Myung pun menyakinkan kalau Jin
Hyuk adalah pria ramyeon itu.
Dae Chan
tak mengerti, Soo Hyun dan Jin Hyuk saling menatap. Sek Jang merasa tak percaya
kalau ini dramatis sekali. Semua tak banyak bicara memilih untuk makan saja.
Sek Jang
pun masuk mobil, Soo Hyun pun naik mobil dibelakang kemudi. Didepan pagar, Jin
Myung seperti tak percaya kalau CEO Cha datang ke restoran, setelah mereka
pergi mendekati kakaknya ingin tahu Apa yang terjadi dan segera
memberitahukanya.
“Kim Jin
Hyuk! Kenapa kau tidak memberitahuku? Dia pelanggan yang berharga. Andai akutahu,
pasti memberinya Ramyun gratis.” Ucap Dae Chan kesal
“Aku
tidak menyangka Kakak adalah pria ramyeon itu.” Komentar Jin Myung. Dae Chan masih binggung Ada apa
dengan ramyeon
“Hei.... Pelankan
suaramu. Ada pelangganmu.”jerit Jin Hyuk panik. Jin Myung pikir kalau harus
menelepon Ibunya.
“Jangan...
Jangan memberi tahu Ibu. Nanti Ibu akan cemas.” Kata Jin Hyun.
“Kenapa?
Apa hubungan kalian?” tanya Jin Myung,
Dae Chan juga ingin tahu tapi akhirnya Jin Hyuk memilih untuk kabur. Keduanya
pun mengejar ingin tahu jawabanya.
Sek Kim
memberikan berkas pada Woo Suk, mengaku
tidak menemukan hal luar biasa karena Keluarganya biasa saja dan tidak ada yang
istimewa. Woo Suk melihat foto-foto Jin Hyuk didepan toko buah, wajahnya
terlihat gugup lalu melihat foto Soo Hyun yang masih disimpan.
Flash Back
Foto yang
sama saat pertama kali Woo Suk melihat Soo Hyun yang duduk didepanya. Soo Hyun
terlihat gugup, Woo Suk pikir Rasanya pasti canggung dan mengajak untuk minum.
“Sepertinya
aku harus membuatmu menyukaiku, tapi aku tidak berbakat dalam hal semacam itu.
Katakan saja dengan nyaman. Soal tipe wanita yang kamu sukai... Aku ingin
menebak...” ucap Soo Hyun
“Aku
tidak punya tipe khusus yang kusukai... Tapi Hari ini aku menemukan tipe idealku.”
Ucap Woo Suk
“Bisakah
kau menjelaskannya dengan lebih sederhana? Aku bukan orang bodoh, tapi aku
tidak pandai dalam hal ini.” Akui Soo Hyun
“Inilah
tipe wanita yang kusukai... Wanita seperti Cha Soo Hyun.” Ungkap Jin Hyuk.
Soo Hyun mengemudikan
mobilnya, Sek Jang berbicara kalau Soo Hyun tidak akan bisa melindungi Jin Hyuk
dari segalanya dan bisa mempersulit Jin Hyuk padahal baru memulai. Soo Hyun
mengaku tahu dan berusaha kabur, tapi hanya berputar-putar serasa berdiri di
labirin.
“Semua
orang di sekitarmu adalah musuh, termasuk ibumu. Kuharap kau akan berhenti”
kata Sek Jang
“Ini
sangat memusingkan, Mi Jin.” Ucap Soo Hyun. Sek Jang pikir Apa Karena musuh
“Karena
waktu.” Kata Soo Hyun. Sek Jang tak mengerti maksudnya.
“Andai
aku merasakan ini saat kita masih muda, aku pasti sangat senang. Tapi sekarang,
di usia ini, seluruh dunia tahu aku bercerai dan aku sangat frustrasi karena
pilihan waktu yang buruk.” Kata Soo Hyun
“Kau
sungguh menyukai dia.” Pikir Sek Jang. Soo Hyun juga tak tahu tapi mengaku terus ingin lebih mengenal Jin
Hyuk.
“Pilihan
waktu yang sungguh kacau.” Kata Sek Jang Soo Hyun , mengucapkan Terima kasih telah mengatakan itu.
“Apa Kau
akan melanjutkannya?” tanya Sek Jang. Soo Hyun tahu kalau Hidupnya tidak akan
mengizinkannya tapi yakin kalau pandai menahan diri.
“Aku tidak
bisa membayangkan yang kau alami saat ini.” Ungkap Sek Jang
Saat itu
ibunya menelp dengan nada tinggi mengaku sudah tahu keberadan anaknya tidak di
Busan dan meminta agar Jangan membohongi ibunya. Soo Hyun hanya diam saja,
Nyonya Jin tahu karena menelp kantor sekretaris kalau Soo Hyun tidak dalam
perjalanan bisnis.
“Mari
bicara besok. Aku sedang mengemudi.” Soo Hyun lalu mematikan ponselnya.
“Aku
tidak akan bertahan sehari pun sebagai Cha Soo Hyun.” Ungkap Sek Jang
“Jika
kita terus bertahan, waktu pasti berlalu.” Kata Soo Hyun yakin.
Soo Hyun
akan pulang ke rumah dan melihat ibunya duduk di lobby, akhirnya Soo Hyun
memilih untuk meninggalkan rumah karena tak ingin bertemu dengan ibunya.
Jin Hyuk
melihat foto-foto saat ada di Cuba, teringat saat pergi dengan Soo Hyun.
Flash Back
Jiin Hyuk
mengaku tidak tahu ada roti dan kopi yang nikmat di Sokcho. Soo Hyun pikir
kalau rasanya lezat karena mereka ada di Kuba. Lalu saat Jin Hyuk berpura-pura
tertidur dibahu Soo Hyun di tepi pantai.
“Rasanya
seru saat kita menjalani keseharian bersama teman. Namun, berpisah tetap begitu
menyakitkan. Itulah sebabnya aku akan mencoba berhenti.”
Sementara
Soo Hyun mengemudikan mobilnya teringat dengan percakapan dengan ibunya.
“Soo
Hyun. Beraninya kau terlibat dalam skandal semacam itu bersama pemuda seperti
dia?”
“Pernahkah
sikapku menyinggung seseorang? Sejak Ayah mulai berpolitik, aku bahkan tidak
bisa menguap dengan nyaman. Begitu menikah dengan keluarga itu, aku harus
berusaha tidak bernapas terlalu keras. Bahkan sekarang pun, aku masih...”
ungkap Soo Hyun
Jin Hyuk
terdiam dalam kamarnya mengingat yang dikatakan pada Soo Hyun dengan tegas “Perasaanku
bukan karena penasaran. Membiarkan seseorang masuk ke hati kita... Aku yakin
hal semacam itu berarti.” Lalu duduk menatap sepatu dan boneka diberikan oleh
Soo Hyun.
Soo Hyun
mengemudikan mobilnya sambil menangis, teringat kembali yang dikatakan Jin Hyuk
kalau sudah memutuskan jadi Itulah sebabnya
berani bertindak. Soo Hyun menegaskan kalau tidak bercanda.
“Kau mengatakan
yang ingin kukatakan. Aku harus berusaha jadi seseorang yang berarti bagimu...
Itulah keputusanku.” Ucap Jin Hyuk saat di kedai teh. Soo Hyun mengingatnya
bisa tersenyum.
“Sudah
kubilang. Segalanya mudah jika kita tersenyum.” Tegas Jin Hyuk ketika ada
didalam mobil.
Ketika di
lobby, banyak orang yang meremehkan Soo Hyun karena takut dengan reputasi
perusahaan ini yang menyukai pria muda. Joo Hyuk dan Soo Hyun terlihat dalam keadaan galau dan kebingungan.
“Aku
harus berusaha jadi seseorang yang berarti bagimu. Itulah keputusanku.” Ucap Jin
Hyuk. Soo Hyun masih mengemudikan mobilnya. Jin Hyuk pun masih menatap sepatu
heels dan boneka lalu pergi keluar rumah membawa jaketnya
Soo Hyun
menatap lukisan yang sebelumnya dilihat oleh Jin Hyuk. Saat itu sebuah lampu menyinari
matanya, Jin Hyun datang dengan sepada mengejek apakah bisa melihat lukisan
dalam gelap. Soo Hyun kaget melihat Jin Hyuk datang juga.
“Kita
bertemu lagi di bawah Jalan Tol Naebu. "'Where, in What Form, Shall We
Meet Again?' oleh Kim Hwan Ki" Apa yang harus kita katakan soal alasan
bertemu lagi?” ucap Jin Hyuk
“Kau
memergokiku... Berada di sini selarut ini. Aku biasa pandai menahan diri, tapi
di sinilah aku.” Ungkap Soo Hyun yang terlihat sedih
“Aku
membaca ini di buku, Tertarik kepada seseorang adalah pertarungan antara
kepastian dan keraguan menyukai seseorang. Kepastian dan keraguan itu bercampur
seperti arus. Saat keraguan sirna dan hanya tersisa kepastian, saat itulah
cinta dimulai.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun memikirkan tentang Pertarungan...
“CEO
Cha... Bagaimana jika kita meninggalkan perasaan kepastian dan keraguan ini untuk
saling bertarung dan mencari tahu apakah kita saling menyukai? Bagaimana jika
kita menganggap berada pada tahap sebelum berpacaran dan berjumpa lagi di sini?”
ucap Jin Hyuk menatap Soo Hyun dengan memegang lenganya.
Soo Hyun
terlihat ragu melihat Jin Hyuk memegang lenganya, lalu menyetujuinya unuk
menganggap mereak pada tahap sebelum berpacaran. Jin Hyuk bisa tersenyum.
Akhirnya
di lukisan seperti gambaran flash back perjalan pertemuan mereka di Cuba dan
sebelum itu ternyata mereka sempat berpapasan.
"Epilog"
Soo Hyun
mengemudikan mobilnya sambil menangis menuju ke Yeouido, lalu tanpa sadar
bensinya habis. Ia hanya bisa menangis tak tahu keberadanya karena hanya
mengemudikan mobil tanpa tahu tujuan.
“Aku pandai menahan diri... Aku pandai
melakukannya.” Ucap Soo Hyun menyakinkan diri tapi tetap saja menangis.
Seorang
pria mengetuk kaca jendela kalau menelepon layanan pengisian bensin. Soo Hyun
menghapus air matanya membenarkan.
Bersambung ke episode 6
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar