Jin Hyuk
berada dikamarnya, menatap foto keluarganya teringat dengan perkataan ibunya
yang sangat bangga kalau Ia telah diterima di perusahaan terkenal dan tidak
pernah mengalami kesalahan apapun tapi Jin Myung membuatnya datang ke sekolah hampir setiap
hari.
“Tapi
hari ini hari pertamaku. Dan aku bukan lagi Cha Soo Hyun yang membiarkan orang
yang dia sukai dikritik tanpa alasan.”
Jin Hyuk
mengingat kembali yang dikatakan Soo Hyun setelah pernyataan pada wartawan
kalau hubungan mereka sedang dalam masa pendekatan.
Akhirnya
Jin Hyuk duduk di atas tempat tidurnya mengetik keyword "Dari Seoul ke Sokcho, Rute
tercepat" dan hasilnya adalah "Dua setengah jam" wajah Jin Hyuk
sedih karena itu sudah yang paling cepat.
Akhirnya ia mengukur jarak peta dengan jarinya lalu menyakin kalau tidak
terlalu jauh yaitu beberapa centi saja.
Tuan Nam
berjalan pulang lalu berbicara di telp dengan Ji Yu, Ji Yu menanyakan keberadaan Tuan Nam sekarang
dan apa sedang bersama ibunya. Tuan Nam mengaku tidak, lalu keduanya bertemu di
taman bermain. Wajah Ji Yu terlihat sedih sementara Tuan Nam bahagia bermain
ayunan.
“Kenapa
wajahmu muram?” tanya Tuan Nam, Ji Yu mengungkapkan perasaanya kalau berpikir
ayahnya berselingkuh. Tuan Nam langsung menghentikan ayuanna dan terlihat
kaget.
“Aku
melihat foto-foto itu. Dia bersama wanita lain dengan cara mencurigakan. Aku
melihat semuanya.” Ucap Ji Yu
“Berpura-puralah
tidak melihat apa pun.” Kata Tuan Nam
“Aku
bahkan tidak berani untuk tidak melakukannya.” Ucap Ji Yu, Tuan Nam tak bisa
berkata-kata.
Tuan Cha
sedang dalam ruangan, terlihat nama "Istri"di ponsel yang berdering
dengan wajah menahan malas mengangkat telp memberitahu kalau akan rapat
sebentar lagi dan berbicara nanti.
Nyonya Jin meminta suaminya agar mengosongkan jadwalnya untuk malam ini.
“Tidak
bisa. Aku bertemu dengan partaiku. Yang aku rencanakan jauh lebih penting dari
itu.” Ucap Tuan Cha
“Aku akan
kirimkan alamatnya lewat pesan, jadi, temui aku di sana.” Ucap Nyonya Jin
“Aku
harus seberapa marah agar kau berhenti?” kata Tuan Cha menahan amarahnya.
“Aku juga
ingin berhenti menjadi ibunya akhir-akhir ini. Apa kau akan membiarkan dia
dihabisi oleh Ketua Kim?” tegas Nyonya Jin
Jin Hyuk
sibuk menahan layar komputernya, Tuan Park memberikan minu agar JinHyuk bisa istirahat
karena bekerja seolah-olah tidak ada hari esok. Jin Hyuk mengaku biasa tenggelam
dalam kesibukanku bekerja dan meminum kopi dari Tuan Park
“Kenapa
bekerja sangat keras ketika kamu punya dukungan? Kaulah orang yang didengarkan
presdir kita.” Bisik Tuan Park. Jin Hyuk hanya diam saja.
“Kau
Cemburu, kan? Apa kau cemburu pada Jin Hyuk karena dia memenangi hatinya?”
sindir Tuan Lee
“Aku tahu
kau juga cemburu.” Balas Tuan Park. Jin Hyuk pun memilih untuk pergi fotocopy
saja.
“Kau tidak
pernah tahu sampai akhir. Buahnya mungkin manis, tapi bisa juga pahit.”
Komentar Tuan Lee. Hye In terus mendengarkanya.
“Apa kau
belajar ungkapan belakangan ini?” ejek Tuan Park.
“Kenapa
aku harus belajar bila ini cukup mudah bagi putraku yang masih muda untuk
memahaminya?” kata Tuan Lee
“Aku
hanya bercanda. Jangan dianggap serius.” Ucap Tuan Lee. Eun Jin berkomentar
Mungkin karena Tuan Park yang kelihatan bodoh.
“Aku
mengikuti ujian masuk untuk mendapatkan pekerjaan di sini. Bagaimana aku
dipromosikan? Hei, hentikan.. Berhenti membunyikan lidahmu.” Kata Tuan Park
tapi Eun Jin terus mainkan lidahnya.
Seorang
Pria duduk didepan Nyonya Kim merasa Anggota
Kongres Cha akan terkejut jika tahu kalau ada Restoran juga, memasikan kalau
Tuan Cha memang akan datang. Nyonya Kim pikir mereka harus gunakan kesempatan
ini untuk memulai penggabungan kedua partai.
Saat itu
Tuan Cha datang melihat ada orang lain di dalam ruangan memilih untuk segera
keluar ruangan.
“Bukankah
tidak sopan untuk pergi begitu saja? Semua orang di sini sama sibuknya
sepertimu. Kami semua meluangkan waktu untuk datang, jadi, makanlah.” Ucap
Nyonya Kim
“Mungkin
aku puasa saja karena penggabungan tidak masuk akal yang kau terus paksakan
kepadaku. Kenapa aku harus makan bersamamu?” komentar Tuan Cha akan keluar dari
ruangan.
“Soo
Hyun. Putrimu membuatmu kehilangan suara, jadi, kau harus mengisi itu dan
memenangi lebih banyak suara dengan menggabungkan kedua partai?” kata Nyonya
Kim mencoba merayu
“Tidak
ada yang bisa memprediksi apakah putriku pada akhirnya akan membuatku kehilangan
suara atau memenangi suara.” Tegas Tuan Cha lalu keluar dari ruangan.
“Aku
khawatir kita akhirnya memperburuk situasi hari ini.” Ucap si pria khawatir
“Sashimi-nya
sangat segar hari ini. Kau harus makan dengan tenang.” Kata Nyonya Kim tenang.
Tuan Cha
keluar dari restoran ternyata sudah banyak wartawan yang menunggu, Ia hanya
bisa mengelengkan kepala karena dijebak. Mereka ingin tahu apakah merencanakan
rapat ini karena Tuan Kim dari Partai Hwamin memasuki dan bertemu untuk menyetujui
penggabungan kedua partai.
“Kami
menyimpulkan bahwa tidak memiliki niat untuk menggabungkan partai kami. Aku
pamit.” Tegas Tuan Cha berani mengungkapkan pada wartawan.
Jin Hyuk
berlari di pinggir sungai han, seperti ingin menenangkan diri lalu teringat
kembali yang dikatakan Tuan Choi “Siapa menurutmu yang memutuskan untuk merelokasimu?”
setelah itu ucapan dari Nyonya Choi sebelumnya “Apa kamu menerima pelatihan
yang buruk atau kau bertingkah karena CEO Cha mendukungmu?”
“Kita
meredakan situasi saat ini dengan memindahkanmu ke Sokcho, jadi, sebaiknya jaga
sikapmu.” Tegas Tuan Choi
“Hotel
itu diberikan kepadaku sebagai tunjangan, tapi bagiku, itu adalah segalanya.”
Cerita Soo Hyun lalu pertama kalinya berani merangkul lenganya dan keduanya
berjalan bergandengan tangan.
“Kau
lihat, aku menjalani hidupku dengan identitas yang samar. Tapi ini hari
pertamaku.” Akui Soo Hyun setelah mengaku pada wartawan tentang hubungan mereka
“Aku
ingin mengakhiri masa pendekatan kita sekarang.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun kaget
karena Jin Hyuk ingin berhenti sekarang
“Aku
sudah yakin. Ketika keraguanku mulai memudar dan aku yakin bahwa aku menyukaimu,
inilah saatnya untuk melangkah maju.” Ucap Jin Hyuk
Jin Hyuk
berhenti teringat kenangan saat bersama dengan Soo Hyun, mulai dari hotel di
Sokcho lalu pameran lukisan dibawah jembatan dan terakhir kali Soo Hyun
menerima hadiah ulang tahun darinya.
“Aku
sangat merindukannya. Aku tidak percaya.. aku tidak memiliki foto wanita yang
aku suka.” Keluh Jin Hyuk menahan kesedihan akhirnya ia mengetik di peta,
“Menuju 3-gil 22, Hannam-dong" dengan Durasi. 1 jam 40 menit"
menurutnya jarak yang dekat.
Jin Hyuk
berlari dengan udara yang cukup dingin, nafasnya sampai mengeluarkan asap karena dingin sampai diujung jalan terlihat
kebingungan karena tak tahu rumah Soo Hyun.
So Hyun terlihat akan pulang kaget melihat Jin Hyuk.
“Lingkungan
Ibu tidak terlalu jauh dari rumahku. Jarak yang pas untuk jogging.” Ucap Jin
Hyuk
“Aku
harus mencoba joging ke lingkunganmu kapan-kapan.” Kata Soo Hyun
“Tidak,
ini mungkin terlalu jauh untuk Ibu.”kata Jin Hyuk tak ingin melihat Soo Hyun
kelelahan.
“Apa kau
ingin air karena kamu datang jauh-jauh ke sini?” tanya Soo Hyun. Soo Hyun
mengaku tidak haus sama sekali.
Jin Hyuk
langsung menghabiskan satu botol minuman kedalam mulutnya. Soo Hyun menahan
tawa mengejek Jin Hyuk yang sebelumnya mengaku tidak haus. Jin Hyuk mengaku
kalau Rasa airnya enak sekali. Soo Hyun pikir Jin Hyuk ingin minum lagi dan
akan mengambilnya. Jin Hyuk menolak tapi Soo Hyun sudah pergi ke dapur.
Soo Hyun
masuk ke dapur akan mengambil botol minum terlihat sangat gugup. Sementara Jin
Hyuk melihat sekeliling ruangan dan wajahnya tersenyum melihat ada barang
pemberian darinya yang ditaruh diatas meja.
“Tidak
ada yang bisa kuberikan kepadamu.” Kata Soo Hyun akhirnya bergegas kembali
“Aku
pasti membuatmu bingung dengan muncul tiba-tiba.” Komentar Jin Hyuk. Soo Hyun
mengaku tidak
“Tapi ini
kali pertama bagiku. Ini kali pertamaku ada seseorang datang ke rumahku, jadi,
aku tidak tahu harus berbuat apa. Sekretaris Jang datang sesekali, tapi aku
tidak pernah bertanya padanya apa dia butuh sesuatu.” Ucap Soo Hyun
“Ibu
dapat melakukan hal yang sama kepadaku.” Kata Jin Hyuk, Soo Hyun pun tersenyum.
Soo Hyun
akhirnya membagi minuman dalam cup ke dalam gelas. Jin Hyuk yang duduk diruang
tengah berkomentar kalau Rumah Soo Hyun lebih baik daripada rumah model karena belum
pernah masuk ke rumah yang begitu bagus menurutnya Rumah Soo Hyun besar, tapi
tidak hangat sama sekali.
“Apa Ibu
tidak bosan? Ibu tinggal sendirian di rumah besar ini.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun
mengaku tak tahu.
“Waktu
berlalu ketika aku sedang bekerja. Sekarang katakan kepadaku. Apa yang
membuatmu joging ke sini padahal di luar sangat dingin?” ucap Soo Hyun
“Pada
awalnya, aku hanya akan berlari sampai aku mencapai Sungai Han. Tapi begitu aku
sampai di sana, aku teringat pada Ibu. Jadi, aku melihat ponselku, tapi
ternyata aku tidak memiliki satu pun foto Ibu. Aku pikir jika aku berlari ke
lingkungan Ibu, akhirnya aku lelah dan menyerah di tengah jalan.” Cerita Jin
Hyuk
“Jadi,
aku mulai berlari lagi. Aku sangat lelah, tapi aku merasa makin merindukan Ibu.
Tapi kurasa langit kasihan padaku karena Ibu tiba-tiba muncul. Bukankah itu
luar biasa?” ucap Jin Hyuk penuh semangat.
“Selalu
kau yang berlari menghampiriku. Kau datang ke Sokcho dan rumahku.” Ejek Soo
Hyun
“Apa aku
tampak seperti penguntit?” komentar Jin Hyuk.
“Anggap
saja kau seperti kekasih... Seorang kekasih.” Goda Soo Hyun. Jin Hyuk tersenyum
mendengarnya.
“Tiba-tiba
terasa hangat seperti musim semi.. Itu sebabnya kita harus berfoto” kata Jin
Hyuk. Soo Hyun kaget kalau harus foto dirumahnya.
“Ya. Kita
tidak punya foto bersama. Itu sebabnya aku datang ke sini.” Ucap Jin Hyuk sudah
duduk disamping Soo Hyun. Soo Hyun ingin melihat wajahnya di cermin.
“Tidak
perlu. Kau terlihat cantik.” Puji Jin Hyuk. Soo Hyun merasa kalau Jin Hyuk tidak
bisa ditebak. Mereka pun akhirnya foto bersama, Wajah Soo Hyun terlihat
tersenyum bahagia disamping Jin Hyuk.
“Kau
memotret banyak sekali.” keluh Soo Hyun, Jin Hyuk mengaku ingin menyimpan banyak foto.
Jin Hyuk
melihat foto-foto dengan Soo Hyun dengan wajah bahagia teringat kembali yang
dikatakan pacarnya “Selalu kau yang berlari menghampiriku. Ke Sokcho, dan juga
ke rumahku.” Lalu membandingkan ruangan kamarnya dengan rumah mewah milik Soo
Hyun yang berbading terbalik.
“Ini yang
kamu sebut ketidakcocokan.... Tapi Ini sebuah kolaborasi.” Ucap Jin Hyuk
menyakinan sambil menatap boneka pemberian dari Soo Hyun lalu berbaring di
tempat tidur.
Soo Hyun
menatap bola merah pemberian dari Jin Hyuk teringat saat Ia mengatakan Anggap
saja Jin Hyuk seperti kekasih lalu Jin Hyuk berkomentar “Tiba-tiba terasa
hangat seperti musim semi.” Wajah Soo Hyun tak bisa menutupi rasa bahagianya.
Jin Hyuk
berbaring di tempat tidur seperti mendapatkan ide, lalu buru-buru membuka
komputer dan mengetik "Proposal Pesta Akhir Tahun 2018 Tujuan untuk Pesta
Topeng Akhir Tahun, Konsep. Berdiri..."
Woo Suk
duduk diam dalam ruangan, wajahnya terlihat masih sangat gelisah.
Flash Back
Soo Hyun
duduk diam di meja makan, Nyonya Kim memberitahu kalau Soo Hyun ada kelas
memasak hari ini, Soo Hyun membenarkan. Nyonya Kim menyurh Soo Hyun agar menata
rambutnya di salon Nyonya Kim, lalu kenakan pakaian yang mereka siapkan.
“Sejak
artikel keluar, semua orang di kelas itu menunggu untuk melihat wajahmu. Suamimu
berselingkuh, dan semuanya berantakan. Mereka akan penasaran untuk melihat
penampilanmu. Kau harus lebih tenang dalam situasi seperti ini, dan juga Senyum. Tapi jangan terlalu banyak tersenyum.”
Perintah Nyonya Kim. Soo Hyun mengerti.
Saat itu
Woo Suk pulang seperti baru saja mabuk dan langsung duduk dimeja makan. Pelayan
ingin memberikan mangkuk nasi tapi Woo Suk menolaknya.
“Ada
banyak mata di sekelilingmu. Jika kau memiliki jadwal seperti ini lagi, pergilah
langsung ke kantor.” Ucap Nyonya Kim. Soo Hyun hanya diam saja.
“Soo Hyun,
mari kita bercerai... Aku meminta tolong kepadamu...” kata Woo Suk lalu
berjalan pergi. Soo Hyun kaget mendengarnya. Woo Suk seperti sengaja melakukan
agar Soo Hyun tak tertekan dengan sikap ibunya.
Woo Suk
pergi menemui wanita yang dipacarinya lalu memberikan sebuah kotak cincin. Si
wanita pikir hari ini bukan ulang tahunnya jadi untuk apa memberikan hadiah.
Woo Suk mengaku ingin berhenti bertemu dalam kondisi tidak nyaman.
“Terima
kasih atas semua bantuanmu. Anggap saja kita memiliki perbedaan kepribadian.” Kata
Woo Suk. Si wanita mengerti lalu
mengembalikan kotak cincin.
“Aku akan
teringat hari ini setiap kali melihatnya. Lagi pula, ini tetaplah perpisahan.” Ucap
Si wanita. Woo Suk tak bisa berkata-kata hanya bisa minum winenya.
Tuan Nam
dan Tuan Cha minum dalam sebuah kedai
kecil, Tuan Cha menegakasn kalau Hari ini mari minum masing-masing sebotol.
Tuan Nam mengaku minum di siang hari selalu membuatnya gelisah dan yakin Tuan Cha
pasti marah soal artikel itu karena tidak pernah minum saat siang.
“Untuk
apa aku kesal karena artikel konyol? Aku harus bertemu denganmu. Apa sebaiknya
kita duduk di kafe sambil pakai penyuara telinga?” kata Tuan Cha mengoda.
“Pria
minum kopi bersama itu aneh.” Kata Tuan Nam tertawa lalu melihat Sun Joo datang
dan menyuruhnya untuk masuk.
“Kenapa
kau memanggilku di akhir pekan?” keluh Sun Joo akhirnya duduk disamping Tuan
Nam. Tuan Cha menyapa Sun Joo yang Lama tidak berjumpa.
“Kau
fotogenik... Kau tampak lebih tua jika dilihat langsung.” Ejek Sun Joo. Tuan
Nam meminta Tuan Lee maklum kalau Sun Joo bersikap kasar.
“Kita
menua bersama. Haruskah aku bersikap formal?” ucap Sun Joo
“Jika
bilang kita menua bersama, kau yang rugi.” Ejek Tua Nam. Sun Joo ingin tahu Apa
tema pertemuan ini.
“Apa
orang-orang tahu aku bercerai?” kata Sun Joo, Tuan Cha kaget. Tuan Nam mengeluh
dengan ucapan Sun Joo
“Kalian
berdua bertanggung jawab untuk memenuhi tugas kalian. Apa ucapan kakakku saat
tiada? Dia meminta kalian mengurusku dengan baik. Itu tertulis di wasiatnya. Kalian
tidak berhati nurani. Kalian tidak menjagaku.” Kata Sun Joo merengek seperti
anak kecil.
“Masing-masing
kita butuh lebih dari satu botol.” Kata Tuan Cha tak banyak komentar mengajak
mereka mulai minum.
“Benarkah
kau akan menggabungkan partai? Kakakku pada akhirnya akan minum-minum di alam
sana.” Keluh Sun Joo
“Jangan
membahas politik. Bahas hal lain saja.” Ucap Tuan Nam. Sun Joo pikir tak ada
yang salah.
“Sebenarnya,
andai kakakku tidak bertindak dan akhirnya wafat, kau tidak mungkin melakukan
mogok makan melawan penindasan pada pers.” Ejek Sun Joo. Tuan Nam kesal Sun Joo
membahas itu
“Benar...
Begitulah aku menjadi pembawa berita yang dipuji, lalu direkrut ke dalam
politik... Ucapannya benar.” Ungkap Tuan Cha
“Kau
lebih buruk... Setidaknya dia melawan menggantikan kakakku. Pak Nam Myung Sik,
kau berhenti sebagai wartawan dan menghilang.” Ejek Sun Joo dan ingin minum.
Tuan Nam menolak menyuruh Sun Joo untuk Minum soda saja.
“Tuangkan
untuknya karena dia menua bersama kita.” Kata Tuan Cha. Sun Joo mengeluh Tuan
Nam itu menaruh dendam kepadanya.
"Toko
Buah Jangsoo"
Jin Hyuk
datang membantu ayahnya mengangkut dus buah. Tuan Kim mengeluh anaknya datang
ke toko padahal Cuacanya dingin. Jin Hyuk mengaku sengaja datang agar Ayah
tidak kerja saat dingin dan bisa pulang lebih awal lalu bertanya apakah Ayah
sudah minum obat flu
“Ayah
merasa mendingan setelah disuntik.” Kata Tuan Kim, Jin Hyuk pun mengucap
syukur.
“Bagaimana
pekerjaanmu?” tanya Tuan Kim, Jin Hyuk mengaku itu Menyenangkan. Tuan Kim pikir kalau Wajah Jin
Hyuk berkata lain.
“Ayah... Novelis
yang pernah kusukai menulis, "Jika mencintai seseorang, kita harus
berusaha." Tapi pada kenyataanya Melakukannya sangatlah sulit.” Ucap Jin
Hyuk
“Memang
begitulah sebuah usaha... Tidak selalu berhasil. Kita harus berjuang.” Kata Tuan
Kim. Jin Hyuk mengaku kalau itu sulit.
“Apa itu
berarti putraku jatuh cinta kepada seseorang? Begitukah artinya? Kau harus
berusaha keras dan berjuang dalam segala hal. Orang tuamu tidak bisa membantumu
dengan baik. Ayah selalu menyesalinya.” Kata Tuan Kim
“Hei...
Apa maksud Ayah? Aku yakin terlahir kaya.” Kata Jin Hyuk bangga
“Apa Kau
tidak cukup terpelajar untuk sadar tidak kaya?” komentar Tuan Kim.
“Kau
salah... Ayah... Sebagian anak sulit membayar uang kuliah. Ada banyak teman
yang harus membayar pinjaman mahasiswa. Mereka masih harus membayar pinjaman,
tapi Ayah membiayaiku saat aku kuliah, membuatkanku
makanan, dan menyediakan tempat tinggal. Aku putra yang sangat beruntung.” Ungkap
Jin Hyuk bangga.
“Ayah dan
ibumu melahirkan putra yang luar biasa.” Kata Tuan Kim tak percaya bisa
mendengarkan ucapan itu dari anaknya.
“Ayah... Aku
dipindahkan ke Sokcho.” Ucap Jin Hyuk. Tuan Kim kaget medengarnya dan berpikir Kenapa
jauh sekali
“Begitulah
Tim Humas. Kami harus tahu situasi setiap tim dan sering berpindah-pindah.” Jelas
Jin Hyuk menenangkan.
“Tetap
saja, kau baru bekerja di perusahaan itu. Ibumu akan terkejut.” Kata Tuan Kim
khawatir.
“Itulah
alasanku memberi tahu Ayah dahulu. Ayah harus membantuku.” Kata Jin Hyuk. Tuan
Kim mengerti akan membantu semampunya.
Ibu Jin
Hyuk melonggo di ruangan tengah, Jin Hyuk tahu kalau Ibunya pasti terkejut.
Ibunya pikir kalau Ini lelucon. Jin Hyuk pikir kenapa harus bercanda dengan
berita ini karena bahkah tidak lucu. Ibu Jin Hyuk masih tak percaya kalau
anaknya harus pindah.
“Kau baru
bekerja di perusahaan ini.” Kata Ibu Jin Hyuk.
“Hotel di
Sokcho sangat populer dan kurasa mereka butuh tambahan pegawai. Jadi, beberapa
pegawai baru dipindahkan ke sana. Kami akan berkumpul dari seluruh negeri.” Jelas
Jin Hyuk
“Apa kau berbuat
salah?” ucap Ibu Jin Hyuk, Jin Hyuk kaget seperti naluri seorang ibu bisa
menebak dari yang disembunyikan anaknya.
“Jangan
konyol.” Ucap Tuan Kim membela, Ibu Jin Hyuk pikir kalau Ini sangat aneh.
“Apa maksud
sepatu wanita di kamarmu? Kupikir itu hadiah untukku dan coba memakainya, tapi
tidak pas. Apa kau berbohong soal dipindahkan
agar bisa membuka bisnis sepatu di suatu tempat?” ucap Ibu Jin Hyuk
Jin Hyuk
tak bisa menaha tawa medengar dugaan ibunya,
berkomentar kalau imajinasi Ibunya luar biasa menurutnya tak ada
alasan membuka bisnis. Tuan Kim
menyakinkan anaknya hanya pandai menjual buah. Ibunya ingin tau Sepatu wanita
apa itu. Jin Hyuk terlihat binggung.
“Itu... Sepatu
itu dari koper liburanku ke Kuba. Nanti aku akan memakainya sebagai
perlengkapan foto.” Akui Jin Hyuk. Ibu Jin Hyuk seperti yakin.
“Ibu
membayangkan berbagai hal. Aku hanya membantu untuk sementara di Sokcho....
Jangan cemas, Ibu.” Ucap Jin Hyuk menyakinkan
“Tempat
itu sangat jauh. Pasti ada ikatan mendalam antara kau dan daerah itu. Kau juga
bertugas militer di Provinsi Gangwon.” Kata Ibu Jin Hyuk. Jin Hyuk seperti baru
menyadarinya. Tuan Kim mengedipkan mata memberi kode kalau misi menyakinkan
berhasil
Pagi hari
Sun Joo
kaget membaca email tentang "Pengangkatan Personel, Kim Jin Hyuk, Hotel
Sokcho" Eun Jin bertanya-tanya Kenapa
Jin Hyuk mendadak dipindahkan dan berpikir kalau sudah diusir ke Sokcho. Tuan Park
menyuruh Eun Jin untuk diam saja dan terlihat sangat shock.
“Apa CEO Cha
tahu soal ini?” ucap Tuan Park. Eun Jin mengatakan CEO Cha dalam perjalanan
bisnis.
“Waktunya
sangat janggal.” Kata Tuan Park, Hye In hanya diam dan terus mendengarkan.
“Jin
Hyuk... Sejak kapan kau tahu?” tanya Sun Joo memanggil. Jin Hyuk pura-pura tak
tahu bertanya Soal apa
“Soal kau
dipindahkan ke Sokcho.” Kata Sun Joo terlihat frustasi. Jin Hyuk mengaku baru mengetahuinya
tadi pagi.
“Wajahmu
berkata lain. Lalu Apa Selama ini kau ingin menyelesaikan proposal ini dan
bekerja lembur sebelum pergi?” ucap Sun Joo
“Aku
ingin menyelesaikan tugasku dengan sukses. Itu tugas pertamaku di perusahaan
ini.” Ucap Jin Hyuk dengan senyuman tanpa terlihat masalah.
“Kapan
pun mengetahuinya, kau seharusnya membahasnya denganku dahulu.” Keluh Sun Joo
“Tempatnya
tetap Hotel Donghwa. Aku akan pergi dan belajar semampuku.” Kata Jin Hyuk
santai.
Hye In
keluar mengikuti Sun Joo lalu meminta izin agar bisa meminjamkan ponselnya
karena ini urusan penting. Sun Joo pun memberikan ponselnya, Hye In meminta
agar membuka passwordnya. Sun Joo melihat kalau
Sikap Hye In aneh.
Hye In
seperti mencari sesuatu dan langsung menelpnya, Sun Joo ingin mengambil
ponselnya tapi Hye In menjauhkanya dan berjanji akan mebuat permintaan maaf
resmi.. Di dalam mobil, Soo Hyun menerima telp dari Sun Joo bertanya ada apa.
“Halo.
Aku Cho Hye In dari Tim Humas... Maaf mendadak menelepon.” Ucap Hye In. Soo
Hyun bertanya ada apa menelpnya.
“Ada yang
harus CEO Cha didengarkan.” Ucap Hye In. Soo Hyun mendengarnyak wajahnya
terlihat tegang lalu mengucapakan Terima kasih dan menutup telpnya.
Soo Hyun
mengingat saat terakhir kali berkomentar kalau Pegawai baru Tim Humas pasti
sibuk. Jin Hyuk dengan senyuman bahagia mengaku menyenangkan dan menikmatinya.
“Jin
Hyuk, kenapa kau hanya mencemaskan aku?” gumam Soo Hyun sedih
“Kurasa
orang hidup dengan mengingat yang baik daripada yang buruk. Apa itu juga
mungkin untuk kita? Jika tiba saatnya kita menanggung penderitaan, aku ingin
kita mengingat kenangan indah kita dan mencari kekuatan darinya.” Ucap Jin Hyuk
saat menyetir mobil.
Jin Hyuk
mengaku sengaja datang ke rumah Soo Hyun karena tidak punya satu pun fotonya,
mereka pun foto bersama.
“Aku
hanya cemas jika akan membuatmu mengalami kesulitan.” Gumam Soo Hyun lalu
meminta Tuan Nam untuk kembali ke
perusahaan.
Soo Hyun
berjalan masuk ke lobby, Tuan Park melonggo melihat CEO Cha kembali lalu masuk
ruangan dengan penuh semngat kalau melihat sesuatu sungguh luar biasa.
“Aku
terkejut melihat CEO Cha kembali ke perusahaan. Ini luar biasa. Dia sungguh
mengagumkan. Apa kau Bisa memercayai ini, Jin Hyuk? Kau sudah tidak perlu
cemas. CEO Cha akan mengurus semuanya.” Kata Tuan Park penuh semangat
memberikan pujian dengan jempolnya. Jin Hyuk kaget lalu bergegas pergi.
Sementara
diruangan, Sek Jang kaget karena semua mengira
Soo Hyun terbang menuju Shanghai. Soo Hyun dengan sikap ingin meminta agar
menghubungi Tuan Choi. Sek Jang meminta agar Soo Hyunharus tenang dahulu. Soo
Hyun tak peduli meminta agar segera menghubungi Tuan Choi.
Jin Hyuk
berjalan dilorong dengan wajah tegang, seperti tak ingin Soo Hyun membantunya.
Dan terlihat gambaran wajah mereka yang terlihat sama saat sedang marah,
tersenyum dan bahagia.
"Epilog"
“Halo,
ini Kim Jin Hyuk dari Tim Humas Hotel Donghwa. Aku tidak ingin menambahkan apa
pun. Ada urusan mendadak dan sepertinya aku tidak bisa menyelesaikan acaranya.”
Ucap Jin Hyuk
“Ya. Aku
juga menyayangkannya. Namun, aku menerima persetujuan untuk proposal kedua dan
akan mengirimimu berkas presentasi beserta detailnya. Hubungi aku jika ada masalah
atau jika ingin bertanya.” Kata Jin Hyuk
“Baik.
Aku akan terus menghubungi untuk memeriksa situasinya... Kalau begitu, semoga
acaranya sukses... Terima kasih.” Kata Jin Hyuk
Ia
melihat lembaran "Daftar Perusahaan
Undangan untuk Acara Pesta Topeng, Kami menyambutmu dengan tulus, Untuk menjadi
keluarga Donghwa" dan menyimpan dibawah keyboard meja kerjanya.
Bersambung
ke episode 8
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar